Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 17-3


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 17-3
Images by : TVn
Part 3 : Arth, The Prelude to All Legends

Tagon menyuruh Saya untuk mengobatinya seperti yang Saya katakan. Cungkil kulit yang membusuk dan bakar. Akan tetapi Saya menolak. Tagon marah karena dia tidak ingin memanggil dokter yang adalah orang asing dan membiarkan orang itu menentukan takdirnya. Dia tidak butuh dokter karena Saya yang akan melakukannya. Semua peralatan juga telah ada di sini.
“Katamu akan menjadikanku raja. Mulailah dengan menyelamatkanku. Kau harus melakukan ini. Harus kau,” ujar Tagon.
Mendengar hal itu, Saya berubah pikiran. Dia mau melakukannya. Tapi, dia menyuruh Tagon untuk memanggil pasukan Daekan kepercayaan Tagon untuk menahan tubuhnya.
“Aku tahan sakit.  Biasanya Igutu hidup saat menahan sakit yang menyiksa. Kecuali kau, kurasa,” ujar Tagon.
Dan dengan begitu, Saya memulai pengobatannya terhadap Tagon. Pertama, dia mencuci luka membusuk Tagon dengan alkohol. Rasanya tentu sangat menyiksa. Tagon menjerit kesakitan, tapi dia tetap menahannya. Kemudian, Saya menggunakan pencungkin dan mulai mengelupas kulit yang membusuk. Tagon meletakkan kain di mulutnya untuk meredam suara teriakannya sampai keluar. Sangat menyakitkan. Tapi dia menahannya. Setahap demi setahap.
Tagon sampai kehilangan kesadaran karena rasa sakit yang sangat. Saya juga merasa takut dan berusaha yang terbaik menyelamatkan ayahnya. Terakhir, dia membakar luka Tagon dengan alat besi yang ujungnya di panaskan. Dia sendiri tidak tega melihat proses tersebut.
“Semuanya jelas sekarang. Igutu ini adalah ayahku. Mihaje atau dewa lain tak bisa menang melawannya.”
--

Esok pagi,
Tagon terbangun. Luka-nya sudah lebih membaik. Dia melihat Saya yang tertidur di samping tempat tidurnya karena menjaga-nya. Dia menyelimuti Saya dengan jubah hangatnya. Dan hal itu membangunkan Saya. Saya sangat senang karna Tagon baik-baik saja.
“Ada yang belum kukatakan padamu.”
“Apa itu?”
“Jika aku jadi raja yang punya segalanya, kau akan menjadi pewarisku. Kau akan menjadi penerusku. Aku sudah memutuskan untuk memiliki segalanya.”
“Itu berarti...”
“Mihol.”
Saya sangat senang mendengarnya. Dia segera bangkit dan berkata akan membereskan semuanya sekarang.
--

Mihol sedang pergi ke pabrik perunggu. Dia membawa gerobak yang di tutupi kain. Saat dia masuk, semua yang ada di sana langsung berbalik. Karena mereka tidak boleh tahu bahan rahasia apa yang Mihol masukkan ke dalam mesin pembuatan untuk membuat perunggu. Yeolson tampak sangat penasaran dan berusaha untuk mencuri lihat.
Tapi, saat itu, Yeobi masuk ke dalam. Dia berbalik juga dan melapor kalau Tagon ingin bertemu dengan Mihol. Mihol tampak curiga.
--
Mihol dengan di dampingi oleh Yeobi pergi menemui Tagon. Tapi, Yeobi di halangi oleh pengawal Daekan untuk masuk lebih jauh. Jelas, ada sesuatu. Mereka membawa Mihol ke ruangan yang penuh dengan alat penyiksaan, dan di sana sudah ada Saya yang menanti-nya dengan senyuman.
--

Taealha di ruangannya sedang memikirkan sesuatu. Saya telah menyelamatkan Tagon. Dan kini, Tagon akan di anggap lebih kuat daripada Mihaje. Dia mau jadi raja, jadi dia pasti harus merebut semuanya dari semua orang.
Haeheulirib datang bersama dengan Yeolseon, melapor kalau mereka sudah menyiapkan hadiah perunggu pesanan Taealha. Taealha kemudian bertanya dimana ayahnya? Kenapa mereka datang tanpa ayahnya? Yeolson segera memberitahu kalau Mihol di panggil untuk menemui Tagon tadi pagi.

Saat itu, pas pula, Haetuak datang membawa Hae Yangu. Taealha menatapnya. Dan dia tampak seperti menyadari sesuatu. Dia teringat ucapan Mihol kalau dia telah membiarkan Tagon mendikte masa depannya. Dia mempertaruhkan takdir suku Hae berdasarkan hati orang yang bisa berubah semudah angin. Semua ucapan Mihol, terngiang di telinga-nya. Termasuk kalau Tagon telah berubah, menjadi RAJA.
--
Taealha segera pergi menemui Tagon. Dia berbasa basi mengatakan kalau dia merasa lega karena Tagon baik-baik saja. Tagon tahu kalau Taealha pasti datang untuk mencari ayahnya. Taealha membenarkan karna dia mendengar Tagon memanggil ayahnya.
“Kuminta Saya mencari tahu rahasia perunggu,” ujar Tagon.
“Bagaimana kau bisa tak beri tahu aku?” marah Taealha.
“Maaf aku tak memberitahumu. Adalah keharusan bagi raja untuk memiliki segalanya. Jika raja tak punya segalanya, dia mati. Kita berurusan dengan Mihol. Dia selalu coba membunuhku tanpa memberi tahu putrinya. Dia bisa bebas keluar Arthdal. Selain itu, bagaimana jika dia mati suatu hari? Bagaimana kita membuat perunggu? Tak ada yang tahu caranya.”
“Karena itu kau menyiksa ayahku?”
“Aku tahu kau benci ayahmu, tapi aku tak bisa menyuruhmu.”
“Kau penuh perhatian, melakukan itu untukku,” sinis Taealha.
“Jangan begitu sinis. Cobalah berpikir jernih.”
“Baiklah. Kau benar. Raja harus memiliki segalanya. Kau tak bisa biarkan orang menguasai fondasi negeri. Akan kulakukan. Kau pikir menyiksa ayahku membuatnya bicara? Lagi pula, dia ayahku. Menyiksanya agak keterlaluan.”
“Lantas?”
“Belum pernah lihat ini, 'kan?” Taealha menunjukkan botol di tangannya. “Ini halusinogen.”
--

Mihol di ikat di kursi penyiksaan. Dia di siksa dengan tangannya di tusukan dengan batang-batang kayu yang sudah di tajamkan ujungnya. Kitoha yang menancapkannya, sementara Saya yang memaksa Mihol untuk memberitahu. Mihol berteriak kesakitan, tapi dia tetap tidak mau memberitahu rahasia perunggu. Dia malah menyesal karena ternyata Sanung benar, harusnya mereka dari dulu membunuh Tagon.
“Bunuh saja aku. Mencoba sekeras apa pun, kau tak akan mendapatkan apa pun dariku.”
“Aku tak akan membiarkanmu mati. Jika kau sakit atau cedera, kami obati. Setelah kau sembuh... kutanya lagi. Kau hanya perlu memberitahuku. Lalu kau dan putrimu akan jadi pejabat tinggi di Arthdal. Aku tulus mengasihanimu,” ujar Saya dan menekan semakin dalam batang yang menancap di tangan Mihol. Dia bahkan mengelap tangannya yang terkena darah Mihol ke baju Mihol.
Sadis!

Saat itu, Taealha datang. Saya langsung menundukkan kepala. Taealha berkata kalau Tagon telah menyuruhnya untuk mengurus Mihol. Dia menatap ayahnya yang terluka parah dan berada di kursi penyiksaan dan tampak memprihatinkan. Dengan dingin, Taealha berkata kalau ayahnya bodoh karena tetap diam saja. Semua bisa di selesaikannya hanya dengan ini, dia menunjukkan botol di tangannya. Mihol berteriak marah karena Taealha sangat bodoh hingga berencana memberikan segalanya pada Tagon?
Taealha tidak menjawab apa yang Mihol katakan. Dia hanya menyuruh mereka semua untuk keluar dan menyuruh Hae Yangu tetap di dalam ruangan bersamanya. Hae Yangu tampak takut dan tetap berada di dalam bersama Taealha dan Mihol.

Taealha menutup pintu. Mihol menangis. Dia tahu kalau Taealha membencinya, tapi apa yang Taealha lakukan ini salah. Taealha mendekat. Dia bertanya, apa yang akan ayahnya lakukan jika berada di posisinya? Mihol dengan hati pilu berkata kalau seharusnya dia membunuh Taealha sebelum Taealha memihak mereka. Jika sungguh Taealha menganggap diri sebagai Kepala Suku Hae, maka Taealha harusnya membawa Bichwisan (racun tanpa aroma, warna dan rasa), bukannya halusinogen dan membunuhnya.
Taealha membuka botol racun itu dan membiarkan Mihol menghirupnya. Mihol berusaha memberontak, tapi Taealha sudah meletakkan botol itu di depan hidung Mihol. Mihol tampak terkejut. Itu bukan halusinogen, tapi bichwisan.

Mihol menangis terharu. Hae Yangu tampak terkejut. Taealha meneteskan air matanya dan menangis. Dia tidak pernah merasa perlu meminta maaf pada ayahnya, tapi kini harus. Lama sekali baginya untuk mengerti kalau ucapan Mihol benar.
Taealha menangis penuh rasa bersalah. Dia berlutut di hadapan Mihol. Hatinya pedih melihat tangan Mihol yang tertancap dengan batang kayu. Dia bertekad akan membalas dendam. Karena itu, dia memohon agar Mihol mau memberitahunya rahasia perunggu padanya dan ‘pergilah’ (meninggal).

Mihol menangis. Dia menganggukan kepala. Dia menyuruh Taealha untuk pergi ke Karang Gochiju Besar. Simbol dari mereka yang menyebabkan suku Hae hancur ada di sana. Dan Taealha harus siap akan hal itu. Itu adalah misi suku Hae (aku ada follow twitter : BillyRocks_13 dan dia ada menerjemahkan special clip Arthdal Chronicles yang di upload di IG Official TVn. Aku sudah ada menerjemahkan ke bahasa Indonesia beberapa clip-nya di sini. Jadi, di special clip terbaru ada mengenai Remus, kerajaan asal tempat suku Hae. Dan simbol yang ada di gua itu adalah simbol tangan yang menggenggam batu gitu. Itu adalah bentuk yang sama seperti bentuk tugu Aramun Haesulla. Silahkan baca episode 04, di sana ada scene dimana Sanung berdoa di depan Tugu Aramun).
Taealha berkata dia akan mengambil alih misi tersebut. Entah apa mereka akan datang, tapi dia berjanji.
Mihol menangis. Putrinya telah kembali. Inilah Taealha, putrinya.
Diluar, Saya dan Kitoha mencoba menguping tapi tidak bisa mendengar apapun. Saat itu, Tagon datang dengan di ikuti Mungtae. Dia heran melihat Kitoha dan Saya yang berada di luar. Kitoha memberitahu kalau Taealha melarang mereka untuk masuk. Tagon segera memerintahkan agar pintunya di buka.

Dan saat mereka masuk, mereka malah melihat Mihol yang telah meninggal. Tidak hanya itu, Taealha mengambil kayu tajam yang menancap di tangan ayahnya, dan menghunuskannya kepada leher Hae Yangu. Dalam sekejap, Hae Yang tewas.
Tagon terkejut, begitu juga yang lain. Taealha memberitahu kalau botol obat di tangannya adalah bichwisan. Dia sudah membuang halusinogen. Dan juga satu-satunya orang yang bisa membuatnya baru saja mati, yaitu Hae Yangu. Dengan begitu, halusinogen tidak akan ada lagi di Arthdal. Dan hanya dirinya yang tahu rahasia penunggu.
“Kenapa kau lakukan ini?” marah Tagon.
“Karena kau memulainya. Kau khianati aku. Kubantu kau menjadi raja. Kau berkomplot dengan anak yang kubesarkan dan mengkhianatiku! Kau memulainya, Tagon,” marah Taealha. “Teganya kau lakukan ini padaku?! Kau sudah berubah, dan aku juga.”
Tagon benar-benar marah. Apa Taealha mengira dia tidak bsa menyiksa Taealha? Taealha tertawa, dia mendekat dan berkata akan memberikan semua pengetahuannya jika Tagon bisa melakukannya. Dia akan senang menerima kematiannya sekalipun mati di siksa.

Taealha kemudian berbisik pada Tagon, sehingga Saya tidak bisa mendengar apa yang di katakannya. Apa yang Taealha katakan pada Tagon?
“Aku mengandung bayimu. Aku mengandung bayinya Aramun. Ada dewa dalam rahimku,” itu yang Taealha bisikan pada Tagon.
Dan Taealha lanjut berkata : “Kau akan lakukan apa? Kau akan menyiksaku? Membunuhku? Jika tak membunuhku sekarang, aku tak bisa menjamin akan tutup mulut. Kau tak akan berani melakukannya. Kenapa? Karena kau kesepian seumur hidupmu. Walau mencoba menerima takdir itu, kau masih menderita karenanya. Apa aku salah?”
Mata Tagon berkaca-kaca, menahan amarah. Sementara Taealha? Dia tersenyum. Senyum seolah menang.


1 Comments

Previous Post Next Post