Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 17-2


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 17-2
Images by : TvN
Part 3 : Arth, The Prelude to All Legends

Tagon tiba di kediaman suku Hae. Taealha, Mihol, Yeobi dan Haetuak menyambutnya. Tagon berkata kalau dia merasa terhormat dapat tur di perpustakaan Pilgyeonggwan. Mihol dengan ramah berkata kalau semua yang ada di bawah langit, kini menjadi milik Tagon.
“Kau sungguh berpikir seperti itu?” tanya Tagon, tajam. “Atau tidak.”
“Ya. Aku tentu sungguh berpikir seperti itu.”
“Itu bagus, untukmu, untukku, juga untuk Arthdal,” balas Tagon, seolah memiliki maksud tersembunyi.
Mihol juga merasa aneh dengan ucapan Tagon. Dia bertanya-tanya, apa maksud dari ucapan Tagon? Yeobi juga sama khawatirnya dengan Mihol. Dia bertanya memastikan, kalau Tagon sudah berjanji akan melindungi rahasia kita (rahasia pembuatan perunggu) kan? Kenapa dia bicara begitu?
--

Tagon, Taealha, Saya, dan Mubaek berkumpul bersama. Sama seperti ayahnya, Taealha juga merasakan ada maksud tersembunyi di balik ucapan Tagon tadi. Dan dia tampaknya juga khawatir.
Tagon bertanya pada Saya yang sedang menulis, apa yang hrus di lakukannya untuk menjadi “Raja”? Agar Tagon bisa menjadi raja, maka mereka harus menghilangkan kesukuan. Taealha bertanya, bagaimana cara mereka akan melakukannya? Bagaimana cara menyingkirkan Suku Gunung Putih dan Suku Saenyeok?
Saya berkata kalau Tanya pernah berkata bahwa : Nama yang membatasi kita. Jika tidak ada yang memanggilnya Saya dan tidak di perkenalkan sebagai Saya, maka Saya tidak akan ada. Jadi, begitu pula dengan suku. Karena itu, mereka harus memakai satu nama untuk semua suku.
“Nama macam apa?” tanya Tagon.
“Negara hebat, Arthdal,” jawab Saya. “Harus negara, bukan serikat lagi. Negara yang adalah milikmu, Tagon Niruha.”
“Bagaimana warga Serikat? Jika bukan Serikat, kita butuh nama baru juga untuk mereka,” ujar Taealha.
“Benar. Mereka butuh nama baru. Masih kupikirkan.”
“Minta namanya pada Tanya. Katamu dia bilang nama membatasi kita. Nama yang dia berikan akan punya kekuatan spiritual,” perintah Tagon.
Saya kemudian berkata kalau mereka juga membutuhkan lambang yang mewakili seluruh negara, bukan suku. Dan karena itu, dia sudah mempersiapkannya. Dia hendak menunjukkan lambangnya, tapi Taealha menghentikannya. Dia memberitahu kalau Tagon sudah memilikinya. Dia mengingatkan Tagon untuk tidak lupa. Tagon berkata dia tidak akan lupa. (Lambang yang Taealha gambar sendiri itu, yang melambangkan dirinya dan Tagon).
Taealha kemudian pamit untuk pergi keluar duluan. Dia adalah kepala suku Hae, jadi banyak yang harus di urus-nya.
Tapi, sepertinya Taealha memikirkan hal lainnya.
Tagon sudah hendak mengakhiri rapat, tapi Saya membahas mengenai rahasia perunggu. Mereka tidak bisa membiarkannya karena seorang Raja harus memiliki segalanya. Mubaek merasa kalau itu adalah topik yang sensitif, jadi dia menawarkan diri untuk keluar. Tagon menyuruh Mubaek tidak perlu keluar. Dia merasa inilah alasan kenapa Saya meminta Mubaek kemari.
“Ya. Divisi militermu dan Pasukan Daekan akan jadi inti dari pemberontakan ini,” ujar Saya.
--
Taealha ternyata menemui Mihol. Dan Mihol langsung memberitahu kalau Tagon tidak akan menepati janjinya. Taealha malah menanggapi kalau Mihol hanya terlalu gelisan karena Mihol kan pernah mencoba membunuh Tagon. Tapi, dia tidak. Jika Tagon menjadi raja, maka dia akan menjadi ratu-nya.
“Kau biarkan Tagon mendikte masa depanmu,” ujar Mihol. “Kau mempertaruhkan takdir Suku Hae berdasarkan hati orang yang bisa berubah semudah angin?” marahnya. “Bukan Tagon yang berubah, tapi kau. Alih-alih memercayai Sanung atau ayahmu, kau ambil risiko bersekutu dengan siapa pun yang kau anggap pantas. Namun, Tagon-lah yang kau percaya. Kau berikan seluruh kepercayaanmu pada satu pria. Kenapa kau jadi seperti ini? Ya, pasti karena itu. Jika dengar Tagon dalam bahaya, kau ambil pedangmu dan menemuinya di medan perang, tanpa bertanya apa dia masih hidup. Kupikir kalian saling berjanji tak akan ambil risiko satu sama lain?”
“Aku begitu karena tak bisa buat rencana, tanpa tahu dia masih hidup,” ujar Taealha.
“Tagon pun demikian?” tanya Mihol. “Dia juga akan tinggalkan semua dan bertaruh nyawa demimu?”
Taealha marah dan menyuruh ayahnya berhenti untuk mencoba memisahkannya dan Tagon lagi. Dunia sedang berubah. Serikat akan jadi kerajaan dan Tagon akan jadi raja-nya. Mihol langsung berkata kalau Taealha tidak tahu apapun mengenai Raja. Taealha hanya mempelajari mengenai Raja dari buku dan mendengar ceritanya.
“Sementara, Ayah pernah melayani raja. Namun, apa kau tahu? Melihat mata Tagon membuat Ayah yakin akan satu hal. Dia sudah mengerti sepenuhnya apa artinya menjadi raja. Dia tak akan berbagi. Tidak denganmu atau siapa pun juga,” tegas Mihol.
Taealha tampaknya takut akan hal tersebut.
--
Saya masih terus mencoba membujuk Tagon mengenai mengambil rahasia perunggu dari suku Hae. Dia tahu semuanya sulit, tapi kejayaan singgasana itu termasuk harus terus berjalan di jalan yang gelap dan licik.
Saat itu, tiba-tiba, Tagon terjatuh. Saya langsung khawatir. Tagon berkata kalau dia baik-baik saja, ini hanya karena cedera akibat Anak-Anak Shahati yang belum pulih.
--
Mubaek sedang sangat bingung, apa benar Saya adalah cermin? Yang akan melawan Tagon?
Saat itu, Yeonbal memanggilnya. Dia telah kembali dari Doldambul. Mubaek bertanya, mengenai dimana Olmadae.
“Jika dia tahu dunia telah berubah, hidupnya akan lebih baik setelah kembali. Namun, dia terjebak dalam huru-hara dan...”
“Huru-hara?”
“Ya. Huru-hara di Doldambul. Semuanya kacau.”
“Apa yang terjadi pada semua budak?” tanya Mubaek, khawatir.
“Ada yang mati, ada yang tertangkap, dan ada yang kabur.”
Mubaek jadi khawatir, mengenai apa yang terjadi pada Eunseom, apa masih hidup dan berhasil kabur? Atau meninggal? Yeonbal kemudian mengucapkan rasa bela sungkawa-nya atas apa yang terjadi pada Mugwang.
--
Yeonbal masuk menemui Tagon. Dia hendak memberikan laporan mengenai Olmadae. Dia hendak langsung maju ke hadapan Tagon, tapi Mungtae berdiri di hadapannya, tanda untuk Yeonbal untuk berhenti sampai di sana dan melapor dari sana.
Yeonbal jelas gugup karena semua ternyata sudah jauh berubah dari sebelumnya. Yeonbal menundukkan kepala hingga ke tanah untuk melapor. Tagon berjalan mendekatinya dan menyuruhnya berdiri. Saat itulah, dia baru melihat wajah Saya. Dia sangat terkejut karena wajah Saya sangat mirip dengan Igutu yang ada di Doldambul (Eunseom).

Yeonbal melapor kalau dia tidak bisa membawa pulang Olmadae. Tagon langsung berkata kalau hal itu sudah tidaklah penting. Dia bahkan memberikan hadiah yaitu 12 bejana sorgum untuk kerja keras Yeonbal. Yeonbal berterimakasih.
Yeonbal melirik ke Saya, dan Tagon melihatnya. Dia mengira Yeonbal melirik karena ini adalah kali pertama Yeonbal bertemu dengan Saya. Dia memberitahu kalau Saya adalah putranya dan mengurus bang Administrasi Kerajaan. Yeonbal tambah terkejut. Saya menyadari tatapan Yeonbal yang seolah mengenalnya.
--
Saat Yeonbal keluar dari ruang Tagon, Kitoha langsung menghampirinya. Dia melihat Yeonbal yang tampak seperti habis melihat hantu. Ada apa? Apa pergi ke Doldambul telah membuat Yeonbal gila? Yeonbal langsung membawa Kitoha ke tempat sepi. Dia hendak memberitahu mengenai putra Tagon.
Kitoha langsung tanya, apa Yeonbal sudah tahu sebelumnya Tagon punya anak? Yeonbal menjawab belum. Kitohan langsung senang dan memeluk Yeonbal dengan erat. Karena akhirnya, dia punya teman yang tidak tahu. Sebelumnya kan Yangcha, Mugwang dan Gilseon sudah tahu.
Yeonbal melepaskan pelukan Kitoha. Dia memberitahu kalau putra Tagon sangat mirip dengan Igutu yang adalah penghasut huru-hara di Doldambul. Kitoha langsung kaget dan berkata kalau Yeonbal akan di bunuh jika berkata demikian. Dia memberitahu mengenai para tetua dan orang yang memberontak melawan Tagon, semuanya di bunuh! Jadi, jangan pernah katakan apapun mengenai Saya.
--

Di dalam ruangannya, Tagon tampak menahan rasa sakit. Daedae memberitahu kalau ada pesan dari Cakar Merah tentang suku Ago. Tapi, Tagon berkata akan mendengar laporan itu lain kali saja. Saya tampaknya penasaran, mengenai suku Ago.
Dan uasi itu, Tagon tampak akan terjatuh. Semua langsung memegangnya, tapi Tagon memberi tanda kalau dia baik-baik saja.
Dan berita mengenai Tagon yang tidak sehat tersebar. Yeonbal mah mengira itu karena waktu itu Tagon di gigit ular berbisa. Kitoha tidak merasa demikian karena baru saja kan Tagon di kutuk oleh cenayang suku Bato, yang bilang kalau Mihaje marah padanya. Mendengar itu, Yeonbal mengejek Kitoha yang bodoh tiada tara. Kitoha terpancing dan mengingatkan kalau Yeonbal yang bodoh, bilang ada Igutu di Doldambul yang mirip Saya.
Dan Saya mendengar apa yang Kitoha katakan.
--
Dan benar saja, Tagon jatuh pingsan. Semua panik. Termasuk Saya.
--
Berita mengenai Tagon yang sakit menyebar di masyarakat. Mereka menyebut itu adalah hukuman dewa. Mihaje sedang menghukumnya karena bersikap brutal pada suku Bato dan suku Gunung Putih. Tagon harus meminta maaf pada Mihaje lalu menenangkan Suku Bato dan Suku Gunung Putih agar bisa pulih.
--

Saya membawa Tagon ke kamar dan melihat buku yang berisi mengenai pengetahuan soal anatomi Igutu. Itu adala buku yang pertama kali Taealha suruh Saya pelajari karena dia tidak bisa meminta tolong jika luka atau sakit. Dia merawat dirinya sendiri. Dan merawat Tagon.
Tagon tetap berkata kalau dia baik-baik saja. Dia hanya sedang berisitrahat. Setelah beberapa hari, dia akan kembali pulih.
--
Malam hari, Doldambul
Walau Goldu sudah tidak ada, anak buahnya yang menggantikan posisinya.
Saat dia memberi makan para budak, terdengar suara orang yang menabuh. Pengawas budak langsung berteriak marah. Dan ternyata, orang itu adalah Eunseom. Salah satu mengenali kalau Eunseom adalah Igutu yang kabur itu.
Mereka hendak menyerang Eunseom. Tapi, Eunseom tidak datang sendirian. Dia membawa pejuang klan Myo, Ipsaeng, Badoru dan Dalsae, Mirusol dan Tachugan. Mereka membunuh para pengawas. Dan mereka menyelamatkan para budak yang di tawan di sana. Termasuk yang di tawan di Gitbadak. Inilah kebangkitan para budak yang di anggap hina!
Pasa yang turut hadir di sana, tersenyum. Mungkin dia bisa merasakan kalau Eunseom mampu membawa perubahan.
“Ini sudah di mulai,” ujar Eunseom, di dalam hatinya.
--

Myeongjin melapor pada Tanya kalau ada prajurit Daekan yang telah kembali dari Doldambul. Tapi… dia memberitahu mengenai huru hara yang terjadi di Doldambul. Ada yang kabur dan mati. Dan mereka tidak tahu apa yang terjadi pada orang-orang suku Wahan.
Tanya tampak shock. Dia menyakinkan dirinya sendiri kalau Eunseom pasti masih hidup. Eunseom pasti selamat dan akan kembali padanya!
--
Taealha ada di Ruang Api, Ruang pemujaan. Dia terus teringat ucapan ayahnya kalau Tagon tidak akan mau berbagi pada siapapun, termasuk pada Taealha. Dan bukan Tagon yang telah berubah, tapi Taealha. Taealha menyadari kalau hari itu, dia tidak memikirkan dirinya sendiri ataupun keselamatannya dan malah langsung pergi menyelamatkan Tagon. Taealha tampak menghitung sesuatu dengan jarinya, dan terkejut.
Saat itu, Tanya datang dan bisa merasakan ada kecemasan pada Taealha. Taealha balik berkata, aku? Tanya memperbaiki, kalau bukan kecemasan, tapi Taealha tampak berbeda.
“Katamu akan meraih kekuasaan. Kenapa? Menuruti perintah memberimu hidup lebih baik daripada di Iark,” ujar Taealha.
“Semua bisa terjadi. Aku mungkin dibutuhkan sekarang, tapi akan dihabisi saat tak berguna. Itu benar. Itulah cara Arthdal.”
Taealha terkejut karena gadis muda seperti Tanya yang mudah di tipu saja, tidak percaya siapapun dan tidak mengandalkan siapapun.
“Selain itu, aku sendirian. Walau tampaknya semua orang di Arthdal begitu,” tambah Tanya.
Saat itu, Haetuak datang dengan panik memberitahu kalau Tagon pingsan, dan kenapa Taealha masih di sini? Taealha kaget karena baru tahu hal itu.
--

Saya sudah memberikan obat pada Tagon, tapi kenapa Tagon masih saja demam? Dan Tagon juga tampak kesakitan. Karena itu, Saya ingin melihat luka Tagon. Tagon merintih kesakitan dan tidak membiarkannya. Saya memaksa dan melihat luka tersebut. Kulit Tagon membusuk. Luka Tagon memburuk. Kulit yang busuk itu harus di cungkil lalu di bakar.
Taealha tiba saat itu, dan Tagon langsung menutupi kembali lukanya. Dia berkata kalau dia baik-baik saja dan akan segera sembuh. Taealha memberitahu kalau rumor sudah menyebar sampai pasar. Orang berkumpul di Patung Mihaje dan memohon agar Dewa memaafkan Tagon. Orang-orang yakin bahwa Aramun Haeusulla sedang dihukum oleh Mihaje.
Mendengar itu, Saya tampak terkejut. Taealha memaksa Tagon memberitahu kondisinya yang sebenarnya. Tapi, Tagon menolak dan berkata dia baik-baik saja. Dia akan pergi keluar, menemui semuanya. Saya dan Taealha melarang, tapi tagon tetap bersikeras. Tagon berkata akan melakukannya sekarang. Saya dan Taealha terkejut.
“Jika lakukan ini, kau tak akan bisa kembali,” peringati Taealha, serius dan tulus.
“Kau yang tak pernah peduli tentang dipuja orang,” balas Tagon dengan dinginnya.
Dia tidak mendengarkan apa yang Taealha katakan. Dia membawa pedangnya dan langsung pergi. Saya mengikutinya.
--
Para rakyat banyak yang berkumpul di Patung Mihaje, memohon agar Tagon di ampuni dan di sembuhkan. Ini semua karena mereka percaya akan kutukan cenayang Gompa terhadap Tagon, tadi pagi.
Rombongan Tagon tiba. Semua langsung berdiri dan memberi hormat padanya. Beberapa orang berbisik, mereka yakin Tagon datang untuk meminta maaf pada Mihaje. Mereka juga yakin Mihaje tidak akan memaafkan Tagon jika dia tidak datang kemari secara langsung.

Tapi, semua berbeda dari yang di duga mereka. Tagon ke sana untuk menghancurkan Patung Mihaje. Saya, Taealha dan semua yang lain terkejut. Para rakyat lebih ketakutan. Tidak hanya itu, Tagon bahkan menantang Mihaje untuk melakukan yang terburuk padanya. Dia menantang agar Mihaje mencoba membunuh Aramun Haesulla jika bisa. Mari lihat siapa yang adalah Dewa sejati. Mari lihat siapa yang pertama di singkirkan dari Kuil Agung (di Kuil Agung, di langit-langitnya kan ada tergambar dewa-dewa Arthdal. Maksud Tagon di sini sepertinya adalah ingin menyingkirkan Dewa Mihaje dari dewa Arthdal).
“Pasukan Daekan! Dewa Suku Bato dan Dewa Berburu, Mihaje. Bakar semua kuil Mihaje dan hanguskan Gunung Nandal keramatnya,” perintahkan Tagon.
Semua terkejut dengan perintah Tagon, tapi mereka tidak berani memberontak. Mereka takut akan Tagon. Dan takut akan kematian.
“Aku yakin aku tak seperti ulat bulu ungu lagi. Kupu-kupu cantik dan berpendar? Tidak, semuanya berakhir. Berakhir di hari itu.” Itu yang di pikirkan Tagon.
Semua rakyat suku Bato menangis menjerit di depan patung Dewa Mihaje yang telah di hancurkan Tagon.
Taealha? Dia tampak tidak percaya dengan apa yang telah Tagon lakukan. Dia takut, bahwa ayahnya benar.
Tidak hanya dia, Haetuak pun demikian. Dia merasa kalau Tagon tidak seperti orang yang di kenalnya sekarang.
“Siapa yang masih bisa membuat Halusinogen?” tanya Taealha pada Haetuak.
“Hanya Hae Yangu, Nona. Neneknya sudah meninggal.”
“Bawa dia kemari besok,” perintah Taealha.


Post a Comment

Previous Post Next Post