Network : SBS
“Apa kamu punya impian?” tanya Seon
Young.
“Aku ingin bahagia,” jawab Kang Soo.
Ketika Kang Soo membonceng Seon
Young yang mabuk. Disaat itu sialnya, tanpa sengaja, ketika berada
diberbelokan, Kang Soo bertabrakan dengan sebuah mobil dan semua uang yang
berada dalam tasnya jatuh berhamburan. Sedangkan Kang Soo dan Seon Young
terlempar sedikit jauh dari motor.
Dirumah sakit. Para dokter dan suster
dengan cepat langsung membawa mereka kedalam ruang Instalasi Gawat Darurat. Area terlarang. Didalam sana, mereka
melakukan operasi kepada Kang Soo.
Seorang wanita berpakaian hitam
datang kerumah sakit. Didalam ruangan perawatan, tampak Kang Soo yang sedang
terbaring dan memakai berbagai selang. Dari luar ruangan, melalui kaca putih,
Ayah Kang Soo memperhatikan anaknya.
Ayah Kang Soo lalu mengingat
perkataan dokter kepadanya. Dia mungkin
tidak bisa selamat. Otaknya terluka parah saat kecelakaan. Meskipun siuman
nantinya, dia mungkin tidak bisa menjalani kehidupan normal.
Mengingat itu, Ayah Kang Soo tampak
sangat cemas dan sedih. Dan wanita dari Bliss Lab, datang dan mendekati Ayah
Kang Soo. Ia menanyakan, apakah Ayah Kang Soo akan membiarkan Kang Soo mati
seperti itu?
Ayah Kang Soo berbalik dan menghadap
kearah wanita itu. Dan wanita itu lalu melanjutkan perkataannya.
“Aku membicarakan Park Do Kang Soo.
Bukankah menurut Anda, dia berhak untuk bahagia setidaknya sekali saja?”
tanyanya.
Diruangan lab wanita itu. Ayah Kang
Soo menanyakan apakah itu berbahaya. Dan wanita itu menjawab, kalau mereka
masih menjalanin proses uji klinis, tapi komponennya sendiri sudah
diverifikasi.
“Kemungkinan terjadinya efek samping
kurang dari 0,1 persen,” jelas wanita itu.
“Tapi tetap masih ada kemungkinan,”
balas Ayah Kang Soo.
“Anda tahu setiap 37 menit ada satu
orang yang bunuh diri dinegara kita? Itu bukan sesuatu yang harus dicemaskan.
Sebagai balasan, Anda akan diberi uang dalam jumlah besar dan penghargaan,”
jelas wanita itu, lagi, mencoba menyakinkan Ayah Kang Soo.
Disaat Ayah Kang Soo masih ragu,
Boss Hwang masuk kedalam ruangan. Ia membicarakan betapa menderitanya kehidupan
Kang Soo, mengatai Ayah Kang Soo tidak punya hari nurani.
“Jika menjadi Anda, akan kubayar dan
suruh mereka membawa Kang Soo. Aku menghabiskan uang untuk mencari orang- orang
ini. Jadi aku ingin Anda melunasi utang dengan cara ini. Ini bukan masalah
pilihan. Aku mengancam Anda terang- terangan,” kata Boss Hwan, tanpa perasaan.
“Anda tidak akan pernah menyesali
hal ini,” tambah wanita itu.
“Apakah Kang Soo benar- benar bisa
bahagia?” tanya Ayah, masih tidak yakin. Dan wanita itu hanya tersenyum.
Ketika Ayah Kang Soo keluar dari
gedung lab. Ia melihat dua orang berpakaian hitam dengan wajah ditutupi, mereka
keluar dari dalam gedung lab sambil mendorong sebuah tempat tidur yang
diatasnya terbaring seorang mayat yang ditutupi oleh kain putih.
Pada saat itu, Ayah Kang Soo melihat
sebuah gelang terjatuh. Jadi ia pun mengambilnya dengan bingung. Lalu ia
melihat orang- orang tersebut masuk kedalam mobil truk besar dan pergi.
Sesampainya dirumah. Ayah Kang Soo
masih bingung dengan gelang tersebut. ia terus memperhatikan gelang itu.
Didalam kamar lab. Kang Soo
tertidur, tanpa biasa saja. Dan disebuah ruangan kaca yang terpisah dari sana.
Wanita itu menyuruh bawahannya (sebut saja Junior)
untuk mulai.
Lalu Junior itu, mengetik sesuatu dikomputer. Dan
setelah itu sebuah benda biru bulat masuk kedalam tabung dan melebur, membuat
air dalam tabung berubah menjadi warna biru. Air dalam tabung tersebut mengalir
melalui selang kecil yang terhubung ke kepala Kang Soo.
Dia
harus hidup miskin dan menderita karena diriku. Apakah putraku benar- benar
bisa bahagia? Tanya
Ayah Kang Soo.
Dimulai dari kejadian Kang Soo mencuri uang yang berada didalam lemari penyimpanan Boss
Hwang. Lalu ketika Boss Hwang tertabrak mobil. Dan semua uang curian itu
menjadi milik Kang Soo. Serta hubungannya dengan Seon Young.
Itu semua adalah efek dari obat kebahagiaan
yang disuntikan kedalam kepalanya. Dan wajah Kang Soo yang awalnya tampak
biasa, berubah. Kang Soo tersenyum dalam tidur nya tersebut.
Ayah Kang Soo masih bingung dengan
gelang itu. Jadi ia pun kembali ke gedung lab itu. Dan tanpa sengaja, ia melihat
kejadian yang sama. Dua orang pria berpakaian hitam dengan wajah ditutupi
keluar dari gedung sambil mendorong tempat tidur yang diatasnya terbaring
seorang mayat yang ditutupi sebuah kain putih.
Jadi karena heran dan penasaran,
maka menaiki taksi. Ayah Kang Soo mengikuti orang- orang tersebut. Mereka masuk
kedalam sebuah tempat berpintu besi sambil membawa mayat itu. Lalu setelah itu,
mereka keluar dan menutup pintu besi itu.
Disana ketika kain yang menutupi
tubuh mayat tersebut mulai terbakar. Ayah Kang Soo baru sadar itu apa dan
ditangan mayat itu, ia melihat sebuah gelang yang sama seperti yang sedang
dipegang olehnya.
Dalam tidur nya. Kang Soo memakai
setelan yang bagus. Mobil yang bagus. Ia masuk kedalam gedung besar yang bagus.
Dan didalam sana, didalam sebuah ruangan, diatas meja kantor, terdapat sebuah
papan nama yang bagus. Bertuliskan CEO Do
Kang Soo.
Kang Soo duduk dikursinya dengan
nyaman. Mengambil kartu namanya sendiri yang berada diatas meja. Dan membacanya
dengan bangga.
“CEO Dong Kang Soo. Aku Dong Kang
Soo. Aku CEO Do Kang Soo. Halo, namaku Do Kang Soo (dalam english). Hai, aku
Dong Kang Soo, selamat datang diperusahaanku, terima kasih (dalam mandarin),”
kata Kang Soo berbicara sendiri sambil menyodorkan kartu namanya dan bergaya
keren.
Dirumahnya yang besar. Seon Young
sedang berbicara sambil tertawa bersama Ayahnya dan ketika Ayahnya bertanya
kapan dia serta Kang Soo akan menikah. Seon Young menjawab kalau mungkin saja
Kang Soo tidak berencana menikah, padahal ia sendiri sudah siap.
Dan mendengar pembicaraan mereka,
Kang Soo mendekat sambil membawa makanan cemilan. Lalu ia menjawab bahwa dia
dan Seo Young akan menikah sebelum akhir tahun ini.
“Ngomong- ngomong, Ayah, apakah
tidak ada satupun foto Kang Soo? Aku ingin melihat dia saat masih kecil,” kata
Seon Young, bertanya.
“Tidak ada,” kata Kang Soo menjawab
dengan singkat.
Beda dengan
jawaban Kang Soo yang menjawab tidak ada. Ayah dengan senang, menjawab bahwa ia
memiliki foto masa kecil Kang Soo. Dan dengan tatapan tidak percaya, Kang Soo
menatap Ayahnya.
Ayah Kang Soo
mengambil buku album yang berisikan foto- foto Kang Soo saat kecil. Ia
menunjukan itu dengan bersemangat kepada Seon Young. Dan melihat itu, Kang Soo
menjadi heran.
“Apakah ini
benar- benar diriku?” tanya Kang Soo dengan raut bingung diwajahnya.
“Tentu saja ini
kamu. Tidak ingat?” balas Seon Young.
Kang Soo
terdiam sambil memperhatikan foto masa kecilnya dan mendengarkan cerita Ayah
mengenai masa kecilnya. Lalu Kang Soo mengingat masa kecilnya. Saat itu Ayahnya
yang mabuk memukuli dirinya, hingga ia terjatuh dan menabrak pot bunga kecil di
jendela. Pot tersebut pecah dan membuat luka kecil ditangannya.
“Ayah, sakit,”
kata Kang Soo kecil kepada Ayah yang memukulinya.
“Dasar anak
nakal. Berhentilah merengek dan ambilkan aku minol. Kubilang ambilkan minol!
Kubilang ambilkan minol! Ambilkan aku minol! Bawakan aku minol!” teriak Ayah,
tidak peduli dengan tangisan Kang Soo.
“Ayah... hiks.”
Didalam ruangan
kantornya. Kang Soo memperhatikan bekas luka yang berada ditangannya dengan
tatapan keheranan. Lalu ia mengambil dan memperhatikan foto– foto masa kecilnya
dengan kebingungan.
Kang Soo
mendapatkan telpon dari orang bayarannya. Ia berhasil menemukan Ibunya yang
ternyata selama ini didekat laut.
Disana Ibu Kang
Soo membuka sebuah kedai makan kecil. Dan kehidupannya tampak tidak mudah. Ia
dimarahi oleh seorang pelanggan yang protes karena ikan yang disajikan sudah
lama, kepadahal tadi Ibu Kang Soo bilang kalau ikan itu baru ditangkap dilaut.
Pelanggan
tersebut mulai bersikap kasar, sehingga Ibu Kang Soo pun menjadi ketakutan. Dan
disaat pelanggan tersebut mau pergi begitu saja, Ibu Kang Soo segera
menahannya, tapi pelanggan itu malah mendorong Ibu Kang Soo hingga ia terjatuh
mengenai meja.
Tepat pada saat
itu. Kang Soo tiba disana. Dan ia memukuli pelanggan tersebut.
“Kang Soo. Kamu
Do Kang Soo, kan?” panggil Ibu, ketika melihatnya.
Dipinggir laut.
Mereka duduk bersama. Ibu meminta maaf, karena telah meninggalkan Kang Soo. Dan
Kang Soo lalu menanyakan apa alasan Ibunya pergi, jika alasannya adalah karena
Ayah, maka seharusnya Ibu membawanya.
“Tahukah Ibu
bagaimana hidupku selama ini? Hidupku menderita. Ibu tahu itu?”
“Maafkan Ibu.
Setelah meninggalkanmu, Ibu hidup menderita setiap harinya, karena merasa
bersalah telah meninggalkanmu,” kata Ibu sambil menangis dan tampak menyesal.
Melihat Ibunya
menangis, Kang Soo pun ikut menangis. Ia lalu memegang tangan Ibunya,
memaafkannya. Karena setidaknya, saat mereka bertemu pertama kali tadi, Ibu
masih mengenalinya.
Dengan masih
menangis, Ibu memegang tangan Kang Soo juga. Lalu Kang Soo duduk lebih
mendekat, memeluk pundak Ibunya, dan menghapus air matanya sendiri. Dan bersama
mereka duduk sambil memandang kearah laut yang tenang.
Ketika wanita
lab itu sedang mengamati kondisi Kang Soo, Juniornya datang dan melaporkan
bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengannya.
Didalam ruangan
lab wanita itu. Ayah Kang Soo meminta agar anaknya disadarkan. Dan dengan agak
dingin, wanita itu mengungkit tentang kontrak mereka.
“Itulah
alasanku sekarang memohon. Kumohon, akan kulakukan apapun,” pinta Ayah.
“Tidak ada lagi
yang mau kukatakan,” balas wanita itu, dingin.
Disaat wanita
itu mau pergi. Ayah Kang Soo menjadi emosi. Ia memukuli meja dengan keras.
“Kamu tidak pernah bilang dia akan mati!! Aku mengetahui semuanya, aku tahu ada
sesuatu yang tidak beres disini,” kata Ayah. Ia mengeluarkan gelang disakunya
dan menaruhnya diatas meja.
“Sudah kubilang
hanya ada 0.1 persen kemungkinan dia mengalami efek sampingnya,” kata wanita
itu dengan tenang.
“Hal itu bisa
terjadi kepada Kang Soo,” protes Ayah.
“Setidaknya,
dia meninggal sebagai pria yang bahagia. Hal itu saja bisa disebut berkat,”
balas wanita itu.
“Tidak. Aku
yakin bukan itu yang dia inginkan. Dia tidak menginginkan sesuatu yang palsu.”
“Anda tidak
perlu mencemaskan itu. Sebenarnya, dia mendatanginku sendiri belum lama ini.”
“Kenapa?” tanya
Ayah, tampak terkejut.
“Katanya dia
ingin bahagia. Meski hanya sebentar saja,” jawab wanita itu.
Dulu saat
wanita lab itu telah selesai menjelaskan. Ia memberikan sebuah kontrak untuk
ditanda tanganin oleh Kang Soo. Dan ketika itu, Kang Soo tampak ingin menanda
tanganin kontrak tersebut. Tapi ia berhenti.
Kang Soo tidak
jadi menanda tanganin itu. Karena Ayahnya menyukai jokbal, jadi jika ia tidak
ada, maka tidak ada orang yang bisa
membelikannya. Setelah itu Kang Soo pergi dari sana.
Wanita itu
menjelaskan kalau alasan Kang Soo tidak mau ikut adalah karena Ayah. Dan kali
ini, akhirnya Kang Soo kembali kepada mereka.
“Jika dia ingin
menyudahinya, tolong biarkan,” pinta Ayah.
“Itu diluar
kuasa kami. Begitu dimulai, seseorang hanya bisa keluar dengan kemauan sendiri.
Jika tidak, aktivitas fisik mereka akan terhenti,” jelas wanita itu.
“Anda tidak
pernah membahas soal itu,” kata Ayah, tampak lemah.
“Sudah
kubilang, sekarang dia hidup didunia yang sempurna. Dia tidak akan pernah mau
keluar,” balas wanita itu.