Network: Sohu TV
Saat nomor 2 mulai optimis,
Guru Li menyela bahwa mungkin saja permainan ini ada batas waktunya, hanya saja
tidak disebutkan. Karena ditempat ini tidak ada makanan dan minuman, jadi jika
mereka tidak keluar dalam 3 hari, maka mereka akan tetap mati.
“Kalian semua pernah
mendengar hal berputar-putar?” tanya nomor 5.
“Tentu saja,” jawab Guru
Li.
“Itu ketika kamu
dilapangan terbuka tanpa ada jalan keluar. Kamu selalu kembali ke tempat asal,”
jelas nomor 5.
Metode menutup mataku mungkin berhasil. Tapi aku tak bisa melakukannya
disini, saat aku menutup mataku. Aku tidak yakin jika yang lainnya juga menutup
mata mereka. Jika seseorang menyerang pada waktu itu. Pikir Guru Li dalam pikirannya.
Mengetahui hal itu, Xia
Chi memegang tangan Xu Xiang dan mendekatkannya kearah mulutnya. Lalu meniup-
niup serta menggosok tangan Xu Xiang agar tidak begitu kedinginan. Dan untuk
membuat Xu Xiang tetap sadar, Xia Chi menanyakan beberapa pertanyaan pelajaran
dan meminta agar Xu Xiang menjawabnya.
“Aku tak bisa
memecahkannya,” balas Xu Xiang sambil tersenyum sedih. Lalu mengatai Xia Chi bodoh
karena telah begitu baik padanya.
Xia Chi mengingat
kenangannya bersama dengan Qing Zhi. Dan kepada dirinya sendiri, ia berbicara,
meminta agar Qing Zhi menunggunya. Lalu Xia Chi berdiri dan mengeluarkan dari
sakunya, koin dari Qing Zhi dulu.
“Qing Zhi masih
menungguku,” kata Xia Chi padanya dirinya sendiri. Lalu ia mulai berpikir.
Aku sudah tahu. Xia Chi tersayang kita yang paling berani dan gigih.
Bagaimana jika begini? Aku akan memberimu petunjuk. Kata GM memuji Xia Chi. Lalu tiba- tiba saja
hantu anak kecil muncul dihadapan Xia Chi.
Hantu anak kecil tersebut,
menunjuk kerah lubang dimana kaki Xu Xiang pernah terjebak tadi. Dan dengan
cepat, Xia Chi mendekat dan mengintip kedalam lubang tersebut.
Xia Chi melihat katup di
dalam lubang itu. Ia menarik katup tersebut dengan sekuat tenaga. Dan disaat
itu sebuah layar kecil terbuka di dinding samping pintu.
Dilayar itu terdapat enam
lubang kecil, bekas tembakan. Dan dibawahnya terdapat angka 0 sampai dengan 9.
“Kata… kata sandi?
Bagaimana kita bisa tahu kata sandinya?” tanya Xu Xiang dengan heran ketika
melihat itu. Lalu dengan cerewet, ia mulai berbicara panjang lebar, tapi Xia
Chi segera memberikan peringatan.
“Aku percaya ada petunjuk
mengenai kata sandinya diruangan ini,” lanjut Xu Xiang, saat Xia Chi memberikan
peringatan kepadanya.
Karena ada enam bekas
lubang peluru, maka Xu Xiang menebak bahwa sandinya ada angka, yaitu 1 3 5 7 8
0. Tapi Xia Chi yang cermat, tidak berpikir demikian. Sambil memainkan koin
yang ada ditangannya, Xia Chi mulai berpikir. Lalu saat ia telah mendapatkan
jawabannya, ia melemparkan koin itu keatas dan menangkapnya lagi.
“Waktu dimana garis
retaknya muncul, harusnya berbeda. Sedangkan untuk bentuk kacanya, retakan dari
lubang peluru yang baru akan menindih retakan lain dari yang lama. Itu berarti
urutan nomornya adalah 5 7 0 8 3 1,” jelas Xia Chi.
Akhirnya Xia Chi serta Xu
Xiang berhasil keluar dari ruangan tersebut. Dan dengan sangat senang, Xu Xian
memeluk lengan Xia Chi serta berterima kasih. Sedangkan Xia Chi hanya diam
saja.
Dengan sikap jaim, Xu
Xiang melepaskan lengan Xia Chi dan lalu menuduh Xia Chi yang mengambil
keuntungan disaat seperti ini. Setelah itu, ia mengembalikan jaket milik Xia
Chi.
Dipermainan tadi, sistemnya bisa menjebak dan membunuh kami. Mengapa
tiba- tiba memberikan kami petunjuk?
Pikir Xia Chi.
Xia Chi sayang, rahasia ini antara kita berdua. Balas GM.
“Akhir- akhir ini aku
mendengar bahwa ada pemain yang kalah diakhir permainan, tapi nilainya yang
tertinggi,” kata Xu Xiang, mulai ceria dan cerewet kembali.
“Jadi apa itu berarti
nilai sama sekali tidak berhubungan dengan kalah atau menang?” tanya Xia Chi,
ketika mendengar itu.
“Tidak yakin. Pasti ada
hubungannya dengan kepintaran. Terkadang, butuh kekuatan. Tapi aku masih
berpikir hal yang paling penting adalah keberuntungan,” jelas Xu Xiang.
“Keberuntungan? Tidak
mungkin. Permainan ini memiliki sistem penilaian, juga sistem penghargaan. Jika
kita bisa mengetahui peraturan evaluasi GM, mungkin kita bisa menemukan arti
permainan ini,” balas Xia Chi, serius.
Seperti terpikir sesuatu,
dengan bangga Xia Chi mengatakan bahwa ia bisa menyelesaikan misi pilihannya.
Dan itu membuat Xu Xiang bertanya, bagaimana Xia Chi bisa membunuh targetnya.
“Aku tak perlu menemukan
targetku. Aku akan membunuhnya dari jarak jauh,” jelas Xia Chi dengan penuh
percaya diri. Sambil menunjuk dinding dihadapannya.
Guru Li mulai kesal, ia
memperingati nomor 5 untuk tidak memberikan ide
yang buruk, karena ia tidak mau grup mereka menjadi kacau.
“Guru Li, dari permulaan,
kamu selalu mengatakan kami tidak bisa melakukan ini atau itu. Baiklah, apa
kamu punya ide? Katakan,” kata nomor 2 yang mulai emosi juga, menantang.
Tiba- tiba disaat itu,
mereka berempat yang berada disana mendengar suara teriakan Xia Chi yang begitu
keras. Dan menjadi terkejut. Sedangkan nomor 5 hanya tersenyum saja.
“Dia sudah mulai membuat
pergerakan,” kata nomor 6, panik.
Xu Xiang yang berdiri
disamping Xia Chi menutup telingannya. Lalu meminta agar Xia Chi berhenti. Dan
menanyakan kenapa Xia Chi berteriak begitu keras dilorong yang bergema kuat
seperti ini.
“Benar. Semuanya bisa
mendengarnya,” kata Xia Chi, singkat.
“Apa ini maksudmu dengan membunuh dari jarak jauh?” tanya Xu Xiang, kagum,
saat ia sadar maksud Xia Chi.
“Targetku berada digrup empat orang. Grup ini sangat rapuh. Selama ada
kebimbangan dalam grup, mereka akan jatuh. Apalagi ada Bo Bian (nomor 5), meskipun
aku tidak bisa meramalkan apa yang akan dia lakukan, tapi aku yakin dengan
pasti, dia adalah orang dengan kemampuan yang kuat,” jelas Xia Chi.
Mendengar penjelasan Xia Chi, Xu Xian mau ikut berteriak. Tapi dengan
segera Xia Chi menahannya, karena mereka harus menunggu dulu sebentar untuk
melihat apa yang terjadi.
Nomor 2 mulai merasa heran dan menanyakan Bo Bian, apa benar nomor 7 (Xia
Chi) adalah targetnya. Dan Bo Bian membenarkan.
“Berhenti bermain. Semenjak kamu memasuki lorong ini, kamu selalu bersama
dengan kami. Bagaimana kamu bisa membunuhnya? Atau nomor 7 bukan targetmu ?”
tanya nomor 2, mulai curiga.
“Jika kamu bicara seperti itu, maka kita punya masalah. Kita semua sekutu.
Apa kamu meragukanku?” balas Bo Bian.
“Benar. Aku pikir kita tidak seharusnya meragukan sekutu kita,” kata nomor
6, setuju dengan Bo Bian.
“Aku tidak secara acak meragukan siapapun. Aku menilai situasinya
berdasarkan bukti,” balas nomor 2.
“Ini hanyalah cara pemain lain untuk menciptakan ketidak percayaan diantara
kita. Kamu jelas tahu kalau targetku nomor 7, tapi kamu masih menyerang nomor
7. Itu sudah jelas bermaksud untuk memisahkan kita. Jangan makan umpannya,”
jelas Bo Bian.
Nomor 6 membela Bo Bian lagi, karena ia setuju. Dan hal itu membuat nomor 2
tidak senang. Lalu dengan sengaja, Bo Bian memegang bahu nomor 6 dan mengatai
nomor 2 yang hanya peduli diri sendiri dan menyembunyikan pisau.
Orang ini. Dia sengaja
menggunakan aku untuk melawan nomor 2. Yang dia lakukan sekarang adalah
mengisolasi nomor 2 dari sisa grup ini. Pikir nomor 6, mulai curiga,
tapi tidak bisa berbuat apapun, selain tetap diam.
Guru Li juga ikut membela Bo Bian dan menyalahkan nomor 2. Mungkin karena
dari awal, ia sudah tidak senang dengan nomor 2.
“Guru Li, kamu tidak mungkin tertipu oleh nomor 5 juga kan?” tanya nomor 2,
mulai semakin tidak senang.
“Setidaknya sampai sekarang. Nomor 5 tidak pernah melakukan apapun untuk
membahayakan grup kita,” balas Guru Li.
Nomor 2 semakin emosi, hanya karena ia memungut pisau dari tanah, ia
dianggap membahayakan grup. Lalu dengan tidak senang, ia mengacungkan pisaunya
kepada Guru Li, mengancam.
Disaat itu, nomor 6 mulai panik. Dan dengan satu dorongan, Bo Bian
mendorong nomor 6 kearah nomor 2. Sehingga karena terkejut, nomor 2 berbalik
dan tanpa sengaja menusuk nomor 6. Dan melihat itu, Bo Bian tertawa. Sedangkan
nomor 2 terkejut.
“Bukan aku. Bukan aku. Kamu yang menabraku,” kata nomor 2 dengan gugup,
membela dirinya. Saat nomor 6 terbaring, berlumuran darah.
Sedangkan Bo Bian dengan tenang dan wajah tersenyum. Ia mengeluarkan hpnya
dan memotret nomor 6 yang telah mati.
“Bukankah kematian hal yang indah? Terima kasih padamu yang telah membuat
sebuah seni artistik. Nomor 2, kamu memang seorang artis,” kata Bo Bian sambil
tertawa senang.
Guru Li mau merebut pisau nomor 2. Dan akibat masih merasakan terkejut,
maka nomor 2 yang panik menyerang Guru Li. Lalu disaat itu, Guru Li meminta
agar Bo Bian membantunya.
Tags:
Die Now