Broadcast Network : Tencent
Ditaman. Mainan berputar sendiri.
Ayunan berayun sendiri.
Ada
taman disana. Ayahku berjalan melewati taman itu setiap hari ketika dia
sekolah.
Ayah Xiao Ju berjalan di suatu gang
yang menghadap kearah taman itu. Disaat itu, tiba- tiba ada sebuah bola sepak yang
mengelinding kearahnya. Jadi Ayah Xiao Ju melihat kesamping untuk melihat itu
punya siapa.
Disana
selalu ada seorang gadis dengan gaun putih yang melihatnya dari taman itu. Ayahku
hanya melihatnya. Ayahku tidak berbicara.
“Suatu hari ayahku terlalu penasaran,”
kata Xiao Ju dengan serius sambil menatap Xiu Xian yang sibuk makan.
Ayahku
mengikuti gadis itu kedalam bangunan kumuh. Ayahku mengikutinya sepanjang jalan
ke lantai atas. Ayahku melihat gadis itu masuk kedalam sebuah ruangan. Gadis
itu menutup pintu dibelakangnya.
Ruangan
itu adalah satu-satunya yang tidak menyala lampunya diseluruh bangunan itu.
“Jadi Ayahku mengintip melalui
lubang kunci,” kata Xiao Ju. Disana Ayah Xiao Ju melihat ada meja makan dan
sebuah kursi yang tergeletak dilantai. Dan Xiu Xia menelan ludahnya.
“Bagaimana kursi itu terjatuh?”
tanya Xiu Xian, mulai tertarik.
“Ayahku penasaran juga. Bagaimana
itu terjatuh? Pada waktu itu…”
Seorang
tetangga keluar. Dia menceritakan pada Ayahku kalau ada seorang gadis yang
tinggal diruangan itu. Tapi dia gantung diri tiga bulan yang lalu. Tidak ada
seorang pun yang tinggal di apaterment itu setelahnya.
Setelah
tetangga itu pergi, Ayahku mengintip lagi dari lubang kunci. Tapi dia tidak
melihat apapun kali ini.
“Dia hanya melihat warna merah,”
kata Xiao Ju.
“Mengapa begitu?”
"Orang
yang mati gantung diri, matanya selalu berubah jadi warna merah."
Dari lubang kunci itu, sesuatu yang
cair berwarna merah, seperti darah keluar dari lubang kunci itu dan mengenai
mata Ayah Xiao Ju yang mengintip.
Dengan sengaja, setelah selesai
bercerita, Xiao Ju menghembuskan nafasnya kemata Xiu Xian yang sedang serius
mendengarkan dia. Dan hal itu, membuat Xiu Xian yang sedang serius menjadi
kaget.
Dan dengan senang, Xiao Ju
mengetawai reaksi kaget Xiu Xian.
“Cukup! Cukup! Tidak ada seorang pun didepan
rumahku. Tidak ada hantu juga, okay? Tidak ada yang namanya monster didunia
ini,” kata Xiu Xian menghentikan Xiao Ju yang lanjut bercerita.
“Jadi rubah alien ada didunia ini.
Tapi hantu atau iblis tidak ada? Aku kasih tau kamu, manusia bisa lebih
menakutkan dibandingkan monster,” balas Xiao Ju.
Xiu Xian sama sekali tidak mengerti
perkataan Xiao Ju yang terakhir. Dan tepat disaat itu, Chen Nan datang. Sambil
tersenyum, ia masuk kedalam toko dan menyapa Xiao Ju dengan ramah.
“Mm.. bisakah kita bicara berdua?”
tanya Chen Nan, ketika melihat Xiu Xian disana.
“Kita bisa bicara disini,” jawab
Xiao Ju dengan tegas.
“Benar. Bicara saja disini,” timpal
Xiu Xian yang dibalas dengan tatapan tajam oleh Xiao Ju, tanda kalau Xiu Xian
harus diam.
Pertama, Chen Nan berterima kasih
kepada Xiao Ju, karena telah membantunya. Kedua, ia memberitahu kalau sikap
ceweknya sudah lebih manis untuk sementara. Tapi ia tidak sengaja membuat
ceweknya marah lagi.
Dan Xiu Xian yang duduk disana, ikut
mendengarkan dengan serius. Sambil memperhatikan Chen Nan bercerita.
“Hari ulang tahunnya akan tiba. Aku
tidak mau bertengkar dengannya. Tapi sebenarnya… aku yang salah. Aku tidak
seharusnya meminta mu untuk membuatnya marah. Ini salahku,” jelas Che Nan.
“Kita temankan. Aku akan langsung
jujur. Sebenarnya, aku mau kamu menemuinya dan meminta maaf kepada dia,” lanjut
Chen Nan.
“Bukankah lebih baik jika kamu
sendiri yang meminta maaf kepadanya?” balas Xiao Ju dengan sikap datar.
“Itu benar. Aku akan meminta maaf
padanya. Tapi kamu juga harus, kan? Aku kira kamu bisa menjelaskan itu untukku.
Beritahu dia kalau kita hanya berakting? Tolonglah!” pinta Chen Nan sambil
merapatkan tangan memohon.
Xiao Ju hanya diam untuk sesaat,
lalu setelah itu ia pun menganguk. Lalu dengan senang, Chen Nan meminta agar
Xiao Ju bisa datang ke bar jam 10 malam ini. Sedangkan Xiu Xian masih diam,
mendengarkan saja.
“Oh ya. Bisa kamu bilang padanya,
kalau itu adalah idemu?” pinta Chen Nan lagi, sebelum keluar dari toko.
“Mengapa?” balas Xiao Ju, heran.
“Jadi dia tidak akan marah padaku.
Kamu mengerti, kan?” balas Chen Nan dengan santainya. Setelah itu ia pun pamit
dan keluar dari toko.
Xiao Ju sama sekali tidak mengatakan
apapun dan hanya diam serta menghela nafas. Dan melihat itu, Xiu Xian bertanya
apa Xiao Ju benar-benar akan kesana.
“Makan saja makananmu,” balas Xiao
Ju dengan cuek, lalu pergi kedapur.
Pi Pi tidak fokus dalam bekerja. Dan
ketika itu, Xiao Yu memberitahu kalau ada seorang pria tinggi dan tampan yang
mengenakan kaca mata hitam sedang menunggu Pi Pi.
“Kaca mata hitam? Beritahu dia, aku
sudah pulang hari ini,” kata Pi Pi. Lalu dengan buru-buru, ia segera
membereskan semua barangnya. Dan pergi.
Melihat sikap Pi Pi, Xiao Yu menjadi
heran. Ia lalu membenarkan sedikit rambutnya dan pergi menemui Pria yang
mencari Pi Pi. Dan ternyata Pria itu adalah Jia Lin.
“Hari ini dia tidak datang. Dia
mungkin pergi untuk wawancara. Kamu bisa meninggalkan informasi kontakmu,” kata
Xiao Yu dengan ramah.
“Ah… tidak perlu. Makasih,” balas
Jia Lin, lalu pergi.
Tian Xin menghubungin Jia Lin dan
menanyakan dimana Jia Lin sekarang. Dan dengan jujur, Jia Lin menjawab kalau ia
sedang berada dikantor Pi Pi, karena ia berpikir kalau ia harus segera
memberitahu Pi Pi, tapi sayangnya Pi Pi sedang tidak ada dikantor.
Jia Lin lalu memberitahu kalau ia
harus mempersiapkan wawawancara nya via skpe dengan penasihat Amerika.
Sehingga ia pun mematikan telponnya.
Dengan cepat, Pi Pi berlari menaiki
tangga. Ternyata ia pergi ke universitas dimana Jia Lin berkuliah. Disana ia
menemui teman Jia Lin dan bertanya, tapi tentu saja, Jia Lin tidak ada.
Saat Pi Pi telah berjalan agak
menjauh. Teman Jia Lin yang ditanya oleh Pi Pi tadi langsung berbisik kepada
kepada kawannya.
“Siapa gadis itu ya?”
“Pacar Tao Jia Lin.”
“Bukankah Jia Lin berpacaran dengan
Tian Xin?”
“Ssh.. ini rumit. Ayo jangan
bicarakan ini.”
Pi Pi mengelilingin kampus dan
berteriak memanggil Tian Xin. Ia meminjam hp Tian Xin, karena miliknya rusak
semalam, jadi ia tidak bisa menghubungin Jia Lin.
Tapi sayang tidak diangkat oleh Jia
Lin, karena saat ini Jia Lin sedang melakukan video call melalui skpe di
laptopnya dengan seorang advisor Amerika.
“Dia tidak angkat?” tanya Tian
Xian. Dan sambil menghela nafas, Pi Pi hanya diam saja.
“Mungkin dia sedang melakukan
wawancara. Kamu bisa menghubunginnya nanti,” kata Tian Xin, menyarankan.
“Bisakah aku menghabiskan waktu
denganmu hari ini?” pinta Pi Pi.
“Bisa. Tentu bisa. Ada apa? Kamu
tidak enak badan?” tanya Tian Xin.
“Tidak apa,” balas Pi Pi.
“Oh ya, kemarin malam, aku lihat
kamu dengan…” kata Tian Xin.
Tapi sebelum Tian Xin selesai
berbicara, temannya datang dan mengajak Tian Xin untuk pergi. Tapi karena belum
selesai bicara dengan Pi Pi, ia menolak dan mengatakan agar mereka pergi saja
duluan.
Pi Pi menanyakan kemana Tian Xin mau
pergi. Dan Tian Xin menjawab kalau temannya menyiapkan pesta di Plus.
Mengetahui hal itu, Pi Pi pun meminta agar ia bisa ikut serta juga.
“Bukankah kamu tidak suka ke bar?”
tanya Tian Xin, heran.
“Aku Cuma tidak mau sendirian hari
ini,” jawab Pi Pi.
“Okay. Nah, Jia Lin bisa menemui
kita disana, ketika dia sudah selesai,” balas Tian Xin, setuju. Lalu ia pun
mengajak Pi Pi ikut dengannya.
Xiao Ju telah selesai bekerja. Ia
mematikan lampu dan menutup serta mengunci pintu tokonya. Lalu untuk sesaat, ia
berdiri dan terdiam. Setelah itu barulah ia berjalan pergi dari toko.
“Manusia menjadi begitu aneh. Ketika
mereka melihat orang yang mereka sukai, maka mereka akan kehilangan diri mereka
sendiri. Mereka akan melakukan apapun untuk cinta, tidak peduli betapa tidak
beralasannya itu. Tidak bisakah mereka lihat, kalau mereka sedang digunakan?”
tanya Xiu Xian dengan panjang lebar.
Kuan Yong yang mendengarkan itu
hanya diam saja, tidak menanggapi. Dan melihat itu, Xiu Xian pun kembali
mengulangin perkataan serta pertanyaannya.
“Jadi kamu mau aku melakukan apa?”
tanya Kuan Yong, mengerti.
“Oh… Kuan Kuan… aku menjadi lebih
suka padamu sekarang. Ikut denganku,” ajak Xiu Xian senang, lalu segera
bersiap.
“Kemana?” tanya Kuan Yong. Tapi Xiu
Xian tidak menjawab.
Tags:
Moonshine and Valentine