Broadcast Network : Tencent
Ditengah danau. He Lan memeluk Hui
Yan dan membiarkannya untuk mendengarkan suara detak jantungnya. Dan ketika
mendengar itu, Hui Yan berkomentar bahwa suara jantung He Lan sangat lambat.
“Apa kamu benar- benar dari surga?”
tanya Hui Yan.
“Tentulah. Aku tidak berbohong
padamu. Ketika bulan berubah menjadi keemasan, disana akan ada bintang yang
bercahaya disebelahnya. Kaum ku tinggal di bintang itu, itu disebut Planet
Heavenly Fox,” jelas He Lan dengan bangga.
“Jadi berapa lama kaum mu berpindah
ke sini?”
“Aku juga tidak tau. Tapi itu pasti
sudah lama sekali.”
“Lalu… apa kamu… kamu manusia?”
tanya Hui Yan, penasaran.
“Aku rubah. Aku bisa hidup bertahun-
tahun.”
“Tapi kamu tidak tampak tua sepertiku.
Kemudian aku juga mau menjadi rubah juga!”
“Mengapa?”
“Karena rubah bisa hidup begitu
lama. Jika aku tidak menua, aku bisa bersama dengan mu lebih lama dan lama,”
jawab Hui Yan sambil memegang pipinya. Dan He Lan tertawa.
Hui Yan lalu bersandar kembali di
dada He Lan dan mendengarkan detak jantung He Lan.
Pi Pi bersandar didada He Lan dan
mendengarkan dengan hati- hati sambil melihat jam ditangan He Lan. Setelah itu
dengan agak ragu, ia menyingkir dari dada He Lan.
“Berapa banyak detak yang kamu
dengar?” tanya He Lan.
“Tiga,” jawab Pi Pi dengan suara
yang agak kecil.
“Apa kamu percaya sekarang?”
“Huh.. kamu pasti punya masalah
jantungkan.”
“Guan Pi Pi.”
“Aku pikir kamu perlu ke rumah sakit
dan memeriksakan itu,” kata Pi Pi dengan nada datar, seperti masih tidak bisa
mempercayai itu.
“Apa kamu takut sekarang?”
“Tidak? Aku hanya merasa, jika kamu
punya masalah jantung, kamu harus ke rumah sakit,” kata Pi Pi dengan masih
datar dan tidak percaya.
Karena Pi Pi masih saja menyangkali
kebenaran itu, He Lan menyentuh bahu Pi Pi dengan kuat dan berusaha untuk
menyadarkan Pi Pi kalau apa yang ia ceritakan tadi adalah benar, ia adalah
rubah.
Dengan masih tidak bisa percaya, Pi
Pi pamit. Karena walaupun ia melanjutkan wawancara, tapi tidak akan ada satupun
yang percaya.
“Selama kamu mempercayaiku, tidak
apa,” kata He Lan, meyakinkan Pi Pi.
“Terima kasih buat makan malamnya,
Tuan He Lan,” balas Pi Pi lalu segera pergi dengan terburu- buru.
Dan Tian Xin yang berada disana,
seperti menyadari bahwa Pi Pi ada disana.
Pi Pi masuk kedalam lift dengan
sikap ketakutan. Dan He Lan yang mengikutinya, menyadari hal itu. Apalagi
ketika Pi Pi memalingkan wajahnya.
Direstoran. Jia Lin masih menunggu
Tian Xin. Disana pelayan datang mendekati meja Jia Lin lagi dan menanyakan
pesanan Jia Lin. Dan Jia Lin memesan sebuah nasi seafood, tapi pelayan
menyarankan agar Jia Lin memesan nasi daging saja, karena nasi seafood itu
porsi untuk dua orang.
Jadi Jia Lin pun tersenyum, tanda
setuju.
Didalam gang yang gelap. Pi Pi
berjalan dengan pandangan menunduk kebawah, seperti masih sangat sulit
mempercayai apa yang terjadi tadi. Dan ketika itu, tanpa sengaja ia menabrak
beberapa preman yang sedang mabuk.
Preman tersebut marah dan hendak
memukuli Pi Pi. Dan ketika itu seorang pria berjaket hitam datang menolong Pi
Pi. Setelah itu dia membungkuk, memberi hormat kepada Pi Pi dan pergi.
Direstoran. Seluruh restoran sudah
sepi, hanya tinggal Jia Lin seorang. Disana Jia Lin sama sekali belum menyentuh
makanannya, ia hanya minum air putih saja. Lalu ketika seorang pelayan
memberitahu bahwa mereka telah tutup, maka Jia Lin terpaksa harus pergi.
Tepat disaat Jia Lin baru akan
keluar dari restoran, Tian Xin muncul. Tian Xin datang menemui Jia Lin, ia
tersenyum kepada Jia Lin yang langsung tampak senang juga.
Kuan Yong memberitahu agar He Lan
tidak menemui Pi Pi dulu, karena semalam He Lan sudah membuat Pi Pi takut.
“Aku menakutinya? Aku tidak tau apa
yang salah dengan menjadi jujur kepada orang yang dicintai. Apa salahku
memberitahunya kebenaran?” tanya He Lan dengan nada emosi kepada Kuan Yong.
“Tidak salah. Tapi beberapa orang
bisa takut, ketika mereka mengetahui jantung seseorang hanya berdetak tiga kali
dalam semenit,” jelas Kuan Yong.
“Hui Yan selalu mempercayaiku dimasa
lalu,” balas He Lan, bersikeras kalau tindakan nya benar.
“Tapi kali ini berbeda. Tuan, orang
tidak mengenal internet sebelumnya. Internet membuat orang percaya, mereka tau
segalanya. Jadi mereka tidak bisa menerima hal yang tidak dikenal. Aku pikir
kamu harus memberi nona Guan waktu,” balas Kuan Yong, menjelaskan.
Pi Pi menceritakan segala yang
dialamin nya semalam kepada Xiao Ju. Tentang He Lan yang adalah rubah. Tentang
ia menabrak orang mabuk. Tentang orang asing yang menyelamatkannya. Dan tentang
mimpinya yang berada ditengah danau bersama dengan seseorang.
Disaat Xiao Ju bersikap biasa saja
mendengarkan semua ceritanya. Serta masih saja sibuk bekerja, bergerak kesana
dan kesini. Pi Pi pun jadi kesal dan mengatakan bahwa ia tidak sedang bercanda.
“Aku percaya kamu. Mengapa aku tidak
mempercayaimu?” balas Xiao Ju dengan sikap santai.
“Kamu percaya aku?”
“Ya.”
“Bagaimana kamu bisa mempercayai ku,
ketika aku saja tidak bisa mempercayai diriku sendiri?” tanya Pi Pi dengan nada
lemas.
“Eh, mengapa kamu tidak bicara ke
Tian Xin? Dia pasti lebih tau,” kata Xiao Ju.
“Dia tidak pernah percaya. Hal
seperti ini tidak ada,” balas Pi Pi.
“Mengapa bisa tidak ada? Einstein
bilang sains hanya bisa membuktikan apa yang ada. Tidak bisa membuktikan yang
tidak ada,” balas Xiao Ju.
“Kapan Einstein bilang begitu?”
tanya Pi Pi, heran mendengar itu.
“Mm… mungkin ayahku yang bilang
begitu,” balas Xiao Ju.
Tepat disaat mereka berdua sedang
mengobrol, Xiu Xian muncul. Jadi melihat itu, maka Pi Pi segera bersembunyi dan
meminta agar Xiao Ju memberitahu kalau ia tidak ada disini.
Tapi walaupun Xiao Ju berbohong
kepada Xiu Xian, itu percuma saja. Karena dengan mudah Xiu Xian bisa tau kalau
Pi Pi sedang bersembunyi disana.
“Nona Guan, bisakah kita berbicara?”
tanya Xiu Xian dengan sikap ramah.
Sambil makan, Xiao Ju berdiri agak
jauh, memperhatikan Pi Pi dan Xiu Xian yang sedang mengobrol.
Xiu Xian menyampaikan kalau He Lan
meminta maaf kepada Pi Pi, dikarenakan kesalah pahaman kecil yang membuat Pi Pi
ketakutan kemarin malam.
“Takut? Tidak… mengapa aku harus
takut? Jantungnya berdetak lambat… setiap jantung itu berbeda… itu normal…,”
kata Pi Pi dengan nada ragu dan pelan.
“Apa itu normal?” tanya Xiu Xian.
“Ya.”
“Benarkah?”
Pi Pi hanya tersenyum kecil, karena
tidak menjawab lagi. Dan ketika itu, Xiu Xian malah tampak lega. Xiu Xian lalu
menyampaikan, jika begitu, maka Pi Pi bisa menemui He Lan lagi, karena He Lan
ingin bertemu siang ini.
Mendengar hal itu, Pi Pi langsung
beralasan kalau dia ada pekerjaan siang ini. Tapi tidak mau menyerah, Xiu Xian
menanyakan apa Pi Pi bisa bertemu saat makan malam atau tengah malam.
Pi Pi menjawab dengan alasan yang
sama. Tapi Xiu Xian terus mendesak. Sehingga Pi Pi menjadi kebingungan harus
berbuat apa. Dan disaat itu Xiao Ju mendekat dan menolong Pi Pi.
“Bukankah kamu ada rapat? Pergilah,”
kata Xiao Ju, sengaja, untuk membantu Pi Pi.
“Oh… itu benar. Aku…aku akan pergi
dulu,” balas Pi Pi, lalu dengan cepat bangkit berdiri dan berlari keluar dari
toko.
Ketika Xiu Xian ikut berdiri untuk
mengejar Pi Pi, dengan sengaja Xiao Ju menahan Xiu Xian dan menyuruhnya untuk
duduk serta makan saja.
“Mengapa kamu terus menakutinya?”
tanya Xiao Ju.
“Kapan aku menakutinya?” balas Xiu
Xian.
“Bagaimana kamu tau dia ada
dibelakang counter? Pelinghatan X-ray?”
Bingung harus menjawab apa, Xiu Xian
hanya diam saja. Tapi Xiao Ju salah mengartikan itu, karena Xiu Xian hanya diam
sambil memandanginnya.
Xiao Ju menutup tubuhnya dengan
tangan disilangkan, lalu pergi meninggalkan Xiu Xian. Dan Xiu Xian menatap hal
itu dengan pandangan tidak mengerti serta aneh.
Qi Lin datang menemui Qian Hua
kerumahnya. Dan dengan sinis, Qian Hua menanyakan maksud kedatangan Qi Lin,
karena Qi Lin tidak diterima disini.
“Mengapa kamu menemuinya?” tanya Qi Lin.
“Tidak peduli apa itu. Itu antara
Imam kanan (He Lan) dan aku,” balas Qian Hua.
“Kamu mencari cermin bunga emas
Putri Xian, kan. Mengapa dia membutuhkan itu?”
“Dia tau apa yang di butuhkannya.”
“Kamu tau He Lan Jing Ting tidak
bisa mengambil posisi Tuan Qing Mu. Mengapa kamu masih menolong nya? Dia adalah
setengah darah bajingan.”
“Imam kiri. Perhatikan ucapanmu.
Tuan Qing Mu adalah ayah tirimu, dia juga Imam utama dari Fox Clan. Kamu
menempatkannya di posisi sulit dengan ucapanmu,” balas Qian Huan, sangat tegas.
Dengan nada tidak senang yang
terang- terangan, Qi Lin mengucapkan kebenciannya dan mengatakan kalau He Lan
tidak cocok untuk memimpin Fox Clan. Dan mendengar itu, Qian Hua hanya diam
saja, tidak menanggapi.
“Beberapa hari lalu, dia
menanyakanku tentang Pearl. Apa itu bukan untukmu? Aku sarankan kamu berhenti
menghabiskan waktumu untuk nya,” bisik Qi Lin, memancing emosi Qian Hua.
Qian Huan memang menjadi emosi. Ia
menjauhkan diri dari Qi Lin dan mengatakan kalau Imam kanan lebih cocok untuk
posisi pemimpin daripada Qi Lin.
“Waktu ku sangat berharga. Aku tidak
akan bisa melihatmu keluar,” kata Qian Hua.
Qi Lin mendekati Qian Hua lagi dan
tersenyum kepadanya. Lalu pergi.
Xiao Ju memberikan makanan ringan
lagi untuk Xiu Xian. Lalu setelah itu, ia mengambil kain dan mengoyang-
goyangkannya dihadapan Xiu Xian. Dan melihat itu, Xiu Xia hanya menatap dengan
heran.
Xiao Ju lalu melemparkan kain itu
dan menyuruh Xiu Xian mengambilnya. Tapi Xiu Xian hanya diam saja dan lalu
tertawa.
“Jadi rubah berbeda dari anjing ya?”
tanya Xiao Ju sambil duduk dihadapan Xiu Xian.
“Tentu. Apa kamu tidak berbeda dari
kera? Juga, tolong jangan samakan aku dengan mahkluk menakutkan seperti itu.
Bukankah kamu harusnya takut tenta apa yang kamu dengar?” balas Xiu Xian.
“Mengapa aku harus takut? Dongeng
rubah, alien dengan tiga jantung, aku tidak akan takut. Bahkan jika hati mu
berhenti berdetak!” balas Xiao Ju dengan santai dan bersemangat.
“Kamu tidak takut, kalau aku akan
memakanmu?”
“Makan aku? Hah.. manusia makan
begitu banyak binatang didunia. Ada waktunya, sesuatu yang akan memakan
manusia,” balas Xiao Ju, masih dengan santainya.
“Aku harap yang lain juga merasa
seperti itu juga.”
“Aku tidak tau bagaimana perasaan
orang lain. Tapi aku merasakan itu. Ayahku adalah guru matematika, orang
menyebutnya gila. Karena dia suka membicarakan tentang deduksi dan telepati,”
cerita Xiao Ju. Sambil berdiri mengambil minum dan duduk kembali.
Dengan serius, Xiu Xian mendengarkan
cerita Xiao Ju mengenai ayahnya. Lalu setelah itu, Xiao Ju menyuruhnya untuk
melihat keluar dan mulai menceritakan sebuah cerita.
Tags:
Moonshine and Valentine