Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 6 - part 1



Broadcast Network        Tencent





Ditengah danau. He Lan memeluk Hui Yan dan membiarkannya untuk mendengarkan suara detak jantungnya. Dan ketika mendengar itu, Hui Yan berkomentar bahwa suara jantung He Lan sangat lambat.

“Apa kamu benar- benar dari surga?” tanya Hui Yan.


“Tentulah. Aku tidak berbohong padamu. Ketika bulan berubah menjadi keemasan, disana akan ada bintang yang bercahaya disebelahnya. Kaum ku tinggal di bintang itu, itu disebut Planet Heavenly Fox,” jelas He Lan dengan bangga.



“Jadi berapa lama kaum mu berpindah ke sini?”

“Aku juga tidak tau. Tapi itu pasti sudah lama sekali.”

“Lalu… apa kamu… kamu manusia?” tanya Hui Yan, penasaran.

“Aku rubah. Aku bisa hidup bertahun- tahun.”

“Tapi kamu tidak tampak tua sepertiku. Kemudian aku juga mau menjadi rubah juga!”

“Mengapa?”


“Karena rubah bisa hidup begitu lama. Jika aku tidak menua, aku bisa bersama dengan mu lebih lama dan lama,” jawab Hui Yan sambil memegang pipinya. Dan He Lan tertawa.


Hui Yan lalu bersandar kembali di dada He Lan dan mendengarkan detak jantung He Lan.



Pi Pi bersandar didada He Lan dan mendengarkan dengan hati- hati sambil melihat jam ditangan He Lan. Setelah itu dengan agak ragu, ia menyingkir dari dada He Lan.



“Berapa banyak detak yang kamu dengar?” tanya He Lan.

“Tiga,” jawab Pi Pi dengan suara yang agak kecil.

“Apa kamu percaya sekarang?”

“Huh.. kamu pasti punya masalah jantungkan.”

“Guan Pi Pi.”



“Aku pikir kamu perlu ke rumah sakit dan memeriksakan itu,” kata Pi Pi dengan nada datar, seperti masih tidak bisa mempercayai itu.

“Apa kamu takut sekarang?”

“Tidak? Aku hanya merasa, jika kamu punya masalah jantung, kamu harus ke rumah sakit,” kata Pi Pi dengan masih datar dan tidak percaya.



Karena Pi Pi masih saja menyangkali kebenaran itu, He Lan menyentuh bahu Pi Pi dengan kuat dan berusaha untuk menyadarkan Pi Pi kalau apa yang ia ceritakan tadi adalah benar, ia adalah rubah.



Dengan masih tidak bisa percaya, Pi Pi pamit. Karena walaupun ia melanjutkan wawancara, tapi tidak akan ada satupun yang percaya.

“Selama kamu mempercayaiku, tidak apa,” kata He Lan, meyakinkan Pi Pi.

“Terima kasih buat makan malamnya, Tuan He Lan,” balas Pi Pi lalu segera pergi dengan terburu- buru.


Dan Tian Xin yang berada disana, seperti menyadari bahwa Pi Pi ada disana.




Pi Pi masuk kedalam lift dengan sikap ketakutan. Dan He Lan yang mengikutinya, menyadari hal itu. Apalagi ketika Pi Pi memalingkan wajahnya.



Direstoran. Jia Lin masih menunggu Tian Xin. Disana pelayan datang mendekati meja Jia Lin lagi dan menanyakan pesanan Jia Lin. Dan Jia Lin memesan sebuah nasi seafood, tapi pelayan menyarankan agar Jia Lin memesan nasi daging saja, karena nasi seafood itu porsi untuk dua orang.

Jadi Jia Lin pun tersenyum, tanda setuju.


Didalam gang yang gelap. Pi Pi berjalan dengan pandangan menunduk kebawah, seperti masih sangat sulit mempercayai apa yang terjadi tadi. Dan ketika itu, tanpa sengaja ia menabrak beberapa preman yang sedang mabuk.



Preman tersebut marah dan hendak memukuli Pi Pi. Dan ketika itu seorang pria berjaket hitam datang menolong Pi Pi. Setelah itu dia membungkuk, memberi hormat kepada Pi Pi dan pergi.



Direstoran. Seluruh restoran sudah sepi, hanya tinggal Jia Lin seorang. Disana Jia Lin sama sekali belum menyentuh makanannya, ia hanya minum air putih saja. Lalu ketika seorang pelayan memberitahu bahwa mereka telah tutup, maka Jia Lin terpaksa harus pergi.



Tepat disaat Jia Lin baru akan keluar dari restoran, Tian Xin muncul. Tian Xin datang menemui Jia Lin, ia tersenyum kepada Jia Lin yang langsung tampak senang juga.



Kuan Yong memberitahu agar He Lan tidak menemui Pi Pi dulu, karena semalam He Lan sudah membuat Pi Pi takut.

“Aku menakutinya? Aku tidak tau apa yang salah dengan menjadi jujur kepada orang yang dicintai. Apa salahku memberitahunya kebenaran?” tanya He Lan dengan nada emosi kepada Kuan Yong.



“Tidak salah. Tapi beberapa orang bisa takut, ketika mereka mengetahui jantung seseorang hanya berdetak tiga kali dalam semenit,” jelas Kuan Yong.

“Hui Yan selalu mempercayaiku dimasa lalu,” balas He Lan, bersikeras kalau tindakan nya benar.

“Tapi kali ini berbeda. Tuan, orang tidak mengenal internet sebelumnya. Internet membuat orang percaya, mereka tau segalanya. Jadi mereka tidak bisa menerima hal yang tidak dikenal. Aku pikir kamu harus memberi nona Guan waktu,” balas Kuan Yong, menjelaskan.



Pi Pi menceritakan segala yang dialamin nya semalam kepada Xiao Ju. Tentang He Lan yang adalah rubah. Tentang ia menabrak orang mabuk. Tentang orang asing yang menyelamatkannya. Dan tentang mimpinya yang berada ditengah danau bersama dengan seseorang.



Disaat Xiao Ju bersikap biasa saja mendengarkan semua ceritanya. Serta masih saja sibuk bekerja, bergerak kesana dan kesini. Pi Pi pun jadi kesal dan mengatakan bahwa ia tidak sedang bercanda.

“Aku percaya kamu. Mengapa aku tidak mempercayaimu?” balas Xiao Ju dengan sikap santai.

“Kamu percaya aku?”

“Ya.”



“Bagaimana kamu bisa mempercayai ku, ketika aku saja tidak bisa mempercayai diriku sendiri?” tanya Pi Pi dengan nada lemas.

“Eh, mengapa kamu tidak bicara ke Tian Xin? Dia pasti lebih tau,” kata Xiao Ju.

“Dia tidak pernah percaya. Hal seperti ini tidak ada,” balas Pi Pi.

“Mengapa bisa tidak ada? Einstein bilang sains hanya bisa membuktikan apa yang ada. Tidak bisa membuktikan yang tidak ada,” balas Xiao Ju.

“Kapan Einstein bilang begitu?” tanya Pi Pi, heran mendengar itu.

“Mm… mungkin ayahku yang bilang begitu,” balas Xiao Ju.



Tepat disaat mereka berdua sedang mengobrol, Xiu Xian muncul. Jadi melihat itu, maka Pi Pi segera bersembunyi dan meminta agar Xiao Ju memberitahu kalau ia tidak ada disini.


Tapi walaupun Xiao Ju berbohong kepada Xiu Xian, itu percuma saja. Karena dengan mudah Xiu Xian bisa tau kalau Pi Pi sedang bersembunyi disana.



“Nona Guan, bisakah kita berbicara?” tanya Xiu Xian dengan sikap ramah.



Sambil makan, Xiao Ju berdiri agak jauh, memperhatikan Pi Pi dan Xiu Xian yang sedang mengobrol.

Xiu Xian menyampaikan kalau He Lan meminta maaf kepada Pi Pi, dikarenakan kesalah pahaman kecil yang membuat Pi Pi ketakutan kemarin malam.



“Takut? Tidak… mengapa aku harus takut? Jantungnya berdetak lambat… setiap jantung itu berbeda… itu normal…,” kata Pi Pi dengan nada ragu dan pelan.

“Apa itu normal?” tanya Xiu Xian.

“Ya.”

“Benarkah?”



Pi Pi hanya tersenyum kecil, karena tidak menjawab lagi. Dan ketika itu, Xiu Xian malah tampak lega. Xiu Xian lalu menyampaikan, jika begitu, maka Pi Pi bisa menemui He Lan lagi, karena He Lan ingin bertemu siang ini.



Mendengar hal itu, Pi Pi langsung beralasan kalau dia ada pekerjaan siang ini. Tapi tidak mau menyerah, Xiu Xian menanyakan apa Pi Pi bisa bertemu saat makan malam atau tengah malam.


Pi Pi menjawab dengan alasan yang sama. Tapi Xiu Xian terus mendesak. Sehingga Pi Pi menjadi kebingungan harus berbuat apa. Dan disaat itu Xiao Ju mendekat dan menolong Pi Pi.

“Bukankah kamu ada rapat? Pergilah,” kata Xiao Ju, sengaja, untuk membantu Pi Pi.

“Oh… itu benar. Aku…aku akan pergi dulu,” balas Pi Pi, lalu dengan cepat bangkit berdiri dan berlari keluar dari toko.



Ketika Xiu Xian ikut berdiri untuk mengejar Pi Pi, dengan sengaja Xiao Ju menahan Xiu Xian dan menyuruhnya untuk duduk serta makan saja.

“Mengapa kamu terus menakutinya?” tanya Xiao Ju.

“Kapan aku menakutinya?” balas Xiu Xian.

“Bagaimana kamu tau dia ada dibelakang counter? Pelinghatan X-ray?”



Bingung harus menjawab apa, Xiu Xian hanya diam saja. Tapi Xiao Ju salah mengartikan itu, karena Xiu Xian hanya diam sambil memandanginnya.

Xiao Ju menutup tubuhnya dengan tangan disilangkan, lalu pergi meninggalkan Xiu Xian. Dan Xiu Xian menatap hal itu dengan pandangan tidak mengerti serta aneh.




Qi Lin datang menemui Qian Hua kerumahnya. Dan dengan sinis, Qian Hua menanyakan maksud kedatangan Qi Lin, karena Qi Lin tidak diterima disini.

“Mengapa kamu menemuinya?” tanya Qi Lin.

“Tidak peduli apa itu. Itu antara Imam kanan (He Lan) dan aku,” balas Qian Hua.

“Kamu mencari cermin bunga emas Putri Xian, kan. Mengapa dia membutuhkan itu?”

“Dia tau apa yang di butuhkannya.”



“Kamu tau He Lan Jing Ting tidak bisa mengambil posisi Tuan Qing Mu. Mengapa kamu masih menolong nya? Dia adalah setengah darah bajingan.”

“Imam kiri. Perhatikan ucapanmu. Tuan Qing Mu adalah ayah tirimu, dia juga Imam utama dari Fox Clan. Kamu menempatkannya di posisi sulit dengan ucapanmu,” balas Qian Huan, sangat tegas.



Dengan nada tidak senang yang terang- terangan, Qi Lin mengucapkan kebenciannya dan mengatakan kalau He Lan tidak cocok untuk memimpin Fox Clan. Dan mendengar itu, Qian Hua hanya diam saja, tidak menanggapi.

“Beberapa hari lalu, dia menanyakanku tentang Pearl. Apa itu bukan untukmu? Aku sarankan kamu berhenti menghabiskan waktumu untuk nya,” bisik Qi Lin, memancing emosi Qian Hua.



Qian Huan memang menjadi emosi. Ia menjauhkan diri dari Qi Lin dan mengatakan kalau Imam kanan lebih cocok untuk posisi pemimpin daripada Qi Lin.

“Waktu ku sangat berharga. Aku tidak akan bisa melihatmu keluar,” kata Qian Hua.

Qi Lin mendekati Qian Hua lagi dan tersenyum kepadanya. Lalu pergi.




Xiao Ju memberikan makanan ringan lagi untuk Xiu Xian. Lalu setelah itu, ia mengambil kain dan mengoyang- goyangkannya dihadapan Xiu Xian. Dan melihat itu, Xiu Xia hanya menatap dengan heran.

Xiao Ju lalu melemparkan kain itu dan menyuruh Xiu Xian mengambilnya. Tapi Xiu Xian hanya diam saja dan lalu tertawa.



“Jadi rubah berbeda dari anjing ya?” tanya Xiao Ju sambil duduk dihadapan Xiu Xian.

“Tentu. Apa kamu tidak berbeda dari kera? Juga, tolong jangan samakan aku dengan mahkluk menakutkan seperti itu. Bukankah kamu harusnya takut tenta apa yang kamu dengar?” balas Xiu Xian.


“Mengapa aku harus takut? Dongeng rubah, alien dengan tiga jantung, aku tidak akan takut. Bahkan jika hati mu berhenti berdetak!” balas Xiao Ju dengan santai dan bersemangat.

“Kamu tidak takut, kalau aku akan memakanmu?”



“Makan aku? Hah.. manusia makan begitu banyak binatang didunia. Ada waktunya, sesuatu yang akan memakan manusia,” balas Xiao Ju, masih dengan santainya.

“Aku harap yang lain juga merasa seperti itu juga.”



“Aku tidak tau bagaimana perasaan orang lain. Tapi aku merasakan itu. Ayahku adalah guru matematika, orang menyebutnya gila. Karena dia suka membicarakan tentang deduksi dan telepati,” cerita Xiao Ju. Sambil berdiri mengambil minum dan duduk kembali.




Dengan serius, Xiu Xian mendengarkan cerita Xiao Ju mengenai ayahnya. Lalu setelah itu, Xiao Ju menyuruhnya untuk melihat keluar dan mulai menceritakan sebuah cerita.

Post a Comment

Previous Post Next Post