Network: Sohu TV
"Jangan berbelas
kasihan dengan musuhmu,” ucap Li Meng, putus asa, mengira kalau Xia Chi telah
pergi meninggalkannya.
Li Meng lalu mengingat
kenangannya. Dulu ia diputuskan oleh pacarnya dengan alasan, karena ia tidak
bisa membantu apapun dan hanya bisa bergantung pada orang lain.
“Tapi seorang gadis mau
bersandar pada seseorang. Bukankah itu normal?” tanya Li Meng, membela diri. Ia
tampak sedih.
“Benar. Itu normal. Tapi
bukan gadis seperti itu yang aku mau. Aku mau seseorang yang memiliki
keberanian untuk mengalahkan seseorang. Kamu sangat bodoh,” jelas si pacar.
“Kau tunggu saja. Suatu
hari aku akan mengalahkanmu. Aku akan menunjukkan padamu bagaimana aku
mengalahkanmu,” teriak Li Meng dengan perasaan marah dan sedih.
Li Meng mulai benar- benar
putus asa dan menangis. Ia bahkan mulai bertanya- tanya apa semua nya akan
berakhir seperti ini. Dan lalu ia pun menutup matanya.
Namun disaat itu, Xia Chi
kembali. Tepat sebelum pintu menutup, Xia Chi meluncur masuk kembali kedalam
untuk membantu Li Meng. Dan melihat itu, Li Meng pun menjadi keheranan.
“Kita perlu secepatnya
mencari jalan keluar,” kata Xia Chi setelah berhasil membantu Li Meng yang
kakinya terjebak didalam lubang.
“Mengapa kamu kembali?”
tanya Li Meng, antara heran dan tidak percaya.
“Bahkan tidak ada gerbang.
Kita perlu memikirkan jalan keluar lainnya,” kata Xia Chi mulai berpikir, tidak
mendengarkan pertanyaan Li Meng.
“Aku bertanya padamu.
Mengapa kamu kembali?” tanya Li Meng lagi, tidak sabaran.
“Benar. Aku tadi mau
pergi. Tapi aku sudah memikirkannya dengan hati- hati, jika aku pergi begitu
saja, aku bukanlah seorang lelaki,” jawab Xia Chi sambil bergaya membanggakan
dirinya.
“Tapi aku musuhmu. Apakah
kamu lupa, apa yang kubilang tadi? Aku bilang jika kamu kalah, kamu akan mati,
bodoh,” balas Li Meng.
“Siapa bilang kita akan
kalah?” balas Xia Chi, memotong.
Li Meng masih tidak
mempercayai kenapa Xia Chi mau membantu, kepadahal tadi ia sempat mengkhianati
Xia Chi. Dan lagi ia adalah musuh yang akan membunuh Xia Chi. Dan dengan sikap
biasa saja, Xia Chi hanya menanggapin dengan berkata Oh.
Li Meng mulai menceritakan
bagaimana ia bisa sampai ditahap ini. Yaitu karena selalu ada orang yang
membantunya, tapi walau begitu orang tersebut tidak pernah mempercayainya.
Dan walaupun ia selalu
mengikuti setiap perkataan orang, tapi untuk dapat melewati waktu kritis, ia
harus membuat kelonggaran sendiri atau ia akan mati.
“Ada satu kali. Mereka
bahkan memasangkan sebuah bom dileherku. Dan pengontrolnya ada ditangan
mereka,” kata Li Meng dengan pilu.
Kepada Xia Chi, ia
mengatakan, andai saja Xia Chi meninggalkannya. Maka kini Xia Chi pasti akan
menjadi orang yang paling teraman di permainan ini.
“Karena aku berjanji
padamu kalau kita akan pergi bersama,” jelas Xia Chi dengan singkat.
“Apa yang kamu bicarakan?”
“Jangan cemas. Aku akan
membuka pintu ini sekarang juga,” kata Xia Chi dengan penuh percaya diri sambil
menunjuk kearah pintu besi itu.
Dengan sengaja Xia Chi
berkata keras kalau tiba-tiba ia merasa penuh dengan kekuatan. Setelah itu, ia
pun berlari sekencang mungkin menabrak pintu besi. Tapi sayangnya, pintu besi
tidak terbuka dan bahunya jadi kesakitan.
Walaupun Xia Chi terus
mencoba lagi- lagi dan lagi, tapi tetap saja ia tidak berhasil, malah ia makin
membuat diri sendiri kesakitan.
Dia bilang
level kesulitannya akan berubah dengan apa yang dikatakan oleh pemainnya.
Mengapa aku tak bisa membukanya?
Tanya Xia Chi dalam hatinya kepada GM.
Apakah kamu
pikir aku begitu bodoh? Jika itu kejadiannya, kamu bisa saja berkata kamu mau
pergi kejalan keluarnya. Lalu kamu akan menang bersama. Dalam permainan ini,
dia akan mendengarkan perkataan pemainnya dan menyesuaikan level kesulitan
hanya pada satu arah. Artinya kesulitan permainan itu hanya akan meningkat,
bukannya menurun. Jelas GM yang
ternyata pintar sekali.
Karena kesal tanpa sadar,
Xia Chi mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dengan keras. Dan mendengar
itu, Li Meng pun menjadi kebingungan serta bertanya.
“Biar kuberitahu. Tempat
ini adalah labirin kebohongan. Semua halangan tadi, kita sendiri yang
ciptakan,” jelas Xia Chi mulai sedikit tidak sabaran.
“Tunggu. Tadi dipenjara,
kamu bilang aku akan kembali. Apakah itu juga disengaja?” tanya Li Meng saat
sadar.
“Ya,” balas Xia Chi
membenarkan.
Disaat mereka terus
berjalan tanpa akhir. Nomor 5 dengan cepat mengeluarkan beberapa kartu dari
sakunya dan menggores dinding putih.
“Aku juga sedang mecari
jalan keluarnya,” kata nomor 5, membela diri.
“Lain kali, jika kamu
menemukan sesuatu, harap beritahu kami lebih dulu, karena kita adalah tim!”
tekan Guru Li dengan emosi.
“Guru Li, jangan terlalu
serius. Ini hanyalah pisau biasa. Ketika aku masuk, aku menemukannya diatas
tanah. Aku pikir akan berguna, jadi aku memungutnya,” kata nomor 2 dengan sikap
santai.
Dengan sengaja nomor 2
bersikap seperti ingin memberikan pisau, tapi saat Guru Li mau mengambilnya, ia
mengancungkan pisau lipat itu kepada Guru Li.
Dan apa yang nomor 2 lihat
adalah badanya sendiri. Begitu juga dengan semua orang yang berada disekitarnya,
mereka melihat itu juga dan ikut terkejut.
“Apakah kamu yang
menciptakan ruangan ini?” tanya nomor 6.
“Mungkinkah lingkaran mati
tak terbatas?” tanya Guru Li.
“Kelihatannya kita
terjebak disini sekarang,” jawab nomor 5.
“Xia Chi. Aku pikir,
namamu sebenarnya bukan Li Meng kan.”
“Itu untuk mengelabui
mereka. Namaku adalah Chun Xu Xiang. Nama kita mirip, satu musim semi (Chun)
dan satu musim panas (Xia) – marga dalam bahasa china berarti musin semi dan
musim panas-. Aku pikir kita akan mampu bertahan hidup lebih lama daripada
mereka,” kata Xu Xiang, yakin.
“Jika kita berdekatan
seperti ini. Kita akan menjadi lebih hangat,” jelas Xia Chi.
“Terima kasih,” balas Xu
Xiang.
Tags:
Die Now