Images by : JTBC
Hakim Sung menyapa Hakim Han dan berbasa-basi memuji Hakim Han. Hakim Han merendah dan memberitahu kalau jumlah kasus yang belum di selesaikannya bulan ini ada 400 kasus. Hakim Sung tertawa dan bilang kalau dia juga belum menyelesaikannya banyak kasus, setelah itu dia segera pergi. Rekan Hakim Han memberitahu kalau Hakim Sung itu orang yang suka bersandiwara dan tidak bisa di percayai. Dia bahkan yakin kalau tujuan Hakim Sung itu tadi untuk menyelidiki jumlah kasus yang belum di selesaikan Hakim Han, karena Hakim Sung ingin mencapai target jumlah kasus yang belum di selesaikannya menjadi 300. Hakim Sung bahkan bekerja mati-matian setiap hari karena ingin mendapatkan promosi.
Dan kita melihat kalau selama persidangan, Hakim Sung selalu memaksa para penggugat dan tergugat untuk berdamai dan melakukan mediasi. Hal itu karena Mahkamah Agung mengutamakan mediasi dan karena itu Hakim Sung ingin memperoleh gelar sebagai hakim dengan tingkat mediasi tertinggi.
Hakim Hong pulang larut malam. Dan saat dia sampai di rumahnya, ponselnya sudah berbunyi lagi. Telepon dari Hakim Sung yang marah karena Hakim Hong sudah pulang. Hakim Sung ternyata mengintip dari jendela kedai minum ke arah gedung ruangan Hakim Hong dan melihat kalau lampu ruangan Hakim Hong sudah mati.
“Ini sudah tengah malam, Pak. Aku meninggalkan kantor pukul 23.00 tadi,” jelas Hakim Hong sedikit kesal.
“Lampunya tampaknya sudah padam sebelum itu. Kamu tahu ruanganmu terlihat dari apartemenku, bukan? Jika hanya bekerja sekeras orang lain, mana bisa mengalahkan mereka? Bekerjalah lebih keras. Bisa?” perintah Hakim Sung.
Setelah memarahi Hakim Hong, dia kembali ke meja para hakim yang duduk bersama dengan Hakim Kepala. Dan dia mulai menjilat Hakim Kepala dengan memuji-mujinya. Dan Hakim Kepala tampaknya menyukai Hakim Sung dan bahkan sepertinya berencana mempromosikannya (naik jabatan).
Ba Reun pergi ke kantor dengan menggunakan sepeda lipat. Dia berencana menghemat uang naik kereta dengan menggunakan sepeda. O Reum, Bo Wang dan sek. Lee memuji sepeda itu yang tampak lucu.
Sek. Lee juga terlihat memperhatikan Bo Wang yang selalu ramah dengan semua staff pengadilan dan tidak segan-segan membantu mereka. Banyak staff yang memuji kebaikan dan kesopanan Bo Wang.
Ba Reun pergi menemui Hakim Kepala. Dia menyampaikan aspirasi-nya terkait Hakim Sung tetapi ternyata Hakim Kepala tidak menerima aspirasi-nya dengan terbuka.
“Menurutmu kamu lebih seperti kelinci atau kura-kura? Kelinci biasanya berlari dengan mudahnya dan memamerkan kegesitannya di depan yang lain. Jadi, kelinci kesulitan memahami kura-kura yang harus susah payah merangkak sambil menatap yang di depan. Kamu lulus ujian advokat saat masih kuliah, bekerja di Pengadilan Negeri Seoul dengan nilai terbaik. Kabarnya, kamu terkenal suka menyulitkan para profesor dengan pertanyaanmu yang kritis di lembaga. Setiap ada yang ucapannya salah, kamu menunjukkan kesalahannya. Tentu saja kamu begitu. Kamu selalu percaya diri selama ini. Kamu hanya menyebutkan mana yang benar dan salah. Mungkin kamu tidak mengerti perasaan mereka yang tertinggal,” ujar Hakim Kepala.
“Bukan begitu niatku, pak.”
“Aku memahami kekurangan Ketua Majelis Hakim Sung. Dia berusaha keras karena ingin pengakuan. Dia pasti lelucon bagi orang pintar dan cemerlang sepertimu. Tapi tempat ini dipenuhi dengan orang genius sepertimu. Kura-kura seperti Ketua Majelis Hakim Sung pasti ingin mengupayakan segalanya untuk menyusul kelinci sepertimu sebab bekerja di sini menggelisahkan bagi mereka. Hakim Im, kamu masih muda dan kompeten. Kesempatanmu bersinar masih banyak. Bisa berikan orang seperti Ketua Majelis Hakim Sung kesempatan untuk bersinar? Sebuah organisasi juga butuh orang seperti dirinya. Orang yang tidak genius, tapi pekerja keras dan ingin membuktikan dirinya. Kita harus memberi mereka harapan.”
“Pak, tapi ini curang.”
“Hakim Im. Hormat kepada orang tua dan kasih sayang itu yang utama. Mungkin kamu benar. Tapi Ketua Majelis Hakim kedudukannya lebih tinggi darimu. Jika mengajukan komplain resmi, kamu juga akan terancam. Reputasi sangatlah penting. Jika kamu dianggap kejam dan ketus, ilmu dan kemampuanmu sia-sia saja. Menjadi orang baik lebih penting. Bukan hanya jawaban benar yang penting. Jangan gegabah. Walau menurutmu ini tidak adil, biarkan saja.”
Hakim Hong curhat mengenai teleponan Hakim Sung kepadanya kemarin malam. O Reum emosi dan menganggap kalau Hakim Sung sudah gila karena mengawasi lampu ruangan Hakim Hong. Hakim Hong mengeluh kalau dia takut dan juga lelah. O Reum memintanya untuk mengurangi kerja lembur, dia khawatir akan ada masalah jika Hakim Hong terus bekerja lembur. Bahkan Hakim Hong saja hanya tidur beberapa jam dalam sehari. Hakim Hong memberitahu kalau dia tidak bisa, jika dai memberitahu Hakim Sung, dia pasti akan sangat marah. Dan akhirnya, O Reum bilang dia yang akan melakukannya karena ini sudah menyangkut hak asasi manusia. Hakim Hong melarang karena hakim pembantu lain juga bekerja lembur dan Hakim Sung juga bekerja keras, bukan dia saja. Dia merasa sungkan jika protes dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mungkin saja kerjanya lamban atau dia yang kurang kompeten hingga harus selalu lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Hakim Kepala juga memperlihatkan video saat O Reum menghajar pria cabul di bandara dan saat O Reum mengenakan rok pendek di kantor. Ba Reun kaget darimana video O Reum mengenakan video pendek di pengadilan bisa di dapatkan? Hakim Kepala memberitahukan kalau video itu di ambil oleh pekerja sektor publik yang bekerja di pengadilan.
“Hakim Park. Sepertinya dia sudah menjadi selebritas di internet. Bahkan dia mendapat julukan : Hakim 'tendangan lutut' dengan rok mini. Dia muda, bersemangat, dan berani. Aku sangat mengerti alasannya bersikap begitu. Tapi tugas hakim menyelesaikan sengketa hukum di pengadilan, bukan menegakkan keadilan di jalanan. Apa pun alasannya, menurutku gawat jika masyarakat membicarakan salah satu hakim kita seperti ini dan mengolok-oloknya. Hakim harus berhati-hati dalam setiap tindakan dan tidak boleh memiliki ambisi pribadi. Hakim yang mencolok seperti itu bisa merusak kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat kepada kita ibarat salju di tengah angin. Sulit menumpuk, tapi mudah beterbangan. Dia juga begitu di lembaga pelatihan. Tiap profesor memiliki pendapat berbeda tentangnya,” ujar Hakim Hong memberi peringatan.
O Reum sendiri sibuk berkeliling dan menemui staff wanita dan hakim pembantu wanita untuk membantu Hakim Hong. Dia hendak membuat petisi dan meminta mereka menandatangani-nya.
“Sebagian profesor memuji rasa keadilan dan tanggung jawabnya. Tapi profesor lain bilang dia terlalu agresif dan emosional. Saat menjadi siswi latihan, dia mengunggah isu politik yang sensitif di akun media sosialnya dan terlibat masalah. Setahuku, pengangkatannya juga memicu kontroversi. Karena kamu hakim kompeten yang serius akan kariermu, kamu pasti bisa membimbingnya dengan baik,” lanjut Hakim Kepala.
“Hakim Park belum tahu banyak karena dia hakim baru. Tapi dia tulus memedulikan orang yang kurang mampu. Dia juga sangat bertanggung jawab. Dia tidak pantas dihakimi seperti itu, Pak,” bela Ba Reun.
“Ibu-ibu yang dahulu berunjuk rasa sendirian di depan gerbang timur. Dia memohon pengembalian hak bandingnya. Firma hukum besar membantunya. Janggal, bukan? Tapi masalahnya, ada rumor bahwa Hakim Park mengenalkan ibu itu dengan firmanya. Kudengar dia juga membantu ibu itu menemukan cara agar berhak mengajukan permohonan itu. Kamu juga tidak tahu itu, bukan? Menurut Kode Etik Hakim Pasal 5, Ayat 2, kita tidak boleh mencampuri sengketa hukum dan berbuat hal yang berdampak pada gugatan hukum lain. Hakim dilarang melakukan hal yang bisa disalahartikan. Tindakan Hakim Park bisa memicu hukuman. Sejujurnya, aku dilema. Cobalah memahami kecemasanku,” tegas Hakim Ketua dan entah kenapa terasa ada ancaman dalam perkataannya.
Ba Reun keluar dari kantor Hakim Kepala dengan langkah gontai.
Dua orang hakim pembantu dari dept. 44 di toilet sambil kencing menggosipkan O Reum yang mendapat julukan Ms. Hammurabi di internet. Mereka menyebut O Reum yang haus perhatian dan menyukai perhatian.
Tepat saat itu, Bo Wang keluar dari bilik kamar mandi. Kedua hakim tersebut langsung cemas ketahuan menggosip. Bo Wang berpura-pura cuek, tapi, saat berjalan, dia berpura-pura terpeleset dan tidak sengaja memukul kepala kedua hakim tersebut. Kedua hakim itu kesal tapi tidak bisa melawan.
Saat Bo Wang sudah keluar, Ba Reun keluar dari bilik satu lagi. Dia berpura-pura cuek, tapi, sama seperti Bo Wang, dia berpura-pura terpeleset dan mendorong punggung dua hakim tersebut hingga mereka kesakitan. Tetapi, mereka juga tidak berani marah karena takut.
Tags:
msham