Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin)
Episode 11 – 2
Images : Channel 3
Chaya memberikan hasil test DNA pada Peat. Dan
Peat langsung melihat laporan test DNA tersebut, hasilnya adalah kemungkinan
orang tua 2.88%. Tidak cocok. Dia dan Khun Nai bukanlah ayah dan anak. Peat
menangis menyadari kenyataan itu.
Chaya berusaha menguatkan Peat dengan berkata
kalau itu bukan masalah. Tapi, Peat tidak siap menerimanya karena itu artinya,
dia anak siapa? Teriakan Peat terdengar oleh Katha dan Kris yang baru datang.
Katha langung bertanya pada Chaya apa yang terjadi? Sementara Kris, dia
memungut kertas hasil test DNA yang Peat buang ke lantai.
“Peat, dia…,” Chaya tidak bisa menjelaskannya.
Dan Kriss memberikan kertas hasil test
tersebut. Katha terkejut, tapi tidak dengan Kriss. Sekilas aku seperti melihat
senyum kemenangan Kriss.
“Aku minta maaf, Peat,” ujar Kris.
Katha memberikan isyarat pada Kris untuk
keluar dan memberi waktu pada Peat. Kris mengikuti Katha keluar dan sebelum
keluar, Kris menjatuhkan hasil test DNA itu ke lantai dan bahkan menginjaknya.
Pas sekali, Khun Nai dan Kiew tiba. Mereka
heran melihat Kris dan Katha yang berdiri diam di depan ruangan Peat. Katha
kesulitan menjawabnya pertanyaan Khun Nai dan hanya membawa mereka masuk ke
dalam ruangan Peat. Tee melihat kertas hasil test DNA dan memberitahu kepada
Khun Nai.
“Peat, kenapa kau seperti ini?” tanya Khun
Nai.
Melihat Khun Nai, membuat Peat teringat sikap
kurang ajarnya pada Khun Nai. Dia selalu marah, membentak dan bahkan mengancam Khun
Nai.
“Aku bukan putramu,” ujar Peat.
“Apapun hasilnya, aku tidak peduli. Bagaimanapun
kau adalah putraku!” tegas Khun Nai.
Kiew juga berusaha memberi pengertian pada
Peat kalau tidak ada yang berubah, cinta Khun Nai pada Peat tetap sama seperti
sebelumnya.
“Kau bukan aku, makanya kau bisa bilang begitu!”
marah Peat.
Khun Nai berusaha bicara, tapi Peat dengan
tegas meminta waktu sendiri. Khun Nai dengan sedih keluar dari ruangan Peat di
ikuti oleh Kiew. Air mata Peat menetes. Semuanya mengerti kalau Peat perlu waktu
sendiri. Jadi, semuanya pergi keluar dan meninggalkan Peat sendirian di
ruangan.
Khun Nai menjauh dari yang lain. Dia menangis
dan berusaha menyembunyikan tangisan itu. kiew menghampirinya dan berusaha
menguatkan Khun Nai agar tetap kuat.
“Aku kasihan pada Peat. Apa yang harus ku
lakukan sekarang?” tanya Khun Nai dengan sedih.
Peat sendiri berusaha menghapus air matanya. Dia
terdiam sesaat dan mulai mengambil koper yang telah di sediakan Taeng untuknya.
Peat menukar baju pasiennya dengan baju biasa, mengambil kunci motor, dompet
dan ponselnya dari dalam laci. Peat memutuskan untuk pergi.
--
Kiew juga menjauh dari yang lain. Dia tampak
benar-benar sedih dengan kenyataan yang harus di hadapi Peat. Pas sekali, Pa
menelponnya. Mendengar suara Kiew yang bergetar membuat Pa merasa khawatir dan
bertanya ada masalah apa?
“Aku merasa kasihan pada Nai Peat. Aku kasihan
pada Ayah. Aku kasihan pada setiap orang yang harus terluka karena masalah ini,”
cerita Kiew.
Chaya, Kris dan Katha sudah turun ke lobby
untuk pulang. Tapi, tiba-tiba saja Chaya ingin kembali untuk menemani Peat. Kris
segera menghentikannya.
“Jika aku adalah Peat, aku pasti sudah gila!”
komentar Pa.
“Tapi semuanya terjadi karena aku,” tangis
Kiew. “Jika bukan karena aku membuatnya marah dan membuatnya mengendarai
motornya dengan ngebut dan mengalami kecelakaan, dia mungkin tidak harus menghadapi
masalah darah ini. Tidak harus menghadapi kenyataan menyakitkan ini.”
“Kau tidak harus merasa bersalah. Kebenaran tetap
akan terungkap suatu hari nanti, walaupun itu akan lebih cepat atau lebih lama
dengan metode apapun. Tetaplah kuat, Kiew. Sekarang kau harus kembali ke ayahmu
dulu, ayahmu pergi dukungan moral sekarang.”
“Kau benar. Aku harus kuat dan harus mencari cara
untuk menolong ayah terkait Nai Peat.”
Pa terus menyemangati Kiew dan Kiew berterimakasih
atas dukungan Pa padanya.
Chaya ngotot ingin kembali ke ruang rawat Peat,
tapi Kris terus melarangnya. Katha juga mengajak Chaya untuk pulang karena Peat
pasti tidak mau menemui siapapun sekarang.
Chaya tetap pada pendiriannya untuk kembali. Kris dan Katha terpaksa
mengikutinya.
Pas sekali, mereka masuk ke lift untuk naik. Sementara
Peat keluar dari lift di sebelah lift mereka untuk turun. Jadi, mereka tidak
saling bertemu.
--
Khun Nai merobek kertas hasil test DNA yang di
pungut oleh Tee di lantai. Khun Nai memerintahkan Tee untuk menyimpan rahasia
ini karena Peat akan selalu menjadi anaknya, saudara Kiew. Tidak akan ada yang
berubah. Dia juga akan membicarakan hal ini dengan teman-teman Peat.
Chaya, Kris dan Katha tiba di depan ruangan
Peat. Kris masih berusaha mengingatkan Chaya kalau Peat bilang butuh waktu
untuk sendiri. Chaya tidak mau mendengar dan hendak masuk ke dalam ruang rawat Peat.
“Tunggu,” panggil Khun Nai yang datang bersama
dengan Kiew dan Tee. “Aku punya hal yang ingin ku bicarakan.”
Mereka bicara bersama. Dan Khun Nai menyampaikan
maksudnya kalau dia ingin Chaya, Kris dan Katha menyimpan rahasia mengenai Peat
yang bukan putranya.
“Aku akan menjaga rahasia ini,” janji Katha.
“Aku tidak akan memberitahu siapapun,” janji
Chaya.
Hanya Kris yang tetap diam dan tidak
mengatakan apapun. Semua menanti jawaban Kris.
“Kris juga tidak akan memberitahu siapapun,”
ujar Katha menggantikan Kris menjawab. “Bukankah
begitu, Kris?”
“Ya. Paman tidak perlu khawatir. Kami adalah
teman Peat. Teman tidak akan menyakiti temannya,” ujar Kris (aneh, kenapa Kris
tidak mau berjanji seperti Katha dan Peat ya?)
Setelah pembicaraan itu, mereka masuk bersama
ke dalam kamar rawat Peat. Tapi, kamar itu kosong. Semua langsung panik mencari
Peat yang menghilang, tapi tidak ada hasil.
Peat sudah pergi dari lingkungan rumah sakit
dengan taksi. Tangannya mengepal penuh amarah.
Tee melapor
pada Khun Nai kalau dia sudah memeriksa kamera CCTV, dan Peat sudah pergi
dengan taksi tadi. Khun Nai segera memberi perintah untuk menurunkan
orang-orangnya mencari Peat.
--
Peat pergi ke makam ibunya, Panee.
“Kau menipuku, bu,” tangis Peat. “Membuatku
mengira kalau kau adalah korban, tapi ternyata tidak! Kau membuatku menjadi
setan! Menggunakanku sebagai alat untuk menyakiti ayah! Karena ayah jahat
padamu. Tapi kau juga tidak berbeda jauh darinya, malah lebih kotor darinya. Ibu
berani menggunakan anak dari selingkuhanmu untuk berbohong kalau dia adalah
putra ayah! Setiap perkataan yang ku gunakan untuk menghina orang lain,
sekarang berbalik padaku. Apa kau dengar, ibu?! Aku iri pada ibu, karena tidak
harus lagi hidup untuk menghadapi semuanya. Ibu, bisakah kau membawaku? Aku tidak
berani untuk bertemu siapapun sekarang. Terlebih ketika ayah bilang dia menyanyangiku.
Semakin dia melindungiku, semakin aku merasa kalau aku sangat jahat,” tangis
Peat. “Tidak ada yang akan mencintaiku. Menginginkanku. Aku tidak menerima
cinta dari siapapun.”
--
Khun Nai bersama dengan Tee pergi mencari Peat.
Dia benar-benar cemas pada Peat yang menghilang.
Khun Nai pergi ke makam Panee. Tapi, Peat
tidak ada di sana. Khun Nai berdoa memohon agar Panee membantunya agar Peat
kembali pulang. Dia sangat mengkhawatirkan Peat.
--
Kiew menelpon Pa dan meminta bantuan Pa untuk
membantu mencari Peat. Jika dia melihat atau menemukan informasi Peat, tolong
hubungi dirinya.
Chaya mencari Peat ke condo yang pernah di
tinggali Peat 4 tahun yang lalu, tapi Peat tidak ada. Chaya akhirnya
meninggalkan pesan suara, meminta agar Peat menghubunginya jika sudah
menyalakan ponsel.
--
Pa pergi ke café-café dan meminta mereka
menghubunginya jika melihat Peat. Pa memberikan nomor ponselnya. Dan ternyata
dia bertemu dengan Katha yang juga datang ke café untuk melakukan hal yang
sama.
Pa ingin menghindari Katha, tapi Katha menghalanginya.
Seperti biasa, mereka bertengkar sebentar dulu sebelum ngomong baik-baik.
--
Sementara itu, Kriss kembali ke restorannya. Anehnya,
Kris tidak sibuk mencari Peat. Sebaliknya, dia malah menyalakan musik dan duduk
menikmati segelas wine.
Katha menelpon Kris dan Kris segera
mengangkatnya.
“Kris, kau dimana? Apa sudah menemukan Peat?”
“Aku berhenti di restoran, tapi tidak melihat
Peat. Aku berencana mencarinya di tempat lain lagi.”
“Eum, jika kau sudah menemukannya, telepon dan
beritahu aku, ya!”
Kriss meng-iyakan. Dan kemudian mematikan
teleponnya.
Setelah itu, Kris tersenyum sinis. Dai tidak
berusaha mencari Peat, sebalinya, dia lanjut meminum wine-nya. Kris terus tersenyum
seolah senang karena Peat telah menghilang.
BERSAMBUNG
Tags:
Pink Sin
Min tlng donk lanjuutt sinopsisnya...mkasih
ReplyDeleteMin tlng donk lanjuutt sinopsisnya...mkasih
ReplyDeleteLanjut min, ga sabar nunggu lanjutannya.
ReplyDeleteLanjut min, ga sabar nunggu lanjutannya.
ReplyDelete