Tolong bantu
follow/like/share/shopping akun ig aku di atas (kalau bersedia). Apapun
bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama
follow, like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak
sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie. Arigatou. Thank u very much.
Terimakasih juga karena masih
tetap membaca di blog ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very
much. Tanpa kalian, para pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.
***
Network : GMM 25
Min
pulang dan memeluk Ayahnya dari belakang. Lalu dia membaca artikel yang sedang
dibaca oleh Ayahnya. “Mr. Piroj
Songwattanagun. CEO dari Wattana Rungrueng Co.Ltd. membuat pernyataan publik
tentang pembukaan rumah sakit baru untuk masyarakat kurang mampu. Rumah sakit
tidak akan mengenakan biaya apapun untuk anak- anak, orang tua, dan pasien
miskin. Dsb,” baca Min.
Min
mengaku bahwa dia merasa bangga pada Ayah, dan lalu dia mencium pipi Ayah.
Piroj
merasa senang, karena Min tampak bahagia. Itu berarti masalah Min dengan teman
yang pernah Min ceritakan, segalanya berjalan dengan baik. Dan Min membenarkan.
Mengetahui itu, Piroj merasa bangga pada Min, karena jika mereka memiliki
kelebihan, maka mereka memang harus berbagi kepada sesama.
“Apa
kamu tahu bahwa kamu adalah idolaku? Apapun yang kamu katakan, aku selalu
mendengarkan,” kata Min sambil mengurut tangan Ayahnya.
Piroj
kemudian melihat jam ditangannya, dan mengajak Min untuk ikut makan bersama
dengannya dan Phon serta Ibu Phon. Dan Min menolak untuk pergi. Namun Piroj
tidak mengizinkan, karena mereka sudah lama tidak makan bersama.
Dan
sambil tersenyum, Min pun mengiyakan.
Dirumah
sakit. Seorang perawat memberikan uang kembalian milik Phon. Kemudian dia
mengomentari Phon yang selalu berbuat baik, seperti membayarkan biaya obat
tambahan untuk para pasien, tanpa membiarkan para pasien tahu. Dan si perawat
menyarankan agar Phon memberitahu para pasien supaya mereka tahu.
“Lebih
baik tidak memberitahu mereka. Jika tidak mereka akan mencoba untuk memberikan
sesuatu untukku sebagai gantinya. Aku tidak ingin merepotkan mereka. Lagian itu
bukan jumlah uang yang banyak,” jelas Phon, bermurah hati.
“Aku
senang para pasien memiliki dokter sebaik kamu,” puji si perawat. Dan Phon
mengucapkan terima kasih padanya.
Direstoran.
Piroj membahas tentang rumah sakit barunya, dan dia menawarkan Phon untuk
datang serta bekerja di tempatnya. Dan Phon setuju, dia menjelaskan bahwa dia
telah mengajukan pengunduran diri dan saat ini sedang dalam proses persetujuan.
“Aku
berharap kamu bisa resign hari ini. Jadi kamu bisa segera membantu dia
sekarang,” kata Phen. Tapi anehnya raut wajahnya tampak tidak senang.
“Ayolah,
ma. Aku bekerja di rumah sakit bukan di hotel. Aku tidak bisa check in dan chek
out kapapun aku mau,” balas Phon. Dan Phen tertawa.
Min
permisi ke kamar mandi. Lalu Phen bertanya kepada Piroj, kenapa hari ini Min
tampak sangat pendiam. Dan Phon menjawab bahwa Min marah kepadanya, karena
kemarin dia membawa teman wanita nya ke galeri lukisan.
“Mengapa
kamu melakukan itu?” tanya Phen, tidak senang
“Dia
temanku,” jawab Phon, santai.
Dengan
serius, Piroj memberitahu bahwa ada sesuatu yang ingin dia diskusikan. Dan
mendengar itu, Phen tersenyum seperti sudah tahu. Sementara Phon merasa
bingung, karena tidak tahu.
Ketika
Min kembali, dia tanpa sengaja mendengar pembicaraan Ayahnya yang sedang
membicarakan tentang pertunangan dirinya dengan Phon. Sehingga Min pun tidak
jadi mendekat dan mendengarkan dari jauh.
Piroj
: “Aku ingin Phon dan Min bertunangan sekarang. Ketika Min menyelesaikan gelar
master nya, mereka bisa mengadakan pernikahan. Apa pendapatmu tentang ini?”
Phen
: “Aku tidak bisa mengatakan tidak. Aku bahagia tentang ini. Aku telah melihat
Min sejak dia kecil. Aku mengasihinya seperti dia putriku sendiri.”
Mendengar
pembicaraan itu, Min tersenyum senang.
Piroj
kemudian menanyakan pendapat Phon. Dan Phon menjawab bahwa pertama- tama dia
mengucapkan terima kasih untuk kepercayaan yang Piroj berikan kepadanya, tapi
dia berpikir bahwa mereka seharusnya menunggu Min menamatkan studinya dulu.
“Apa
kamu sudah punya seseorang?” tanya Piroj.
Dibawah
meja, Phen menekan paha Phon, seperti memberikan tanda agar Phon tidak
berbicara sembarangan, tapi Phon mengabaikan hal itu.
“Aku
belum ada memiliki seseorang. Tapi sejujurnya, sewaktu dia pergi sekolah keluar
negeri untuk waktu yang cukup lama nantinya, mungkin dia akan menemukan
seseorang yang lebih baik daripada aku. Aku tidak mau menjadi egois. Aku tidak
ingin mengikat dia hanya padaku saja,” jelas Phon.
Mendengar
itu, Min merasa sedih. Tapi dia menghapus air matanya sendiri, dan lalu
mendekati mereka.
“Ayah.
Aku tidak akan pernah mengubah hatiku. Aku tidak akan pernah mencintai orang
lain,” jelas Min dengan tegas.
Mendengar
itu, Phen merasa lega dan senang. Dia menjelaskan bahwa menurutnya Min serta
Phon sangat cocok bersama. Serta dia setuju dengan ide Piroj. Jadi dia ingin
mereka segera merayakan hal ini. Lalu dia pun memanggil pelayan untuk
membawakan sebotol wine untuk mereka.
Tanpa
bisa menolak, Phon pun diam dengan wajah suram dan menunduk ke bawah. Dan Min
memperhatikannya dengan tatapan tajam.
Didalam
mobil. Min protes kepada Phon. Jika Phon memang tidak ingin menikah dengannya,
maka Phon seharusnya berbicara jujur kepada Ayahnya. Lalu dia menegaskan bahwa
sedari dulu mereka sudah terikat benang merah, dan dia tidak akan pernah
mencintai orang lain.
“Lalu
bagaimana pria itu? Day? Bukankah dia pacarmu?” tanya Phon. “Aku melihat mu
bergadengan tangan hari itu.”
“Aku
sudah bilang, dia cuma teman saja. Cuma teman, kamu tahu?”
Dengan
jujur, Phon memberitahukan perasaan nya. Baginya Min adalah adik kecilnya. Dia
tidak bisa memikirkan ataupun merasakan untuk mencintai Min sebagai seorang
wanita, atapaun sebagai seseorang yang bisa dia cium. Dan dia meminta maaf,
kemudian dia berjanji akan membicarakan ini dengan Piroj.
Mendengar
itu, Min merasa sedih dan menangis.
Phon
kemudian menawarkan diri untuk mengantarkan Min pulang, sebelum dia harus pergi
ke rumah sakit. Dan Min menolak. Min melepaskan sabuk pengamannya, dan menyuruh
Phon untuk langsung pergi saja ke rumah sakit, karena dia bisa pulang sendiri
ke rumah. Lalu Min pun keluar dari dalam mobil.
“Tapi
Ayah mu menyerahkan mu dalam penjagaanku,” kata Phon, menghentikan Min.
“Aku
sudah besar,” balas Min, berjalan pergi.
Phon
keluar dari mobil, dan mengikuti Min. Dia meminta Min untuk kembali masuk ke
dalam mobil, karena jika tidak maka Piroj akan merasa khawatir. Tapi Min
menolak, dan berteriak bahwa dia bisa pulang sendirian ke rumah.
“Tapi
Ayah mu menyuruhku mengantarkan mu pulang,” jelas Phon. “Min, ikutlah
denganku,” bujuknya sambil meraih tangan Min.
Tapi
Min langsung menjauhi tangannya.
“Pergilah. Aku akan pulang sendiri ke rumah,” jelas Min, lalu dia menghentikan
sebuah taksi dan masuk ke dalamnya.
Phon
menahan pintu taksi, dan meminta Min untuk berjanji agar menelponnya setibanya
Min dirumah. Tapi Min tidak menjawab, dan menutup pintu taksi.
Dengan
sempoyongan, Min yang mabuk berjalan dan duduk di depan gedung galeri. Kemudian
dia mengeluarkan hape nya, dan menghubungin Day.
Ketika
Min menelpon nya, Day sedang berjualan di jalanan.
Min
menangis di telpon, dan meracau mencurahkan isi hati nya. “Mengapa kamu tidak
pernah melihatku sebagai seorang wanita? Mengapa kamu selalu memikirkan ku
sebagai adik kecil? Setiap orang mengetahui itu. Aku hanya mencintai kamu.”
“Kamu
salah nomor. Aku bukan P’Phon,” balas Day.
“Apa
kamu melupakan tentang benang merah kita? P’Phon. Aku mencintamu, kamu tahu?
Tidak peduli apa yang terjadi, aku hanya akan mencintai kamu,” rengek Min.
Kemudian dia merasa mual dan muntah.
“Apa
kamu baik- baik saja. Ini Day. Aku Day,” jelas Day.
Mendengar
itu, Min pun langsung memperhatikan layar hape nya. Kemudian dia kembali
menangis lagi, dan menceritakan kepada Day bahwa dia sedang patah hati
sekarang.
Dengan
perhatian, Day menanyakan dimana Min berada sekarang. Dan Min menjawab bahwa
dia tidak tahu dimana dia sekarang, tapi mungkin dia di depan galeri. Mendengar
itu, maka Day pun langsung mengambil tas
nya dan meninggalkan barang dagangannya. Day berlari sekencang mungkin untuk
menemui Min.
Day :
“Ini pertama kali nya, aku meninggalkan
segalanya dan berlari untuk seseorang yang bukan Ayahku.”
***
Tolong bantu
follow/like/share/shopping akun ig aku di atas (kalau bersedia). Apapun
bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama
follow, like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak
sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie. Arigatou. Thank u very much.
Terimakasih juga karena masih
tetap membaca di blog ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very
much. Tanpa kalian, para pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.
Tags:
Endless Love