Sinopsis C-
Drama : Arsenal Military Academy Episode 1 – part 1
Network :
iQyi Netflix
Tahun 1911 . Revolusi Xinhai meledak.
Pemerintahan Dinasti Qing runtuh dengan cepat. Angkatan laut utara, Beiyang, di
bawah pimpinan Yuan Shikai menguasai Tiongkok. Pemerintahan tidak stabil. Warga
tidak tentram. Yang berkuasa menindas yang lemah. Perampokan merajalela.
Seluruh daerah membuka sekolah baru. Dalam kondisi seperti ini, Pemerintah
Feng’an menerima banyak donasi dari orang yang mencintai negara, dan membuka
Akmil Liehuo kembali, demi membentuk tentara yang cinta negara. Cerita kita
dimulai dari sini.
Loper koran menyebarkan koran berita terkini ke seluruh kota.
Sambil berseru dengan lantang, “Berita terkini! Berita terkini! Akmil Liehui di
buka kembali.”
Hari pendaftaran murid baru. Xie Xiang menanti dengan gugup.
Sementara Shen Jun Shan menanti dengan tenang. Kemudian tidak lama kemudian,
nama Shen Jun Shan pun dipanggil. Dan mendengar itu, Xie Xiang tampak semakin
gugup.
Flash back
Di stasiun kereta. Tan Xiao Jun menanti ke datangan Xie Xiang. Dan
ketika Xie Xiang keluar dari kereta, dia pun langsung menghampiri dan memegang
tangan Xie Xiang.
Di suatu tempat. Xiao Jun duduk menunggu Xie Xiang yang
sedang berbicara dengan seseorang.
“Apakah kamu sudah mempertimbangkan dengan baik?” tanya Xiao Jun
dengan raut wajah serius. “Panah kalau lepas dari busur tidak bisa ditarik
lagi. Kamu kalau sudah melangkah mungkin tidak bisa mundur lagi. Akmil Liehuo
juga bukan tempat main- main.”
“Aku juga tidak berencana untuk kembali,” jawab Xie Xiang. Kemudian
dia mengambil gunting dan memotong rambut panjang nya.
Flash back end
“Xia Liang Chen,” panggil perawat. Dan Xie Xiang menjawab iya.
(Liang Chen
merupakan nama samaran Xie Xiang selama menjadi seorang pria. Jadi mulai dari
sini, aku bakal nulis nama Liang Chen sebagai panggilannya ^.^ supaya tidak
membingung kan. Tapi kalau dia jadi wanita lagi, mungkin aku bakal nulis nama
Xie Xiang sebagai panggilannya ^.^).
Dengan gugup, Liang Chen berjalan masuk ke dalam ruangan
perawatan. Tapi karena saking gugup nya, dia pun tidak sengaja menabrak Jun
Shan yang baru saja keluar dari ruangan perawatan. Dan menjatuhkan kertas
formulir nya. Namun dengan berbaik hati, Jun Shan mengambilkan kertas formulir
itu dan mengembalikan padanya.
“Terima kasih,” kata Liang Chen dengan gugup. Lalu dia pun masuk
ke dalam ruangan perawatan.
Dokter menanyakan, nama lengkap Liang Chen dan umur nya. Dan Liang
Chen pun memberitahu nama dan umur nya, 19 tahun. Setelah itu, Dokter menyuruh
Liang Chen untuk membuka baju. Dan Liang Chen langsung memberitahu bahwa dia
tidak bisa membuka baju nya.
“Kenapa?”
“Aku malu,” jawab Liang Chen.
Mendengar jawaban itu, Dokter tertawa geli. Dan Liang Chen
beralasan bahwa dia tidak bisa membuka baju di depan semua orang. Tapi Dokter
tidak peduli, dan menyuruh Liang Chen untuk membuka baju serta berbaring untuk
di periksa.
“Dokter, tolong Anda kasih kelonggaran sedikit,” pinta Liang Chen,
memohon.
“Kenapa? Kamu tidak mau lolos ya?” balas Dokter dengan malas.
Kemudian dia mengembalikan kertas formulir milik Liang Chen, dan menyuruh nya
untuk keluar.
“Dokter, aku ..”
“Keluar. Keluar.”
Xiao Jun menunggu Liang Chen di depan akademi dengan cemas. Lalu
ketika Liang Chen telah keluar, dia langsung menanyakan, apakah Liang Chen
lulus. Dan Liang Chen mengiyakan. Mengetahui itu, Xiao Jun merasa sangat senang
dan langsung bersorak dengan pelan, kemudian dia menanyakan bagaimana caranya
Liang Chen bisa berhasil.
“Aku punya cara sendiri,” jawab Liang Chen. Lalu dia mengajak Xiao
Jun untuk segera pergi, karena dia merasa tempat ini angker, sehingga hatinya
tidak tenang.
“Pikiran kamu saja. Ayo, aku bawa kamu ke suatu tempat,” ajak Xiao
Jun.
Xiao Jun membawa Liang Chen ke tempat bernama Palimo untuk
menonton artis terkenal Qu Man Ting, yang merupakan temannya. Mendengar itu,
Liang Chen merasa tidak percaya. Bahkan orang lewat pun tidak percaya kalau
Xiao Jun berteman dengan Man Ting.
“Beneran temanku, untuk apa aku tipu kamu? Ayo masuk saja,” ajak
Xiao Jun.
“Kalian gimana bisa kenal?” tanya Liang Chen, masih tidak bisa
percaya.
“Kami teman ketika kecil.”
Di depan ruangan rias. Banyak reporter yang menantikan Man Ting,
mereka ingin tahu berapa lama Man Ting berencana untuk tinggal di Shunyuan,
serta berapa hari Man Ting akan tampak di Palimo. Lalu ada sebuah gosip Tuan
Shen dan Nona Man Ting adalah teman dari kecil, apakah itu benar atau tidak,
dan mereka mengingkan penjelasan.
“Nona Man Ting bisa meluang kan waktu ke Palimo untuk tampil
adalah kebanggan kami. Aku mewakil kan Palimo menyambut dan berterima kasih
dengan tulus. Penampilan kali ini akan berlangsung selama 3 hari,” jawab
Pewakilan Palimo.
Liang Chen ingin ke kamar mandi, tapi dia hampir saja salah masuk
ke dalam ruangan rias Man Ting, dan dia pun di cegat oleh penjaga. Mengetahui
itu, Liang Chen pun mengerti, dan menanyakan dimana kamar mandi. Dan si petugas
pun memberitahu nya.
“Shunyuan adalah kampung halamannya. Biasanya dia tidak pernah
menerima acara seperti ini dimanapun, tapi Shunyuan berbeda. Dia bersedia
membuat pengecualian untuk kampung halamannya,” kata Pewakilan Palimo, menjawab
pertanyaan reporter.
Dengan bersemangat, semua reporter langsung mencatat jawaban
tersebut di buku catatan mereka masing- masing.
“Kalau alasan, kenapa dia kembali ke Shunyuan, bisa berapa lama
dia tinggal di Shunyuan, ada hubungan apa dia dengan Tuan muda kami. Masalah
ini kalian harus tanya pada orang yang bersangkutan, karena aku tidak tahu,”
jelas Pewakilan Palimo.
Dan mendengar itu, semua reporter merasa kecewa. Karena jawaban
untuk berita paling penting tidak mereka dapatkan.
Qu Man Ting. Saat dia keluar dari kamar mandi, dia merasa kaget
melihat Liang Chen berada di dekat wastafel. Dengan sedikit ketus, dia
menanyakan berapa umur Liang Chen. Tapi Liang Chen mengabaikannya, dan berniat
pergi saja. Namun Man Ting langsung menyuruhnya untuk berhenti.
“Kamu suka aku ya? Tidak apa- apa, mengaku saja. Laki- laki suka
aku itu normal.”
“Aku sama sekali tidak kenal kamu. Gimana bisa suka kamu?” balas
Liang Chen, tidak paham. Tapi Man Ting tidak percaya.
Man Ting memuji betapa bagus nya akting Liang Chen, dan menyuruh
Liang Chen untuk menjadi aktor saja. Karena jika Liang Chen tidak mengenalnya,
kenapa Liang Chen bisa berada di kamar mandi wanita. Mendengar itu, Liang Chen
pun menyadari penampilan nya yang sedang menyamar menjadi pria.
“Umur berapa kamu?! Kecil-kecil tidak belajar yang benar. Huh?!
Kamu sudah dewasa belum?” tanya Man Ting dengan ketus.
“Maaf salah paham,” jawab Liang Chen dengan cepat. Lalu dia pun
berniat pergi. Tapi Man Ting menghentikannya lagi.
Pewakilan Palimo memanggil dari luar kamar mandi. Tapi dia heran,
kenapa Man Ting tidak keluar juga. Malahan Man Ting terdengar seperti sedang
marah- marah kepada seseorang. Sehingga dia pun merasa cemas.
Man Ting tidak percaya kepada Liang Chen yang terus mengatakan
bahwa itu salah paham. Dan dia pun terus memukul- mukul Liang Chen, menyuruhnya
untuk mengaku dan memberikan kamera yang di gunakan untuk memotretnya. Dengan
jujur, Liang Chen menjawab kalau dia tidak ada membawa kamera apapun, serta dia
meminta Man Ting untuk berhenti memukuli nya, jika tidak, maka dia akan
membalas. Namun Man Ting tidak mau berhenti, dan terus memukul- mukul Liang
Chen.
Karena tidak sabar lagi, maka Liang Chen pun menahan tangan Man
Ting. “Aku sudah bilang salah paham. Kamu kenapa seperti orang gila,” keluhnya.
“Kamu tangkap tangan ku, dan masih bilang aku orang gila?” tanya
Man Ting dengan pelan.”Aku pukul kamu,” bentak nya, dan memukul Liang Chen.
Liang Chen berlari keluar dari kamar mandi secepat mungkin, dan
Man Ting pun mengejarnya. Tapi kumpulan para
reporter menghentikannya dari mengejar Liang Chen. Dengan segera, Man
Ting menutup wajah nya di dinding. Dan Pewakilan Palimo pun melindunginnya,
agar para wartawan tidak memotret.
Liang Chen kebingungan mencari- cari dimana Xiao Jun berada, dan
kemudian saat dia menemukan Xiao Jun. Dia pun langsung menghampiri Xiao Jun dan
mengajak nya untuk pergi saja. Tapi Xiao Jun tidak mau, karena dia ingin
memperkenalkan Liang Chen kepada Man Ting.
Diatas panggung. Pewakilan Palimo mempersembahkan, artis terkenal mereka,
yaitu Man Ting untuk naik ke atas panggung dan memulai penampilan.
Melihat itu, Xiao Jun pun langsung menarik Liang Chen untuk
menonton. Tapi Liang Chen menolak, dan mengajak Xiao Jun untuk pergi saja. Tapi
Xiao Jun tidak mau pergi, karena mereka baru saja datang, serta dia mau
memperkenalkan Man Ting nantinya.
Man Ting bernyanyi di atas panggung. Suaranya begitu indah dan
menyenangkan, membuat orang- orang yang mendengar itu merasa menikmati nya.
Gu Yan Zhen mendengar kan nyanyian Man Ting di atas beranda. Dia
tampak menikmati nyanyian yang di nyanyi kan oleh Man Ting.
Setelah musik selesai. Beberapa tamu naik ke atas panggung, dan
memberikan buket bunga kepada Man Ting. Menerima itu, Man Ting mengucapkan
terima kasih dengan tulus.
“Artis terkenal apaan. Nyanyiannya tidak enak di dengar,” keluh
Yan Zhen dengan suara keras. Mendengar itu, semua orang pun langsung memandang
ke arahnya. Dan dengan berani, Yan Zhen bertanya, kenapa mereka melihatnya, dan
dia mulai mengeluhkan lagi betapa tidak bagusnya penampilan Man Ting.
Orang- orang menggurutui betapa tidak sopannya sikap Yan Zhen.
Tapi Yan Zhen tidak peduli dengan gerutu mereka.
Yan Zhen dengan tenang turun dari beranda, dan mendekat ke arah
panggung. Dia memutari Man Ting dan memperhatikan nya. “Meski lagumu biasa
saja. Tapi aku harus mengakui kamu cantik. Artis terkenal kan. Apakah kamu
berminat minum sama aku malam ini?” tanya Yan Zhen dengan suara pelan dan
menggoda.
Mendengar itu, Man Ting memandangin Yan Zhen dengan jijik. “Tuan,
aku bukan PSK,” tegas nya. Lalu dia pun berniat pergi. Tapi Yan Zhen langsung
menghentikan nya, dan dengan genit merendahkan Man Ting.
Pewakilan Palimo datang bersama dengan bawahan nya untuk mengusir
pembuat onar ditempat mereka, Yan Zhen. Tapi salah seorang bawahan nya
mengingatkan bahwa Yan Zhen adalah anak dari Gu Zong Tang, yaitu sekretariat
menteri dalam negri. Cucu dari Hu Liu Weng, ketua dinas pendidikan. Keponakan
dari Hu Yunsheng, Komandan Hu. Dan adik ipar Xu Shao Shuai. Intinya Yan Zhen
bukanlah orang yang bisa mereka ganggu.
Mengetahui hal tersebut, Pewakilan Palimo pun menyuruh si bawahan
untuk segera menghubungin Tuan Muda saja.
Yan Zhen dengan paksa mengendong Man Ting di bahunya, dan
membawanya. Lalu orang-orang bukannya membantu Man Ting, mereka malah hanya
menonton dan memotret nya saja. Melihat itu, Pewakilan Palimo bahkan tidak bisa
perbuat apapun.
Man Ting berteriak, menyuruh Yan Zhen untuk menurunkannya. Serta
dia meminta agar orang- orang menolong nya. Tapi tidak ada satupun yang bisa
menolongnya.
“Bukannya dia temanmu? Bukankah seharusnya kamu melakukan
sesuatu?” tanya Liang Chen, heran.
“Bukan aku tidak mau, tapi bagaimana. Manajer Wang (Pewakilan
Palimo) saja bahkan tidak peduli,” balas Xiao Jun, kebingungan serta cemas.
Man Ting meminta para reporter yang mengikutinya agar jangan
memotret, dan membantunya. Tapi mereka malah diam saja. Man Ting pun terus
memukul- mukul punggung Yan Zhen. Tapi Yan Zhen tetap tidak mau menurunkannya.
Man Ting lalu memegang jas Jun Shan, saat melewati nya. “Kakak,
tolong aku! Kakak! Kakak!” pintanya, memohon seperti mau menangis. Tapi Jun
Shan cuma diam saja.
“Kenapa? Kamu mau menolong gadis ini ya? Tidak usah buang- buang
tenaga,” kata Yan Zhen, memperingatkan Jun Shan. Dan Jun Shan pun tetap diam
saja.
Yan Zhen dengan paksa tetap mengendong Man Ting dan membawanya
pergi. Walaupun Man Ting bersusah payah bertahan, dengan memegang jas Jun Shan.
Tapi karena Jun Shan terus berdiam diri, maka pegangan nya pun terlepas dari
jas Jun Shan.
Melihat itu, Liang Chen pun berniat untuk pergi menolong Man Ting.
Sebab semua orang hanya diam saja, dan menonton atau memotret, tanpa membantu
Man Ting sama sekali.
Man Ting merengek putus asa, ketika Yan Zhen membawa nya keluar
dari Palimo. Tapi kemudian, Liang Chen datang dan berdiri menghalangin Yan Zhen
yang membawa nya. Melihat itu, Man Ting salah paham, dia mengira Liang Chen
satu kelompok dengan Yan Zhen. Sebab sebelumnya, Liang Chen ada membuntuti nya
ke toilet wanita.
“Aku sudah bilang bukan. Aku datang menolong mu,” kata Liang Chen,
menjelaskan.
Yan Zhen merasa tidak tahan mendengarkan pembicaraan mereka berdua
yang tidak bisa dimengerti oleh nya. Jadi dia pun mendorong Liang Chen untuk
menyingkir dari jalannya. Tapi tepat sebelum dia bisa pergi, aparat keamanan
datang dan menghalangin nya, jadi dengan terpaksa dia pun langsung menurunkan
Man Ting.
“Aku hajar kamu,” kata Man Ting dengan kesal sambil mengarahkan
tongkat yang diambilnya dari seorang aparat. Tapi Shen Ting Bai menghampiri nya
dan menahannya supaya tidak perbuat kekerasan.
Dengan perhatian, Ting Bai menanyakan kondisi Man Ting. Dan Man
Ting pun menjawab bahwa dia terluka. Dia mengadukan Yan Zhen yang telah meleceh
kan nya, serta Liang Chen yang di kira nya berkelompok dengan Yan Zhen.
Dan Liang Chen pun berusaha untuk menjelaskan bahwa dia tidak
berkelompok dengan Yan Zhen, tapi Man Ting tidak percaya. Lalu dengan akrab Yan
Zhen malah memeluk bahunya. Sehingga Man Ting pun semakin tidak percaya
padanya.
Ting Bai menghentikan Man Ting yang cemberut. Dia merebut tongkat
yang Man Ting pegang dan meminta Ketua He untuk mengurus masalah ini. Dan Tuan
He dengan hormat menjawab bahwa ini sudah kewajiban mereka sebagai polisi untuk
menjaga keamanan, sehingga Ting Bai bisa tenang.
Tanpa rasa takut, mendengar itu, Yan Zhen malah bertepuk tangan.
Melihat itu, Man Ting pun merasa semakin kesal kepadanya. “Muka apa ini? Kamu sedang apa? Apakah kamu tidak
senang? Aku akan ingat kamu! Kamu tidak boleh lepaskan dia!” teriak Man Ting
dengan sangat kesal. Dan Ting Bai dengan paksa langsung menarik nya untuk pergi
saja darisana.
“Sampai jumpa,” balas Yan Zhen dengan tenang sambil melambaikan
tangan.
Liang Chen mendekat ke sisi Yan Zhen. Merasakan itu, Yan Zhen
bertanya ada apa. Dan Liang Chen bertanya, apakah keluarga Yan Zhen cukup kuat,
jika iya, maka Yan Zhen harus memberitahu para aparat supaya mereka terkejut
dan takut.
“Aku tidak pernah mengandalkan keluarga ku. Aku mengandalkan diri
ku sendiri. Kalau aku tidak bisa mengandalkan diri sendiri, baru suruh orang
lain,” kata Yan Zhen dengan sangat santai dan enteng.
“Apakah kamu sekarang bisa diandalkan?” tanya Liang Chen dengan
sinis. Dan Yan Zhen menjawab bahwa dia bisa memukul 10 orang, tapi setelah dia
melihat betapa banyak orang yang mengelilingin mereka, maka dia pun merasa ragu
sendiri.
“Beri mereka pelajaran untuk Tn. Shen,” perintah ketua Hen kepada
para bawahan nya. Dan dengan sikap sok berani, Yan Zhen bertingkah seperti akan
membalas mereka. Tapi kemudian dia malah menunduk, dan melindungin dirinya dari
pukulan mereka semua.
Dengan segera, Liang Chen pun ikut menunduk dan melindungin
dirinya sendiri.
Kepala pelayan memberitahukan pada Gu Zong Tang bahwa Yan Zhen di
tangkap, karena kesalah pahaman di Palimo. Awalnya Zong Tang kaget, tapi
kemudian dia marah, karena Yan Zhen baru datang ke Shunyuan, tapi sekarang
sudah masuk ke penjara. Dia yakin bahwa jika Yan Zhen tidak mencari masalah,
maka badan Yan Zhen akan gatal.
“Jadi Tuan Muda ..”
“Biarkan dia mati di dalam saja,” kata Zong Tang, kesal.
Kepala pelayan menanyakan, apakah Zong Tang benar sudah tidak
peduli dengan Yan Zhen. Dan Zong Tang langsung membalas bahwa dia tidak mungkin
tidak peduli, sebab Yan Zhen adalah anak tunggal, jika sesuatu terjadi kepada
Yan Zhen, maka garis keturunan keluarga Gu akan punah. Mendengar itu, Kepala
pelayan hanya diam saja.
“Kenapa kamu hanya bengong? Cepat bawa dia pulang sekarang!”
perintah Zong Tang.
Yan Zhen dengan santai bermain mahjong. Dan disebelahnya, Ketua He
terus menundukan kepala kepadanya. Yan Zhen menyalahkan Ketua He, karena telah
membesar- besarkan masalah kecil, sehingga membuatnya menjadi anak yang tidak
bisa diandalkan, kepadahal dia baru saja kembali ke Shunyuan, tapi sekarang
malah masuk penjara. Jika besok pagi berita itu tersebar, maka keluarganya akan
menjadi bahan tertawaan.
“Tuan Muda Gu. Kami benar- benar tidak tahu identitas Anda. Ini
salah kami. Ini salah paham. Salah paham,” jelas Ketua He dengan sikap hormat
dan formal.
Mendengar pembicaraan mereka, Liang Chen hanya diam dan
mendengarkan saja.
“Salah paham? Seingat aku, kamu berjanji kepada mereka akan
bertindak adil,” kata Yan Zhen, menyindir.
“Ak.. aku tidak punya pilihan,” jawab Ketua He.
Yan Zhen menjelaskan bahwa sebenarnya dia hanya ingin membawa Man
Ting untuk makan malam bersama, sebab dia merasa kagum padanya. Dan Ketua He
meminta Yan Zhen untuk tenang, sebab dirinya juga ditipu, makanya dia melawan
Yan Zhen.
“Seorang mafia yang mempermainkan wanita, apa masih merasa hebat?”
komentar Liang Chen, yang sedari tadi hanya diam saja.
Mendengar itu, Yan Zhen bertanya, apakah Liang Chen ingin coba
masuk ke dalam penjara. Dan dia memberikan Liang Chen waktu untuk berpikir
dengan baik- baik, dipihak mana sebenarnya Liang Chen. Mendengar ancaman itu,
Liang Chen pun tersenyum dan diam.
Ketua He meminta maaf kepada Yan Zhen. Dia menjanjikan kalau
kedepannya Yan Zhen membutuhkan sesuatu, maka dia siap untuk melayani. Dan Yan
Zhen menjawab bahwa sekarang mereka semua adalah teman. Dan Ketua He pun
langsung berterima kasih.
“Sekarang kita sudah berteman, aku ingin kamu menyampaikan pesan
ini ke .. siapa ya namanya .. Shen?”
“Shen Ting Bai,” jawab Ketua He, cepat.
“Ya, dia. Apakah kamu bersedia atau tidak?” tanya Yan Zhen.
Dan Ketua He dengan gugup menanyakan, pesan apa itu. Lalu Yan Zhen
pun berbisik padanya. Setelah itu, raut wajah Ketua He berubah menjadi bimbang.
Dan dengan sikap santai, Yan Zhen mengatakan bila Ketua He keberatan, maka dia
tidak apa- apa. Karena merasa takut, maka Ketua He pun langsung menjawab bahwa
dia tidak keberatan.
Yan Zhen kemudian berhenti bermain mahjong, karena dia sudah
menang. Melihat itu, Ketua He pun langsung meminta uang dari para bawahan nya
yang kalah bermain melawan Yan Zhen. (Ntah benar mereka kalah atau tidak). Lalu
Ketua He memberikan semua uang tersebut kepada Yan Zhen.
“Ini begitu sedikit,” keluh Yan Zhen. Mendengar itu, Ketua He pun
langsung mengeluarkan uang nya dan mengambil uang para bawahan nya yang lain.
Lalu dia memberikan semua itu kepada Yan Zhen dengan sikap hormat dan sopan.
Yan Zhen menyuruh Ketua He untuk memberikan semua uang itu kepada
Liang Chen, sebagai biaya pengobatan nya. Tapi Liang Chen dengan tegas langsung
menolak, dan menanyakan kapan dia bisa pergi.
Dengan hormat, Ketua He pun mempersilahkan Liang Chen untuk boleh
pergi. Dan Liang Chen pun langsung pergi darisana.
Seorang aparat memberitahu Ketua He kalau keluarga Gu sudah
datang. Mendengar itu, Yan Zhen pun langsung pergi darisana. Dan Ketua He
mengantarkan nya ke depan.
Setelah mereka semua pergi, semua bawahan Ketua He pun langsung
berebutan untuk mengambil uang- uang mereka kembali.
Yan Zhen mengingatkan Ketua He untuk menyampaikan pesan nya secara
utuh kepada Shen Ting Bai. Dan Ketua He dengan takut mengiyakan. Lalu Yan Zhen
pun masuk ke dalam mobil keluarganya.
“Ketua He. Mereka bilang orang asing tidak seharusnya menantang
orang lokal. Tapi anggap ini sebagai peringatan, orang lokal mungkin kuat, tapi
orang asing tidak bisa diatur suka- suka,” jelas Kepala Pelayan dengan tegas,
memperingatkan Ketua He. Dan Ketua He pun mengiyakan.
Setelah mereka pergi, Ketua He bertanya kepada rekannya, harus
bagaimana dia. Dan rekannya menjawab bahwa Ketua He sudah seperti orang suruhan
saja. Mendengar itu, Ketua He langsung berteriak untuk tidak mengingatkan nya.
Kepala Pelayan membawa Yan Zhen ke ruangan Zong Tang. Dia mengadukan
betapa bonyok nya wajah Yan Zhen, karena di pukuli. Dan Zong Tang membalas
bahwa itu namanya mampus!
“Mereka seharusnya memukul dia lebih keras daripada itu,” kata
Zong Tang, emosi. Tapi Yan Zhen malah tidak memandang ke arah nya sama sekali.
“Kamu lihat aku! Kamu sudah buat banyak masalah di Beijing. Saat itu, aku masih
dihormati. Tapi sekarang, sebutan nya sih gurbenur, tapi sebenar nya tempat ini
hanya pengasingan. Zhang Xihou, Li Ting Chang, dan Shen Bonian, mereka tidak
mau mengikuti perintah ku lagi. Ini saja tidak tahu, malah masih terus pura-
pura berwibawa,” keluh Zong Tang.
Mendengar keluhan Zong Tang, dengan tenang Yan Zhen hanya diam
saja. Sesudah itu dia bertanya, apakah Zong Tang sudah selesai. Dan karena Zong
Tang hanya diam saja, maka dia pun pamit dengan alasan mau mandi.
Zong Tang marah dan memukul meja. Dia ingin mendekati dan memukul
Yan Zhen juga. Tapi Kepala pelayan menahannya supaya tetap tenang.
“Tenang, Ayah. Aku sudah terlanjur lahir, kamu menyesal pun juga
tidak ada guna nya. Jangan terlalu marah,” kata Yan Zhen dengan santai. Lalu
dia meminta Kepala pelayan (Tn. Zhu) untuk membuatkan teh buat Ayahnya.
Kemudian dia pun keluar dari ruangan dan menutup pintu.
Dengan marah, Zong Tang mengambil gelas di meja nya dan
melemparkan nya ke pintu. “Kamu lihat. Kamu lihat. Jika aku tahu dia bakal
seperti ini, mending aku biarkan dia mati disana!” teriaknya, emosi.
Zong Tang kemudian mulai berpikir dengan tenang. Jika Yan Zhen
terus dibiarkan, maka suatu saat pasti akan mendatangkan masalah besar. Jadi
dalam beberapa hari lagi, dia akan mengirimkan Yan Zhen ke Akmil Liehuo.
“Akmil Liehuo bukannya sudah tutup.”
“Kamu percaya? Akmil Liehuo adalah tempat yang tidak berbelas
kasih. Kasih dia menderita sedikit, daripada tiap hari berbuat onar.”
Tags:
Arsenal Military Academy