Sinopsis C- Drama : Arsenal Military Academy Episode 1 - part 2


Sinopsis C- Drama : Arsenal Military Academy Episode 1 – part 2
Network : iQyi Netflix

Ting Bai menyadari kesalahannya, dia sudah tahu siapa Yan Zhen, tapi malah masih melemparkan masalah kepada Ketua He, sehingga menyulitkan Ketua He.
“Tidak. Tidak. Ini adalah tugas ku,” kata Ketua He, dengan sopan.
“Ayahku juga kenal Sekretariat Gu. Masalah ini, aku selesaikan sendiri, tidak akan melibat kan Ketua He,” jelas Ting Bai. Dan Ketua He pun merasa lebih tenang.
Namun sebelum pergi, Ketua He menyampaikan pesan yang dititipkan oleh Yan Zhen kepadanya. “Dia bilang terima kasih untuk bimbingan Tuan Muda Shen atas masalah hari ini. Dengar- dengar Anda adalah pahlawan terkenal di Shunyuan. Kalau ada kesempatan, mari bertemu lagi di masa depan.”
“Ada lagi?” tanya Ting Bai. Karena Ketua He masih berdiri di depannya.
“Itu .. pinggan Nona Qu begitu langsing.”

Liang Chen berdiri di depan makam kakak nya sambil tersenyum lembut kepadanya. “Kak. Aku sekarang adalah anggota Akmil Liehuo. Kamu tenang. Aku pasti akan menjadi tentara yang unggul. Tidak akan mengecewakan mu.”

Liang Chen memandangin papan nama Akademi, Akmil Liehuo. Lalu dia memperhatikan orang- orang di sekitar nya yang sedang berpelukan dan melakukan perpisahan dengan keluarga serta teman mereka. Melihat itu, Liang Chen tersenyum.

Murid baru dengan penampilan dan bawaan yang kucel, Huang Song, dia tersenyum memandangin Akmil Liehuo dan mengatakan betapa megah nya tempat tersebut. Mendengar itu, Liang Chen tertawa pelan.
Huang Song kemudian mendekati Liang Chen. Dia mengelap tangannya sebelum menyalamin Liang Chen dan memperkenal kan dirinya sendiri. Dia berasal dari Jinan, Shandong. Dia kabur dari Shandong. Dia sudah pernah ikut berperang beberapa kali dan menang, jadi atasan nya memerintah kan nya untuk datang ke Akmil Liehuo.
“Wow, jadi kamu pernah ikut perang juga?” tanya Liang Chen, kagum.
“Sebenarnya, aku tidak banyak menembak. Dan lariku juga lambat. Pas aku sampai, musuh sudah kabur,” cerita Huang Song dengan sikap rendah hati.

Liang Chen melihat- lihat barang bawaan Huan Song yang begitu banyak. Bahkan Huan Shong ada membawa panci juga. Melihat itu, Liang Chen memberitahu kalau di Akmil mereka ada ruang makan. Dan Huang Song menjawab bahwa dia sengaja membawa banyak barang untuk berjaga- jaga, sebab barang- barang di kota mahal, serta dia tidak tahu kalau di dalam Akmil ada ruangan makan.
Mengetahui itu, Liang Chen tertawa pelan.

Sebuah mobil mahal kemudian menyerempet gerobak milik Huang Song. Dan bukan nya meminta maaf, tapi Li Wen Zhong malah meneriaki Huang  Shong dan memarahinya. Dengan kesal, Liang Chen pun menyuruhnya untuk berhenti. Tapi Huang Song meminta nya untuk sabar saja, dan membiarkannya.

“Aku kasih tahu kamu, Akmil tidak seperti tempat lain. Kalau kamu baik pasti akan diintimidasi,” jelas Liang Chen.
“Tidak apa- apa. Dari kecil Ayahku bilang, dirugikan itu merupakan keberuntungan,” balas Huang Song dengan sikap rendah hati. Dan Liang Chen tersenyum mendengar itu, lalu dia mengajak Huang Song untuk masuk bersama.



Melihat seorang penjaga yang memegang pistol. Wen Zhong menyombongkan dirinya kepada teman- temannya, dia mengatakan bahwa bulan lalu, pada saat ulang tahunnya, orang rumahnya memberikan pistol mauser kepadanya. Mendengar itu, teman- temannya meminta dia memperlihatkan pistol tersebut. Namun Wen Zhong beralasan tidak bisa mengeluarkannya sekarang.
Huang Song dan Liang Chen masuk bersama. Melihat itu, Wen Zhong memberitahu kepada teman- temannya, kalau mereka adalah orang yang menyenggol mobil mereka barusan.


“Itu barang keren,” kata Huan Song, menunjuk ke arah pistol yang di pegang oleh penjaga. “Pistol MP 18. 600 peluru/ menit. Jarak mencapai 150 meter. Ringan dan fleksibel, tapi sedikit mahal,” jelasnya.
Tapi mendengar itu, Wen Zhong malah mengetawai nya.

Huang Song menjelaskan bahwa dia belum pernah memegang pistol tersebut, tapi kalau boleh pegang, dia ingin coba menembak beberapa kali. Mendengar  betapa berpengetahuan nya Huang Song mengenai senjata, Liang Chen merasa kagum padanya. Tapi Wen Zhong malah memanggil Huang Song kampungan.
“Jangan pedulikan dia,” kata Liang Chen, mengingatkan Huang Song.

Wen Zhong memang ingin mencari masalah. Dia mendekati Huang Song dan memukuli kepalanya. “Aku kasih tahu kamu, kamu harusnya berterima kasih, aku tidak memanggil mu pengemis, tahu tidak?” katanya, kasar.
“Ada apa?” tanya Liang Chen, melindungin Huang Song.
“Tadi gerobak siapa yang menyenggol mobilku,” balas Wen Zhong.
“Jelas- jelas kamu yang menabrak ku,” balas Liang Chen, berani.


Tanpa rasa bersalah, Wen Zhong mengatakan bahwa mereka sama- sama bersalah. Pertama, karena Huang Song menaruk gerobak di tengah jalan. Dan mobilnya mau lewat saat itu. Lalu dia menanyakan butuh berapa Liang Chen sebagai ganti rugi. Dan dengan alasan ingin mengecek ada kerusakan apa, dia mengambil mangkuk milik Huang Song.
“Aku kasih tahu kamu, di Feng’an, kurang dari 10 mobil yang mirip dengan milikku. Sekarang kamu merusak mobil ku, lecet sebesar ini, apakah kamu bisa tanggung?” kata Wen Zhong, merendahkan.
Ji Jin tampak tidak tahan mendengarkan semua omong kosong Wen Zhong. Sementara Jun Shan tampak tidak mau peduli.

Wen Zhong menyuruh Huang Song untuk berlutut dan bersujud di depannya, serta mengatakan ‘Ayah, maafkan aku.’ Karena dia yakin Huang Song tidak bisa membayar ganti rugi kepadanya. Mendengar itu, Liang Chen mengatai kalau Wen Zhong telah keterlaluan.
Zhu Yan Lin dan teman- temannya mengatawai tontonan di depan mereka.


Wen Zhong kembali menghina Huang Song dan mengatai nya kampungan. Dan dengan berani, Liang Chen pun membela Huang Song, dia mengatakan bahwa lebih baik kampungan daripada pengkhianat bangsa seperti Wen Zhong. Mendengar itu, Jun Shan memandang ke arah mereka.
“Kamu bilang apa?” tanya Wen Zhong, mulai kesal.
“Bukannya kamu pakai lencana Jepang. Kamu orang Jepang ya? Jika bukan orang Jepang, yah kamu pasti pengkhianat bangsa. Kenapa? Apakah aku salah ngomong? Mengapa kamu marah, jika aku tidak salah?” jelas Liang Chen dengan berani.

Wen Zhong marah, dan ingin memukul Liang Chen. Dia melemparkan mangkuk milik Huang Song, tapi sialnya, itu malah terbanting dan mengenai belakang punggung Jun Shan dengan bunyi keras. Dengan kesal, Jun Shan pun memandanginnya.
Huang Song langsung menarik Liang Chen untuk mundur, dan jangan memperdulikan orang seperti Wen Zhong.

Wen Zhong tampak takut pada Jun Shan. Dia meminta maaf dengan santai nya. Dan Jun Shan serta Ji Jin langsung mendekatinya.
“Maaf? Apakah langsung selesai?” tanya Jun Shan, mengintimidasi. “Mobil rongsokan mu tersenggol, kamu suruh orang sujud. Kamu merusak barang orang, kamu pikir minta maaf saja cukup?”
“Kalau gitu kamu mau gimana?” balas Wen Zhong.
“Berlutut terus bersujud, bilang bos aku salah. Kalau gitu, aku maafkan kamu.”

Mendengar itu, Wen Zhong tertawa dan tidak mau melakukannya. Dia mengatakan kalau dia menghargai Jun Shan hanya karena Ayah dan Kakak Jun Shan, tapi itu bukan berarti dia takut pada Jun Shan.
Tapi Jun Shan tidak peduli, dengan tegas, dia menyuruh Wen Zhong untuk meminta maaf dengan benar. Seperti apa yang Wen Zhong suruh pada orang, saat orang itu bersalah pada Wen Zhong.
“Baiklah. Hari ini, aku menghargai kamu sebagai Tuan Muda kedua Shen. Aku tidak akan perhitungan sama kamu. Tapi lain kali, kamu hati- hati,” kata Wen Zhong kepada Huang Song dengan sikap tidak sopan. Lalu dia berniat pergi begitu saja.

Namun Jun Shan langsung menendang kaki Wen Zhong, hingga dia pun terjatuh. Dan dia menginjak punggung Wen Zhong. “Urusan aku belum selesai. Aku suruh kamu bersujud, kamu anggap kentut.”
“Hey kamu, aku akan membunuh mu!” teriak Wen Zhong.
Ji Jin menanyakan, apakah hubungan keluarga Jun Shan dengan We Zhong dekat. Dan Jun Shan tersenyum sinis, dia menjawab kalau dia memang dekat dengan anjing yang sering minta makan ke rumah nya.

Bukannya menolong, para teman We Zhong, malah berbisik- bisik mengetawai dan membicarakan nya. Begitu juga dengan semua orang.
LV Zhong Xin. Dia dan para pasukannya datang sambil menembakan tembakan peringatan untuk menghentikan keributan mereka semua. Dia dengan tegas menyuruh semua yang terlibat dalam perkelahian barusan untuk maju. Dan We Zhong, Jun Shan, Liang Chen, serta Huang Song pun maju ke depan.


Zhong Xin kemudian berteriak memanggil Ji Jin untuk maju ke depan. Awalnya Ji Jin tidak sadar kalau dirinya lah yang di panggil, karena dia tidak ada ikut berkelahi. Tapi Zhong Xin dengan tegas menyuruh nya untuk ikut maju juga, karena Ji Jin bersama dengan Jun Shan, tapi bukannya menengai pertengkaran, Ji Jin malah hanya menonton saja. Dengan terpaksa, Ji Jin pun maju ke depan.
We Zhong kemudian memanggil teman- temannya barusan untuk ikut maju juga ke depan. Dan dengan terpaksa, mereka pun maju ke depan.

“Bawa koper kalian. Lari 50 keliling,” perintah Zhong Xin. Mendengar itu, mereka semua terkejut. Apalagi Huang Song, karena barang bawaannya sangat banyak.
“Apakah kamu sedang bercanda? Kamu datang jadi tentara atau pindah rumah ke sini? Kuali juga dibawa! Mau jadi koki?” tanya Zhong Xin tegas. Dan Huang Song pun terdiam.
Guo Shu Ting menontonin mereka di dalam mobil.

“Kalian sudah kesini. Aku akan melayanin kalian dengan baik. Sekarang, selain yang berkelahi lari 50 keliling. Semuanya, bawa koper dan lari 30 keliling. 2 jam kemudian, kumpul diasrama. Yang tidak selesai lari, tidak ada makan malam, tidak ada kasur. Semuanya pergi ke tempat latihan,” kata Zhong Xin dengan tegas, tanpa bisa dibantah kepada semuanya.
Dan Huang Song pun merasa kebingungan dengan semua para bawaannya yang begitu banyak nya.


Tepat disaat itu, mobil keluarga Gu datang. Dan Yan Zhen turun dari dalam mobil dengan sikap santai sambil meminum minumannya.
Supir Gu menjelaskan kepada Zhong Xin mengenai Yan Zhen, dan memohon bantuan nya untuk mengawasi Yan Zhen.
“Kakak- kakak semua. Namaku Gu Yan Zhen,” kata Yan Zhen dengan sikap tidak sopan.



“Petugas. Gantungkan dia di tempat latihan,” perintah Zhong Xin. Mendengar itu, si Supir mengingatkan tentang siapa Yan Zhen. Tapi Zhong Xin tidak peduli dengan latar belakang Yan Zhen, karena di tempat ini semuanya hanya memiliki 1 identitas, yaitu persiapan menjadi tentara. Jadi jika ada yang berani bergaya menjadi bos, maka akan menerima hukuman.

Post a Comment

Previous Post Next Post