Setelah masuk ke dalam kuil, Heo Yoon berniat untuk memulai pertemuan
dengan semua yang datang bersama nya dan berkumpul di sini. Namun sebelum Heo
Yoon mulai berbicara, tiba- tiba saja terdengar suara seperti ada penyusup.
Jadi Heo Yoon pun pergi keluar untuk memeriksa.
Sesampainya dirumah Gisaeng. Heo Yoon berjumpa dengan Nyonya Chu
dan Rekan no. 1. Tapi sebelum dia memanggil si Rekan no. 1, tiba- tiba
terdengar suara teriakan Nok Du yang kesakitan di dalam ruangan ganti pakaian.
Nok Du berpura- pura bersikap imut dan polos, saat Dong Ju
mengancungkan gunting ke arah nya. Tapi Dong Ju sama sekali tidak peduli pada
sikap sok polos Nok Du, dan berniat untuk langsung menusuk nya saja. Namun
dengan sekuat tenaga, Nok Du melawan dan menahan tangan Dong Ju yang memegang
gunting.
Rekan no. 1, Heo Yoon, dan Nyonya Chun. Mereka bertiga berjalan
mendekati ruangan ganti pakaian untuk memeriksa ada apa dan siapa.
Nok Du membekap mulut Dong Ju supaya tidak berisik.
Heo Yoon memberikan kode kepada Rekan no. 1 untuk masuk ke dalam
ruangan ganti pakaian. Dan Rekan no. 1 mengerti, dia mengeluarkan pisau yang
berada di dalam pakaiannya, lalu dia membuka pintu ruangan.
Namun mereka bertiga merasa terkejut, saat melihat Nok Du serta
Dong Ju yang sedang duduk bersama dalam keadaan baik- baik saja dan tenang.
“Dong Ju, sedang apa kamu disini?” tanya Ny. Chun.
“Kami hanya .. “ jawab Dong Ju, tergagap. Dan Nok Du memberikan
kode mata padanya supaya menjawab dengan benar. “Aku sedang merapikan
rambutku,” jelas Dong Ju.
Setelah Dong Ju menjawab, Nok Du pun berbalik dengan wajah yang
tampak berantakan sambil menunjukan gunting di tangannya. “Benar. Aku sedang
memangkas nya.”
“Kamu tidak memotong nya. Kamu merusak nya,” hardik Ny. Chun. Lalu
dia menanyakan, apa yang terjadi kepada wajah Nok Du.
Dengan kebingungan, Nok Du memandangin Dong Ju dan berpikir. Lalu
dia menjawab bahwa barusan Dong Ju berniat untuk merias wajah nya. Dan dengan
gembira, Dong Ju langsung mengeluarkan alat make up nya, dan mengoles kan nya
pada wajah Nok Du. Melihat itu, Ny. Chun pun menjadi percaya pada mereka
berdua.
Rekan no. 1 masih merasa curiga, sebab dia ada mendengar suara
pria dari ruangan tersebut. Dan Nok Du langsung menjentik telinga Dong Ju yang
terluka sebagai kode supaya membantu nya. Dengan kesakitan, Dong Ju pun
meringis, tapi saat kemudian dia mengerti, dia langsung berteriak dengan keras,
seperti suara pria.
“Aku membuat kesalahan saat menggunakan gunting ini,” jelas Nok Du
kepada semua nya. Dan mendengar suara Dong Ju yang seperti seorang pria,
semuanya merasa kaget.
“Aku sangat kesakitan,” jelas Dong Ju sambil memegang telinga nya.
Nok Du meminta maaf, karena telah melukai telinga Dong Ju.
Kemudian dengan cepat, seolah perhatian, dia mengajak Dong Ju untuk segera
kembali ke kamar dan memakai obat. Dan Dong Ju pun membenarkanya.
Dengan erat, Nok Du memeluk tangan Dong Ju dan berjalan bersama
dengannya untuk keluar dari dalam ruangan. Sambil menunduk kan kepala nya saat
berjalan melewati Heo Yoon yang berdiri di depan pintu.
Dengan heran, Heo Yoon, Ny. Chun, serta Rekan no. 1. Mereka
bertiga terdiam dan memandangin Nok Du serta Dong Ju yang berjalan pergi.
Sinopsis The
Tale Of Nokdu Episode 5 – part 1
Network :
KBS2
Setelah memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang mengawasi
ataupun mengikuti mereka. Dengan kasar, Dong Ju pun langsung menepis tangan Nok
Du yang memegang nya. Dan menarik kerah baju Nok Du untuk ikut dengan nya ke
tempat sepi.
Flash back
“Kamu tidak ingat aku? Aku menyelamatkanmu di Hanyang. Kamu juga
berpura- pura menjadi pria. Haruskah kuberi tahu Ny. Chun?” bisik Nok Du,
mengancam.
Mendengar itu, Nok Du pun langsung diam.
Flash back end
“Apa ini? Kamu membuntuti ku dari Hanyang?” tanya Dong Ju, kesal.
“Tidak. Hanya saja rute kita tumpang tindih. Bayangkan saja betapa
terkejut nya aku, saat menemukan gaun dan ikat kepala pria di dalam kamar Gisaeng.
Dan aku mengenali mereka,” jelas Nok Du.
Mendengar itu, Dong Ju merasa semakin kesal, sebab Nok Du
mengatakan tidak ada memeriksa tas nya. Dan Nok Du menjawab bahwa itu benar,
tapi dia hanya kebetulan melihat isi nya saja. Mengetahui itu, Dong Ju pun
ingin menghajar Nok Du. Tapi tepat disaat itu, para Gisaeng di bangunan sebelah
pada keluar semua.
Dengan sikap bersahabat, Dong Ju pun berpura- pura sedang
memperbaiki baju Nok Du yang berantakan. Sambil memeluk bahu Nok Du yang
berdiri di sebelah nya. Lalu dia tersenyum kepada Hwa Su.
“Hei. Semoga berhasil,” kata Dong Ju sambil tersenyum.
Yang Mulia menanyakan kepada anak buahnya, apakah mereka sudah
memeriksa semua pulau terdekat. Dan si anak buah menjawab iya, tapi dia belum
bisa menemukan Yun Jeo. Namun dia menemukan sebuah tempat yang aneh, ada sebuah
pulau, dimana semua penghuninya adalah wanita.
“Mereka semua wanita?” tanya Yang Mulia, terkejut.
Pangeran Yeongchang berlari dan bermain di halaman Istana. Namun
ketika dia melihat Yang Mulia, dia pun berhenti berlari. Dan Permaisuri
langsung berdiri di depannya untuk melindungin nya.
Namun melihat mereka, Yang Mulia tertawa dan mendekat. Dengan
sikap seolah perhatian, dia menanyakan kenapa mereka keluar, kepadahal cuaca
sedang sangat dingin. Dan Permaisuri menjawab kalau cuaca belum terlalu dingin.
“Tapi mungkin dingin untuk Pangeran Yeongchang muda kita,” kata
Raja sambil memandangin Pangeran Yeongchang.
“Tidak .. tidak, aku tidak kedinginan, Yang Mulia,” jawab Pangeran
Yeongchang dengan suara pelan dan sikap tampak takut.
“Kamu harus selalu berhati- hati. Akan buruk jika kamu terserang
flu. Dalam hal kemalangan, semua itu datang tiba- tiba tanpa peringatan,” kata
Yang Mulia, seperti memberikan ancaman atau peringatan.
Mendengar itu, Permaisuri langsung menarik Pangeran Yeongchang
untuk segera pergi darisana. Dan Yang Mulia memandangin nya dengan tajam.
Heo Yoon mempertanyakan, apakah Rekan no. 1 yakin melihat seorang
pria. Dan Rekan no. 1 menjawab bahwa orang yang di lihat nya memakai kain
hitam, sehingga dia tidak bisa melihatnya dengan jelas.
“Jika dia menyaksikan sesuatu, itu akan menyulit kan,” gumam Heo
Yoon.
“Aku ragu dia melihat apapun, karena mustahil untuk memasuki
kuil,” balas Rekan no. 1.
“Dia mungkin akan kembali, jadi, perketat pengamanan mu,” perintah
Heo Yoon.
“Baiklah,” jawab Ny. Chun.
Heo Yoon kembali ke kuil. Dan para pengikut langsung bertanya, apa
yang terjadi. Heo Yoon pun menjawab tidak ada apa- apa, lalu dia mengajak
semuanya untuk memulai pertemuan.
“Yang Mulia menjadi semakin gelisah, karena Pangeran Yeongchang,”
kata Heo Yoon.
“Benar. Sejak Putra Mahkota tiada, posisinya menjadi kosong. Tentu
saja, dia gelisah. Dia menyingkirkan semua orang di sekitar Pangeran Yeongchang
karena merencanakan pengkhiatan,” komentar Petinggi 1.
“Salah satu dari kita bisa menjadi korban berikutnya. Sebelum
penobatan ..,” tambah Petinggi 2. Dan Heo Yoon langsung menyela.
Heo Yoon menjelaskan bahwa sebenarnya dia hendak menunggu sampai
Pangeran Yeongchang tumbuh dewasa. Tapi sekarang, dia merasa mereka tidak punya
waktu. Sehingga dia berencana agar mereka memulai pemberontakan lebih cepat.
Mendengar itu, semua orang langsung memandangin nya dan berpikir.
Nok Du beralasan bahwa alasan nya menyamar dan masuk ke Desa ini
adalah untuk bertemu dengan gadis yang di cintai nya. Tapi Dong Ju merasa
kurang percaya, dan menanyakan kenapa kalau begitu, Nok Du harus masuk dengan
berpakaian seperti ini.
“Setelah kekasih ku menjadi janda, keluarga nya ingin dia bunuh
diri. Karena itulah kami melarikan diri bersama. Saat melarikan diri, kami
terpisah. Karena aku masih dikejar, aku tidak punya pilihan selain melakukan
ini,” jelas Nok Du, berbohong dengan lancar.
“Kapan dia akan datang?”
“Tidak lama lagi. Dia akan datang dalam beberapa hari. Dia pasti
akan datang. Begitu dia datang, aku akan pergi dengan nya. Aku akan pergi,”
pinta Nok Du, berusaha untuk menyakinkan Dong Ju.
Mendengar itu, Dong Ju langsung membanting gunting yang di pegang
nya ke atas meja. Dan dia mengumpat dengan kesal, sebab Nok Du telah menipunya,
bahkan sempat membuatnya berpikiran untuk menjadi saudara.
Nok Du menjelaskan bahwa karena alasan inilah, makanya dia menolak
untuk menjadi saudara Dong Ju. Serta dia telah menjaga Dong Ju dengan baik.
Mendengar itu, Dong Ju teringat ketika Nok Du membantu menggarukan
punggung nya yang gatal. Dengan marah dia pun langsung memukuli Nok Du berkali-
kali. “Kamu menyentuh punggungku!” keluh nya, kesal.
“Hei! Kamu yang meminta ku,” balas Nok Du, membela diri.
“Kamu seharusnya menolak!”
“Kamu juga menyentuhku.”
Dong Ju kembali teringat, saat dia mau menyentuh pantat Nok Du.
Dan mengingat itu, dia pun merasa kepanasan dan mengipasi dirinya sendiri. Nok
Du pun meminta Dong Ju untuk berhenti membahas itu, karena semakin mereka
membicarakannya, mereka semakin tidak nyaman sendiri. Serta dia ingin Dong Ju
jangan bertanya lagi, dan memberinya waktu beberapa hari. Lalu setelah itu, dia
berjanji akan menghilang seperti asap.
“Sial!” umpat Dong Ju, kesal.
“Maafkan aku, soal banyak hal,” pinta Nok Du.
Nok Du kemudian berniat untuk tidur di luar kamar saja malam ini,
sebagai bukti dia menyesali nya. Namun Dong Ju langsung mengarahkan gunting
kepadanya, dan menyuruh nya untuk tidak boleh kemana- mana.
“Hei. Aku .. aku jatuh cinta dengan kekasih ku,” jelas Nok Du,
salah paham.
“Kamu sudah gila?” bentak Dong Ju. “Mereka pikir kamu wanita,
jadi, jangan melakukan apapun,” jelasnya dengan berbisik pelan.
Nok Du salah paham, dia mengira Dong Ju sedang menganggapnya
sebagai orang mesum. Dan Dong Ju memperingatkan Nok Du, selama tinggal di tempat
ini, Nok Du jangan pernah bermimpi untuk menghilang dari pandangan nya.
Dengan takut, Nok Du pun melindungin dirinya sendiri. “Lalu apa?
Kamu mau kita tidur sekamar?” tanya nya, takut.
Dong Ju duduk berjaga di tempat pintu. Sementara di dalam, Nok Du berpura-
pura mengorok dan secara diam- diam berusaha untuk melarikan diri dalam kamar
melalui pintu samping.
Namun sayang nya, Dong Ju tidak mudah tertipu, dan dia juga masih
terjaga. Jadi saat Nok Du keluar dari pintu samping, dia langsung mengalahkan
gunting nya ke arah Nok Du.
“Astaga, Ny. Kim. Kamu bilang kamu berbeda, tapi tindakan mu
memberitahuku bahwa kamu bedebah, bukankah begitu?” tanya Dong Ju dengan nada
halus, tapi menakutkan.
“Tidak, aku .. aku ingin ke kamar mandi,” jawab Nok Du, beralasan.
Tapi tanpa mau kompromi dengan itu, Dong Ju memperlihatkan gunting
nya. Dan melihat itu, Nok Du pun merasa ketakutan dan langsung masuk kembali ke
dalam kamar.
Didalam kamar. Nok Du mengeluh, karena dia harus keluar ntah
bagaimana caranya. Lalu setelah berpikir sejenak, dia pun mendekat ke arah
pintu, dan membolongin kertas pintu menggunakan jari nya. Kemudian setelah itu,
dia pun mengintip untuk memastikan apakah Dong Ju masih ada diluar atau sudah
tertidur di luar.
Tapi tiba- tiba tangan Dong Ju malah menusuk mata nya. Sehingga
dengan kesakitan, Nok Du pun langsung meringis dan mundur dari pintu.
“Kamu tidak tidur?” tanya Nok Du, mengeluh.
“Tidak, aku tidak tidur. Aku akan mengawasimu semalaman,” jawab
Dong Ju sambil mendengus, mengancam Nok Du.
Pagi hari. Saat terbangun, Dong Ju langsung memeriksa kamar nya.
Tapi ternyata, Nok Du sudah tidak berada di dalam. Dengan kesal, dia pun
mengeluh.
Nok Du berjalan menuju ke kuil. “Sekelompok pria berkumpul di tempat yang hanya dihuni wanita. Mereka
adalah pemimpin. Salah satu dari mereka pasti memberi perintah.”
Nok Du masuk ke dalam kuil secara diam- diam, dan memeriksa nya. “Apa mereka merencanakan sesuatu? Tapi aku
penasaran, kenapa mereka mencoba melukai keluargaku.”
Nok Du mulai mengingat semuanya kembali. Tentang Pasukan Muweol
yang berkumpul saat tengah malam didalam hutan. Tentang keluarga nya yang
diserang oleh Pasukan Muweol.
“Mereka mendapat perintah dari Bos mereka, dan tidak mengetahui
detailnya,” gumam Nok Du, membuat kesimpulan. Lalu dia mendengus geli.
“Untuk
mengetahui siapa bosnya dan siapa para pria itu, aku harus mendekati para
wanita itu,” pikir Nok Du dengan penuh tekad.
Hwa Su menceritakan tentang kejadian semalam kepada seluruh
Gisaeng. Dan mendengar itu, Nok Du pun mendekat dan ikut ke dalam obrolan
mereka. Walaupun mendengar dirinya di katain buruk, tapi Nok Du berpura- pura
bersikap tenang.
“Jadi, Ny. Chun dan Wakil Kurator akan membagikan sketsa pria itu.
Jadi jangan takut. Kita bisa menangkap nya, jika kita semua bekerja sama,”
jelas Hwa Su.
Mendengar itu, Nok Du merasa takut dan langsung menutupi dirinya
sendiri dengan mantel. Tapi dia tetap tertawa kepada mereka, seolah tenang.
Dong Ju kemudian datang, dan menarik Nok Du untuk ikut bersama
nya. Dan dengan terpaksa Nok Du pun pamit kepada semuanya dengan alasan bahwa
Dong Ju sudah mempersiapkan sarapan untuknya, dan bahkan dia memuji betapa
pedulinya Dong Ju kepada dirinya.
Dong Ju mendorong Nok Du dengan kasar untuk masuk ke dalam kamar.
Dan langsung menutup pintu kamar “Sudah kubilang jangan kemana- mana!” bentak
nya.
Nok Du merasa senang, karena tidak menyangka kalau Dong Ju beneran
ada menyiapkan sarapan untuknya. Dan dengan ketus, Dong Ju menyuruhnya untuk
jangan salah paham.
“Tapi sup rumput laut apa ini? Kamu tidak tahu hari ini ulang
tahun ku,” kata Nok Du.
“Hari ini ulang tahun mu?” tanya Dong Ju, baru tahu. Dan Nok Du
mengiyakan. Dengan berbaik hati, Dong Ju pun memberikan sup rumput laut milik
nya juga.
Nok Du menjelaskan bahwa satu- satunya yang Ayahnya beritahukan
padanya adalah hari kelahiran nya. Lalu setelah itu, dia menanyakan, apakah
Dong Ju tidak mau sup rumput lautnya. Dan Dong Ju menjawab bahwa dia tidak suka
sup rumput laut.
Mendengar itu, dengan bersemangat Nok Du ingin memakannya. Tapi
Dong Ju segera merebut itu dan meminumnya.
“Aku tidak cukup membencinya untuk memberikan nya padamu,” ejek
Dong Ju.
“Orang bilang utang budi kita bisa lunas dengan bersikap baik.
Tapi sepertinya kamu yang berutang kepada orang- orang,” balas Nok Du, dengan
nada kesal.
“Aku tidak berutang kepada siapapun. Itu tidak akan pernah
terjadi!”
“Kamu tidak pernah tahu.”
Dengan kesal, Dong Ju pun memukul kepala Nok Du menggunakan sendok
nya supaya diam. Lalu dia mengatai Nok Du genit, karena berpakaian seperti
wanita dan merayu para Gisaeng. Dan Nok Du membalas bahwa dia tidak ada
menggoda mereka.
“Jangan menyangkal nya. Lalu kenapa kamu berbicara dengan mereka
begitu kamu bangun?” tanyanya dengan keras. “Ntah apa kekasihmu tahu betapa
mesumnya dirimu.”
“Mesum? Aku hanya bicara dengan mereka. Apa aku tidak boleh
bicara?” protes Nok Du.
“Begitu rupaya. Kalau begitu, silahkan, katakan itu kepada
kekasihmu.”
“Kekasihku tidak segila dirimu.”
Tepat disaat mereka berdua sedang berdebat, seseorang datang dan
memanggil Dong Ju. Mendengar itu, Dong Ju serta Nok Du pun langsung berpura-
pura sedang saling menyuapi dengan akrab.
“Makan lah,” kata Nok Du dengan ramah.
“Kamu juga,” balas Dong Ju.
“Kakak, latihan menari kita akan segera di mulai. Ny. Chun meminta
mu datang,” kata si Gadis kecil tersebut, memberitahu. Dan Dong Ju pun
mengiyakan.
Tags:
The Tale of Nokdu