Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode
38
Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
Shangyan
sudah masuk ke dalam rumah Tong Nian, dan ternyata rumah Tong Nian benar-benar
kosong. Shangyan jelas jadi canggung. Mereka menunggu orang tua Tong Nian
dengan duduk di ruang tamu. Tong Nian menyuruh Shangyan untuk tidak terlalu
tegang dan santai saja. Hahahah. Tapi, tetap saja keduanya tegang berada di
rumah tanpa ada orang lain.
Shangyan melihat-lihat foto masa kecil Tong Nian
yang di pajang di dinding ruang tamu. Melihat foto-foto itu, ketegangan di antara
mereka jadi sedikit mencair. Tong Nian bahkan meminta agar Shangyan memberitahu
apa yang Shangyan dan Ny. Han bicarakan dengan orang tuanya di pertemuan
keluarga tempo hari? Waktu itu kan Shangyan bohong bilang kalau pertemuannya di
rumahnya, jadi dia buru-buru pulang, tapi ternyata tidak ada siapapun.
“Aku bilang… aku belumlah dewasa sebelum berumur
30 tahun. Dan aku berharap paman dan tante bisa memaafkanku. Tapi, terhadap
Tong Nian, cintaku dan perasaanku adalah nyata. Tapi, itu tidak berguna hanya dengan
kata-kata dari mulutku. Aku ingin menikah. Aku ingin membuktikannya dengan
tindakan. Aku juga berharap kau bisa dengan tulus menganggukan kepala dan
menerima lamaranku.”
“Lalu, apa yang orang tuaku katakan?”
“Jika aku adalah orangtuamu, aku juga tidak akan
senang. Lihatlah, kau cantik, temperamen-mu bagus, berbakti, tidak manja, dan
juga adalah murid terbaik. Yang paling penting adalah keluargamu tidak
kekurangan uang. Yang bisa ku tunjukkan hanyalah aku lebih buruk daripadamu.”
“Lalu apa yang terjadi? Apa yang orangtuaku
katakan?” tanya Tong Nian semakin penasaran.”
Shangyan pun mulai bercerita. Saat itu, ayah Tong
Nian bertanya padanya, apa yang bisa dia berikan untuk putri berharganya? Saat itu,
Shangyan bingung harus menjawab apa karena tidak tahu apa yang bisa di
berikannya. Jika mereka membicarakan mengenai umur, maka dia di rugikan karena
dia jauh lebih tua dari Tong Nian. Bicara mengenai pendidikan, jelas Tong Nian
jauh lebih unggul darinya. Jadi, yang bisa di bicarakannya hanyalah mengenai
mimpinya. Dia bilang kalau demi kemenangan China, dia rela berkorban tubuh dan
darahnya. Dan orang tua Tong Nian tetap tidak menerimanya. Dia merasa putus
asa, kedua matanya memerah dan dia berlutut di hadapan orang tua Tong Nian. Dia
bilang, kalau mereka tidak membiarkannya menikahi Tong Nian, maka dia akan
melajang selamanya.
Tong Nian sudah serius mendengarnya. Tapi, pas
kalimat terakhir, Tong Nian langsung tahu kalau Shangyan membodohinya. Mereka malah
jadinya bermesra-mesraan. Shangyan memeluk Tong Nian dengan erat.
“Bolehkah aku bertanya? Setelah kau memutuskan
pensiun, pernahkah kau menyesali hal tersebut?”
“Hidup hanyalah satu arah jalan. Bahkan jika seorang
Han Shangyan pergi, masih ada team K&K di belakangnya. Di belakang Han
Shangyan, masih ada banyak remaja China yang tidak bisa di hitung yang demi kemenangan
China, rela mengorbankan tubuh dan darah mereka.”
Di saat mereka sedang bermesraan, Ayah pulang
sambil berteriak memanggil Tong Nian. Tong Nian dan Shangyan langsung gelagapan
kembali duduk di sofa dan bersikap tidak ada apapun yang terjadi. Sementara
itu, ayah kaget karena melihat Shangyan di rumah mereka. Ayah menyuruh mereka
untuk berbincang saja sementara dia menyiapkan makan malam.
--
Makanan sudah di hidangkan, dan Shangyan ikut
makan bersama keluarga Tong Nian. Saat makan, ibu Tong Nian terus menatapnya
dengan tajam. Shangyan bisa merasakannya, jadi dia tampak terus menundukkan
kepala. Untungnya, ayah lebih ramah. Dia menyuruh Shangyan untuk makan lebih
banyak dan menikmati makanannya.
Shangyan curhat kalau setelah Kakek kembali ke
Norway, dia jadi lebih sering makan nasi box di klub. Ayah langsung menasehatinya
untuk tidak banyak makan nasi box karena itu tidak baik untuk kesehatan. Jika Shangyan
ada waktu, maka Shangyan boleh datang ke rumah mereka dan makan bersama mereka.
Dia akan memasakan makanan yang enak dan bergizi untuk Shangyan.
Ibu kemudian mulai membuka pembicaraan, bertanya
apakah klub Shangyan menang kemarin? Dengan jujur, Shangyan memberitahu kalau
klub-nya gagal dan meraih juara dua. Ayah langsung menimpali kalau juara dua
juga tidaklah buruk. Itu hasil yang bagus dan teruslah berusaha. Tong Nian
langsung nimbrung kalau Shangyan bilang pada klub-nya di dalam kamusnya, hanya
ada dua kata : Juara atau Kegagalan. Shangyan langsung menendang kaki Tong Nian
karna sudah memberitahu orang tua-nya perkataan-nya itu.
Ibu menasehati Shangyan karena terlalu menekan
diri sendiri. Shangyan sudah khawatir kalau ibu akan semakin tidak menyukainya.
Tapi, tidak di sangkanya, ibu malah menawarkan untuk menambahkan nasi untuk Shangyan.
--
Makan malam sudah usai. Dan Shangyan langsung ke
dapur dan mencucikan piring. Ayah yang melihat hal itu, langsung melarang Shangyan
untuk mencuci piring. Shangyan adalah tamu mereka, jadi tidak boleh mencuci piring.
Shangyan tetap mencuci dan berkata tidak apa-apa.
“Xiao Han, dengarkan aku. Kami punya tradisi yang
sangat bagus di rumah ini. Pria mengurus hal di luar rumah dan wanita mengurus
di dalam rumah,” ujar ayah. “Hal seperti ini (mencuci piring) selalu ibu Tong
Nian yang melakukannya. Aku tidak pernah melakukannya. Jadi, kau jangan
melakukan ini.”
Ucapan ayah itu, terdengar oleh Tong Nian dan
ibunya yang kebetulan ke dapur. Ibu langsung menghampiri ayah dan memarahinya
karena membiarkan Shangyan mencuci piring. Apa ayah tidak merasa bersalah? Ini kan
hal yang selalu ayah lakukan.
Shangyan tersenyum kecil mendengar ucapan ibu. Padahal
tadi ayah bilang, ibu yang selalu mencuci piring, dan ternyata fakta-nya, ayah
yang mencuci piring.
Ibu menyuruh Shangyan untuk tidak mencuci lagi. Shangyan
tetap mencuci dan berkata kalau ini memang yang seharusnya dia lakukan. Ibu tetap
melarang, apalagi ini pertama kalinya Shangyan makan di rumah mereka. Ibu langsung
menyuruh Tong Nian untuk membawa Shangyan keluar dapur. Tong Nian malah berkata
kalau Shangyan sudah biasa melakukan hal ini. Shangyan menimpali kalau dia
sudah hampir selesai mencuci, dan paman serta bibi bisa menonton TV.
Akhirnya, ayah dan ibu menyerah menghentikan
Shangyan mencuci piring. Mereka mundur dan ke ruang tamu.
Tong Nian langsung berdiri di samping Shangyan
dengan ceria. Dia menawarkan diri untuk membantu, tapi Shangyan menyuruhnya
untuk melihat saja. Shangyan kemudian memberitahu perkataan ayah Tong Nian tadi
padanya. Tong Nian langsung tertawa karena biasanya ayahnya yang mengerjakan
pekerjaan rumah, ngapain bohong pada Shangyan.
--
Piring sudah selesai di cuci. Malam juga sudah
larut. Jadi, Shangyan pun beranjak pulang. Tapi, Tong Nian nampaknya berat
membiarkan Shangyan pulang. Dia terus saja menahan tangan Shangyan dan bertanya
ini itu. Shangyan langsung menyuruh Tong Nian memberitahu saja apa yang ingin
di katakannya.
“Aku mau bilang… tadi waktu aku nonton film, ketika
dua orang pacaran, ketika mereka harus berpisah, si pria selalu… pada wanita…,”
ujar Tong Nian, ragu-ragu.
“Nian Nian. Aku harap, kau bisa lebih berani
ketika bersamaku. Jika kau ingin melakukan sesuatu, hanya lakukan saja. Kau tidak
harus takut dan tidak perlu takut padaku juga, okay?”
Tong Nian mengangguk. Shangyan tersenyum. Dan dia
pun mulai mendekatkan wajahnya untuk mencium Tong Nian.
Belum tercium, malah wajah mereka di sinari oleh
senter oleh satpam yang waktu itu. Satpam itu lagi berpatroli dan dia meminta
maaf karena sudah mengganggu mereka. Dan satpam itu masih mengenali Shangyan. Dia
langsung memberitahu Tong Nian kalau Shangyan sangat hebat. Di lingkungan
mereka, Shangyan mungkin akan membeli area parkir dan menginap setiap malam di
sini. Setiap kali dia mendapat shift malam, dia pasti bertemu dengan Shangyan.
Mendengar itu, Tong Nian jadi senang karena
ternyata Shangyan sudah sering berada di depan rumahnya. Apalagi, satpam itu
terus terusan memuji Shangyan sebagai pria yang baik. Shangyan sampai harus menyuruh
satpam untuk berhenti memujinya karena Tong Nian bisa malu. Satpam mengerti dan
akhirnya dia pamit pergi mengecheck tempat lainnya.
Setelah satpam pergi, Tong Nian mulai menggoda
Shangyan terus menerus. Shangyan jelas malu. Dan untuk membuat Tong Nian
berhenti menggodanya, Shangyan mencium bibirnya. Tong Nian sangat senang dan
memeluk Shangyan dengan erat. Dan akhirnya, Shangyan benar-benar pulang.
--
Ibu mampir ke kamar Tong Nian dan melihat Tong
Nian yang tersenyum terus menerus. Ibu mulai membahas mengenai Shangyan. Awalnya,
dia mengira Tong Nian akan menjadi anak nakal setelah memilih Shangyan. Dan dia
mengira kalau Shangyan tidaklah tulus pada Tong Nian. Tapi, dia kemudian
menyadari kalau dia sudah salah paham. Entah itu dalam mengejar karir ataupun
cinta, Shangyan adalah orang yang sangat serius. Tapi, yang lebih penting
adalah, dia merasa kalau Tong Nian bahagia.
Tong Nian dengan jujur berkata kalau saat dia
bersama dengan Shangyan, dia merasa sangat bahagia dan di berkati. Dan dia
merasa, dialah masalahnya. Mungkin, karena dia sangat mempedulikan Shangyan, sangat
menyukainya, itulah kenapa di banyak hal, dia selalu berusaha mengikuti
Shangyan dan tidak memiliki pendapatnya sendiri. Belakangan ini, Shangyan
selalu bilang padanya kalau dia berharap kalau aku bisa mengeskpresikan pendapatku
pribadi dengan lebih sering dan tidak hanya mengikuti apa yang dia katakan. Dia
ingn aku memiliki karakterku sendiri.
Ibu kemudian memberitahu Tong Nian apa yang
Shangyan katakan padanya saat pertemuan keluarga tempo hari. Shangyan bilang
kalau awalnya dia hanya mempunyai dua kata di depan matanya : “Memenangkan
Kejuaraan.” Tapi, sekarang sudah tidak sama lagi. Sekarang di matanya, ada
empat kata : “Memenangkan Kejuaraan” dan “Tong Nian.”
Tong Nian tersenyum. Dia terharu mendengar hal
itu.
Ibu lanjut memberitahu kalau Shangyan bilang ingin
menikah dengan Tong Nian. Dengan menikahi Tong Nian, dia bisa merasa aman. Dan
dia juga mengizinkan Tong Nian untuk mendapatkan banyak gelar Ph.D sebanyak
yang Tong Nian inginkan. Karena dia tahu kalau Tong Nian memiliki mimpi sendiri
dan dia akan mendukungnya secara penuh. Dan Shangyan juga bilang kalau dia tahu
sejak kecil Tong Nian telah di manja olehnya dan ayah. Dan dia merasa itu
sangat cocok dengannya. Dia merasa kalau dia tidak mempunyai kekuatan apapun. Dia
hanya tahu cara mengajar anak dan melakukan pekerjaan rumah. Dan sisanya, hanya
tahu cara memanjakan Tong Nian.
Tong Nian tersenyum semakin lebar. Dia memeluk ibunya
dan memuji Shangyan yang sangat hebat. Dia memberitahu ibunya kalau Shangyan
miskin dulunya dan tinggal bersama anggota team-nya. Hal memasak dan membersihkan
rumah, di lakukan olehnya. Dia tidak manja sama sekali dan juga memperlakukan
aggota team-nya dengan sangat baik. Intinya, semakin ibunya mengenal Shangyan semakin
ibunya akan menyukainya.
Ibu langsung berkata kalau selama ini dia juga
memperhatikan Shangyan. Dan dia bisa merasakan kalau Shangyan berubah sedikit
demi sedikit demi Tong Nian. Sama seperti ketika dua orang berjalan bersama,
mereka tidak banyak bicara. Tapi, secara perlahan, kecepatan jalan mereka menjadi
sama. Dan mereka akhirnya bisa melihat pemandangan yang orang lain nikmati. Itu
hal yang tidak bisa di lakukan hanya oleh satu pihak.
“Ma, terimakasih sudah mengerti mengenaiku,” ujar
Tong Nian tulus.
Ibu kemudian penasaran, dan bertanya apakah Shangyan
tidak ada membicarakan masa depan dengan Tong Nian? Tong Nian gelagapan
menjawab pertanyaan tersebut. Dengan malu-malu, Tong Nian memberitahu kalau
Shangyan sudah melamarnya.
“Benarkah? Kau menerimanya?”
Tong Nian menggeleng.
Ibu terkejut, “Kenapa?”
Tong Nian jadi takut dan bertanya, apakah dia
melakukan hal yang salah? Ibu berkata kalau tidak ada yang salah. Hanya saja,
dia tidak pernah berpikir kalau Tong Nian akan menolak lamaran Shangyan. Ibu
berusaha menenangkan Tong Nian. Dia hanya berharap, ketika Tong Nian membuat
keputusan, itu keputusan yang di buat setelah memikirkannya baik-baik. Tong
Nian mengangguk mengerti.
Ibu pun menyudahi pembicaraannya dan keluar dari
kamar Tong Nian.
--
Esok hari,
Buff sudah datang ke kantor K&K dan bicara
dengan Shangyan. Buff dengan jujur memberitahu kalau dia merasa gugup apalagi ini
pertama kalinya dia datang ke kantor K&K. Dia tidak pernah menyangka akan
sampai di sini. Bagaimanapun, dia mempunyai istri dan anak. Tidak seperti
Shangyan yang lajang dan tidak punya tanggungan, dia punya tanggung jawab
terhadap keluarga-nya.
Mendengar ucapan Buff, Shangyan teringat sesuatu. Dia
ingat kalau istri Buff dulunya juga adalah fans Buff. Ketika istri Buff memilih
menikah dengan Buff, apa itu karena dia mencintai Buff atau hanya bentuk dari
kekaguman dan sedikit tidak normal?
Mendengar pertanyaan Shangyan, Buff jadi kesal. Apa
Shangyan bilang kalau istrinya tidak abnormal? Shangyan yang abnormal!
Shangyan jadi terdiam dan bingung menjelaskan. Melihat
gelagat Shangyan, Buff jadi menggoda, apa Shangyan punya masalah cinta? Shangyan
malah membantah. Dan malah beralasan kalau dia punya teman yang punya masalah seperti
itu dan membantunya bertanya.
Buff penasaran dan bertanya apa masalahnya? Shangyan
jadi kesal dan menyuruh Buff menjawab saja pertanyaannya tadi.
“Baiklah. Sebagai seseorang yang sudah pernah melalui
hal ini, aku akan memberitahu jawabannya. Jika suatu ketika, gadis ini berteriak
padamu, dan kemudian memelukmu ketika menangis, maka itu artinya dia mencintai-mu,
bukan mengagumi mu,” jelas Buff.
Shangyan teringat saat dia bertengkar dengan Tong
Nian dan Tong Nian marah padanya. Jadinya, hati Shangyan merasa tenang dan
tidak lagi mengkhawatirkan perasaan Tong Nian padanya.
Hati udah tenang, saatnya rapat. Dia mengumpulkan
semua anggota K&K ke ruang rapat untuk memperkenalkan anggota baru K&K,
Buff. Semua anggota jelas terkejut. Shangyan menjelaskan kalau Buff akan
berlatih bersama mereka selama setengah bulan. Dan dalam setengah bulan nanti,
akan terpilih 5 pemain resmi dan 1 cadangan. Penilaian akan di lakukan dengan
melihat kemampuan pribadi dan kerjasama secara kelompok. Kemudian, team yang
terbentuk akan berlatih setengah bulan lagi dan berkompetisi di Kejuaraan Asia.
“Ada pertanyaan?” tanya Shangyan.
Jelas semua gugup. 97 bahkan berkata kalau jelas
tidak ada pertanyaan karena semuanya sangat adil. Shangyan pun mengakhiri
rapat. Sebelum itu, dia menyuruh Xiaomi untuk nanti memperkenalkan Buff sebagai
anggota baru mereka pada Wu Bai nanti saat Wu Bai datang.
--
Xiaomi membawa Buff berkeliling kantor K&K untuk
mengenali setiap sudut dan dimana latihan serta sebagainya. Buff juga sudah
mendapatkan seragam K&K. Di saat Buff memasuki tempat latihan, 97 dan Grunt
malah beranjak dari komputer mereka.
Buff sendiri berusaha beradaptasi. Dia tampak
berusaha untuk fokus latihan dan tidak mempedulikan hal lainnya.
Xiaomi mengumpulkan 97, Grunt, Demo dan One. Dia menyuruh
mereka untuk ke kamar Shangyan karena ada rapat kecil. 97 langsung tanya apa
itu mengenai Buff? Xiaomi tidak memberitahu dan hanya menyuruh mereka untuk
pergi menemui Shangyan saja.
--
Shangyan sudah menunggu kedatangan mereka. Begitu mereka
datang, Shangyan langsung menyuruh mereka untuk duduk. Eh, mereka malah
berdiri. Shangyan langsung menyuruh mereka untuk duduk saja.
Demo sudah siap sedia. Dia meminta Shangyan untuk
jujur saja memberitahu mereka siapa yang akan di gantikan posisinya?
Shangyan
menegaskan kalau tadi dia kan sudah memberitahu bagaimana penilaiannya, adalah
berdasarkan skor mereka. Saat ini, di dalam otaknya, tidak ada peringkat
siapapun. Demo masih khawatir karena hanya dia dan One yang berada di peringkat
terendah, jadi pasti salah satu dari mereka yang akan tergantikan.
“Jika kau tidak ingin tereliminasi, maka kau harus
berusaha keras,” tegas Shangyan.
Demo mengerti. One juga mengerti. One jujur kalau
dia merasa cemas tapi tidak merasa tertekan. Menggunakan kemampuan untuk
menentukan peringkat adalah hal yang adil. 97 dan Grunt langsung ikut berkata
kalau mereka tertekan. 97 dan Grunt walaupun berada di peringkat atas, tapi peringkat
mereka tidak stabil. Berbeda dengan Wu Bai yang peringkatnya selalu stabil. Dan
juga Buff adalah peringkat 4. Jadi, wajar mereka cemas dan harus berusaha
keras.
Shangyan senang karena mereka sudah mengerti. Dia
menyuruh mereka untuk kembali latihan. Tapi, dia meminta 97 untuk tetap
tinggal.
Diluar, Demo merasa sedih karena team mereka akan
mengalami penyesuaian. One berusaha tegar. Dia malah mengajak Demo untuk
membuat janji. Entah siapapun yang nantinya akan di gantikan, tidak boleh
menangis dan membuat team kalah. Demo setuju. Grunt yang mendengar perkataan mereka,
langsung mengomeli mereka dan menyuruh mereka untuk lebih percaya diri. Jia You!
Di dalam ruangannya, Shangyan mulai bicara dengan 97.
Wu Bai itu bertingkah cuek dan tidak suka bicara. Sementara Grunt, terlihat
sangat menyebalkan. Karena itu, dia meminta tolong 97 agar menyatukan team
mereka.
“Boss, sebenarnya, kau tidak ingin membiarkan satu
anggota pun pergi, kan? Kami sama seperti anak-anakmu.”
“Ya. Kita semua dekat dan kalian adalah bagian
dari hatiku. Ketika SP pertama kali menggantikan posisi Mi Shaofei, aku bahkan
berteriak pada Solo. Tapi, kemudian, kenyataan membuktikan bahwa apa yang mereka
lakukan benar,” jelas Shangyan. “Di pertandingan final kemarin, menilai dari
situasi sekarang, SP telah meningkat lebih dari satu peringkat. Jika kita tidak
berubah, kita tidak akan bisa menang.”
“Boss, bukan hanya aku yang mengerti maksudmu. Semua-nya
mengerti,” ujar 97.
--
Esok hari,
Seperti biasa, Shangyan membawa anggota K&K
dan menyuruh mereka melakukan lari maraton. Dan peringkat terakhir adalah Demo.
Buff sangat kelelahan dan berujar kalau ternyata harus lari seperti ini juga. Shangyan
menyindir Buff yang berada di posisi 2 terakhir. Buff langsung berkata kalau
ini adalah hari pertama-nya lari, besok dia pasti akan bisa melewati 2
peringkat. Usai menyindir Buff, Shangyan menyindir Demo yang berada di
peringkat terakhir dan di kalahkan oleh Buff yang telah berusia 30 tahun. Apa
Demo tidak merasa malu? Demo malah membela diri kalau dia kan bukan pelari.
--
Usai lari, mereka sarapan di sebuah restoran. Semua
duduk berkelompok, kecuali Buff yang duduk seorang diri. 97 melihatnya dan
langsung menghampirinya. Dia memberikan jus jeruk untuk Buff dan bicara ramah
padanya. Tampak jelas kalau 97 berusaha membuat Buff mampu membaur bersama yang
lain. Dan benar saja, dengan 97 ke sana, Grunt, Demo dan One mulai bicara
dengan Buff. Mereka akhirnya bisa berbaur.
--
Tong Nian juga sudah kembali ke asrama. Dia sedang
menggantung baju cuciannya di dekat jendela kamar. Saat itu, Zheng Hui
melihatnya dari luar dan memanggilnya. Tong Nian membalas sapaannya dan
menyuruh Zheng Hui menunggu. Setelah selesai menggantung baju, dia akan keluar.
Tapi, wajah Zheng Hui tampak berbeda.
Zheng Hui tidak menunggu Tong Nian keluar. Dia
malah langsung masuk ke dalam asrama menemui Tong Nian. Tong Nian jelas
terkejut dan bertanya kenapa Zheng Hui masuk ke dalam? Dia kan sudah bilang
akan keluar menemui Zheng Hui. Ini kan… asrama wanita.
Zheng Hui tampak nge-blank. Dia berkata kalau ada hal yang ingin dia bicarakan. Tong
Nian mengerti dan akhirnya membiarkan Zheng Hui masuk ke dalam. Zheng Hui
tampak semakin aneh, dan membahas mengenai Shangyan yang pasti belum pernah
masuk ke kamar Tong Nian. Tong Nian dengan jujur memberitahu kalau Shangyan
sudah pernah masuk ke dalam kamar asrama-nya. Tapi, Zheng Hui jangan salah
paham. Han Shangyan bukan orang jahat. Dia tidak pernah melakukan apapun
padanya.
Zheng Hui melepas kacamatanya dan mendekat pada
Tong Nian dengan agresif. Tong Nian sampai ketakutan dan berjalan mundur. Zheng
Hui terus mendekatinya sambil menjelekkan Shangyan yang menurutnya hanya
menganggap Tong Nian sebagai adik atau aksesoris yang dapat di gunakannya saat merasa
bosan!
“Senior, aku rasa kita tidak bisa bicara hari ini,”
ujar Tong Nian ketakutan. “Kau… aku merasa tidak enak badan sekarang. Bagaimana
kalau kau kembali dulu dan aku akan mentraktirmu kopi lain kali. Okay?”
Zheng Hui malah menggenggam lengan Tong Nian
dengan keras, “Tong Nian, lihat aku baik-baik. Kenapa kau tidak bisa melihatku
dengan baik?”
“Aku melihatmu sekarang.”
“Aku suka padamu! Aku suka padamu! Aku suka
padamu!” tegas Zheng Hui. “Aku sudah menyukaimu selama 2 tahun. 2 tahun! Apa
kau tidak menyadari bagaimana aku memperlakukanmu? Juga, entah dalam jenjang
pendidikan, temperamen, umur dan jurusan kita, aku yang paling cocok denganmu!
Juga… Juga, aku akan menghasilkan lebih banyak uang! Aku akan menjadi lebih
baik. Aku akan melewatinya! Aku… aku bisa memberikanmu kebahagiaan. Aku akan
melakukan semua yang ku bisa…”
“Aku tahu, senior! Aku tahu kalau kau akan mampu
menghasilkan banyak uang kelak. Aku tahu kau akan menjadi lebih baik. Kau pasti
bisa!” ujar Tong Nian dan menjauh dari Zheng Hui. “Tapi, bukan itu yang ku
inginkan. Bukan yang ku inginkan. Aku berterimakasih kau menyukaiku. Tapi, mari
akhiri semuanya di sini. Di sini!”
“Kenapa? Kenapa?! Bagian mana dariku yang lebih
buruk dari Han Shangyan?! beritahu aku dan aku bisa berubah, Tong Nian!!!”
“Kau sangat hebat. Zheng Hui, kau benar-benar
hebat. Tapi, kau tahu bagaimana dua orang bisa bersama? Ketika aku bersama
dengan Han Shangyan, ada perasaan yang berbeda. Kami dapat mengerti satu sama
lain. Kami tidak perlu bicara untuk memahami satu sama lain. Ketika aku bersama
dengannya, aku tidak peduli apakah dia memberikanku cukup atau tidak. Sebaliknya,
aku lebih khawatir apakah aku memberikannya terlalu kecil? Ketika aku
bersamanya, aku hanya ingin dia bahagia. Aku ingin dia menjadi lebih bahagia
setiap harinya.”
“Jadi, kau yakin… kau yakin menyukainya?”
“AKU MENCINTAINYA!” tegas Tong Nian. “Aku
benar-benar mencintainya. Setiap hari, aku semakin mencintainya.”
Zheng Hui semakin menggila. Dia memberitahu kalau
selama beberapa hari ini dia tidak bisa tidur dan makan. Dia hanya ingin Tong
Nian memberikannya kesempatan. Dia memohon kesempatan dari Tong Nian.
“Terimakasih sudah menyukaiku. Tapi, aku percaya,
aka ada wanita yang lebih baik daripadaku untukmu. Pasti akan ada. Berusahalah.
Maaf,” ujar Tong Nian. itu keputusannya. Dia tidak bisa memberikan kesempatan
lagi pada Zheng Hui.
Zheng Hui merasa patah hati. Dia mengerti dan
akhirnya keluar dari dalam kamar dengan langkah lunglai.
Melihat
Zheng Hui yang menjauh, aku akhirnya menyadari sesuatu. Aku mencintai Han
Shangyan, bukan karena dia adalah Gun God yang terkenal, tapi karena aku
benar-benar bisa merasakan kebahagian dan kesedihannya. Aku ingin tinggal
bersamanya ketika dia bekerja untuk mencapai mimpinya.
Selama setengah
bulan ini, selain dari Wu Bai yang berlatih sendirian, yang lainnya berlatih di
K&K dengan segala kemampuan mereka. Bahkan Buff dan Xiaomi menjaga kesempatan
langka ini.
Dari enam
orang, hanya 5 yang dapat bertanding di arena. Meskipun semua di tentukan oleh
kemampun, tapi tetap saja terasa kejam. Saat hari kompetisi semakin mendekat,
semua semakin cemas. Kelelahan dan kehabisan tenaga adalah konsekuensi yang
harus di lalui. Karena ini, mereka butuh lebih banyak tekad. Setiap orang
saling menyamangati satu sama lain karena mereka adalah satu team yang sama. Mereka
adalah sahabat terbaik masing-masing.
Shangyan melihat peringkat para anggota yang telah
berlatih keras. Demo dari peringkat 71 berhasil naik menjadi peringkat 19.
Sementara One dari peringkat 73 naik menjadi peringkat 23.
Tags:
Go Go Squid
Semangad kak min...😊
ReplyDeleteSmngat kak..
ReplyDeleteLanjutkan 🤗🤗... semangat
ReplyDelete