Sinopsis C- Drama : Arsenal Military Academy Episode 2 - part 1


Sinopsis C- Drama : Arsenal Military Academy Episode 2 – part 1
Network : iQyi Netflix


“Aku tidak peduli latar belakang kalian. Disini, Identitas kalian hanya satu, yaitu bersiap untuk menjadi seorang tentara. Mulai dari sekarang, siapa yang berani bergaya menjadi bos. Jangan salahkan aku,” teriak Zhong Xin dengan tegas kepada semuanya.

Kemudian setelah itu, Zhong Xin menyuruh mereka untuk mengambil koper masing- masing dan mulai berlari. Sementara khusus untuk Yan Zhen, dia menyuruh orang untuk membawa dan menggantung nya.
Huang Song kebingungan harus bagaimana mengangkat semua barang bawaan nya. dan melihat itu, Liang Chen pun membantu nya.

Kedua tangan Yan Zhen di ikat pada tiang besi yang tinggi, sehingga kaki nya tidak mampu untuk berdiri dengan tegak di tanah. Awalnya, ketika di ikat dan di tinggalin begitu saja disana, Yan Zhen berteriak akan menuntut mereka semua. Tapi setelah itu, dia memohon ampun dan meminta mereka untuk tolong melepaskannya.

Shu Ting mendekati Yan Zhen. Dia menghabiskan minuman di dalam botolnya, kemudian dia mengambil botol bir milik Yan Zhen yang masih tersisa dan meminum nya. Melihat itu, Yan Zhen merasa heran, dan menyuruh Shu Ting untuk jangan menyentuh bir nya. Tapi Shu Ting mengabaikan nya.
“Kamu lepaskan aku. Di mobilku masih banyak bir seperti itu, aku akan kasih ke kamu semuanya,” pinta Yan Zhen.
“Bir yang enak,” puji Shu Ting.

Shu Ting kemudian melihat ke sekeliling, dan lalu dia mengeluarkan dua koin dari saku nya, dan melemparkan itu kepada Yan Zhen sebagai bayaran. Dengan bingung, Yan Zhen bertanya, apakah Shu Ting sedang bergurau, karena bagaimana bisa dia memungut uang tersebut. Tapi Shu Ting malah berteriak.
“Dilantai ada 2 dolar, milik siapakah ini? Milik siapa? Jika tidak ada yang mau, aku akan mengambil nya,” teriak Shu Ting. Lalu dia memungut 2 koin nya barusan dan menyimpan nya kembali ke dalam saku.
Dengan heran, Yan Zhen pun terdiam dan menatap aneh padanya.


Semua murid tampak sangat kelelahan dan kesulitan, karena harus berlari memutari lapangan sambil membawa koper sendiri. Tapi aneh nya, Jun Shan, malah tidak tampak membawa koper atau tas apapun.
Flash back
Xiao Jun menanyakan, apakah Liang Chen tidak gugup untuk besok. Dan Liang Chen meminta Xiao Jun untuk tidak khawatir, karena dia akan jaga diri.
“Sejak kecil kondisi badan mu bagus. Pernah berlatih kungfu dengan guru tua juga. Sekarang kamu berdandan menjadi pria, dan masuk ke Akmil Liehuo. Jangan terlalu bersikeras. Harus bisa menahan diri. Kalau sampai menarik perhatian orang, dan ketahuan akan gawat,” jelas Xiao Jun, cemas. Dan Liang Chen memintanya untuk tenang, karena dia tahu harus bagaimana.
Flash back end
Mengingat itu, Liang Chen merasa menyesal pada Xiao Jun, karena tidak mendengarkan nasihat nya. Sehingga sekarang ini, dia harus berlari memutari lapangan sambil mengangkat koper nya sendiri. Itu semua, karena dia terlibat dalam urusan perkelahian Wen Zhong dan Huang Song.

“Cepat larinya! Cepat! Cepat! Kalian semua tidak makan ya!” teriak petugas dengan keras. Kemudian dia mendekati Zhong Xin, dan menanyakan, apakah cara latihan begini tidak terlalu sadis, karena mereka semua baru datang hari ini ke Akmil.
Dan Zhong Xin menjawab bahwa latihan seperti ini sudah termasuk yang ringan. Sebab kelompok tentara muda ini memang harus di latih dengan cara yang ganas.

“Jadi kamu bermaksud melatih mereka sebagai tentara baru biasa?”
“Itu akan jadi 10 kali lebih keras dari tentara biasa. Kali ini kita akan merekrut orang. Dan banyak pihak yang sedang memperhatikan kita, dan mereka mengharapkan kita untuk melakukan kesalahan. Jadi kita harus lebih fokus dan berhati- hati,” jelas Zhong Xin.
“Kalau begitu bagaimana dengan Guo Shu Ting?”
“Biarkan saja dia. Kita tidak bisa mengandalkan nya. Anggap saja dia tidak ada,” jawab Zhong Xin, tidak mau peduli pada Shu Ting.

Setelah cukup lama. Yan Zhen mulai merasa sangat lemas. Dengan pelan, dia berteriak memanggil orang untuk membantu nya. Sebab dia merasa seperti sudah mau meninggal, karena dibully di tempat ini.


Jun Shan akhirnya berhasil menyelesaikan lari nya. Dengan sangat kelelahan, dia duduk didekat petugas yang mencatat, dan beristirahat. Melihat itu, Ji Jin pun ikut duduk disebelah nya. Tapi si petugas tidak mengizinkan Ji Jin untuk beristirahat, karena Ji Jin belum menyelesaikan lari nya, masih kurang 2 putaran lagi.
Dengan lelah, Ji Jin bertanya, bukankah dirinya sudah menyelesaikan lari nya. Dan si petugas memarahi nya untuk cepat berlari lagi. Ji Jin pun meminta si petugas untuk bernego dulu, karena dia sangat kelelahan. Tapi si petugas menolak, dan menambahkan putaran untuk Ji Jin. Dengan terpaksa Ji Jin pun berdiri dan mulai berlari lagi.
Liang Chen merasa sangat capek, dan ingin menyerah saja, sebab dia sudah tidak sanggup lagi. Namun Huang Song menyemangati Liang Chen untuk terus berlari, karena tinggal 2 putaran lagi yang tersisa.
“Paru- paruku seperti kebakar,” keluh Liang Chen.
“Kamu gunakan lidah saja, tahan gusi di atas. Tutup mulut dan gunakan hidung untuk bernafas. Cobalah,” kata Huang Song. Tapi Liang Chen tidak sanggup lagi, dan menyuruh Huang Song untuk berlari duluan saja.
Dengan sikap setia kawan, Huang Song meletak kan barang nya, dan tidak  ikut berlari. Sebab jika Liang Chen tidak berlari, maka dia akan menemanin disini. Dia juga tidak akan ikut makan malam bersama, jika Liang Chen di hukum.

“Kamu tidak ingin makan. Tapi aku masih ingin makan,” kata Liang Chen, setelah mendengar kan itu. Lalu dia pun mengangkat kembali kopernya dan mulai berlari lagi. Dengan segera, Huang Song pun mengikutinya.
Malam hari. Di dalam kamar, Liang Chen merasa senang, karena mendapatkan kamar single, sebab tidak ada orang selain dia di dalam kamar. Dengan perasaan senang itulah, Liang Chen masuk ke dalam kamar mandi dengan tenang.

Tapi tepat disaat Liang Chen masuk ke kamar mandi, Yan Zhen masuk ke dalam kamar. Lalu melihat koper Liang Chen yang terbuka, dia pun melihat- lihat isi di dalamnya, dan tidak sengaja menemukan tank top milik wanita.
Ketika keluar dari kamar mandi, dan melihat Yan Zhen sedang memegang barang nya. Liang Chen merasa terkejut dan langsung merebut barang nya itu, lalu dia berteriak menanyakan, kenapa Yan Zhen bisa ada di sini.
“Kamu gila ya? Kenapa aku bisa ada disini? Ini kamar ku. Jangan- jangan kamu kira, kamu tinggal sendirian. Kamu pikir kamu kepala sekolah?” jawab Yan Zhen, mengeluh.
Mendengar itu, Liang Chen pun sama sekali tidak bisa membalas.

Yan Zhen kemudian menanyakan, mengapa Liang Chen menyimpan tank top wanita. Dan Liang Chen menanyakan, kenapa harus Yan Zhen yang menjadi teman sekamarnya, kepadahal dia tidak ingin tinggal dengan nya.
Mendengar itu, Yan Zhen mendengus geli, dan menanyakan, apakah Liang Chen berpikir kalau dirinya ingin tinggal bersama.
“Aku akan minta ganti kamar,” kata Liang Chen, kesal.
“Mau aku bantu bukakan pintu nya?” balas Yan Zhen.

Zhong Xin memanggil semua murid untuk berkumpul. Jadi untuk mereka yang belum selesai mandi, mereka terpaksa harus hanya memakai handuk saja.
Zhong Xin menjelaskan kepada mereka semua bahwa mulai hari ini, semua latihan dan hasil ujian mereka, itu akan menjadi tanggung jawab nya. Dia adalah orang yang baik hati, tapi satu penyakitnya, dia tidak suka di repotkan. Jadi selama mereka semua tidak merepotkan nya, maka mereka bisa hidup bersama dengan aman dan bahagia. Tapi jika ada yang membuatnya tidak senang, maka dia akan menjadi orang yang keras kepada mereka.

Setelah mengatakan itu, Zhong Xin memberitahu bahwa mereka semua bisa memiliki 2 tahun yang sangat bahagia, jika mengikuti peraturan ini.
Pertama, mematuhi aturan asrama dengan ketat. Bangun jam 6 pagi. Selesai beresin kamar jam 6: 10. Selesai berpakaian jam 6: 20. Lalu sarapan jam 6: 30. Telat lima menit, sarapan dibatalkan, telat sepuluh menit lari 20 putaran dengan membawa beban, telat lima belas menit akan direndam.

Mendengar semua itu, Ji Jin bertanya, apa itu di rendam. Dan Zhong Xin menyuruhnya untuk telat lima belas menit besok, maka Ji Jin akan tahu. Tanpa menjawab balik. Ji Jin meringis, karena merasa telah salah bertanya.

Zhong Xin melanjutkan penjelasan nya, setiap hari jam 9 tepat, lampu akan dimatikan dan pintu akan di tutup. Yang pulang telat akan dihukum tiga puluh kali pukulan. Bagi yang tidak pulang akan langsung  di keluarkan. Dalam asrama, dilarang merokok, minum alkohol, dan berjudi. Jika ada yang tertangkap memakai narkoba, akan langsung di tembak mati. Bahkan orang tua mereka juga tidak akan bisa menolong mereka nantinya. Selain itu, dia tidak melarang perkelahian, tapi apabila ada yang merusak barang- barang didalam asrama, maka mereka harus bersiap di hukum.
Kecuali liburan, tidak ada seorang pun yang boleh pergi keluar. Jika memang mendesak, buat laporan terlebih dahulu sebelum pergi. Saat ada yang melanggar semua peringatan ini, maka mereka akan mendapatkan hukuman. Jadi mereka mesti mengingat semua perkataannya barusan, jangan di anggap sebagai candaan.

Kemudian setelah menjelaskan semua itu, Zhong Xin menyuruh anak buah nya untuk memeriksa semua barang bawaan murid. Dan dia berharap tidak ada seorang pun yang membawa barang terlarang ke tempat ini. Mendengar itu, Liang Chen merasa panik. Dan melihat reaksi itu, Yan Zhen tersenyum menertawakan nya.


Didalam koper Wen Zhong, ditemukan satu senjata api. Melihat itu, Zhong Xin menanyakan dengan keras, apakah senjata itu bisa di pakai bunuh orang. Karena dipakai untuk bunuh Ayam saja susah. Lalu dia menyuruh Wen Zhong untuk menyimpan senjata itu, dan jangan mempermalukan diri sendiri.
Setelah itu, Zhong Xin memeriksa koper yang lainnya satu persatu. Dan menemukan permen- permen di dalam kaus kaki.

Selanjut nya, saat tiba di koper Liang Chen, dia menanyakan, apakah tank top itu milik Liang Chen. Dengan gugup, karena tidak tahu harus menjawab apa, maka Liang Chen pun hanya diam saja. Dan Zhong Xin bertanya lagi, kali ini dengan suara keras, sehingga mendengar itu, para murid pun merasa penasaran ada apa.

“Lapor instruktur. Itu punyaku,” kata Yan Zhen, membantu, sebab dia merasa kasihan kepada Liang Chen.
“Hobi kamu sangat unik,” komentar Zhong Xin.
“Pacarku yang kasih, dia bilang aku mau masuk sekolah tentara, jadi kami tidak bisa saling bertemu. Makanya dia memberiku itu sebagai kenangan. Punya pacar tidak melanggar peraturan sekolah, kan?” jelas Yan Zhen dengan berani.
Tanpa bisa mengatakan apapun, Zhong Xin pun diam dan membiarkan Yan Zhen. Lalu setelah dia menjauh, Yan Zhen menatap tajam pada Liang Chen yang memandangin nya.

Zhong Xin memanggil beberapa orang yang tidak lolos dalam pemeriksaan barusan untuk maju. Lalu dia menyuruh bawahan nya untuk memberikan mereka lima kali pukulan. Serta lari dua puluh putaran.
“Kenapa kamu hanya menghukum kami?” protes Wen Zhong, tidak terima.
“10 pukulan!” tambah Zhong Xin.

“Instruktur, aku tidak ada melakukan apapun. Aku juga tidak ngomong apapun,” protes yang lainnya, tidak terima dapat tambahan hukuman.
“20 pukulan!” tambah Zhong Xin, lagi.
Wen Zhong protes lagi, dia menanyakan bagaimana tentang Yan Zhen. Tapi Zhong Xin mengabaikan protes nya, dan menyuruh bawahannya untuk membawa mereka.

Lalu setelah mereka semua pergi, Yan Zhen pun mengambil kopernya kembali dan masuk ke dalam kamar. Dan Liang Chen mengikuti. Di dalam kamar, Liang Chen mengucapkan terima kasih karena Yan Zhen telah membantu barusan. Dan Yan Zhen pura- pura tidak mendengar.
Dengan bersabar, Liang Chen pun mengatakannya sekali lagi. “Aku bilang, terima kasih.”

“Kita tinggal di satu kamar. Sudah seharus nya saling membantu,” kata Yan Zhen, dengan ramah. Mendengar itu, Liang Chen tersenyum kepada nya. “Bantu aku cuci baju, dan bawakan aku teh. Oh ya, bantu aku lap sepatu juga,” perintah Yan Zhen. Lalu dia melepaskan kaus kaki yang di pakai nya, dan memberikan itu kepada Liang Chen.
Mendengar itu, Liang Chen merasa sangat kesal, apalagi saat Yan Zhen memberikan kaus kaki bau padanya dan memerintah nya.

Saat Liang Chen protes kepadanya, Yan Zhen mengulang kembali perkataannya, sebagai teman sekamar, mereka sudah seharusnya saling membantu satu sama lain. Dan Liang Chen tidak perlu khawatir, karena dia tidak akan mendiskriminasi hobi aneh Liang Chen. Kemudian dia dengan sengaja, menggerakan kaki nya yang bau di dekat Liang Chen.
Dengan kesal, Liang Chen pun terpaksa tersenyum padanya.

Didalam kamar mandi. Liang Chen mencuci kaus kaki Yan Zhen. Sementara diluar, Yan Zhen bersantai dan berseru kalau ini terasa sangat nyaman. Mendengar itu, Liang Chen merasa kesal, tapi dia berusaha untuk menahan dirinya.

Ketika Jun Shan lewat, para murid yang dihukum barusan oleh Zhong Xin, mereka meminta tolong agar Jun Shan membuka kan pintu bagi mereka. Tapi Jun Shan tidak peduli, dan mengabaikan mereka semua.
Dengan kesal, Wen Zhong pun melemparkan sandal yang dipakai nya. Tapi kemudian setelah itu, dia merasa kedinginan sendiri di kaki nya. sehingga dia pun memeluk seseorang di dekatnya.
Setelah keluar dari kamar mandi, Liang Chen menutupi dada telanjang Yan Zhen menggunakan selimut. Tapi karena merasa kepanasan, maka Yan Zhen pun membuka selimutnya lagi. Dan Liang Chen menutup nya lagi. Tapi kemudian Yan Zhen membukanya lagi. Malas harus seperti itu terus, maka Liang Chen pun akhirnya mengabaikan nya.

Liang Chen mematikan lampu tidur di dekatnya, dan memandangin kotak musik yang dibawanya.

Flash back
Xie Liang Chen masuk ke dalam kamar secara diam- diam sambil membawa sebuah kotak kado. Dia menaruh kotak itu di samping Xie Xian yang masih tidur. Kemudian setelah itu, dia pun keluar dari dalam kamar.

Ketika Xie Xiang akhirnya terbangun, dan melihat kotak kado itu, dia pun langsung bangun dan membuka nya. Lalu saat melihat isi kotak kado itu, Xie Xiang tersenyum senang.
Flash back end
Shu Ting duduk di kafe dengan sikap yang nyaman dan santai. Dia menanyakan kepada pelayan, dimana Nyonya bos mereka. Dan si pelayan menjawab bahwa Nyonya bos nya sedang pergi untuk urusan bisnis.

“Selarut ini, ada bisnis apa dia?”
“Jika bisnis tidak bagus, bagaimana bisa kami membayar uang sewa kepada Anda? Kamu santai saja,” balas si Pelayan. Lalu dia pun pergi.
“Siapa yang menyuruh mu untuk membayar?” gumam Shu Ting sambil meneguk bir nya lagi dengan nikmat.

Nyonya Bos, Huo Xiao Yu. Saat dia datang dan mendengar Shu Ting ingin menemuinya, maka dia pun menghampiri nya. Namun ternyata, Shu Ting sudah jatuh tertidur. Lalu ketika akhirnya, Shu Ting terbangun, dia malah minum dan berteriak memanggil pelayan untuk membawakan nya bir lagi.

“Minumlah air,” kata Xiao Yu.
“Sudah pulang. Kenapa aku merasa badan mu bau amis darah?” tanya Shu Ting.

“Kamu bisa mencium bau amis darah pada siapapun. Sudah pulang berapa hari? Rumah gimana?” balas Xiao Yu.
“Sekarang Jerman dan Jepang sedang berperang. Menurut mu bagaimana?” balas Shu Ting. Lalu dia meminta Xiao Yu menuangkan bir untuk nya lagi. Tapi Xiao Yu menolak.

Shu Ting menanyakan dengan sikap bergurau, jika tidak menjual bir, Xiao Yu bisa menjual apa lagi. Dan Xiao Yu menjawab menjual diri, lalu dia bertanya, apakah Shu Ting mau. Mendengar itu, Shu Ting pun diam, tidak menjawab.
“Aku tidak sanggu beli,” kata Shu Ting, pelan.

Xiao Yu kemudian membahas tentang Akmil Liehuo yang di dengar nya ada membuka sekolah. Dan Shu Ting adalah wakil ketuanya, serta pelatih juga. Tapi Shun Ting menjawab bahwa itu tidak ada hubungan dengannya, lalu dia pun tidur.

Melihat itu, Xiao Yu pun menyuruh pelayan untuk membiarkan Shu Ting tetap tidur disini, jika Shu Ting sudah bangun, baru bawa ke atas untuk beristirahat. Bahkan dengan perhatian, Xiao Yu juga menyuruh pelayan untuk membuatkan bubur dan sedikit sayur untuk Shu Ting. Dan si pelayan mengiyakan.

Pagi hari. Shu Ting kembali ke Akmil Liehuo dengan langkah gontai, karena mabuk semalam. Dan melihat itu, Zhong Xin hanya mengabaikannya.

Lonceng sekolah berbunyi. Mendengar itu, Liang Chen langsung tersentak dan bangun. Kemudian dia masuk ke kamar mandi dan bersiap- siap, lalu dia membereskan tempat tidurnya. Huang Song yang sudah bangun, memanggil Liang Chen untuk pergi bersama. Dan Liang Chen mengiyakan. Sementara Yan Zhen masih tidur dengan nyenyak.

Post a Comment

Previous Post Next Post