Ketiga wanita besar beserta
dengan Dong Ju berteriak seperti takut. Dan melihat tatapan mereka semua kepadanya,
Nok Du pun segera menutup tubuhnya. Lalu saat Sun Nyeo mengambil batu dari
dasar sungai, Nok Du pun langsung berlindung.
Tapi ternyata orang yang Sun
Nyeon lemparin batu adalah Yeon Geun, yang sedang bersembunyi di balik batu dan
mengintip mereka.
Menyadari hal tersebut, Nok Du
pun merasa sangat lega. Dan dia segera berpura- pura seperti takut diintipin.
Ketiga wanita besar mendekati
Yeon Geun dan menghajar nya dengan kasar. Dan Yeon Geun memohon ampun pada
mereka agar berhenti, karena bagaimanapun dia jugalah manusia. Dia mengatakan
itu sambil menutup wajahnya.
Namun mereka bertiga tidak peduli, karena menurut mereka Yeon Geun tidak lebih baik daripada
binatang, bahkan walaupun Yeon Geun memakai jubah.
Lalu mereka bertiga pun menarik
tangan Yeon Geun untuk melihat wajahnya. Dan ketika mengetahui kalau itu adalah
Wakil Kurator mereka. Semuanya merasa terkejut, dan Sun Nyeon pun langsung
menarik nya untuk berdiri.
“Kamu minum- minum?” tanya Sun
Nyeon dengan lebih ramah.
“Lihatlah bahumu yang lebar itu,”
balas Yeon Geun dengan kesal. “Ya. Aku bertemu wanita impianku. Bagaimana bisa
aku tidak minum?” jelasnya.
Mendengar itu, Nok Du merasa
sangat lelah, dan ingin memukul Yeon Geun. Tapi sebelum dia melakukan itu, Sun
Nyeon sudah memukul Yeon Geun duluan, sehingga Yeon Geun pun langsung pingsan
di tempat. Melihat itu, dengan cemas Dong Ju serta dua wanita besar menatap
kepada Sun Nyeon.
“Wakil Kurator sering lupa saat
dia mabuk,” jelas Sun Nyeon pada semuanya. Dan tepat disaat itu, tangan Yeon
Geun terkapar lemah.
“Aku yakin nyawa nya mungkin
telah hilang,” komentar Nok Du, merinding.
“Dia mabuk dan terjatuh di
gunung. Kebetulan kita menemukannya disini. Benarkan?” tanya Dong Ju, membuat
semacam alasan yang masuk akal. Dan semuanya langsung mengiyakan, kecuali Nok
Du.
Dan karena Nok Du hanya diam
saja, maka mereka berempat pun langsung memandanginnya dengan tajam. Mengerti
akan hal itu, Nok Du pun langsung mengiyakan dengan cepat dan berjanji akan
mengatakan itu juga nantinya.
Sinopsis The Tale Of Nokdu Episode 3 – part 1
Network : KBS2
Dalam perjalanan kembali. Wanita
no. 2 terus melirik ke arah Nok Du, dan menyadari itu, Nok Du pun bertanya ada
apa. Dan si Wanita no. 2 menjawab bahwa dia tahu semuanya, alasan kenapa Nok Du
tidak mau mandi bersama. Mendengar itu, Nok Du langsung menutupi tubuhnya dan
berusaha untuk menjadi alasan.
“Sejujurnya, kamu dan aku sama
saja,” kata wanita no. 2, dan Nok Du pun merasa bingung apa maksudnya.
“Meskipun kecil, tidak apa- apa,” jelas wanita no. 2 sambil memandangin dada
rata Nok Du. Tapi Nok Du tidak mengerti.
Wanita no. 2 menjelaskan bahwa
yang paling penting adalah hati, jadi Nok Du tidak boleh berkecil hati karena
ukuran kecil. Mendengar itu, Nok Du pun akhirnya mengerti, apa maksud wanita
no. 2 padanya. Dan dia pun merasa sangat lega.
“Baik. Hatiku penting,” kata Nok
Du, mengiyakan. Dan Dong Ju menepuk bahunya untuk menghibur nya. Dengan capek,
Nok Du pun menghela nafas berat.
Seorang pria berpakaian hitam
melaporkan kepada Heo Yoon bahwa orang
itu telah mati diracunin, tapi saat mereka kembali ke lokasi, sajad orang itu sudah menghilang. Dan Heo Yoon
merasa heran, sebab dia diberitahu kalau orang
itu sudah mati. Heo Yoon lalu menebak bahwa orang itu pasti menyamarkan kematiannya dan mengikuti pasukan
Muweol.
(Aku rasa orang yang sedang di
bicarakan adalah Nok Du. Mereka membicarakan kalau seharusnya Nok Du sudah mati
di racunin, tapi sajad nya tidak di temukan. Dan mereka yakin kalau Nok Du
pasti mengikuti si wanita prajurit (Pasukan Muweol).
“Tapi pria tidak boleh masuk ke
desa,” jelas si Pria hitam.
“Dia bisa bersembunyi dirumah
Gisaeng atau di dekat desa. Suruh mereka menggeledah seluruh tempat itu,” balas
Heo Yoon, tegas. “Bagaimana dengan orang- orang Yang Mulia yang pergi ke pulau
itu?” tanyanya, kemudian.
“Semuanya ku kirim ke tempat
lain. Hanya pasukan Muweol yang tersisa. Jadi, dia tidak akan bisa menemukan
apapun.”
Heo Yoon lalu menanyakan tentang
yang lainnya, yang juga kabur dari pulau itu. Dan Si Pria hitam menjawab kalau
para janda dari seluruh kerajaan akan mencari mereka. Jadi tidak lama lagi
pasti semuanya akan ketemu.
“Jangan melewatkan siapapun. Cari
semua orang. Paham?” tegas Heo Yoon.
“Ya,” jawab si Pria hitam. Lalu
dia pun pamit dan pergi.
(Sepertinya, orang- orang lainnya
yang berhasil kabur, itu adalah keluarga Nok Du).
“Dia pasti di takdirkan berumur
panjang. Kenapa dia muncul lagi? Kenapa harus sekarang?” gumam Heo Yoon,
berpikir.
Flash back
Seorang rekan penjabat Heo Yoon
di Istana, yaitu Lim Yoo. Dia memberitahukan bahwa dia ada melihat Jung Yun Jeo
(Ayah Nok Du). Dia melihatnya ketika sedang berpergian ke Pelabuhan Gangryeong
untuk suatu urusan, dan dia yakin itu Yun Jeo. Tapi mendengar itu, Heo Yoon
tidak mau percaya, sebab Yun Jeo telah tewas saat perang.
Namun Lim Yoo merasa sangat yakin
kalau itu adalah Yun Jeo. Dan dengan cemas, Heo Yoon meminta Lim Yoo untuk
tidak memberitahu kepada siapapun mengenai hal ini, karena takutnya orang akan
mengkritik Lim Yoo karena berbohong. Tapi ternyata Lim Yoo telah ada
memberitahu Yang Mulia. Dan mengetahui itu, Heo Yoon merasa terkejut.
“Kamu sudah memberitahu Yang
Mulia?” tanya Heo Yoon, terkejut.
“Ya. Sama seperti kamu yang
menjadi teman baik, Yang Mulia juga teman dekat,” jawab Lim Yoo. Lalu dia pun
pamit dan pergi.
Mengetahui itu, Heo Yoon mengepalkan
tangan nya dengan erat. Dia tampak sangat kesal.
Flash back end
Diatas kapal. Dengan perhatian,
Yun Jeon mengecek luka di perut Hwang Tae, dan menanyakan keadaannya. Dan
dengan lemah, Hwang Tae menganggukan kepala. Lalu Yun Jeon pun memberitahu
bahwa setibanya mereka di pantai nantinya, dia akan pergi ke Hanyang. Tapi
Hwang Tae langsung memintanya agar jangan pergi.
“Para pembunuh itu datang setelah
Ayah pergi ke daratan. Jika Ayah ke Hanyang, aku yakin mereka akan mengejar
Ayah lagi,” jelas Hwang Tae, cemas.
Flash back
Saat sampai di daratan, Yun Jeon
mencari- cari dimana toko obat. Dia bertanya- tanya kepada orang- orang yang di
temuinya. Dan disaat itu, dia bertemu dengan Lim Yoo.
“Ini aku Lim Yoo. Selama perang,
kamu dan aku. Kudengar kamu tewas dalam perang. Bagaimana kamu bisa ..”
“Aku bilang, kamu keliru,” balas
Yun Jeon, lalu dia langsung berlari pergi.
Flash back end
Yun Jeon menyesali tindakannya hari
itu, karena seharusnya dia lebih berhati- hati. Dan dia menjelaskan bahwa Hwang
Tae tidak perlu khawatir. Namun Hwang Tae langsung menyela, dan mengatakan
apakah Yun Jeon berpikir bisa mengubur rahasia itu, jika Yun Jeon membawa Nok
Du kembali.
“Tidurlah,” kata Yun Jeon, tidak
mau menjawab. lalu dia pun bergantian dengan Jang Koon untuk mengayuh perahu.
“Aku bisa mencium bau tanah dari
kampung halaman ku,” kata Jang Koon dengan senang. “Biar kuberitahu. Tempat ini
sangat terpencil, jadi, jika kamu pandai bersembunyi, akan sulit bagi mereka
untuk menemukanmu,” jelasnya pada Yun Jeon.
“Terima kasih, dan maafkan aku.
Aku membuatmu melalui banyak kesulitan,” balas Yun Jeon, merasa tidak enak.
Dengan ramah, Jang Koon menyuruh
Yun Jeon untuk jangan merasa sungkan, karena kelak mereka akan menjadi besan,
jelasnya sambil tertawa. Dan mendengar itu, Yun Jeon hanya tersenyum dan diam
saja.
Yun Jeon kemudian mulai batuk-
batuk pelan. Dan melihat itu, Hwang Tae merasa cemas kepada Ayah nya itu.
Diistana. Yang Mulia merasa
kecewa, saat dia mendapatkan kabar kalau Yun Jeo tidak ada ditemukan di
Kepulauan Gangryeong dan sekitarnya. Dan dia pun berpikir bahwa pasti Lim Yoo
keliru, padahal dia telah mengharapkan kabar baik saat mendengar teman baiknya
yang tewas saat perang masih hidup.
Didalam kamar. Dong Ju
menanyakan, apakah Nok Du tidak akan berganti pakaian, kepadahal pakaian Nok Du
basah semuanya. Dan Nok Du meminta Dong Ju untuk meminjamkan nya handuk serta
celana juga. Dengan berbaik hati, Dong Ju pun mengambilkan dan memberikan apa
yang Nok Du minta.
“Bisakah kamu tetap di beranda
selagi aku berganti pakaian?” pinta Nok Du, lagi.
Mendengar itu, dengan kasar Dong
Ju langsung membanting pintu lemarinya. “Kamu jelas membutuhkan banyak bantuan
dariku. Aku benci hal semacam ini. Kamu harus menjaga dirimu,” keluhnya, lalu
dia pun berniat untuk pergi keluar.
“Bisakah aku.. “ panggil Nok Du
dengan pelan. “meminta semangkuk air ..” pintanya. Tapi sebelum dia sempat menyelesaikan
kata- katanya, Dong Ju langsung menutup pintu kamar dengan keras.
Dengan kesal, Nok Du pun langsung
membuka pakaian nya dan mengeluh. “Dia tidak tahu aku menyelamatkannya,”
keluhnya.
Nok Du meminum semangkuk air
hangat yang diberikan padanya sambil memeluk selimut yang membungkus dirinya.
Dan dengan sedikit ketus, Dong Ju memberitahu kalau itu adalah selimutnya, dan
yang dibawanya sekarang adalah milik Nok Du. Mengetahui itu, Nok Du pun
mengajaknya untuk bertukar selimut. Tapi Dong Ju tidak mau.
“Kalau begitu, tetap di luar,”
kata Nok Du kesal, tapi dia berusaha untuk tetap sopan.
“Lupakan saja. Kita tidur saja,”
balas Dong Ju, malas.
Dong Ju kemudian mulai melepaskan
baju nya, dan melihat itu, Nok Du merasa sangat kaget dan langsung menyemburkan
air di mulut nya. Lalu dia menutup wajah nya.
“Ada apa? Apa lagi yang ku
lakukan?” tanya Dong Ju, kesal.
“Tolong jangan lepaskan bajumu
tanpa memberitahuku dulu. Beri aku waktu agar bisa mempersiapkan diri,” balas
Nok Du.
“Haruskah aku memasang pesan di
jalanan dahulu?”
“Aku yakin berganti pakaian
diluar adalah tindakan yang sopan.”
Dengan perasaan sangat kesal,
Dong Ju pun mencengkram selimut Nok Du, dan menekan kan bahwa ini adalah kamar
nya. Saat Nok Du berganti pakaian, dengan sabar dia telah menunggu diluar, tapi
masa dia harus keluar saat ganti baju juga.
“Tolong jangan sentuh aku,” balas
Nok Du sambil menunjukan kunci dari Nyonya Chun. “Ini semua kamar Nyonya Chun.
Ini bukan kamar mu,” jelasnya dengan pelan.
Mendengar itu, Dong Ju merasa
semakin kesal, tapi dia menahan nya dan tidur sambil merentangkan tangannya.
Dan merasakan itu, Nok Du pun menjauh sedikit.
“Jika kamu begitu membenciku,
kamu bisa tidur diluar.”
“Jika aku tidur di luar, mulutku
akan lumpuh.”
Flash back
Hwang Tae membangunkan Nok Du
yang sedang tiduran di tepi pantai. Dia memberitahu kan bahwa jika Nok Du
tiduran disini, maka mulut Nok Du akan lumpuh. Tapi Nok Du tidak peduli, dan
tetap mau disini. Mendengar itu, Hwang Tae pun berbaring di sebelahnya.
“Pulau ini memang kecil. Kamu
tidak bosan dan lelah meninggalkan rumah?” tanya Hwang Tae.
“Masuklah. Ibu akan mencemaskan
kakak,” balas Nok Du, kesal.
“Dia juga mencemaskanmu. Kita
masuk saja.”
Nok Du bangkit dan duduk menatap
lautan. Dia menjelaskan bahwa dia tidak kabur kedaratan, dia menaiki kapal itu
hanya untuk menggantikan Hwang Tae yang sakit. Tapi dia malah dimarahin.
“Nok Du. Kakak yakin Ayah punya
alasan. Kamu tahu itu, bukan?”
“Harusnya dia memberitahuku. Jika
begitu, aku bisa menyerah atau mengatasinya.”
Hwang Tae memukul pelan kepala
Nok Du, dan menasehatinya. Dia menanyakan, apakah Nok Du akan menyerah untuk
menjadi jendral di daratan. Dan Nok Du menjawab tidak. Mendengar itu, Hwang Tae
pun tertawa, dan Nok Du lalu ikut tertawa juga.
Kemudian tiba- tiba saja, Hwang
Tae menutup mulut. Dan Nok Du pun merasa cemas kepadanya. Tapi ternyata Hwang
Tae hanya berpura- pura saja, dia berbohong kalau mulutnya lumpuh. Menyadari
itu, Nok Du pun mendorong Hwang Tae.
“Mulutmu akan lumpuh, jika kamu
tetap disini. Ayo kita pergi,” ajak Hwang Tae menarik tangan Nok Du. Tapi Nok
Du tidak mau, lalu dia pun menjerit kesakitan sambil memegang mulut nya. Dengan
khawatir, Hwang Tae pun bertanya ada apa.
“Mulutku juga lumpuh,” jawab Nok
Du sambil tertawa.
Flash back end
Nok Du merindukan kakak nya,
Hwang Tae.
Tags:
The Tale of Nokdu