Sinopsis The Tale Of Nokdu Episode 3 – part 2
Network : KBS2
Pasukan Muweol berkumpul di dalam
rumah. Mereka membicarakan tentang Nok Du. Si wanita prajurit, Deul Le, dia
yakin kalau Nok Du telah meninggal, karena dia telah melihatnya dengan kedua
matanya sendiri.
Tapi ketiga rekannya, menanyakan
jika itu benar, kenapa jasad Nok Du bisa tiba- tiba menghilang. Lalu mereka
teringat pada hari kepulangan Deul Le, hari itu ada seorang pria yang memasuki
desa mereka juga, tapi telah di usir.
Mendengar itu, Deul Le pun
berniat untuk langsung pergi menyelidiki. Tapi seorang rekannya menahannya.
“Ini bukan masalah yang bisa kamu hadapi sendirian lagi. Kita semua harus
menanganinya. Kita harus mengikuti perintah,” jelas rekan no. 1 dengan tegas.
Tengah malam. Saat Dong Ju telah
tertidur, Nok Du pun langsung bersiap- siap memakai pakaiannya dan berniat
pergi. Tapi tangan Dong Ju tiba- tiba saja memegang pergelangan kakinya, dan
mengejutkannya.
“Kamu harus meminta maaf,” gumam
Dong Ju, bermimpi. Menyadari itu, dengan kesal, Nok Du pun langsung
menyingkirkan tangan Dong Ju.
Nok Du pergi ke desa Para Janda,
dan masuk ke dalam salah satu kamar disana. Dia mencari-cari dan menemukan
sebuah seragam berwarna merah.
Semua pasukan Muweol yang
berpakaian seragam merah berkumpul di dalam hutan. Mereka membahas tentang
salah satu misi mereka yang gagal.
“Kenapa kita di perintahkan untuk
menghabisi orang yang bukan pejabat kotor atau bangsawan?”
“Benar. Tidak biasanya kita
melakukan hal seperti itu.”
“Siapa yang memberikan perintah
itu?”
Itu semua pertanyaan mereka. Dan
si Rekan No. 1 menjawab kalau hanya bos yang mengetahui semuanya.
Nok Du mendengarkan semua
pembicaraan mereka. Dan memperhatikan mereka dari balik pepohonan. “Haya bos yang tahu? Siapa pemimpin ini?”
pikir Nok Du, bingung.
Rekan No. 1 dan No. 2 memberitahukan
kepada semuanya, kalau mereka harus berpatroli ke sekeliling desa, rumah
gisaeng, dan semua rute. Sebab ada seekor anjing yang lepas dan mengikuti Deul
Le ke desa mereka. Dan mereka menebak kalau sepertinya, anjing itu akan mencoba
menyelinap masuk ke desa pada malam hari.
Namun mereka menolak, sebab sudah
ada Pasukan Wanita Berbudi yang menjaga desa. Dan Deul Le menjelaskan bahwa
Pasukan Wanita Berbudi bukanlah petarung terlatih, jadi mereka harus membantu
mereka.
Rekan no. 3 kemudian menyebarkan
gambar wajah Pria yang telah di gambarkan oleh Deul Le. Melihat itu, Nok Du pun
merasa panik dan langsung menutupi wajahnya dengan kain hitam.
Rekan no. 1 berterima kasih
kepada semuanya, lalu dia pamit pergi, karena dia harus menemui bos. Dan
melihat itu, Nok Du pun langsung mengikutinya secara diam- diam. Namun Rekan
no. 1 hampir saja menemukan nya, tapi untungnya dia tidak ketahuan.
Jadi secara diam- diam Nok Du pun
terus mengikuti kemana Rekan no. 1 pergi. Tapi kemudian tiba- tiba saja Rekan
no. 1 mengarahkan pedang kepadanya, dan ingin membuka masker yang di
gunakannya. Namun dengan cepat, Nok Du segera menghindari nya dan kabur
darisana.
“Lewat sini!” teriak Rekan no. 1.
Dan semua pasukan yang mendengar itu pun langsung membantu mengejar Nok Du.
Karena tidak mungkin untuk kabur,
maka Nok Du pun melawan Rekan no. 1. Tapi sialnya, Rekan no. 1 berhasil tanpa sengaja membuka
kain penutup wajah yang di gunakannya. Dengan segera, Nok Du pun menggunakan
tangannya untuk menutupi wajah nya sendiri.
Lalu dengan cekatan, Nok Du
berhasil melawan Rekan no. 1 menggunakan satu tangan saja. Dia membuat pedang
Rekan no. 1 tertusuk di batang pohon. Kemudian ketika Rekan no. 1 berusaha
untuk menarik pedang itu, dia pun langsung kabur darisana.
Rekan no. 1 pun merasa kebingungan,
karena kehilangan jejak Nok Du.
Dong Ju terbangun sesaat, tapi
kemudian dia tertidur lagi.
Nok Du sudah berganti pakaian
menggunakan baju wanita. Dan dia berjalan kembali pulang ke tempatnya. Tapi
tiba- tiba saja, Deul Le dan Rekan no. 2 menghampiri nya dari belakang.
Membuatnya merasa terkejut.
“Kamu dari mana? Ini sudah larut
malam,” tanya Rekan no. 2 dengan pandangan curiga.
“Itu terlalu berisik, jadi, aku
terbangun dan memutuskan untuk berjalan- jalan,” jawab Nok Du dengan gugup.
“Begini, Gisaeng yang tidur sekamar denganku punya kebiasaan tidur yang buruk,”
jelasnya.
Mendengar itu, Deul Le dan Rekan
no. 2 tertawa. Mereka tahu kalau Dong Ju memang bersikap buruk ketika tidur.
Bahkan mereka dengar, kalau kebiasaan minum Dong Ju jauh lebih buruk lagi.
Mengetahuti itu, Nok Du langsung bergumam bahwa dia merasa tidak akan pernah
minum bersama Dong Ju.
Nok Du kemudian berbasa- basi
menanyakan, apa yang mereka berdua sedang lakukan dengan berpakaian rapi. Dan
mereka berdua dengan gugup beralasan bahwa mereka baru pulang bekerja untuk
mendapatkan sedikit uang.
Nok Du pun lalu pamit kepada
mereka berdua. “Aku seharusnya melihat wajah bos itu,” keluhnya pelan dengan
rasa kesal.
Dengan curiga, Deul Le
memperhatikannya. Tapi karena Rekan no. 2 memanggilnya, maka dia pun mengikuti
nya pergi.
Seorang pria pendekar masuk ke
dalam kuda menaiki kuda.
Para Gisaeng menceritakan kepada
Tuan besar, kalau mereka ada mendengar
seorang pria menyelinap masuk ke dalam desa. Dan para janda ingin menangkap
pria tersebut bagaimanapun caranya.
“Sudah seharusnya. Siapapun
pemuda itu, dia pasti orang jahat,” komentar Tuan besar, mendengar gosip itu.
Pria pendekar datang menghampiri
Tuan besar dan memberikannya sebuah paket hitam. Dan Tuan besar pun membuka
paket tersebut, yang isinya adalah es balok besar. Melihat itu, para Gisaeng
merasa terpesona.
Tuan besar kemudian memberikan
tanda kepada Pria pendekar itu. Dan pria pendekar pun mengeluarkan pedang nya.
Lalu dengan segera, semua Gisaeng pun berdiri menjauh.
“Nona Hwa Su, siapa dia?” tanya
Nok Du, penasaran.
“Ini pasti kali pertamamu
melihatnya. Di Joseon dia orang paling ..”
“Ahli pedang?” tebak Nok Du.
Pria pendekat membelah es balok
menjadi dua menggunakan pedangnya.
“Lemah pendiran. Pendiriannya
paling lemah di Joseon. Dia teman Tuan Yul Mu (Tuan Besar), dan dia sangat
setia. Aku belum pernah melihat orang lemah sepertinya,” jelas Hwa Su sambil
tersenyum memandangin Pria pendekar.
Mendengar penjelasan itu, Nok Du
memandang ngeri pada Pria pendekar yang bisa membelah balok es dengan mudah.
“Kukira dia datang untuk
menyampaikan perintah Yang Mulai. Cih, konyol sekali,” gumam Nok Du dengan
kesal. Dan dia pun pergi darisana.
Yul Mu menserut es menjadi halus.
Lalu setelah itu, dia menaruh bermacam- macam manisan ke atas nya. Dan tepat
disaat itu, Dong Ju keluar dari dalam kamar. Dan dia pun langsung menghampiri
Dong Ju sambil membawa kan es tersebut.
Melihat itu, para Gisaeng merasa
iri kepada Dong Ju. Tapi Dong Ju malah tidak peduli sama sekali pada perhatian
Yul Mu padanya.
“Ini manis dan dingin. Cobalah
sebelum mulai meleleh,” kata Yul Mu sambil tersenyum manis. Dia mengambil
sesuap dan mengulurkan nya pada Dong Ju. Tapi Dong Ju tampak enggan untuk
memakan itu.
Lalu pas disaat itu, Nok Du
datang dan berdiri di samping nya sambil membuka mulut lebar- lebar. Dan Dong
Ju pun langsung mengarahkan tangan Yul Mu ke mulut Nok Du. Lalu setelah itu,
dia pun langsung berlari kabur darisana.
Flash back
Yul Mu muda berlari ke arah rumah
Gisaeng. Dia memanjat tembok, dan memperhatikan dengan pandangan terpesona
kepada Dong Ju yang sedang bekerja sambil memakan es-es kecil di depan halaman.
Flash back end
“Setidaknya dia harus makan
sesuap,” gumam Yul Mu sambil tersenyum, ketika mengingat itu. Tapi kenangannya
langsung buyar, saat mendengar suara makan Nok Du yang sangat lahap. Dan apa
yang paling mengejutkan adalah saat dia berbalik, dan melihat Nok Du sedang
menjilat- jilati piring.
“Benar- benar manis dan dingin,”
kata Nok Du dengan sopan. Dan dia mengembalikan pring kecil itu kepada Yul Mu
tanpa rasa segan.
Dong Ju berjalan masuk ke dalam
hutan. Dan sampai di tempat bersembunyiannya. Disana dia mengambil tas nya dan
mengeluh. “Astaga, andai berandal itu tidak menyenggol ku,” keluh Dong Ju,
kesal.
Lalu Dong Ju memperhatikan semua
gambar rencana nya. “Kurasa satu- satunya cara untuk membunuh nya adalah
memasuki istana,” gumamnya.
“Jika ingin menangkap harimau,
aku harus masuk ke sarangnya,” gumam Nok Du penuh dengan tekad. Lalu dia pun
masuk ke dalam ruangan kain. Tempat dimana para wanita memproses kain- kain
indah.
Tapi sebelum dia sempat mendekati,
beberapa anggota pasukan Muweol yang sedang bekerja, dia langsung merasa takut
sendiri dan terdiam.
Seorang wanita bercerita bahwa
dia barusan pergi ke rumah Gisaeng untuk memberikan anggur pada mereka, tapi
tiba- tiba seorang pria memegang tangannya, dan mengatakan kalau dia mirip
dengan Hwa Su, si Gisaeng cantik yang membuat kepala semua pria berbalik.
Mendengar itu, Rekan no. 1
langsung mengingat kembali wajah Hwa Su, dan membanding kan nya. Dan menurutnya
mereka berdua sangat jauh berbeda, tapi dia tidak berani membuat si wanita itu
kecewa.
“Kamu harus menerima kecantikanmu
yang menakjubkan,” puji Rekan no. 1.
“Apa yang terjadi? Ini gila. Apa
kalian semua buta?” tanya Rekan no. 2, terkejut. Dan mereka memberikan tanda
agar dia diam.
Melihat Nok Du sedang berada di
dalam ruangan kain, Dong Ju pun berhenti dan memperhatikan nya dari luar.
Nok Du salah paham, dia mengira
si wanita benci di sebut mirip dengan Hwa Su. Jadi dia pun mendekati si wanita
dan berbicara dengan jujur. Menurutnya, hidung Hwa Su tajam dan mancung, serta
alisnya berbentuk seperti bulan sabit. Tapi si wanita, hidungnya pesek dan
lebar, serta alisnya terlihat seperti ulat. Mendengar itu, Rekan no. 2
menganggukan kepala, tanda setuju dengan Nok Du. Sementara yang lain, terdiam.
“Kamu sama sekali tidak mirip
Nyonya Hwa Su,” kata Nok Du, jujur. “Selain itu, kulit Nyonya Hwa Su sangat
putih. Tapi kulitmu agak kuning dan membuatmu tampak maskulin,” jelas Nok Du,
tanpa maksud untuk mengejek.
Tapi mendengar itu, si wanita
tidak terima dan langsung berteriak marah kepada Nok Du. Dan dia pun mengatai
Nok Du seperti musang yang basah kuyup dalam air.
Mendengar itu, Dong Ju tertawa
dengan keras. “Musang!” katanya, geli.
Nok Du tidak terima di katain
seperti itu. Dan dengan marah, si wanita tersebut langsung menjambak rambut Nok
Du, sebab Nok Du duluan yang telah menghina nya.
“Dasar brengsek!” umpat si
wanita.
Melihat itu, Dong Ju berusaha
menghentikan si wanita. Tapi dia malah di dorong, dan tanpa sengaja tangannya
terkena tutup panci yang sedang panas. Dengan kesakitan dan panik, Dong Ju pun
menjerit dan pergi dari sana.
“Astaga, tanganku!” jeritnya,
kesakitan.
Suasana menjadi sangat kacau. Semua orang berusaha
menghentikan si wanita. Dan ketika akhirnya si wanita berhasil di pisahkan dari
Nok Du. Disaat itu, Nok Du tanpa sengaja terdorong dan pantatnya mengenai tutup
panci yang panas.
“Astaga bokongku!” teriak Nok Du,
kesakitan.
Suara petir membangunkan Yun Jeo.
Dia keluar dari dalam kamar dan duduk memandangin hujan di luar.
“Ini seperti hari Yun Jeo
meninggal,” kata Heo Yoon sambil memandangin hujan.
Flash back
Heo Yoon mengarahkan pedang nya
pada Yun Jeon yang sedang di dalam kondisi berdiri ditepi tebing sambil
mengendong seorang anak bayi. Dan sebelum dia membunuh Yun Jeon menggunakan
pedang nya, tangisan bayi didalam pelukan Yun Jeon menghentikannya.
“Pergi. Aku akan melaporkan bahwa
kamu mengubur bayi mati itu, dan aku menikammu, lalu kamu jatuh ke sungai.
Jadi, hiduplah seakan- akan kamu tidak ada. Hiduplah seakan-akan kamu sudah
mati,” jelas Heo Yoon. Lalu dia pun pergi.
Flash back end
Yun Jeon
Heo Yoon
Yang Mulia, Gwanghae
Yang Mulia keluar dari dalam
kamarnya, dan memberi perintah kepada bawahannya. “Aku harus menemui Yun.”
Tags:
The Tale of Nokdu