Sinopsis Lakorn- Drama : Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 3 - part 4/5



Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 3 – part 4
Network : Channel 3

“Tom, bangun!” teriak Ampu, memanggil nya.
Dan Tom pun balas berteriak, “Siapa yang mati?”
“Tidak ada yang mati! Tapi hampir mati. Keluar sekarang,” balas Ampu.
Mendengar itu, Tom pun langsung berdiri dan membuka pintu kamar. Lalu Ampu menarik nya dengan kasar. Dan karena tidak suka di begitukan, Tom pun menepis tangan Ampu, dan marah kepada nya.

Ampu memberitahu dengan tegas, kalau perkataan kasar Tom sebelumnya, itu sangat melukai Fae, dan membuat Fae hampir membunuh dirinya sendiri. Mengetahui itu, Tom merasa terkejut, dan menanyakan bagaimana keadaan Fae. Dan Ampu menjawab bahwa Fae hampir mati, namun untung nya Urawee ada di sana dan menghentikan Fae.
“Jika dia berpikir begitu, maka mungkin dia harusnya mati saja!” kata Tom, seolah tidak peduli. Dan Ampu pun langsung memukuli kepalanya. Dengan kesal, Tom pun mengeluh.
“Mengapa kamu seperti ini? Kamu bukan pria?” tanya Ampu, tegas.
“Dan apa yang kamu ingin aku lakukan? Apa?!” teriak Tom.


Ampu menarik Tom untuk berdiri dengan mencengkram lehernya, seperti ingin mencekiknya. Dia menyuruh Tom untuk bertanggung jawab, atas apa yang sudah Tom katakan. Jika Tom tidak bisa, maka selanjutnya Tom harus menggunakan otak untuk berpikir dulu sebelum berbicara. Karena dia tidak bisa menyelesaikan setiap masalah Tom. Lalu dia menceritakan tentang Fae, yang pasti tidak menginginkan hidup yang buruk juga, jadi dia harap, lain kali, Tom tidak menilai seseorang dari luar nya saja. Serta seharusnya, Tom lebih bersimpati kepada Fae, dan mengerti Fae, bukannya malah bersikap kasar.
Mendengar itu, Tom merasa bersalah, tapi dia tidak menjawab dan menepis tangan Ampu.

“Jika kamu masih punya hati, kemudian pergi minta maaf kepada Fae,” tegas Ampu, menasehati. Dan Tom masuk ke dalam kamar nya kembali.

Urawe duduk merenung di tempat tidurnya. Dan ketika ada sebuah sms masuk, dia pun langsung melihat dengan bersemangat, karena mengira itu sms dari Anik. Tapi ternyata bukan, itu sms dari Ampu, dan dia pun tampak sedikit kecewa.
Ampu : “Terima kasih telah membantu menjaga Fae. Bagaimana perasaan mu? Apa segalanya baik- baik saja?”
Urawee : “Aku baik- baik saja. Aku okay. Segalanya baik.”

Ampu : “Aku sudah berbicara kepada Tom. Dan dia tampak merasa bersalah. Oh ya, apakah kamu sudah ada berbicara dengan Khun Anik?”
Membaca sms itu, Urawee tidak membalas. Dan merasa heran, Ampu pun mengirimkan sms kepada nya lagi. Dia menasehati Urawee supaya jangan terlalu lama diam- diaman sama Anik, jangan tunggu sampai terlambat nanti nya. Dia berjanji akan melakukan apa yang dia bisa untuk membantu Urawee menyelesaikan segalanya. Lalu dia mengucapkan selamat malam, dan tidak ada mengirimkan sms lagi.
Membaca itu, Urawee pun berpikir.
Ampu menikmati teh nya.

Urawee mencoba menelpon Anik, tapi tidak di angkat. Jadi dia pun meninggalkan pesan suara untuk nya. “Aku minta maaf, Nik. Aku ingin kita berbicara. Aku mau menegaskan bahwa aku tidak pernah mengikarin janji ku padamu. Kamu juga tahu bahwa aku tidak akan melakukan apa yang aku benci. Yaitu perselingkuhan … aku mencintai mu Nik. Sangat,” kata Urawee dengan sangat tulus. Kemudian dia menutup telpon nya, dan menangis.

Anik membawa Unthiga ke dalam kamar. Disana dia merasa terpesona oleh kecantikan Unthiga, jadi dia ingin menciumnya. Tapi Unthiga sengaja jual mahal, dan menolaknya, lalu dia mengeluhkan kalau kepala nya sangat sakit serta tubuhnya sangat gatal, jadi dia pun membuka satu persatu pakaian yang di pakainya.

Melihat itu, Anik menjadi merasa kepanasan, dan dia pun mencoba untuk menghentikan Unthiga supaya jangan telanjang. Dia memohon kepada Unthiga agar jangan melakukan itu.
“Khun Nik, tolong jangan kasar padaku. Aku merasa sangat panas,” jelas Unthiga sambil menatap Anik dengan pandangan mengoda. “Bisakah kamu melepaskan pakaian ku?” pintanya.

Menerima godaan yang sangat manis tersebut, Anik pun tidak bisa menahan dirinya lagi. Dengan segera dia merobek pakaian yang dipakai oleh Unthiga dan menciumin leher nya.
Unthiga tidak menyangka, kalau Anik akan berani untuk melakukan ini. Sehingga ketika Anik melakukan itu, dia merasa terkejut dan langsung mendorong Anik supaya menjauh.
“Khun Oun, kamu sangat cantik,” puji Anik. Lalu dengan kuat, dia mendorong dan menciumin Unthiga. Dan Unthiga pun memberontak darinya, serta menampar nya juga.
“Berhenti!” teriak Unthiga. Tapi Anik tidak peduli, dan tetap melanjutkan aksi nya.

Pagi hari. Urawee tersentak dari tidur nyenyak nya, karena habis memimpikan tentang Anik. Dan merasa ada yang tidak beres, jadi dia pun segera menelpon ke nomor Anik. Tapi  tidak ada yang mengangkat nya. Dan dia pun menjadi cemas.
Namun dia tidak mau terlalu memikirkan hal itu, dan bersiap- siap untuk berangkat bekerja.
Anik terbangun, karena mendengar suara tangisan Unthiga yang berad di sebelahnya. Dengan perasaan bersalah dia menatap Unthiga. Dan sambil menangis, Unthiga menuduh kalau Anik telah mengambil kesempatan darinya dan membuly nya.


“Khun Oun, aku minta maaf,” pinta Anik, merasa sangat bersalah.
“Kamu bukan seorang gentleman. Kamu sudah memiliki Wee, dan kamu masih … Aku salah tentang mu. Aku mempercayai mu. Tapi kamu buruk! Buruk!” keluh Unthiga sambil memukul- mukul Anik menggunakan bantal nya. Dan Anik pun menahan kedua tangan nya.
Dengan tegas, Anik berjanji bahwa dia akan bertanggung jawab atas tindakan nya. Dan mendengar itu, Unthiga pun terdiam.

Tom memperhatikan Ampu yang sedang berolahraga di halaman. Dengan sikap malu- malu, dia menanyakan dimana rumah Fae. Dan mendengar itu, Ampu tersenyum senang.
Fae terbangun, dan melihat MD duduk di samping ranjang nya, begitu juga dengan Pua. Dan melihat itu, dia tampak merasa terharu, karena ada seseorang yang perhatian dan mau menjaga nya.

Menyadari kalau Fae sudah bangun, MD dengan perhatian mengelus kepalanya, dan memeluk nya. Dia meminta Fae supaya jangan takut, dan jangan sedih. Karena Fae selalu bisa memulai hidup baru di rumah nya ini. Dan mendengar itu, Fae menangis serta berterima kasih.
“Pergilah mandi, dan ikut sarapan dengan ku,” kata MD dengan lembut. Dan Fae mengangguk mengiyakan sambil tersenyum senang.

Dimeja makan. Duang ingin menyemangati Fae supaya bersyukur, karena Fae masih bisa hidup dan bisa makan makanan buatannya. Serta supaya Fae jangan berpikiran untuk bunuh diri lagi lain kali. Tapi karena cara bicara nya yang terlalu ceplas- ceplos, maka setiap perkataan nya terdengar seperti marah dan mengomel kepada Fae. Sehingga MD pun memperingatinya untuk berbicara lebih lembut lagi.
Namun walaupun Duang sudah mencoba untuk memperhalus kata- katanya, tapi dia masih saja terdengar terlalu kasar. Sehingga MD pun memperingatinya lagi. Dan akhirnya, dengan perasaan bersalah, Duang pun memilih untuk diam saja.

“Fae, makan, sayang,” pinta MD, karena Fae hanya diam saja, dan tidak menyentuh makanan yang ada diatas meja. Dan dengan pelan, Fae mengangguk serta kembali menangis lagi.
“Bibi Duang mengajarimu, untuk kamu mencintai dirimu sendiri dan mencoba menyelamatkan hidup mu. Banyak hal di dalam hidup mu yang membahagiakan. Seperti semangkuk congee ini. Cobalah,” jelas Urawee dengan lembut. Dan Fae mengangguk.

“Apa kamu bisu? Apa yang kamu perlukan?” tanya Duang, perhatian. Dan Fae pun menjawab iya, lalu sambil menangis tersedu- sedu, dia mulai memakan sup nya dengan perlahan.
Melihat itu, Urawee dengan perhatian mengelus punggung nya supaya tenang. Dan sambil terus menangis, Fae meminta maaf berkali- kali kepada mereka.

“Jangan berpikiran untuk bunuh diri lagi. Jangan lukai dirimu sendiri. Masa depanmu masih bersinar cerah. Seperti yang aku bilang, mulai lah dari awal lagi, ini belum terlambat,” jelas MD.
“Terima kasih. Aku tidak akan melakukan itu lagi,” jawab Fae, berjanji.
Dan mendengar itu, MD pun tersenyum senang. Lalu dengan perhatian, Duang langsung berjalan mendekati Fae dan memeluknya untuk menenangkan nya.

Karena kaki Urawee sedang terluka, maka Duang pun menawarkan diri untuk mengantar kan nya ke tempat kerja. Tapi sebelum pergi, dia mengingatkan Fae untuk tetap tinggal di rumah dan jangan pergi kemanapun, supaya Fae tidak akan berpikiran bodoh lagi. Dan Fae pun mengiyakan.
“Apa kamu ingin bersekolah? Jika kamu mau, kamu bisa memberitahuku. Aku akan membantu mu mendaftar,” kata Urawee, perhatian. Dan Fae menjawab iya.

Tepat disaat itu, hp Urawee berbunyi, karena ada telpon masuk, dan dia pun mengangkat nya. Dengan ketus, dia menanyakan, kenapa Ampu menelpon nya sepagi ini. Dan Ampu menjawab bahwa dia menelpon Urawee bukan untuk di omeli, lalu dia memberitahu kalau Tom akan ke rumah Urawee nanti untuk menemui Tom.

Dan sambil melihat ke sekeliling, Urawee menjawab bahwa Tom tidak ada datang ke rumah nya. Kemudian dia mengomeli Ampu yang telah berani sembarangan menyebarkan alamat rumahnya. Dan Ampu menjawab bahwa Tom bukan sembarangan orang, dia adalah penyebab Fae terluka, jadi Tom harus bertanggung jawab.

Ketika Urawee baru saja mau mematikan telponnya, tiba- tiba terdengar suara Tom yang berteriak memanggil nama Fae. Dan mendengar itu, Ampu tersenyum senang. Lalu kemudian terdengar lagi suara teriakan Tom yang memangatakan maaf.
“Tom meminta maaf kepada Fae, kan?” tanya Ampu.
“Iya, dia minta maaf. Tapi kemana dia pergi? Khun, kamu harus mendisiplinkan adik mu. Datang dan beri salam dengan hormat dan baik. Karena ada dua orang dewasa berdiri di sini sekarang. Itu saja!” jelas Urawee, lalu dia langusng mematikan telponnya.
Urawee dengan penasaran terus melihat ke sekeliling nya, karena Tom tidak ada terlihat. Dan dia menjelaskan kepada Duang bahwa Tom adalah orang yang membuat Fae mau bunuh diri. Mengetahui itu, Duang marah, dan ingin menampar mulut Tom, jika dia menemukan Tom.
Tapi Urawee menahan Duang supaya tidak perlu mencari Tom. Serta biarkan saja Tom dan Fae yang menyelesaikan masalah mereka sendiri. Karena Tom datang ke sini untuk meminta maaf.

Dengan kesal, Duang menyuruh Fae untuk mencari dimana Tom bersembunyi sekarang. Kemudian sesudah itu, Fae harus cepat kembali untuk menemanin Ya (MD). Dan Fae pun mengiyakan. Lalu dia pergi untuk mencari Tom.
“Hey, kamu juga wanita, bersikaplah layak nya wanita,” jelas Duang, mengingatkan Fae.
Setelah itu, Urawee mengajak Duang untuk segera berangkat.
Anik menghentikan Unthiga yang terus memukuli nya. Dia menegaskan bahwa dia pasti akan bertanggung jawab untuk segalanya. Dan Unthiga mempertanyakan, bagaimana Anik akan bertanggung jawab pada dirinya. Mendengar itu, Anik pun terdiam, dan berpikir.
“Baiklah, aku tahu. Ini adalah salah ku. Bagaimana bisa aku menyalahkan mu? Mari anggap kemarin malam adala kesalahan ku untuk tidak berhati- hati. Dan aku akan menganggap kalau kemarin malam tidak ada yang terjadi. Dan aku tidak ingin kita bertemu lagi,” jelas Unthiga dengan tegas dan sambil menangis. Lalu dia berniat untuk pergi.

Tapi Anik langsung memeluk Unthiga dari belakang, dan dia memohon supaya Unthiga jangan melakukan ini. Dan sambil  masih menangis tersedu- sedu, Unthiga pun menjawab bahwa Anik sudah melukai nya, menginjak nya seperti sesuatu yang tidak berharga. Lalu dia mengeluhkan hidupnya yang selalu bertemu dengan pria buruk.
“Khun Oun, kamu berharga untuk ku. Sejak hari pertama kita bertemu. Kamu datang ke dalam hati ku. Aku mencoba mendorong mu menjauh, dan mencoba untuk tidak memikirkan apapun tentang kamu. Tapi aku tidak bisa melakukan nya,” jelas Anik sambil memeluk Unthiga dengan erat.
“Jadi apa?” balas Unthiga.


Anik memohon supaya Unthiga mempercayai nya. Tapi Unthiga tidak mau. Dengan sikap sok murni, Unthiga menjelaskan bahwa dia tidak akan pernah mencuri apapun dari orang lain, karena dia mempunyai harga diri, dan dia memikirkan wajah kedua orang tuanya. Jadi dia ingin hubungan mereka berakhir di dalam kamar ini. Karena itu adalah yang terbaik untuk mereka berdua. Jika tidak, maka Anik akan hancur, karena dia akan menganggap kalau Anik telah memperkosanya.
Mendengar itu, Anik merasa sangat terkejut. Dan dia pun hanya bisa membiarkan Unthiga untuk pergi.
Unthiga berjalan pergi.
Anik terduduk di tempat tidur dengan pikiran stress.
Unthiga memencet bel kamar temannya yang berada sedikit jauh dari kamarnya. Dan melihat penampilannya, temannya tampak syok. Tapi tanpa menjelaskan apapun, Unthiga main masuk ke dalam kamar temannya begitu saja.

Fae berkeliling di rumah mencari Tom. Dan saat dia tidak berhasil menemukan Tom, dia pun merasa putus asa. Tapi tepat disaat dia merasa kan itu, Tom muncul di belakang nya, dan mengucapkan permohonan maaf kepada nya.
Mendengar itu, Fae berbalik menghadap ke arah Tom, dan menanyakan, apakah Tom ke sini atas keinginan sendiri, atau karena Ampu yang menyuruh. Dan Tom menjawab bahwa dia tidak datang karena orang lain, tapi dia datang atas kesadaran nya sendiri. Karena dia merasa sangat bersalah kepada Fae. Lalu dia menanyakan kondisi Fae.


“Kamu membenci ku. Kamu tidak perlu tahu apapun tentang ku,” kata Fae, menjaga jarak.
“Aku tidak membencimu. Aku hanya tidak ingin kamu dekat kepada ku. Jika pacarmu mengetahui kamu dekat pada ku. Kamu tidak akan aman,” jelas Tom. Dan mengetahui itu, Fae tersenyum kecil.


TU (Teman Unthiga). Setelah dia memastikan kalau Anik sudah pergi dari hotel, dia langsung mengeluh kesal kepada Unthiga. Karena ini masih sangat pagi, dan dia ngantuk, tapi Unthiga malah membuat nya kerepotan dengan membuatnya membawakan pakaian ganti. Dan sambil berdandan, Unthiga menjawab bahwa dia akan membalas kembali kebaikan TU.

“Ngomong- ngomong, apa kamu menginvest kan tubuhmu sebanyak ini?” tanya TU, ingin tahu.
“Untuk balas dendam pada Wee. Aku bisa melakukan apapun. Dia sudah lama berkencan dengan Wee, namun mereka bahkan tidak pernah berpengangan tangan. Wee juga tidak bisa berbicara manis kepada nya. Dengan sedikit godaaan dariku, dia tersesat. Pria itu dari 100 orang hanya ada satu orang yang … “ jelas Unthiga, menggantung.
“Siapa?” tanya TU dengan cepat. Tapi Unthiga tidak mau memberitahu.

Tu mempertanyakan, apakah Unthiga tidak takut ketahuan oleh Urawee. Dan dengan percaya diri, Unthiga menjelaskan bahwa Anik tidak akan pernah berani mengatakan apapun kepada Urawee, karena itu akan menghancurkan nya sendiri. Dan Anik nantinya pasti akan putus dengan Urawee, karena tidak tahan menahan kerinduan padanya.
“Apa kamu yakin?” tanya TU.
“Jika aku tidak yakin. Aku tidak akan melakukan itu,” balas Unthiga, dengan percaya diri.

Post a Comment

Previous Post Next Post