Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 6 –
part 2
Network : Channel 3
Urawee masuk
ke dalam restoran, dan menemui Unthiga yang sedang menikmati dessert dengan
santai. Dan melihat kedatangan nya, raut wajah Unthiga langsung mengeras,
karena tidak suka melihat nya.
Ampu pamit
kepada temannya untuk kembali ke dalam restoran. Karena dia lapar dan ingin
lanjut makan. Dan Tanong serta Ploy pun mengikuti nya. Namun sebelum dia masuk
ke dalam restoran, dia terkejut karena melihat Urawee ada disana. Begitu juga
dengan Tanong dan Ploy, sebab mereka takut akan terjadi masalah.
Urawee
tersenyum kepada Unthiga, dan lalu dia melemparkan banyak kondom kepada
Unthiga. “Gunakan itu! Jadi wanita pelacur sepertimu tidak akan menyebarkan
penyakit kepada yang lain. Dan satu hal
lagi, biar kamu tidak hamil tanpa tahu siapa Ayah bayi nya!” teriak Urawee.
“Urawee!”
bentak Unthiga, kesal. Tapi dia tidak berani melakukan apapun, karena ada
banyak orang yang memperhatikan mereka.
Urawee
dengan kesal melemparkan semua kondom yang masih di pegang nya kepada Unthiga,
dan berteriak memarahi nya. Dan Unthiga berpura- pura lemah serta polos, dia
mengatakan bahwa dia telah menahan diri, tapi sekarang, dia akan melapor kan
Urawee ke polisi karena telah menfitnah nya. Dengan semangat, Urawee bertepuk
tangan.
“Bagus! Kamu
pantas mendapatkan penghargaan artis terbaik! Berhenti berpura- pura. Aku akan
merobek topeng mu!” teriak Urawee sambil ingin memukul Unthiga. Tapi Ampu
langsung menarik nya dan menghentikan nya.
Unthiga
memisahkan Ampu untuk jangan memegang Urawee. Dan dia merengek sambil memeluk
Ampu. Karena salah paham, maka Ampu pun berdiri di pihak Unthiga dan
mengomentari kalau Urawee sudah kelewatan.
“Wee,
menjadi gila. Tolong aku. Aku ingin pulang. Tolong antarkan aku,” kata Unthiga,
merengek kepada Ampu. Dan Ampu pun mengiyakan.
Dengan puas,
Unthiga menatap ke arah Urawee. Lalu mengikuti Ampu keluar. Dan dengan kesal,
Urawee pun langsung menyusul nya keluar. Dia memperingatkan Ampu untuk berhati-
hati kepada Unthiga. Mendengar itu, Unthiga langsung maju dan menampar Urawee.
Dan Urawee balas menampar nya . Lalu mereka berdua pun saling menjambak rambut
masing- masing.
Dengan
kesusahan, Ampu berusaha untuk menghentikan mereka berdua. Urawee mengeluh
kalau Unthiga lah yang telah menamparnya duluan. Dan Ampu berteriak
mengingatkan kalau Urawee lah yang telah menampar Unthiga duluan.
“Tapi dia
yang menyakiti ku duluan! Apa kamu ingin tahu BH siapa di foto itu?” tanya
Urawee, kesal.
“Wee! Jika
kamu tidak berhenti menfitnah ku. Aku
akan benar- benar menuntut mu!” teriak Unthiga, menghentikan Urawee.
“Bagus! Aku
bersedia pergi ke pengadilan supaya dunia tahu hal buruk apa yang kamu
lakukan!” balas Urawee, tidak takut.
Ampu lebih
mempercayai Unthiga, sehingga dia pun membela Unthiga dan menyuruh Urawee untuk
berhenti menfitnah Unthiga hanya karena
Urawee cemburu tentang Anik. Dan Urawee menjawab bahwa dia tidak salah.
Kemudian
setelah mengatakan itu, Urawee pun pergi darisana. Lalu Ampu menenangkan
Unthiga yang tampak kesal supaya tenang. Dan Unthiga langsung berpura- pura
kepala nya sakit, dan bersandar di tubuh Ampu. Dan Ampu pun membiarkan nya.
Sesampai nya
Arm dirumah, Nopamat langsung menyambut nya dengan sinis. Dan Arm menjelaskan
bahwa dia pulang untuk mengambil kembali barang nya. Lalu dia menyuruh Sunisa
untuk bersama dengan Ting membereskan barang nya.
“Aku akan
melakukannya,” kata Nopamat, menghentikan Ting serta Sunisa. Lalu dia berjalan
melewati Arm dan naik ke atas.
Nopamat
melemparkan semua barang Arm keluar. “Keluar! Keluar! Ambil semua ini!” teriak
nya. Dan Ting berusaha untuk menghentikannya. Tapi dia tidak peduli.
“Bawa barang
ku dan letak kan di dalam mobil, lalu kamu bisa pergi,” kata Arm, menyuruh
Sunisa. Dan Sunisa dengan patuh, mengiyakan.
Setelah
semua nya pergi, dan hanya tersisa mereka berdua disana. Arm mengajak Nopamat
untuk berbicara berdua. Dan Nopamat meneteskan air mata, ketika menatap mata
dingin Arm kepada nya. Namun dia berusaha untuk bersikap tegar dan baik- baik
saja.
“Aku ingin
bercerai,” kata Arm, langsung to the
point. “Kita berdua tahu, kalau tidak ada cinta diantara kita, dan tidak
pernah ada.”
“Itu kamu.
Tapi bukan aku. Aku tidak akan bercerai,” balas Nopamat, menangis.
“Apa kamu
yakin, kamu mencintai ku? Dan bukan karena kamu ingin menang melawan Maleewan?
Jawab pada dirimu sendiri.”
“Kamu yang
harus nya menjawab pada dirimu sendiri. kamu meminta cerai pada ku, karena kamu
tidak mencintai ku lagi atau ada alasan lain?” balas Nopamat. Dan Arm diam.
Ting menyela
mereka berdua, dan memberitahu bahwa Anik datang untuk bertemu. Mendengar itu,
Nopamat langsung menghapus air mata nya. Dan melihat itu, Anik merasa bingung,
tapi dia tetap memberikan salam dengan sopan padanya.
Yai dengan
perhatian, bertanya, apakah Urawee baik- baik saja. Dan Urawee mengiyakan. Lalu
Yai bertanya, apakah Urawee telah bertemu dengan Anik dan berbicara dengannya,
jika sudah apa keputusan mereka berdua. Dan Urawee menjawab bahwa dia telah
berbicara kepada Anik.
Nopamat
menanyakan, kenapa Anik datang mencari Unthiga, apakah ada hal penting, jika
iya, maka katakan saja. Dan dengan gugup, Anik diam menatap Nopamat.
“Aku dan Nik
tidak bisa kembali bersama seperti dulu lagi,” kata Urawee, bercerita. “Ini
keputusan ku. Aku akan melangkah maju. Dan tidak akan melihat ke belakang
lagi.”
“Kamu begitu
kuat,” puji Fae. “Jika itu aku, mungkin aku sudah …”
“Itu karena
kamu lemah,” sela Duang. Lalu dengan perhatian, dia bertanya, apakah Urawee
yakin. Dan Urawee menjawab iya, jadi mereka tidak perlu mengkhawatirkan nya.
Nopamat
bertanya lagi, kali ini dengan suara lebih keras, sehingga membuat Anik semakin
takut untuk berbicara. Dan Arm pun mengingatkan Nopamat, tapi Nopamat tidak
peduli, dan terus menuntut jawaban dari Anik.
“Khun Oun
dan aku …” kata Anik, ragu. Dan semua orang menantikan jawaban nya dengan
gugup.
Urawee
membagikan oleh- oleh untuk Pua dan Fae. Dengan senang, Fae menerima hadiah itu
dan berterima kasih, lalu dia langsung membuka nya. Dan hadiah yang diberikan
oleh Urawee adalah sebuah selendang hitam putih yang sangat lembut. Menerima
itu, Fae sangat senang, karena itu sangat cantik dan dia berterima kasih lagi.
“Mm… P’Wee,
apa kamu memang sudah merasa lebih kuat sekarang?” tanya Fae, ingin tahu. Dan
Urawee diam sangat lama dengan raut wajah suram. “Jadi itu berarti belum?”
tebak Fae. Dan Urawee tetap diam. “P’Wee, kamu harus bertahan. Waktu akan
membantu menyembuhkan segalanya. Contoh nya aku,” jelas Fae, menyemangati
Urawee.
“Fae, Nik
bukanlah pria yang buruk sebenarnya. Aku tidak menyesal kehilangan dia, tapi
aku kasihan pada nya. Karena Unthiga menggunakan nya sebagai alat,” balas
Urawee.
Fae banyak
ingin tahu, jadi dia terus bertanya. Tapi Urawee memintanya untuk tidak banyak
bertanya lagi, karena dia tidak ingin membiarkan Bibi Duang serta Nenek Yai
tahu, sebab mereka sudah terlalu tua sekarang untuk dibebanin masalah seperti
ini.
Dan Fae
mengerti, tapi dia bertanya sekali lagi, apa yang akan Urawee lakukan
selanjutnya. Jika itu dia, maka dia tidak akan membiarkan orang yang di kenal
nya disakiti lebih lagi.
“Apa kamu
pikir, aku tidak akan melakukan apa- apa?” kata Urawee, tanpa menjelaskan lebih
lanjut.
Sesampainya
dirumah. Unthiga berterima kasih kepada Ampu, karena Ampu telah peduli dan
mengantarkan nya ke rumah. Lalu dia mengajak Ampu untuk masuk dulu ke dalam
rumahnya. Namun Ampu menolak, karena dia mau langsung pulang.
Dengan
mesra, Unthiga pun memegang tangan Ampu. “Terima kasih sudah melindungiku,”
katanya. Dan Ampu mengiyakan sambil menarik tangan nya menjauh, karena sedikit
risih.
Menyadari
itu, Unthiga pun mulai berbicara dengan sedih untuk membuat Ampu memperhatikan
nya. “Kamu tahu, sejak aku lahir, aku tidak pernah merasakan aku berharga untuk
siapapun. Tidak seroang pun pernah tulus kepada ku. Setiap orang datang ke
dalam hidup ku untuk keuntungan dan penampilan ku, atau uang ku. Sampai aku
bertemu kamu. Kamu tidak sama seperti mereka semua,” kata Unthiga.
“Itu tidak
benar,” balas Ampu, singkat.
Unthiga
meminta Ampu untuk menatap mata nya, jadi Ampu akan tahu kalau itu benar. Dan
Ampu pun menatap mata Unthiga, lalu dia membenarkan. Dan Unthiga berterima
kasih lagi padanya.
Setelah itu,
Unthiga keluar dari mobil. Tapi dengan sengaja, dia berpura- pura seperti
kepala nya sangat sakit, dan hampir akan terjatuh. Sehingga dengan cemas, Ampu
pun ikut turun dari mobil untuk membantunya.
“Tiba- tiba
kepalaku sangat sakit. Bisakah kamu membawa ku ke dalam?” pinta Unthiga.
“Baiklah,”
jawab Ampu, dan dia membantu Unthiga.
Ketika
Unthiga dan Ampu masuk ke dalam rumah, semua orang diruang tamu langsung
berdiri dan menatap nya. Melihat itu, Unthiga merasa terkejut. Sementara Ampu,
dia langsung memberikan hormat kepada mereka semua dan menjelaskan bahwa dia
membantu Unthiga, karena Unthiga merasa sakit kepala. Mendengar itu, Unthiga
menatap Ampu dengan mata melebar, seperti tidak menyangka kenapa Ampu berbicara
seperti itu, seolah mereka tidak ada hubungan.
Anik dengan
cepat berjalan ke arah mereka, dan menarik Unthiga ke arah nya. “Aku akan
mengurus Khun Oun dari sini,” katanya. Dan Ampu pun pamit kepada mereka semua.
Dengan
kesal, Unthiga melepaskan diri dari Anik, dan menanyakan kenapa Anik datang ke
sini, kepadahal dia sudah bilang kalau tidak ingin terlibat dengan Anik lagi.
Dan Anik menjawab bahwa dia tidak bisa melakukan itu, karena Unthiga adalah
istrinya.
Dengan
terkejut, Unthiga menatap kedua orang tua nya. Lalu dia menatap Anik balik dan
menjawab itu tidak benar. Namun dengan tegas, Anik mengatakan kalau dia punya
bukti. Bukti yang Unthiga kirimkan kepada Urawee malam itu.
“Apa kamu
kehilangan pikiran mu?” keluh Unthiga, menyangkal.
“Aku punya
bukti,” tegas Anik. Dan Unthiga mengusir nya untuk pergi.
Unthiga
kemudian berpura- pura kepala nya sakit lagi, dan permisi kepada kedua orang
tua nya untuk masuk ke dalam kamar. Namun Nomapat memanggil nya, dan mengikuti
nya.
“Apa ini
yang kamu maksud, ketika kamu mengatakan kamu akan melakukan segala nya untuk
menginjak Wee? Kamu bahkan tidur dengan pria nya?” tanya Nopamat, kecewa.
“Ya,” jawab
Unthiga, jujur dan berani.
Mendengar
itu, Nopamat menangis dan menampar Unthiga. Dia bertanya, siapa yang telah
mengajari Unthiga melakukan hal buruk seperti ini. Lalu dia mengangkat
tangannya untuk menampar Unthiga lagi. Tapi kali ini Unthiga langsung menahan
tangannya, dan menghentikannya.
“Siapa yang
mengajari ku? Aku melakukan segala yang kamu lakukan,” keluh Unthiga, menangis.
“Lepaskan
tanganku sekarang,” tegas Nopamat. Dan Ting meminta Unthiga untuk menghentikan
ini. Jadi akhirnya, Unthiga pun melepaskan tangan Nopamat.
Dengan
sedih, Nopamat semakin menangis. Dan Unthiga bertanya, kenapa Nopamat menangis,
seharus nya Nopamat senang, karena Urawee telah di lukai oleh pengkhianatan
Anik, yang telah berganti hati dan jatuh cinta kepadanya. Jadi seharusnya
Nopamat senang dan tersenyum.
“Kamu ingin
aku melihat kamu menikah dengan pria murahan itu?” tanya Nopamat.
“Jika tidur
dengan pria, berarti aku harus menikah setiap mereka. Maka Ibu pasti sudah
banyak memiliki menantu,” jawab Unthiga. “Ini masih kurang. Aku akan mencuri
segala nya dari Urawee. Aku akan mengambil segalanya dari dia. Hingga hidupnya
hancur!!” jelas Unthiga dengan penuh dendam dan tekad.
Didalam
kamar.
“Ini belum
berakhir. Ini baru awal,” gumam Urawee. Lalu dia memandangin lagi semua foto
Anik bersama dengan Unthiga. “Kamu suka makan secara rahasia, kan? Jadi, aku
akan meletakkannya ditempat yang terbuka untuk mu,” gumamnya, penuh tekad.
Arm
menyarankan Anik supaya pulang dulu. Dan dengan perasaan bersalah, Anik
berlutut di depan Arm dan meminta maaf. Tapi Arm langsung meminta Anik untuk
berdiri.
“Aku benar-
benar berniat untuk bertanggung jawab atas tindakan ku,” jelas Anik.
“Terima
kasih sudah mau bertindak seperti pria sejati. Tapi …”
“Khun Oun
dan aku saling mencintai. Jadi kami melakukan kesalahan itu,” sela Anik, tegas.
“Apa kamu
yakin bahwa Oun mencintai mu? Karena aku sangat mengenal baik putriku. Kamu
tidak perlu melakukan sebanyak ini,” balas Arm.
Anik
mengingat perkataan Urawee yang menyuruhnya untuk bertindak seperti pria
sejati. Dan karena perkataan itulah, maka nya dia melakukan ini sekarang. Yaitu
menjadi pria sejati.
Unthiga
menangis sambil menatap dirinya sendiri di cermin. Dia mengingat tentang
bertengkaran nya dengan Urawee di café hari ini. Serta Anik yang datang ke
rumah nya. Kemudian dengan kesal, dia meremas sprei tempat tidur nya dengan
erat.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen