Sinopsis Lakorn- Drama : Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 4 - part 2/5


Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 4 – part 2
Network : Channel 3
Unthiga menarik Urawee lepas dari pelukan Ampu dengan sikap sok perhatian. Dan dengan malas, Urawee pun duduk di tempatnya dan menyuruh mereka berdua untuk pergi.
“Setiap orang mendengar kamu dan Anik bertengkar. Apa yang kalian berdebatkan?” tanya Uthiga, sok polos. Dan Urawee meneriakinya supaya pergi, serta berhenti mencampuri urusan nya.


Unthiga berpura- pura sangat perhatian. Dia membereskan semua barang yang Urawee buang ke lantai. “Semuanya rusak. Kamu tidak bisa memperbaiki nya, seperti sebelumnya. Kepada siapa dan apa kamu marah? Kamu tidak seharus nya menghancurkan semua barang ini. Ayahku selalu mengajariku untuk menjaga, apa yang milik kita dengan baik,” jelas Unthiga sambil dengan sengaja menunjukan bh ungu yang di pakainya.
Dan melihat itu, Urawee teringat dengan bh ungu yang ada di dalam foto juga. Mengingat itu, Urawee menatap tajam Unthiga. Dan Unthiga tersenyum menantang nya.

Urawee kemudian kembali menjadi histeris. Dia menjambak dan meneriaki Unthiga. Tanpa tahu apa yang terjadi, Ampu pun menghentikan Urawee. Sedangkan Unthiga bermain peran sebagai orang polos yang tidak bersalah, dengan bertanya, ada apa.

Sunisa dan Pam lalu menarik Urawee untuk menjauh dari Unthiga. Sementara Ampu melindungin Unthiga dari amukan Urawee.
Urawee menyuruh Unthiga untuk mengaku. Dan Unthiga berpura- pura tidak mengerti, apa yang sedang Urawee bicarakan, lalu dia merengek kepada Ampu dengan sikap seolah takut kepada Urawee yang menjadi gila. Dan mendengar itu, Urawee berteriak histeris, serta ingin menyerang Unthiga kembali. Tapi Sunisa dan Pam menahannya.


“Wee mungkin sangat sakit tentang Khun Anik. Tapi tidak benar bila dia melampiaskannya padaku. Aku mengerti kamu Wee, bagaimana pun kita saudara. Aku ingin kamu tahu bahwa tidak peduli tentang apa itu, aku akan bersedia berbagi segalanya dengan mu,” jelas Unthiga, sok polos. :(
“Itu kamu kan!” teriak Urawee. Lalu dia melepaskan dirinya dari Sunisa dan juga Pam. Kemudian dia pergi darisana.
Para karyawan merasa sangat bersemangat menonton itu.
Unthiga pergi keluar dari dalam ruangan juga.

Pam mengambil hp Urawee yang tertinggal di lantai, dan dia syok melihat foto yang ada disana, lalu dia menunjukan itu kepada Ampu serta Sunisa. Dan akhirnya mereka bertiga mengerti, apa yang sebenarnya terjadi.

Arm mendekati Urawee, tapi Urawee tidak mau menatap nya. Dengan perhatian, Arm menanyakan ada apa, dan meminta Urawee untuk bercerita kepadanya.

“Mengapa? Mengapa dalam hidupku, aku selalu bertemu dengan pria yang tidak pernah puas? Mengapa?” tanya Urawee dengan sedih dan menatap Arm. Dan Arm tidak bisa menjawab. Kemudian Urawee pun pergi darisana.


Sunisa ingin bertanya kepada Unthiga, tapi Unthiga menolak untuk berbicara. Jadi dia pun tidak memaksa. Karena itu, maka Pam lah yang bertanya, dia menanyakan, apakah beneran BH didalam foto itu adalah milik Unthiga, dan apakah benar Unthiga tidur dengan Anik.
Namun Unthiga tidak mau mengaku, dan dia bersikap seolah terkejut saat melihat foto tersebut. Dan Pam menjelaskan dengan sinis bahwa bukti nya ada di dada Unthiga. Mendengar itu, Unthiga memarahi Pam, dan mengancam akan memecat Pam.

“Untuk apa? untuk mengetahui kebenaran bahwa kamu tidur dengan pacar saudara mu sendiri? Kemudian pecat aku. Karena aku tidak mau bekerja di kantor yang sama dengan wanita murahan yang berbohong, bahkan ketika bukti nya sudah jelas,” kata Pam dengan berani. Dan Unthiga ingin memarahi nya. Tapi Sunisa langsung menengahi.
“Apakah bh itu cuma ada satu di dunia? Seleraku mungkin seperti wanita didalam foto itu. Tapi bukan berarti aku wanita di dalam foto. Aku tidak memiliki mata rendah seperti Urawee dalam memilih seorang pria,” balas Unthiga. Lalu dia pergi.
Dan dengan tajam, Pam memandanginnya.

Saat melihat Ampu lewat, Unthiga memanggil Ampu, dan menanyakan apakah Ampu juga mengira kalau wanita yang tidur bersama dengan Anik adalah dirinya. Sama seperti apa yang Pam serta Sunisa pikirkan. Dan Ampu diam, tidak menjawab.
“Aku benar- benar salah menilai mu,” kata Unthiga dengan sikap seolah kecewa, karena Ampu tidak mempercayai nya. Dan Ampu pun menghentikannya supaya tidak pergi. “Aku akan bekerja. Sebab pekerjaan adalah teman sejati ku,” jelas Unthiga, berpura- pura.
“Aku mau mengatakan bahwa jika kamu memiliki penjelasan yang masuk akal, maka aku bersedia untuk mendengar kan,” balas Ampu.
Unhiga menatap Ampu dan menyuruhnya untuk mengingat ini, dia tidak akan pernah merendahkan dirinya sendiri. Dan dia tidak tahu mengapa dia harus melakukan itu. Karena dia mencintai Urawee sebagai saudara. Setelah mengatakan itu, Unthiga pun pergi.
Dan mendengar penjelasan itu, Ampu pun merasa tidak enak hati kepada Unthiga.
Pam menanyakan, apakah Ampu benar- benar mempercayai Unthiga. Dan Ampu menjelaskan bahwa barusan apa yang dikatakan Unthiga cukup masuk akal. Lalu Pam bertanya kepada Sunisa, bagaimana menurut nya. Dan Sunisa menjawab bahwa dia percaya juga kepada Unthiga.
“Mengapa?” tanya Pam, heran. Dan mereka berdua diam.

Sunisa kemudian menjelaskan bahwa dia tahu baik apa yang  Unthiga pikirkan, Unthiga tidak akan pernah merendahkan dirinya sendiri kepada orang lain untuk menfitnah Urawee seperti itu. Dan mendengar itu, Pam menghela nafas capek.
“Baiklah. Tapi aku ragu. Aku akan mengembalikan Wee hp ke rumah nya. Karena sekarang, aku mengkhawatirkan dia. Aku tidak tahu, jika dia sudah pulang ke rumah atau ke tempat lain. sebab dia lari begitu saja,” jelas Pam.
“Aku pikir, kamu harus menelpon dan mengecek dulu. Tapi jangan memberitahu dia tentang ini,” balas Ampu. Dan Pam pun mengerti. Lalu Ampu pamit untuk kembali bekerja.

Setelah Ampu pergi, semua penggosip langsung menghampiri Pam dan bertanya dengan ingin tahu. Melihat itu, Sunisa dengan cepat pergi darisana, karena malas terlibat. Dan Pam pun ikut pergi bersamanya.
“Tidak ada waktu untuk bergosip denganmu hari ini. Cari dan baca di online saja,” kata Pam dengan ketus kepada mereka.
“Kami tidak pernah berpikir untuk menyebarkan gosip. Kami tulus khawatir,” balas si penggosip senior. Tapi Pam mengabaikan mereka, dan terus berjalan pergi.

Karyawan berkacamata dengan sengaja duduk di dekat Ampu, dan berbicara dengan suara keras untuk menyindir nya. “Aduh, hari pertama bekerja dan dia berjalan keluar- masuk seperti salah satu anggota mereka saja. Aku tidak yakin, jika dia disini untuk bekerja atau menjual sesuatu,” sindirnya.
Mendengar itu, temannya, Fai, merasa tidak mengerti. “Apa kamu membicarakan tentang ku?” tanyanya, seperti tersindir. Dan si karyawan menunjuk ke arah Ampu yang berada di belakang nya.
Menyadari itu, Ampu pun berdiri dari tempat nya dan mendekati si karyawan. Dengan ketakutan, mereka berdua pun langsung tersentak ke belakang, dan bertanya ada apa. Ampu pun menanyakan, apa password komputer nya.
“Kamu perlu password untuk apa?” tanya si kacamata dengan berani.

“Bekerja. Aku tidak bekerja dengan mulutku. Seseorang yang selalu menggosipi tentang orang lain, aku tidak suka itu. Aku pikir itu  …” sindir Ampu kepadanya.
“Tidak jantan,” tambah Fai, melanjutkan kalimat Ampu. Dan si kaca mata langsung membentak nya supaya diam.

Dengan tegas, Ampu mengatakan bahwa orang yang tidak di bicarakan nya adalah si kaca mata. Dan mendengar itu, Fai memuji Ampu sebagai pria jantan. Dan si kaca mata pun kembali membentak nya supaya diam.
“Apa kamu punya masalah?” tanya Ampu, mengintimidasi. Dan si kaca mata pun menjadi ketakutan sendiri. Lalu Ampu pun kembali menanyakan password komputer nya, karena dia mau bekerja. Dan si kaca mata menuliskan nya di kertas dengan malas.



Ampu menjelaskan bahwa perusahaan mempekerjakan diri nya, karena ide nya, jadi perusahaan bisa bergerak maju. Tapi dia tidak bisa melakukan semua pekerjaan itu sendirian, dia membutuhkan rekan yang dapat membantu. Jadi sebagai team nya, Ampu menginginkan si kaca mata membantu nya.
Dengan bersemangat, Fai langsung berdiri dan mengiyakan. Dan si kaca mata pun langsung menatap nya dengan kesal. Tapi Ampu menepuk dirinya, dan bertanya dengan tegas, apakah si kaca mata bersedia membantu. Dan si kaca mata pun mengiyakan, lalu dia memberikan password komputer yang telah di tulis nya dengan berat hati. Namun Ampu mengabaikan sikap nya itu, dan berterima kasih.

Pam menelpon MD (Yai), dan bertanya, apakah Urawee ada dirumah. Dan Yai menjawab tidak, lalu dengan heran dia bertanya, ada masalah apa. Dengan bingung, Pam pun kesulitan untuk menjelaskan. Tapi Yai mendesak nya untuk bercerita saja.
“Wee bertengkar hebat dengan Khun Anik. Dan Wee tidak bisa mengontrol emosi nya, lalu dia pun melarikan diri dari kantor. Dia meninggalkan hp nya. Aku khawatir, dan menelpon untuk mengecek apakah dia sudah pulang atau belum,” jelas Pam.
“Dan apa kamu tahu, mengapa mereka bertengkar?” tanya Yai, serius.
“Itu … dia menangkap Khun Anik berselingkuh dengan orang lain,” jawab Pam, ragu.

Mendengar itu, Yai merasa sangat terkejut dan pingsan. Tepat disaat itu, Duang pulang ke rumah, dan saat dia melihat kejadian tersebut, dia merasa panik dan segera menyuruh pelayan untuk membawa kan inhaler.


Pam dengan panik mendekati Ampu, dan menceritakan bahwa dia tidak sengaja memberitahukan segalanya kepada Yai, karena Yai bertanya. Lalu kemudian, Yai pingsan. Dan dia merasa cemas. Mendengar itu, Ampu terkejut. Sementara para karyawan yang mendengar mulai menyebarkan gosip tersebut di grup chat. Dan lalu para karyawan yang mendapatkan pesan tersebut langsung muncul serta bergosip.


“Mengapa mereka begitu cepat tahu?” tanya Ampu, heran melihat itu.
“Itu Grup Chat Dharma di LINE. Tempat mereka bergosip,” jawab Pam, menjelaskan.
Para karyawan mulai bergosip tanpa tahu siapa nenek Yai itu. Lalu setelah membuat cerita tidak masuk akal, barulah mereka bertanya kepada si kaca mata yang mengirim kan chat kepada mereka, tentang siapa nenek Yai tersebut.
“Kembalilah bekerja. Yai sedang bekerja. Dia masih kuat,” jelas si kaca mata, mengusir mereka supaya pergi. Karena Pam serta Ampu menatap nya.
Pam merasa cemas, dan bertanya- tanya kemana Urawee pergi sekarang.
Yai dengan cemas meminta Duang untuk segera menemukan dimana Urawee berada sekarang. Dan Duang menjelaskan bahwa dia telah menelpon semua teman Urawee, tapi tidak satupun dari mereka yang bertemu dengan Urawee, namun dia sudah meminta mereka untuk menghubungin nya jika Urawee menemui mereka.

“Itu bisa saja salah paham. Aku akan memberitahu dia untuk jangan menghakimin Anik dulu,” kata Yai, masih belum bisa percaya kalau Anik berselingkuh.
“Apa lagi, ma? Apa kamu mau bilang kalau itu cuma foto editan? Kamu pikir Wee tidak bisa membedakan foto asli dan palsu?” balas Duang, kesal.
“Sudahlah, jangan bicarakan itu. Cepat dan temukan dia,” balas Yai, tidak mau berdebat.
Duang menanyakan, kemana dia harus pergi mencari Urawee, dan dia yakin kalau Urawee pasti nantinya akan pulang ke rumah juga, karena Urawee adalah wanita yang kuat. Dan Yai menyuruh Duang untuk pergi mencari kemanapun, karena dia lebih tahu seperti apa kepribadian Urawee dibandingkan Duang. Menurutnya Urawee hanya kuat di luar saja, dan lemah di dalam, khususnya tentang cinta. Jadi dia menyuruh Duang untuk cepat pergi dan cari.
Mendengar itu, Duang mengerti dan mengiyakan. Namun sebelum pergi, dia mengingatkan Pua untuk menjaga Yai dengan baik. Dan karena merasa cemas juga kepada Urawee, maka Fae pun menawarkan diri untuk menemanin Duang.
Dan Yai mengizinkan Fae untuk ikut bersama dengan Duang. Lalu dengan segera pun Fae berlari ke dalam kamar nya untuk bertukar baju.

Setelah selesai bertukar baju, Fae masuk ke dalam mobil Duang, yang sudah menunggu sedari tadi. Dan seperti biasa, Duang mengomelinya, dan Fae mengiyakan. Lalu dengan kebingungan, Duang bertanya, kemana dia harus mencari Urawee. Dan tanpa tahu pasti tujuan mereka, Duang pun menyalakan mobil nya.

Urawee berjalan di sekitar tepi danau, dan dia menangis disana. Karena di tempat tersebut, dulunya dia dan Anik pernah merayakan kelulusan mereka berdua sambil melepaskan balon kelulusan. Serta disanalah, Anik menyatakan cinta kepadanya.
“Aku mencintaimu,” kata Anik, dan Urawee tersenyum pernyataan itu. “Kamu tidak perlu menjawab ku. Aku tahu bahwa kamu juga menyukai ku,” jelas Anik, mengerti.
“Gila,” gerutu Urawee, karena malu. “Dan apa kamu tahu apa yang akan aku katakan?”
“Iya.”

“Dan mengapa kamu mencintai seseorang yang sesulit aku?”
“Aku juga tidak tahu. Aku hanya tahu bahwa aku mencintaimu dan aku akan mencintai mu seperti ini selamanya,” jawab Anik. Dan Urawee tampak bahagia. “Jika kamu tidak percaya padaku, tunggu dan lihat lah,” jelas Anik. Lalu dia memeluk bahu Urawee.

Dipeluk seperti itu, Urawee tertawa senang, tapi kemudian dia mengomeli Anik, dan menannyakan apakah Anik pernah melakukan ini dengan wanita lain. Dan Anik bersumpah bahwa dia belum pernah melakukan itu, serta dia akan menunggu sampai Urawee mengizinkannya. Dengan senang, Urawee mengiyakan.

Lalu mereka berdua pun berfoto bersama berkali- kali. Dan pada foto terakhir, Anik secara tiba- tiba langsung mencium pipi Urawee, kemudian dia berlari kamu dari sana sambil tertawa.
“Nik, kamu bilang akan menunggu sampai aku memberikan izin. Kamu pembohong! Nik! Gila!” teriak Urawee sambil tertawa juga. Lalu dia mengejar Anik.

Urawee menangis mengingat kenangan tersebut. Dia memegang dada nya yang terasa sangat kesakitan, dan terduduk disana sambil terus menangis.

Anik memandangin foto dirinya bersama dengan Urawee. Dan dia menangis juga. “Aku minta maaf, Wee. Aku minta maaf, Wee,” gumam nya, sedih.
Sementara di kantor. Unthiga tersenyum puas. “Kamu tidak akan hanya menderita karena ini. Kamu akan kehilangan banyak hal kepadaku.”
Unthiga dengan serius mengerjakan tugas- tugas nya. Lalu dia menelpon karyawan nya supaya memberitahu designer dan creative untuk menemuinya di ruang rapat.
Arm berpikir keras di ruangannya. Kemudian Sunisa dengan perhatian, menanyakan, apakah Arm tidak akan sarapan sedikit. Dan Arm menjawab bahwa dia sedang tidak selera, dan segelas kopi sudah cukup baginya. Melihat itu, Sunisa menatap nya dengan bersimpati.


“Aku tidak pernah berpikir bahwa Anik akan menyelingkuhi Wee. Aku sangat takut …”
“Takut, apa?”
“Bahwa Oun akan menjadi penyebab luka Wee kali ini.”
“Mengapa kamu berpikir begitu?”
“Karena itu apa yang aku pikirkan,” jawab Arm. Lalu dia menanyakan dimana Unthiga.

Post a Comment

Previous Post Next Post