Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 4 –
part 2
Network : Channel 3
Unthiga
menarik Urawee lepas dari pelukan Ampu dengan sikap sok perhatian. Dan dengan
malas, Urawee pun duduk di tempatnya dan menyuruh mereka berdua untuk pergi.
“Setiap
orang mendengar kamu dan Anik bertengkar. Apa yang kalian berdebatkan?” tanya
Uthiga, sok polos. Dan Urawee meneriakinya supaya pergi, serta berhenti
mencampuri urusan nya.
Unthiga
berpura- pura sangat perhatian. Dia membereskan semua barang yang Urawee buang
ke lantai. “Semuanya rusak. Kamu tidak bisa memperbaiki nya, seperti
sebelumnya. Kepada siapa dan apa kamu marah? Kamu tidak seharus nya
menghancurkan semua barang ini. Ayahku selalu mengajariku untuk menjaga, apa
yang milik kita dengan baik,” jelas Unthiga sambil dengan sengaja menunjukan bh
ungu yang di pakainya.
Dan melihat
itu, Urawee teringat dengan bh ungu yang ada di dalam foto juga. Mengingat itu,
Urawee menatap tajam Unthiga. Dan Unthiga tersenyum menantang nya.
Urawee
kemudian kembali menjadi histeris. Dia menjambak dan meneriaki Unthiga. Tanpa
tahu apa yang terjadi, Ampu pun menghentikan Urawee. Sedangkan Unthiga bermain
peran sebagai orang polos yang tidak bersalah, dengan bertanya, ada apa.
Sunisa dan
Pam lalu menarik Urawee untuk menjauh dari Unthiga. Sementara Ampu melindungin
Unthiga dari amukan Urawee.
Urawee
menyuruh Unthiga untuk mengaku. Dan Unthiga berpura- pura tidak mengerti, apa
yang sedang Urawee bicarakan, lalu dia merengek kepada Ampu dengan sikap seolah
takut kepada Urawee yang menjadi gila. Dan mendengar itu, Urawee berteriak
histeris, serta ingin menyerang Unthiga kembali. Tapi Sunisa dan Pam
menahannya.
“Wee mungkin
sangat sakit tentang Khun Anik. Tapi tidak benar bila dia melampiaskannya
padaku. Aku mengerti kamu Wee, bagaimana pun kita saudara. Aku ingin kamu tahu
bahwa tidak peduli tentang apa itu, aku akan bersedia berbagi segalanya dengan
mu,” jelas Unthiga, sok polos. :(
“Itu kamu
kan!” teriak Urawee. Lalu dia melepaskan dirinya dari Sunisa dan juga Pam.
Kemudian dia pergi darisana.
Para
karyawan merasa sangat bersemangat menonton itu.
Unthiga
pergi keluar dari dalam ruangan juga.
Pam
mengambil hp Urawee yang tertinggal di lantai, dan dia syok melihat foto yang
ada disana, lalu dia menunjukan itu kepada Ampu serta Sunisa. Dan akhirnya
mereka bertiga mengerti, apa yang sebenarnya terjadi.
Arm
mendekati Urawee, tapi Urawee tidak mau menatap nya. Dengan perhatian, Arm
menanyakan ada apa, dan meminta Urawee untuk bercerita kepadanya.
“Mengapa?
Mengapa dalam hidupku, aku selalu bertemu dengan pria yang tidak pernah puas?
Mengapa?” tanya Urawee dengan sedih dan menatap Arm. Dan Arm tidak bisa
menjawab. Kemudian Urawee pun pergi darisana.
Sunisa ingin
bertanya kepada Unthiga, tapi Unthiga menolak untuk berbicara. Jadi dia pun tidak memaksa. Karena itu, maka Pam lah
yang bertanya, dia menanyakan, apakah beneran BH didalam foto itu adalah milik
Unthiga, dan apakah benar Unthiga tidur dengan Anik.
Namun
Unthiga tidak mau mengaku, dan dia bersikap seolah terkejut saat melihat foto
tersebut. Dan Pam menjelaskan dengan sinis bahwa bukti nya ada di dada Unthiga.
Mendengar itu, Unthiga memarahi Pam, dan mengancam akan memecat Pam.
“Untuk apa?
untuk mengetahui kebenaran bahwa kamu tidur dengan pacar saudara mu sendiri?
Kemudian pecat aku. Karena aku tidak mau bekerja di kantor yang sama dengan
wanita murahan yang berbohong, bahkan ketika bukti nya sudah jelas,” kata Pam
dengan berani. Dan Unthiga ingin memarahi nya. Tapi Sunisa langsung menengahi.
“Apakah bh
itu cuma ada satu di dunia? Seleraku mungkin seperti wanita didalam foto itu.
Tapi bukan berarti aku wanita di dalam foto. Aku tidak memiliki mata rendah
seperti Urawee dalam memilih seorang pria,” balas Unthiga. Lalu dia pergi.
Dan dengan
tajam, Pam memandanginnya.
Saat melihat
Ampu lewat, Unthiga memanggil Ampu, dan menanyakan apakah Ampu juga mengira
kalau wanita yang tidur bersama dengan Anik adalah dirinya. Sama seperti apa
yang Pam serta Sunisa pikirkan. Dan Ampu diam, tidak menjawab.
“Aku benar-
benar salah menilai mu,” kata Unthiga dengan sikap seolah kecewa, karena Ampu
tidak mempercayai nya. Dan Ampu pun menghentikannya supaya tidak pergi. “Aku
akan bekerja. Sebab pekerjaan adalah teman sejati ku,” jelas Unthiga, berpura-
pura.
“Aku mau
mengatakan bahwa jika kamu memiliki penjelasan yang masuk akal, maka aku
bersedia untuk mendengar kan,” balas Ampu.
Unhiga
menatap Ampu dan menyuruhnya untuk mengingat ini, dia tidak akan pernah
merendahkan dirinya sendiri. Dan dia tidak tahu mengapa dia harus melakukan
itu. Karena dia mencintai Urawee sebagai saudara. Setelah mengatakan itu,
Unthiga pun pergi.
Dan
mendengar penjelasan itu, Ampu pun merasa tidak enak hati kepada Unthiga.
Pam
menanyakan, apakah Ampu benar- benar mempercayai Unthiga. Dan Ampu menjelaskan
bahwa barusan apa yang dikatakan Unthiga cukup masuk akal. Lalu Pam bertanya
kepada Sunisa, bagaimana menurut nya. Dan Sunisa menjawab bahwa dia percaya
juga kepada Unthiga.
“Mengapa?”
tanya Pam, heran. Dan mereka berdua diam.
Sunisa
kemudian menjelaskan bahwa dia tahu baik apa yang Unthiga pikirkan, Unthiga tidak akan pernah
merendahkan dirinya sendiri kepada orang lain untuk menfitnah Urawee seperti
itu. Dan mendengar itu, Pam menghela nafas capek.
“Baiklah.
Tapi aku ragu. Aku akan mengembalikan Wee hp ke rumah nya. Karena sekarang, aku
mengkhawatirkan dia. Aku tidak tahu, jika dia sudah pulang ke rumah atau ke
tempat lain. sebab dia lari begitu saja,” jelas Pam.
“Aku pikir,
kamu harus menelpon dan mengecek dulu. Tapi jangan memberitahu dia tentang
ini,” balas Ampu. Dan Pam pun mengerti. Lalu Ampu pamit untuk kembali bekerja.
Setelah Ampu
pergi, semua penggosip langsung menghampiri Pam dan bertanya dengan ingin tahu.
Melihat itu, Sunisa dengan cepat pergi darisana, karena malas terlibat. Dan Pam
pun ikut pergi bersamanya.
“Tidak ada
waktu untuk bergosip denganmu hari ini. Cari dan baca di online saja,” kata Pam
dengan ketus kepada mereka.
“Kami tidak
pernah berpikir untuk menyebarkan gosip. Kami tulus khawatir,” balas si
penggosip senior. Tapi Pam mengabaikan mereka, dan terus berjalan pergi.
Karyawan
berkacamata dengan sengaja duduk di dekat Ampu, dan berbicara dengan suara
keras untuk menyindir nya. “Aduh, hari pertama bekerja dan dia berjalan keluar-
masuk seperti salah satu anggota mereka saja. Aku tidak yakin, jika dia disini
untuk bekerja atau menjual sesuatu,” sindirnya.
Mendengar
itu, temannya, Fai, merasa tidak mengerti. “Apa kamu membicarakan tentang ku?”
tanyanya, seperti tersindir. Dan si karyawan menunjuk ke arah Ampu yang berada
di belakang nya.
Menyadari
itu, Ampu pun berdiri dari tempat nya dan mendekati si karyawan. Dengan
ketakutan, mereka berdua pun langsung tersentak ke belakang, dan bertanya ada
apa. Ampu pun menanyakan, apa password komputer nya.
“Kamu perlu
password untuk apa?” tanya si kacamata dengan berani.
“Bekerja.
Aku tidak bekerja dengan mulutku. Seseorang yang selalu menggosipi tentang
orang lain, aku tidak suka itu. Aku pikir itu
…” sindir Ampu kepadanya.
“Tidak
jantan,” tambah Fai, melanjutkan kalimat Ampu. Dan si kaca mata langsung
membentak nya supaya diam.
Dengan
tegas, Ampu mengatakan bahwa orang yang tidak di bicarakan nya adalah si kaca mata.
Dan mendengar itu, Fai memuji Ampu sebagai pria jantan. Dan si kaca mata pun
kembali membentak nya supaya diam.
“Apa kamu
punya masalah?” tanya Ampu, mengintimidasi. Dan si kaca mata pun menjadi
ketakutan sendiri. Lalu Ampu pun kembali menanyakan password komputer nya,
karena dia mau bekerja. Dan si kaca mata menuliskan nya di kertas dengan malas.
Ampu
menjelaskan bahwa perusahaan mempekerjakan diri nya, karena ide nya, jadi
perusahaan bisa bergerak maju. Tapi dia tidak bisa melakukan semua pekerjaan
itu sendirian, dia membutuhkan rekan yang dapat membantu. Jadi sebagai team
nya, Ampu menginginkan si kaca mata membantu nya.
Dengan
bersemangat, Fai langsung berdiri dan mengiyakan. Dan si kaca mata pun langsung
menatap nya dengan kesal. Tapi Ampu menepuk dirinya, dan bertanya dengan tegas,
apakah si kaca mata bersedia membantu. Dan si kaca mata pun mengiyakan, lalu
dia memberikan password komputer yang telah di tulis nya dengan berat hati.
Namun Ampu mengabaikan sikap nya itu, dan berterima kasih.
Pam menelpon
MD (Yai), dan bertanya, apakah Urawee ada dirumah. Dan Yai menjawab tidak, lalu
dengan heran dia bertanya, ada masalah apa. Dengan bingung, Pam pun kesulitan
untuk menjelaskan. Tapi Yai mendesak nya untuk bercerita saja.
“Wee
bertengkar hebat dengan Khun Anik. Dan Wee tidak bisa mengontrol emosi nya,
lalu dia pun melarikan diri dari kantor. Dia meninggalkan hp nya. Aku khawatir,
dan menelpon untuk mengecek apakah dia sudah pulang atau belum,” jelas Pam.
“Dan apa
kamu tahu, mengapa mereka bertengkar?” tanya Yai, serius.
“Itu … dia
menangkap Khun Anik berselingkuh dengan orang lain,” jawab Pam, ragu.
Mendengar
itu, Yai merasa sangat terkejut dan pingsan. Tepat disaat itu, Duang pulang ke
rumah, dan saat dia melihat kejadian tersebut, dia merasa panik dan segera
menyuruh pelayan untuk membawa kan inhaler.
Pam dengan
panik mendekati Ampu, dan menceritakan bahwa dia tidak sengaja memberitahukan
segalanya kepada Yai, karena Yai bertanya. Lalu kemudian, Yai pingsan. Dan dia
merasa cemas. Mendengar itu, Ampu terkejut. Sementara para karyawan yang
mendengar mulai menyebarkan gosip tersebut di grup chat. Dan lalu para karyawan
yang mendapatkan pesan tersebut langsung muncul serta bergosip.
“Mengapa
mereka begitu cepat tahu?” tanya Ampu, heran melihat itu.
“Itu Grup
Chat Dharma di LINE. Tempat mereka bergosip,” jawab Pam, menjelaskan.
Para
karyawan mulai bergosip tanpa tahu siapa nenek Yai itu. Lalu setelah membuat
cerita tidak masuk akal, barulah mereka bertanya kepada si kaca mata yang
mengirim kan chat kepada mereka, tentang siapa nenek Yai tersebut.
“Kembalilah
bekerja. Yai sedang bekerja. Dia masih kuat,” jelas si kaca mata, mengusir
mereka supaya pergi. Karena Pam serta Ampu menatap nya.
Pam merasa
cemas, dan bertanya- tanya kemana Urawee pergi sekarang.
Yai dengan
cemas meminta Duang untuk segera menemukan dimana Urawee berada sekarang. Dan
Duang menjelaskan bahwa dia telah menelpon semua teman Urawee, tapi tidak
satupun dari mereka yang bertemu dengan Urawee, namun dia sudah meminta mereka
untuk menghubungin nya jika Urawee menemui mereka.
“Itu bisa
saja salah paham. Aku akan memberitahu dia untuk jangan menghakimin Anik dulu,”
kata Yai, masih belum bisa percaya kalau Anik berselingkuh.
“Apa lagi,
ma? Apa kamu mau bilang kalau itu cuma foto editan? Kamu pikir Wee tidak bisa
membedakan foto asli dan palsu?” balas Duang, kesal.
“Sudahlah,
jangan bicarakan itu. Cepat dan temukan dia,” balas Yai, tidak mau berdebat.
Duang
menanyakan, kemana dia harus pergi mencari Urawee, dan dia yakin kalau Urawee
pasti nantinya akan pulang ke rumah juga, karena Urawee adalah wanita yang
kuat. Dan Yai menyuruh Duang untuk pergi mencari kemanapun, karena dia lebih
tahu seperti apa kepribadian Urawee dibandingkan Duang. Menurutnya Urawee hanya
kuat di luar saja, dan lemah di dalam, khususnya tentang cinta. Jadi dia
menyuruh Duang untuk cepat pergi dan cari.
Mendengar
itu, Duang mengerti dan mengiyakan. Namun sebelum pergi, dia mengingatkan Pua
untuk menjaga Yai dengan baik. Dan karena merasa cemas juga kepada Urawee, maka
Fae pun menawarkan diri untuk menemanin Duang.
Dan Yai
mengizinkan Fae untuk ikut bersama dengan Duang. Lalu dengan segera pun Fae berlari
ke dalam kamar nya untuk bertukar baju.
Setelah
selesai bertukar baju, Fae masuk ke dalam mobil Duang, yang sudah menunggu
sedari tadi. Dan seperti biasa, Duang mengomelinya, dan Fae mengiyakan. Lalu
dengan kebingungan, Duang bertanya, kemana dia harus mencari Urawee. Dan tanpa
tahu pasti tujuan mereka, Duang pun menyalakan mobil nya.
Urawee
berjalan di sekitar tepi danau, dan dia menangis disana. Karena di tempat
tersebut, dulunya dia dan Anik pernah merayakan kelulusan mereka berdua sambil
melepaskan balon kelulusan. Serta disanalah, Anik menyatakan cinta kepadanya.
“Aku
mencintaimu,” kata Anik, dan Urawee tersenyum pernyataan itu. “Kamu tidak perlu
menjawab ku. Aku tahu bahwa kamu juga menyukai ku,” jelas Anik, mengerti.
“Gila,”
gerutu Urawee, karena malu. “Dan apa kamu tahu apa yang akan aku katakan?”
“Iya.”
“Dan mengapa
kamu mencintai seseorang yang sesulit aku?”
“Aku juga
tidak tahu. Aku hanya tahu bahwa aku mencintaimu dan aku akan mencintai mu
seperti ini selamanya,” jawab Anik. Dan Urawee tampak bahagia. “Jika kamu tidak
percaya padaku, tunggu dan lihat lah,” jelas Anik. Lalu dia memeluk bahu
Urawee.
Dipeluk
seperti itu, Urawee tertawa senang, tapi kemudian dia mengomeli Anik, dan
menannyakan apakah Anik pernah melakukan ini dengan wanita lain. Dan Anik
bersumpah bahwa dia belum pernah melakukan itu, serta dia akan menunggu sampai
Urawee mengizinkannya. Dengan senang, Urawee mengiyakan.
Lalu mereka
berdua pun berfoto bersama berkali- kali. Dan pada foto terakhir, Anik secara
tiba- tiba langsung mencium pipi Urawee, kemudian dia berlari kamu dari sana
sambil tertawa.
“Nik, kamu
bilang akan menunggu sampai aku memberikan izin. Kamu pembohong! Nik! Gila!”
teriak Urawee sambil tertawa juga. Lalu dia mengejar Anik.
Urawee
menangis mengingat kenangan tersebut. Dia memegang dada nya yang terasa sangat
kesakitan, dan terduduk disana sambil terus menangis.
Anik
memandangin foto dirinya bersama dengan Urawee. Dan dia menangis juga. “Aku
minta maaf, Wee. Aku minta maaf, Wee,” gumam nya, sedih.
Sementara di
kantor. Unthiga tersenyum puas. “Kamu
tidak akan hanya menderita karena ini. Kamu akan kehilangan banyak hal
kepadaku.”
Unthiga
dengan serius mengerjakan tugas- tugas nya. Lalu dia menelpon karyawan nya
supaya memberitahu designer dan creative untuk menemuinya di ruang rapat.
Arm berpikir
keras di ruangannya. Kemudian Sunisa dengan perhatian, menanyakan, apakah Arm
tidak akan sarapan sedikit. Dan Arm menjawab bahwa dia sedang tidak selera, dan
segelas kopi sudah cukup baginya. Melihat itu, Sunisa menatap nya dengan
bersimpati.
“Aku tidak pernah
berpikir bahwa Anik akan menyelingkuhi Wee. Aku sangat takut …”
“Takut,
apa?”
“Bahwa Oun
akan menjadi penyebab luka Wee kali ini.”
“Mengapa
kamu berpikir begitu?”
“Karena itu
apa yang aku pikirkan,” jawab Arm. Lalu dia menanyakan dimana Unthiga.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen