Sinopsis C- Drama : Arsenal Military Academy Episode 7 - part 1

Sinopsis C- Drama : Arsenal Military Academy Episode 7 – part 1
Network : iQyi Netflix


Yan Zhen berjalan cepat. Sambil mengingat kembali kejadian di bar, saat Man Ting mengatakan bahwa dia seperti pernah melihat Liang Chen di restoran, dan lalu Xiao Jun menjawab kalau itu adalah saudara perempuan Liang Chen, namanya adalah Xie Xiang. Kemudian Huang Song, bertanya, bukankah itu nama hewan peliharaan Liang Chen.
Mengingat itu, Yan Zhen yang awalnya berjalan dengan cepat. Dia langsung berlari.



Liang Chen pulang dengan sikap waspada, karena ada dua orang mabuk di dekat nya. Lalu saat dia ingin menghindari mereka, sebuah mobil melintas dengan cepat dan hampir mengenainya. Tapi untungnya, Yan Zhen datang tepat waktu, dan langsung menariknya. Sehingga genangan air pun tidak membasahi Liang Chen, tapi bajunya sendiri.
“Apa yang kamu lihat? Apakah aku ganteng?” tanya Yan Zhen, saat Liang Chen hanya diam terpaku menatap wajah nya. Dan mendengar itu, Liang Chen pun langsung melompat menjauh.
“Seorang wanita dengan lidah yang buruk adalah yang paling tidak di sukai,” komemtar Yan Zhen, dan Liang Chen langsung menyangkal, siapa yang wanita. Dan Yan Zhen pun mengubah kalimat nya, “Begitu juga dengan pria,” katanya.


Liang Chen, menanyakan, apakah Yan Zhen tidak mengantarkan Man Ting pulang. Dan Yan Zhen menjawab bahwa dia malas, serta tidak tertarik mengantar wanita gila untuk pulang. Mendengar itu, Liang Chen berkomentar, sebab dulu Yan Zhen sangat tertarik kepada Man Ting dan bahkan hampir mau menculiknya.
“Aku berubah. Aku mengubah seleraku. Aku tidak tertarik padanya sekarang,” balas Yan Zhen sambil mengangkat bahunya. Lalu dia melepaskan jaket nya dan memakai kan nya di tubuh Liang Chen, karena cuaca sudah semakin dingin.

Pagi hari. Liang Chen datang ke ruangan Shu Ting, sebab dia diperintahkan oleh Tn. Song untuk membantu memilah dokumen. Dan dengan masih setengah tertidur, Shu Ting mengarahkan Liang Chen untuk meletakkan dokumen yang ada di lantai ke dalam rak sesuai dengan urutan kronologis nya. Dan Liang Chen pun mengiyakan, lalu dia mulai bekerja.
“Dan juga, harap tenang. Aku sedang beristirahat,” kata Shu Ting, memperingatkan. Dan Liang Chen pun mematuhi nya.


Secara kebetulan, saat sedang membersihkan meja kerja Shu Ting, Liang Chen menemukan sebuah foto wanita kuno yang di bingkai. Dan dia pun membersihkan bingkai yang berdebu itu, kemudian dia meletakkan nya dengan baik di atas meja. Lalu dia membersihkan meja Shu Ting yang berantakan dan kotor juga, karena sisa kulit kacang dan botol kosong.

Setelah Shu Ting terbangun, dan melihat foto tersebut, dia tersenyum kecil seperti sedang mengenang wanita di dalam foto itu.

Di depan gedung lama. Zhong Xin menjelaskan kalau untuk menjadi seorang perwira yang baik, mereka bukan hanya harus memiliki pikiran yang cerdas, dan pengalaman tempur yang banyak, bahkan rasa militer yang tajam, atau kemampuan untuk bertahan hidup. Tapi yang mereka harus pelajari pertama adalah cara bagaimana menjadi petarung yang baik dulu, dan bisa beradaptasi dengan semua jenis lingkungan tempur yang kompleks, serta menjaga pikiran tetap jernih, dan menyelesaikan tugas dengan cepat.



Karena itulah, maka Zhong Xin memberikan misi kepada mereka untuk mempelajari peta yang diberikan dengan baik dalam waktu 30 detik, dan lalu masuk ke dalam gedung untuk mencari tanda pengenal dengan nomor sendiri, sesuai dengan tanda di peta. Dan ada wali yang akan menganggu mereka nantinya. Jika mereka dikalah kan oleh wali, atau gagal menemukan tanda pengenal sendiri, serta terakhir keluar, maka mereka akan dianggap gagal dan dihukum.
Huang Song penasaran, dan mengangkat tangannya untuk bertanya, apa hukuman nya bila mereka gagal dalam menjalankan misi. Dan Zhong Xin menjawab kalau hukam nya adalah membersihkan toilet selama satu bulan. Mengetahui itu, Yan Zhen mengeluh. Dan Zhong Xin pun memberikan pilihan hukuman yang lain, yaitu mereka harus lari telanjang di lapangan 20 kali.
Mendengar itu, Liang Chen langsung menatap kesal pada Yan Zhen, yang dengan santai malah mengedip kan mata padanya.


Peta kemudian dibagikan ke setiap murid, dan waktu 30 detik di mulai. Dengan serius, mereka memperhatikan peta mereka masing- masing. Namun di belakang Liang Chen, ada Wen Zhong yang bertindak curang dengan mengintip dimana tanda pengenal Liang Chen berada. Menyadari itu, Yan Zhen pun mengamatinya terus dengan pandangan curiga.
30 detik berakhir. Dan semua murid pun langsung mengembalikan peta yang mereka pegang kepada pelatih, lalu mereka berlari masuk ke dalam gedung.

Beberapa murid yang sedang mencari tanda pengenal mereka di dalam gedung, mereka diserang oleh para wali yang telah bersembunyi disana. Dan ada murid yang kalah. Namun ada juga murid yang menang, saat mereka berhapan dengan para wali. Contoh orang yang menang adalah Huang Song dan Jun Shan.




Yan Zhen juga telah berhasil menemukan tanda pengenal nya sendiri, tapi saat dia berniat untuk keluar, dua orang wali datang menghadang nya. Dan dengan hebat, Yan Zhen berhasil mengalahkan dan menjatuhkan mereka berdua sampai pingsan. Kemudian seperti mendapatkan ide, dia tersenyum, dan mengambil masker yang dipakai oleh para wali.





Liang Chen masih mencari tanda pengenal nya, tapi tiba- tiba dua orang wali muncul dan ingin menghajar nya. Jadi dia pun melawan mereka. Melihat itu, Wen Zhong bukannya membantu, tapi dia malah bersembunyi. Dan lalu dia memakai kesempatan itu untuk mencuri tanda pengenal milik Liang Chen. Sehingga ketika Liang Chen ingin mengambil miliknya, dia tidak bisa menemukannya.

Tepat ketika Yan Zhen sudah memakai masker di wajah nya, Wen Zhong muncul di depannya. Dan tidak tahu kalau itu adalah Yan Zhen, maka Wen Zhong pun panik dan berniat untuk kabur. Tapi Yan Zhen langsung menendang nya, dan memukul nya.


Tanpa sengaja tanda pengenal milik Liang Chen terjatuh dari saku Wen Zhong, dan melihat itu, Yan Zhen pun mengambilnya. Lalu dia membuka masker nya, dan menanyakan, kenapa Wen Zhong bisa memiliki tanda pengenal ini, dan dimana Liang Chen sekarang.
“Aku tidak tahu,” jawab Wen Zhong, angkuh. Dan Yan Zhen pun langsung memukulnya sekali dengan kuat, hingga  membuat Wen Zhong pingsan. Lalu dia pergi meninggalkan nya.
Dengan cemas, Yan Zhen berkeliling di dalam gedung, dan berteriak memanggil- manggil nama Liang Chen. Tapi dia tidak bisa menemukan nya.

Liang Chen tanpa sengaja bertemu dengan Jun Shan, dan dia memberitahu bahwa tanda pengenal nya hilang. Dan Jun Shan mengajak nya untuk keluar saja dulu, tapi Liang Chen tidak mau. Dengan paksa, Jun Shan pun mengangkat Liang Chen di bahu nya, dan membawa nya untuk keluar, karena sudah tidak mungkin menemukan tanda pengenal itu.

Mendengar suara Liang Chen serta Jun Shan yang melewati nya, Wen Zhong pun terbangun. Lalu kemudian, Yan Zhen kembali, dan menendang nya. “Dimana Liang Chen? Aku tidak bisa menemukan nya.”
“Itu bukan urusan ku!” balas Wen Zhong, tidak peduli. Dan Yan Zhen pun mengangkat tangannya utnuk memukulnya. Dengan takut Wen Zhong pun langsung memberitahu, “Dia baru saja di bawa oleh Jun Shan keluar,” jawab nya.

Dan Yan Zhen memperhatikan itu dari jendela, untuk melihat kebenaran nya. Lalu saat melihat kalau itu benar, maka dia pun menjadi tenang.


Yan Zhen dengan tenang kemudian duduk untuk beristirahat sebentar. Dan Wen Zhong pun berdiri, karena dia berniat untuk keluar. Tapi dengan tegas, Yan Zhen menyuruh nya untuk duduk. Dan Wen Zhong pun menolak. Namun saat Yan Zhen berdiri, dia langsung merasa takut sendiri, dan duduk dengan patuh.

Zhong Xin mengulang kembali perkataannya, yaitu yang kalah akan menerima hukuman untuk belari telanjang di lapangan sebanyak 20 putaran. Dan mendengar itu, Huang Song tertawa, tapi dia langsung diam, saat Liang Chen menatap tajam padanya. Dan Jun Shan memperhatikan itu dari belakang nya.


Liang Chen merasa gugup, saat giliran nya tiba. Zhong Xin menanyakan dimana tanda  pengenal nya, dan dia tidak bisa menjawab nya. Tapi kemudian Yan Zhen datang dan menyelamat kan nya dengan memberikan tanda pengenal nya kepadanya. Sehingga Liang Chen pun selamat.

Tapi bukannya berterima kasih, Liang Chen malah menatap heran kenapa Yan Zhen memiliki tanda pengenal nya. Dan dengan santai, Yan Zhen mengedipkan mata padanya.



Jam istirahat. Yan Zhen meminta ucapan terima kasih dari Liang Chen. Tapi Liang Chen tidak mau berterima kasih, karena dia mengira kalau Yan Zhen lah yang telah mencuri tanda pengenal nya. Kemudian Liang Chen malah berterima kasih kepada Jun Shan.
Melihat itu, Yan Zhen menatap mereka dengan cemburu dan kesal.

Seorang karyawan datang dan melaporkan kepada Sato, kalau Ny.  Sachiko dan Nona sudah naik ke dalam pesawat. Dan kremasi Sanada akan di bawa ke Jepang bersama mereka. Lalu Sato pun menanyakan tentang Ting Bai. Dan Si Karyawan menjawab bahwa Ting Bai telah pulang ke rumah, karena Ting Bai tidak mau mengakui kalau dia yang telah membunuh Sanada. Namun polisi mengatakan akan terus melanjutkan penyelidikan. Selain itu, Akmil memprotes ke Depatermen Militer, melaporkan bahwa mereka telah masuk ke Zona Militer tanpa izin, membuat kaki seorang murid terluka dan kepala seorang murid yang lain terluka juga.
Mendengar itu, Sato merasa marah, karena lima orang nya telah terbunuh. Tapi sekarang, hanya dia terus yang terkena masalah. Dan dia tidak terima itu. Kemudian dia mengingat tentang pabrik kapas yang telah dibuka oleh Ting Bai. Dan mengingat itu, dia tersenyum seperti mendapatkan sebuah ide yang bagus.

Dipabrik kapas. Jun Shan bertemu seorang gadis kecil bernama Xiao Tao yang sedang bermain bola. Dan melihat nya, dia tersenyum hangat. Lalu saat wartawan  mengajak Ting Bai serta dirinya dan semua orang untuk berfoto. Dia pun mengajak gadis kecil tersebut untuk berfoto bersama juga. Dan lalu wartawan pun memotret mereka semua.

Malam hari. Didalam kamar asrama karyawan. Xiao Tao yang sedang tidur di samping Ibunya, dia terbangun karena mendengarkan suara berisik. Dia bangun dan naik ke atas kursi untuk mengintip melalui jendela. Dan disaat itu, dia melihat beberapa pria berpakaian hitam menyalakan api dilapangan.
Pelajaran di dalam kelas diakhiri lebih cepat.


Huang Song menanyakan, kemana Liang Chen akan pergi saat liburan besok. Dan Liang Chen pun menjawab bahwa dia akan tetap  disini, karena rumah nya sangat jauh. Mendengar pembicaraan mereka itu, Yan Zhen memperhatikan mereka dengan serius. Dan dia tersenyum, saat Huang Song menyebutkan tentang Xie Xiang, lalu Liang Chen tampak panik membuat alasan palsu.

“Kalau begitu, ayo, ke rumah kakak ku bersama ku,” ajak Huang Song.
“Bukankah rumah kakak mu ada di Hui Xian? Jaraknya puluhan mil,” balas Liang Chen, heran.
“Dia sudah lama pindah ke sini. Itu tidak jauh. Saudaraku juga akan pergi ke sana. Kamu belum pernah bertemu dengannya, kan?” tanya Huang Song, bersemangat.

Mendengar itu, Yan Zhen langsung mendekat dan memeluk Huang Song dengan akrab. “Aku juga belum pernah bertemu dengannya. Aku ingin pergi juga,” katanya. Dan Huang Song pun mengiyakan. Tapi Liang Chen merasa kesal jadi nya.

Yan Lin masuk ke dalam kelas sambil menunjukan koran yang dibawanya. Dia memberitahu kan tentang prajurit Jepang yang ada membakar sebuah gedung asrama, dan juga sebuah gudang di Pabrik Mesin Kapas. Tujuh pekerja dan seorang anak meninggal di dalam api.
Karena kejadian itu, banyak murid yang berdemo menuntut pemerintah untuk menghukum para pembunuh dengan para, dan memberikan almarhum hasil yang adil.

Membaca isi koran tersebut, Ji Jin pun bertanya dengan cemas, bukankah ini Pabrik milik keluarga Jun Shan. Dan mengetahui itu, Jun Shan pun meminta Ji Jin untuk mewakilkannya meminta izin. Lalu dia pun pergi.

Ting Bai berpikir dengan sangat serius.

Post a Comment

Previous Post Next Post