Sinopsis Lakorn- Drama : Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 4 - part 3/5



Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 4 – part 3
Network : Channel 3
Di ruangan kantor. Para karyawan sibuk memakan cemilan, sambil mendengarkan gosip tentang Urawee dan Anik yang sedang di bicarakan oleh dua penggosip. Mereka berdua bertanya- tanya, dan menebak- nebak, apa alasan Urawee putus dengan Anik.


Lalu kemudian, tepat disaat itu, Unthiga datang ke tempat mereka. Dengan segera semua orang pun langsung menyembunyikan makanan nya.
Unthiga dengan ramah menyapa mereka semua, dan bertanya apa yang sedang mereka bicarakan. Dan mereka menjawab bahwa mereka sedang membicarakan Dharma saja. Mendengar itu, Unthiga tersenyum kepada mereka. Lalu dia meminta Fai untuk mengikuti nya ke ruang rapat. Dan dengan bersemangat, Fai langsung berdiri dan mengiyakan.
Kemudian Fai pun mengambil dokumen yang di serahkan oleh Unthiga, dan mengikuti nya.

Diruangan rapat. Unthiga memperkenalkan Fai kepada Ampu, dan menjelaskan bahwa Fai adalah orang yang di pilih nya untuk membantu dalam design nya. Dan Ampu mengiyakan, dia tidak masalah siapapun yang di pilih oleh Unthiga, karena itu adalah hak Unthiga. Kemudian Ampu bertanya, apakah Fai mau melakukan nya. Dan Fai mengiyakan dengan semangat, karena dia  benar- benar ingin mendesign. Tapi karena dia tidak cukup berbakat, maka Urawee tidak pernah memilihnya.
Kemudian setelah berbicang- bincang singkat itu, mereka bertiga pun mulai membahas design yang ingin Unthiga buat.

Arm memperhatikan mereka dari jauh. Dan berpikir.

Dibawah pancuran air, Anik diam dan merenungkan segala kejadian yang telah terjadi. Tentang Urawee yan menjadi jijik kepadanya. Tentang Unthiga yang terluka dan memutuskan huhungan dengan nya. Dan dengan frustasi, dia memukul dinding kamar mandi.

Ketika Anik menelpon nya, Unthiga merasa malas untuk mengangkatnya, tapi dengan terpaksa dia tetap mengangkat nya. Dan dia langsung bertanya, mengapa Anik menelpon nya lagi, kepadahal dia telah memperjelas segalanya.

“Jangan berbicara seperti kamu tidak tahu,” kata Anik.
“Tentang apa?” tanya Unthiga, berpura- pura.
“Tentang foto telanjang ku di hotel dengan … “ kata Anik. Dan Unthiga bersikap seolah tidak paham, “… Dengan BH mu,” jelas Anik.
“Aku melakukan itu untuk melindungi diriku sendiri. Jika kamu mengungkap kan rahasia ku, maka aku akan membagikan rahasia mu juga,” balas Unthiga.

Anik protes, karena sekarang Unthiga sudah membagikan rahasia nya. Dan Unthiga berpura- pura tidak mengerti, rahasia apa yang Anik bicarakan sekarang. Dengan kesal, Anik pun menjelaskan tentang foto yang Unthiga kirimkan kepada Urawee, dan membuat Urawee sekarang marah serta jijik kepada nya.
“Tidak. Aku tidak ada mengirimkan nya. Mengapa aku harus menggunakan hp ku sendiri untuk mengirimkan foto itu ke Wee dan membuat masalah untuk diriku sendiri?” kata Unthiga, menyangkali perbuatan nya.
“Kamu menyuruh orang melakukan nya,” balas Anik, kesal.
“Tidak. Aku tidak pernah mengirimkan foto itu kepada siapapun.”

Anik merasa sangat stress. Dan Unthiga pun berpura- pura berpikir, lalu dia mengatakan bahwa mungkin saja Urawee ada mengecek hp nya, ketika dia berada di kantor. Karena Urawee selalu mencurigai kalau dia dan Anik memiliki hubungan. Jadi dia menyarankan Anik untuk bertanya langsung kepada Urawee, darimana Urawee mendapatkan foto itu sebelum protes kepadanya.
“Jika aku bertanya pada Wee, kemudian dia akan tahu itu kamu,” keluh Anik.
“Tapi jika kamu membicarakan masalah ini. Aku tidak akan punya pilihan, tapi untuk melaporkan mu demi melindungin kehormatan ku,” balas Unthiga.

Anik kemudian bertanya, apakah Wee ada bertanya apapun. Dan Unthiga menjawab tidak, lalu dia meminta Anik untuk mengakhiri hubungan mereka ini, dan jangan mengungkit nya lagi. Karena bukan hanya Urawee yang terluka, tapi dia juga terluka. Walaupun bukan dia yang memulai nya, tapi bagaimanapun dia adalah korban juga.
Mendengar itu, Anik merasa sangat bersalah. Apalagi saat dia mendengar Unthiga mulai menangis di telponn. Jadi dia pun mematikan telponnya.

“Aku berani bertaruh, wanita seperti Urawee tidak akan pernah membiarkan pria bodoh seperti mu mendekati nya lagi,” gumam Unthiga, senang.


Pam bertelponan serius dengan seseorang. Kemudian saat dia melihat Ampu, dia menghampiri nya. Dia menjelaskan kepada Ampu bahwa barusan dia menerima kabar kalau Ayahnya tergelincir dan terjatuh, jadi sekarang Ayahnya sedang berada di ICU. Sehingga dia harus pulang sekarang. Lalu karena itu juga, maka dia menitip kan hp Urawee kepada Ampu.
“Baiklah. Aku akan menanganinnya,” kata Ampu dengan ramah, dan menerima hp Urawee itu.
“Terima kasih. Dan jika kamu bertemu Wee, bisakah kamu memberitahu nya bahwa aku akan menelpon dia nanti?” pinta Pam, cepat. Dan Ampu mengiyakan.
“Aku harap Ayahmu segera sembuh,” balas Ampu. Dan Pam pun langsung pamit pergi.

Unthiga tidak sengaja mendengar pembicaraan itu. Dan dia memperhatikan dari luar ruangan.

Urawee pulang ke rumah sambil menangis. Tapi Yai sedang tidur, jadi dia tidak tahu kalau Urawee sudah pulang. Yang sadar pertama adalah Pua, dan karena mendengar itu, maka Yai pun terbangun. Dan sambil menangis, Urawee langsung memeluk Yai.

“Kamu sudah pulang. Jangan menangis. Kamu punya aku sekarang. Jangan menangis,” hibur Yai sambil menepuk pelan punggung Urawee, yang tidak bisa berhenti menangis.
Ketika mendengar kabar kalau Urawee sudah pulang, Duang pun merasa lega. Namun dia belum akan pulang, karena ada hal yang harus di urusnya dulu. Kemudian setelah Duang selesai bertelponan, dengan penasaran Fae pun bertanya, urusan apa itu. Dan tanpa menjawab, Duang hanya tersenyum penuh arti saja.

Nopamat mencoba menghubungin Unthiga, tapi tidak diangkat, sehingga dia merasa kesal.
Ampu menghubungin Tom dan memberitahu kalau malam ini dia akan pulang terlambat, jadi Tom bisa pulang duluan dan makan.

Setelah Ampu selesai bertelponan, Unthiga menghampirinya, dan berpura- pura bertanya, apakah Ampu akan pulang sekarang. Dan Ampu bingung harus menjawab apa. Namun melihat hp Urawee yang Ampu pegang, Unthiga sudah bisa menebak kemana Ampu akan pergi.
“Bisakah kamu memberitahu Wee bahwa aku khawatir padanya?” tanya Unthiga. Dan Ampu diam sambil menghela nafas pelan. “Kamu tidak percaya aku?” tebak Unthiga.
“Tidak,” jawab Ampu, singkat dan sopan.
“Tapi kamu terkejut?” tebak Unthiga lagi. Dan Ampu mengiyakan.

Unthiga menjelaskan bahwa dirinya dan Urawee memang sering berdebat, tapi menurutnya itu adalah hal yang biasa untuk saudara. Lalu dia tidak bisa menahan rasa khawatir nya, ketika melihat Urawee sedih dan terluka. Karena darah lebih kental daripada air, walaupun mereka cuma setengah saudara. Dan Ampu pun mengerti.
“Aku tahu kamu akan mengerti, karena kamu juga punya saudara dari lain Ibu, seperti aku,” kata Unthiga. Dan Ampu membenarkan. “Aku dengar, kamu dan adik mu hubungan nya tidak terlalu baik. Sebenarnya, kita berdua tidak berbeda. Aku menyukai saudara ku. Tapi dia tidak menyukai ku, dan aku harus menahan nya. Karena waktu yang akan memperbaiki nya.”
“Ya. Aku juga berharap begitu,” balas Ampu. Lalu dia pun pamit, dan berniat pergi.

Namun Unthiga memanggilnya dan memegang tangan nya dengan erat. Dia bertanya, bolehkah dia ikut bertemu dengan Urawee. Dan Ampu menjawab kalau sebaiknya jangan, karena dia takut jika Nopamat tahu, maka Nopamat akan salah paham padanya. Karena sebelumnya, Nopamat telah memberikan peringatan kepadanya.

Mendengar itu, Unthiga merasa terkejut. “Ibu ku datang ke kantor untuk menemui mu, kan? Apa yang dia katakan pada mu?” tanya Unthiga, penasaran. Tapi Ampu tidak menjawab. “Aku bisa menebak,” jelas Unthiga, mengerti sendiri.

Setelah selesai bekerja di bengkel. Tom tidak pulang dulu, dia menunggu Fae, tapi karena Fae tidak datang juga, maka Tom pun pulang. Dan tepat disaat Tom keluar dari bengkel, Mantan pacar Fae langsung mengikuti nya dari belakang.

Nopamat masih belum bisa menghubungin Unthiga. Jadi dia pun bertanya kepada Ting, (Pelayan sekaligus pengasuh Unthiga dari kecil), bagaimana Ting membesar kan putri nya. sehingga putrinya menjadi sekacau ini. Dan dengan heran, Ting bertanya apa yang terjadi.
“Tunggu dia pulang dulu. Kemudian kamu akan tahu,” kata Nopamat, kesal. Kemudian seorang pelayan datang dan memberitahu nya, kalau ada tamu yang ingin bertemu.

Saat Nopamat muncul, Duang langsung berdiri dan tersenyum kepadanya. “Kita bertemu lagi, Khun P’,” kata Duang dengan ramah dan sopan.
“Kenapa kamu kesini? Ada urusan apa? Siapa yang mengundang mu?” balas Nopamat.
Dan Duang menjawab bahwa tidak ada yang mengundang nya. Lalu dia menyuruh Fae untuk memberikan dessert yang telah mereka bawa kepada Nopamat. Dan Fae pun mengeluarkan semua dessert yang di bawa nya dan menaruh nya diatas meja.

Nopamat merasa curiga, kenapa Duang bersikap baik kepadanya. Dan dia menolak untuk memakan dessert tersebut. Tapi dengan santai, Duang tertawa, dan memberikan tusuk kecil kepada Nopamat untuk di pakai makan. Melihat itu, dengan sikap tegas dan hormat, Ting menyuruh Duang untuk pergi dari sini. Tapi Duang menolak, karena urusan nya belum selesai.
Nopamat tidak tahan dengan sikap Duang, dan dia pun menyuruh Ting untuk menelpon polisi, lalu menyeret Duang pergi dari tempat nya. Dan dengan semangat, Duang menyuruh Ting untuk sekalian memanggilkan reporter gosip juga, karena dia akan membongkar semuanya. Yaitu bagaimana Ibu dan Anak mencuri pria dari wanita lain.
“Khun Duang!” teriak Ting.

“Kamu membesarkan wanita itu menggantikan tempat Ibunya, bukan? Dengarkan baik- baik. Putri mu tersayang benar benar seperti apel yang jatuh tidak jauh dari pohonnya,” jelas Duang dengan kesal kepada Ting. “Kamu sudah dengarkan, Wee bertengkar hebat dengan pacar nya di kantor?!”
“Jadi apa? Apa itu ada hubungannya dengan Oun?” balas Ting.
“Kamu yakin dia tidak terlibat?” balas Duang, geram.

Mendengar itu, Nopamat teringat tentang saat dia bertanya kepada Sunisa, apa yang terjadi kepada Urawee dan Anik, apa yang mereka bertengkarkan. Dan saat itu, Sunisa menjawab bahwa seseorang mengirimkan foto Anik yang sedang tidur di hotel dengan BH wanita di sebelah nya. Mengetahui itu, Nopamat tersenyum senang.
“Tapi …” kata Sunisa, tidak berani melanjutkan perkataannya.

Nopamat menyuruh Duang untuk jangan menyalahkan putrinya. Dan Duang membalas bahwa dia sangat yakin, kalau Unthiga ada dibelakang semua ini, dan Unthiga yang tidur bersama dengan Anik dihotel tersebut. Karena Unthiga dan Nopamat itu sama buruknya!
Mendengar itu, Ting berteriak mengusir Duang untuk pergi. Tapi Duang belum puas, jadi dia tidak mau pergi. Dengan kesal, Nopamat pun maju untuk menampar nya.

Tapi Fae langsung melindungin Duang. “Jika kamu berani menyentuh Bibi Duang. Aku tidak akan peduli, walaupun kamu seorang senior!”
“Ini bukan urusan mu. Minggir!” balas Nopamat.
“Jika kamu mengacaukan keluargaku! Aku anggap itu urusanku!” balas Fae, berani.

Dengan kesal, Nopamat langsung menampar Fae. Dan melemparkan dessert kepadanya juga. Kemudian dengan tegas, Fae pun mengingatkan Nopamat untuk tidak seharusnya membuang- buang makanan. Dan Nopamat serta Ting pun tidak bisa membalas.

“Puas! Puas! Kamu tidak bisa berbicara, karena anak kecil. Sejujur nya, Khun P’, aku kasihan dan tidak punya hormat untuk mu,” kata Duang sambil tertawa puas.
“Pergi! Keluar! Jangan buat aku menelpon polisi!” teriak Ting, marah. Dan karena sudah puas, maka Duang pun mengajak Fae untuk pergi.

Lalu setelah mereka berdua pergi, Nopamat langsung menjerit dengan keras serta menangis. Dan Ting pun berusaha untuk menenangkannya.
Sesampainya dirumah. Duang meminta Fae untuk tidak memberitahukan kejadian barusan kepada Yai, jika tidak, maka dia akan mengomeli Fae. Dan Fae tertawa mengerti.

Yai menanyakan, apakah Urawee yakin kalau foto itu asli dan bukannya editan. Dan Urawee pun menjelaskan bahwa saat dia menunjukan foto itu, Anik tidak ada menyangkal, malahan Anik meminta maaf dan meminta dia untuk mendengar kan nya.
“Oh, Nik. Dia tidak seharusnya melakukan ini,” kata Yai, kecewa kepada Anik.
“Aku bahkan memberitahu dia bahwa aku mencintai dia. Karena aku takut, itu akan terlambat nantinya. Tapi … itu sudah terlambat,” kata Urawee, bercerita.
“Tidak kah kamu harusnya mendengarkan penjelasan nya dulu? Mungkin ada kesalahan atau …”


Duang tiba tepat disaat itu, dan mendengar semuanya, jadi dia pun langsung menyela Yai. Menurut nya, Anik sudah salah, karena memilih untuk tidur dengan wanita lain. Dan Yai membalas bahwa mungkin saja, Anik dia berikan obat dan di bawa ke hotel, lalu di foto diam- diam serta kemudian Anik di ancam.
“Atau mungkin itu  karena Unthiga. Dia menggunakan tubuhnya,” jelas Duang, menebak.
“Jangan asal. Tidak ada bukti. Jika pihak lain mendengar, kamu akan di tuntut ,” balas Yai.
“Aku sudah melakukannya,” gumam Duang, pelan.
Mendengar pembicaraan mereka berdua, Urawee pun diam dan merenungkan nya.


Yai menasehati Urawee supaya tenang. Dan dia menjelaskan bahwa bisa jadi ini adalah ujian untuk hubungan Urawee dan Anik, karena menurutnya kepercayaan dan pengampunan adalah hal penting yang bisa membuat hubungan bertahan lama. Jadi dia ingin Urawee untuk setidak nya mendengarkan penjelasan dari Anik duluan. Dengan terpaksa, Duang pun mengiyakan perkataan Yai.
Kemudian Duang pamit untuk menyiapkan makan malam, karena dia takut Yai mengetahui rahasia nya. Sebab Yai memeriksa kotak dessert yang di taruh nya di atas meja.
Pua memberitahu Fae bahwa dessert yang Fae ingin bawakan untuk Tom telah di persiapkan nya. Dan disaat itulah, Fae baru teringat tentang Tom. Dengan segera dia mengeluarkan hp nya untuk menghubungin Tom, tapi sebelum dia melakukan itu, dia merasa heran, karena ternyata Tom sudah berkali- kali menghubungi nya.
Kemudian Fae pun menelpon Tom. Tapi Duang muncul di saat itu, dan bertanya, siapa yang Fae hubungin. Dan Fae menceritakan tentang Tom. Dia telah berjanji akan membawakan dessert kepada Tom untuk Ampu, tapi dia lupa.

“Mengapa kamu perlu membawakan itu untuk nya?” tanya Duang, mengomel.
“Itu. Aku ingin membalas kebaikan nya,” jawab Fae.

“Bawakan ke dia besok, ketika kamu bebas. Tapi aku saran kan, kamu baru putus dengan mantan mu, jadi jangan buru- buru. Jaga dirimu,” jelas Duang. Dan Fae pun mengiyakan.

Post a Comment

Previous Post Next Post