Sinopsis Lakorn- Drama : Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 5 - part 5/5


Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 5 – part 5
Network : Channel 3
Sunisa masuk ke dalam kantor Arm, yang masih sibuk bekerja. Dia mengingatkan Arm bahwa ini sudah larut malam, jadi Arm harus pulang. Dan Arm menjawab kalau pekerjaan nya belum selesai. Dengan perhatian, Sunisa membereskan berkas di meja Arm, dan mengajak nya untuk pulang. Tapi Arm menolak.

“Apa yang terjadi?” tanya Sunisa.
“Bagaimana bisa aku pulang ke rumah orang yang selalu merendahkan ku. Aku tidak tahan lagi,” jawab Arm, dengan raut sedih.

Unthiga pulang ke rumah dalam keadaan merasa jijik kepada dirinya sendiri. Namun saat dia baru masuk ke dalam rumah, dia malah mendengarkan obrolan Ting dengan Sunisa di telpon, tentang Ayahnya yang tidak akan pulang malam ini dan Ayahnya akan menginap di hotel. Lalu dia melihat ke arah Ibunya yang sedang mabuk- mabukan.
Setelah Sunisa selesai bertelponan dengan Ting. Arm datang dan memeluknya dari belakang. Dan Sunisa membiarkan Arm bersandar di bahu nya.

Ketika menyadari kalau Unthiga sudah pulang, Ting pun bertanya, apa yang terjadi, karena Unthiga tanpa kacau. Tapi Unthiga mengabaikannya dan mendekati Ibunya. Dia sepertinya ingin bercerita kepada Ibunya tentang apa yang di alaminya.
Tapi sebelum Unthiga sempat bercerita, Nopamat dengan ketus malah menanyakan, apa yang Unthiga inginkan, apakah Unthiga akan merepotkan nya lagi. Mendengar itu, Unthiga merasa sedih dan terluka.
“Ayah tidak akan pulang. Dia tidur di hotel,” kata Unthiga sambil menahan tangisnya.
“Pergi! Keluar! Aku bilang keluar!” teriak Nopamat, memarahi nya.
Sunisa bertanya cemas, bagaimana jika Nopamat melihat nya dan Arm berada di hotel. Dan Arm menjawab bahwa Nopamat tidak akan tahu. Nopamat tidak akan berani keluar rumah dan menemuinya di hotel, hanya karena dia tidak pulang ke rumah. Sebab Nopamat tidak suka digosipin oleh siapapun.
“Aku merasa bersimpati pada mu,” kata Sunisa, lembut.
“Pernahkah kamu merasa capek atau terganggu oleh ku?” tanya Arm.
Dan Sunisa tersenyum lembut kepadanya. “Tidak,” jawabnya. Lalu dengan mesra Arm pun mencium kening Sunisa, dan memeluknya dengan penuh kasih.

Unthiga mandi dan menggosok- gosok seluruh tubuhnya sendiri dengan kasar. Dia mengingat kembali kejadian, ketika Anik dengan paksa meniduri nya. Dan dia jadi merasa jijik kepada tubuh nya sendiri serta menjerit dengan histeris.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Urawee pun berbaring di tempat tidur dan mengirimkan pesan kepada Yai.
Aku akan pulang besok. Tapi aku harus menyelesaikan pekerjaan di kantor dulu, sebelum aku pulang ke rumah. Aku kuat sekarang. Aku tidak akan lemah lagi.
Setelah mengirimkan pesan tersebut, Urawee pun tidur dengan nyaman.

Ampu menghirup udara pagi yang menyegarkan, di temanin segelas teh hangat. Lalu dia teringat kembali kejadian saat Urawee mencium bibir nya. Dan mengingat itu, dia tersenyum sendiri.
Tapi kemudian, Ampu melihat orang- orang membersihkan kamar dimana Urawee menginap, dan dia pun merasa heran. Lalu dia bertanya. Dan ternyata Urawee telah check out pagi ini dari sana.
Unthiga merasa bersimpati melihat Nopamat yang masih tampak despresi pagi ini. Dan Ting pun meminta bantuan Unthiga untuk membujuk Nopamat makan, karena sedari pagi, Nopamat belum makan dan hanya minum wine saja.

“Mom,” panggil Unthiga, mencoba. Tapi Nopamat malah meneriakinya supaya pergi. Sehingga nafsu makan Unthiga pun menghilang.
“Bagus. Tidak mau makan, ya sudah. Pergi! Menyebalkan,” gerutu Nopamat. Dan dengan kesal, Unthiga pun pergi.
Unthiga mencoba menghubungin Ampu.
Sementara Ampu mencoba menghubungi Urawee.
Anik juga mencoba menghubungin Urawee.
Unthiga heran, kenapa Ampu tidak menjawab telpon nya. Dan setelah berpikir sejenak, dia pun menelpon Modaeng, dan meminta pertolongan nya.

Urawee mengunjungin rumah Mae Oui, dan mengambil kain pesanan nya dari Kaopooon. Lalu melihat hasil kain yang di berikan padanya, dia merasa puas. Kemudian dia bertanya kepada Kaopooon, kapan Mae Oui akan mengambil cuti. Dan Kaopooon menjawab bahwa sepertinya sekitar minggu depan, tapi nanti dia akan tanya lagi, dan mengabari Urawee. Dan Urawee pun berterima kasih padanya.
Kaopooon kemudian menawarkan diri untuk mengantarkan Urawee. Dan membantunya membawakan barang- barang.

Lalu tepat disaat itu, datang telpon masuk dari Anik. Dan Urawee tidak mau mengangkat nya. Melihat itu, Kaopooon pun bertanya. Namun Urawee tidak mau menjawab, dan mengajak nya untuk segera berangkat saja.
Anik merasa frustasi, karena Urawee tidak mengangkat telpon darinya. Lalu kemudian dia malah menerima foto Urawee yang sedang berciuman dengan Ampu. Dan itu membuatnya terkejut.
Ampu masih mencoba untuk menelpon Urawee, tapi masih tidak ada di angkat. Lalu saat Unthiga menelpon nya, dia pun jadi merasa malas untuk mengangkat nya juga.

Ketika Unthiga sampai di kantor, dan dia mendengar Sunisa sedang berbicara di telpon sambil menyebut nama Urawee. Maka dia pun bertanya. Dan Sunisa memberitahu bahwa itu telpon dari Anik, lalu dia permisi dan pergi.
Anik terus mencoba menghubungin Urawee. Tapi tetap tidak diangkat.
Unthiga menelpon temannya, dan meminta temannya untuk mendesainkan sebuah kain untuk nya, karena ini masalah yang mendesak.
Anik bersiap untuk rapat.

Unthiga berterima kasih kepada temannya. Kemudian dia menelpon Fai, dan menanyakan tentang Ampu. Dan Fai pun memberitahu bahwa Ampu akan datang siang ini, tapi dia tidak tahu dimana Ampu sekarang. Dengan kesal, Unthiga pun langsung membanding telpon. Sehingga Fai terkejut, dan merasa telinga nya sangat sakit.


Para karyawan mulai bergosip lagi, karena hal tersebut. Tapi Fai malas untuk ikut bergosip, karena dia takut di pecat nanti nya. Namun si kaca mata ingin bergosip. Dan dengan genit si senior gosip menggoda akan menjadi kan si kaca mata sebagai calon suaminya.
“Hey!” bentak si kaca mata. “Kita hanya akan menjadi rekan gosip. Jika kamu melewati batas, aku akan menendang mu,” balas nya sambil mengangkat kaki nya.
Dan dengan genit si senior mengelus kaki si kaca mata. Lalu dia tertawa, dan mengajak junior gosip nya untuk pergi mencari gosip.

Ampu bertelponan dengan Pam. Dia meminta Pam untuk tolong menelpon Urawee, karena Urawee belum pulang ke rumah juga. Dan Pam pun mengiyakan. Lalu Ampu menanyakan kondisi Ayah Pam. Dan Pam menjawab bahwa syukur, Ayahnya sudah sadar, lalu dia berterima kasih karena Ampu telah peduli padanya. Dan Ampu pun mengiyakan. Lalu dia berangkat bekerja.

Urawee menyetir mobil sambil merenung. Dan lalu ketika Pam menelpon nya, dia merasa sangat malas  untuk mengangkat nya.

Ketika Ampu datang ke kantor. Si kaca mata langsung menyindir nya, dengan sikap berpura- pura pusing. Dan Ampu mengabaikan sindiran itu serta bertanya dengan tegas, apakah si kaca mata sudah ada melihat email yang dikirim nya. Dan si kaca mata tidak tahu, apakah ada email atau tidak. Namun Fai tahu dan langsung menjawab.
“Bagaimana kamu tahu?” tanya si kaca mata, heran.
“Dia mengirimkan itu kepada setiap orang yang terlibat,” jawab Fai. Dan si kaca mata pun langsung memeriksa email nya.
“Aku akan mengerjakan nya, jika tidak sibuk,” kata si kaca mata setelah memeriksa kalau benar ada email masuk ke tempat nya. Lalu bukannya mengerjakan tugas itu langsung, dia malah memegang hp nya dan bersikap sibuk.

Melihat itu, Ampu pun menatap nya dengan tajam. Dan si kaca mata pun merasa takut, sehingga dia langsung mengerjakan tugas nya.
Unthiga datang, dan bertanya pelan kepada Fai, kapan Ampu datang. Dan Fai menjawab kalau Ampu baru datang tadi. Lalu Unthiga pun mendekati Ampu, dan bertanya kenapa Ampu tidak mengangkat telpon dari nya.

“Aku minta maaf,” kata Ampu.
“Baiklah. Aku ingin berkonsultasi tentang pekerjaan dengan mu. Bolehkah aku mengundang mu untuk datang ke ruangan rapat?” tanya Unthiga dengan cepat.

Lalu Unthiga memanggil Fai dan bertanya tentang pekerjaan. Dan Fai pun ingin menjelaskan. Tapi sebelum Fai selesai menjelaskan, Unthiga malah langsung mengajak Ampu untuk mengikutinya. Dan lalu dia berjalan duluan. Dengan heran, Fai pun langsung terdiam.
Kemudian si kaca mata berdiri di belakang Fai dan mulai ingin bergosip. Tapi Fai malas meladenin nya, dan dia kembali ke meja nya untuk bekerja.
Diruang rapat. Ampu tampak tidak fokus, jadi Unthiga pun bertanya. Namun Ampu tidak mau bercerita kepada nya.
“Apa itu karena ini?” tanya Unthiga sambil menunjukan foto ciuman Urawee dangan Ampu. Dan Ampu pun menghela nafas berat.
“Wee benar- benar mengirimkan itu padamu.”
“Aku sebenarnya tidak ingin memberitahu mu, apa yang Wee kirim kan. Karena itu akan membuat Wee tampak buruk …” jelas Unthiga, sok baik.
“Aku pikir, kita harus mendiskusikan pekerjaan,” sela Ampu dengan tegas dan sopan.

“Tidak. Aku ingin memperjelas masalah ini sebelum kita berdiskusi tentang kerjaan. Karena aku tidak suka bila masalah ini belum selesai. Kamu bertingkah aneh padaku. Kamu kelihatan lebih menjaga jarak daripada sebelumnya. Karena kamu percaya Wee. Dan percaya bahwa aku punya sesuatu dengan Khun Anik, benar?” balas Unthiga, bertanya. Dan Ampu diam.
Anik masih mencoba untuk menghubungin Urawee.

Unthiga bertanya, apakah Ampu mempercayai Urawee. Dan Ampu menjawab tidak. Mendengar itu, Unthiga merasa senang, dan bertanya, apakah berarti foto itu salah.
“Wee melakukan nya, karena dia marah. Dia hanya ingin membalas mu,” jelas Ampu, jujur.
“Wee tahu bahwa itu bekerja,” balas Unthiga. Dan Ampu terkejut.
Anik bertanya kepada temannya tentang Urawee. Dan saat dia tahu kalau Urawee sedang dalam perjalanan ke kantor, maka dia pun segera bersiap untuk pergi. Tapi dia tidak jadi pergi, karena asisten nya mengingatkan bahwa dirinya masih ada rapat lagi.
Unthiga mengabaikan keterkejutan Ampu, dan memulai diskusi tentang pekerjaan. Lalu kemudian, dia teringat bahwa dia harus pergi mengunjungin gudang siang ini. Dan bertemu dengan model. Sehingga dia tidak memiliki waktu luang sekarang.
Kemudian Unthiga menanyakan, apakah Ampu punya waktu sore ini, jika iya, dia ingin mengundang Ampu untuk makan malam. Dan Ampu berpikir.


“Anggap ini sebagai kompensasi untuk kepergiaan mu kemarin,” kata Unthiga sambil memegang tangan Ampu. Dan dengan tidak nyaman, Ampu menjauhkan tangannya dari Unthiga. “Tolong jangan pikirkan Wee. Dia memang suka emosian dan lepas kontrol.”
“Aku tahu,” balas Ampu, singkat.
“Itu benar. Kamu dan Wee adalah teman.”
“Tidak lagi.”
“Huh? Mengapa tidak?” tanya Unthiga, merasa tertarik untuk tahu.
“Begitulah,” jawab Ampu.

Unthiga menebak kalau Urawee pasti menganggap Ampu sebagai musuh. Dan dia tahu itu, karena Urawee juga menganggap diri nya sebagai musuh. Dengan sok baik, dia mengatakan bahwa dia akan mencoba berbicara dengan Urawee untuk Ampu, karena Ampu adalah orang yang baik serta jujur, seseorang yang tidak mudah di temukan.
Mendengar itu, Ampu hanya diam dan mengangguk saja.
Sesampainya Urawee di kantor. Dia langsung bertemu dengan Anik yang datang mencari nya. Dan Anik memegang tangan nya. Dengan jijik, Urawee pun menyuruh Anik untuk jangan menyentuh nya.

“Kamu hanya menyalahkan ku. Bagaimana dengan mu?” tanya Anik. Dan Urawee langsung menampar nya.
“Jika kita bicara hari ini, akankah semua nya berakhir?”
“Iya.”


Post a Comment

Previous Post Next Post