Sinopsis Plerng
Ruk Plerng Kaen Episode 9 – part 2
Network : Channel
3
Duang dan Yai melemparkan kelopak- kelopak mawar ke atas tempat tidur
Urawee dan Ampu. Lalu mereka duduk di hadapan mereka yang sudah berlutut.
“Aku tidak akan berbicara banyak. Aku harap kalian tinggal bersama
dengan penuh kesadaran. Karena hanya itu yang bisa membuat kalian melalui semua
hambatan. Apa kamu mengerti, Wee?” kata Yai, bertanya. Dan Urawee diam sambil
menatap kecewa kepada Ampu.
“Mengampunin lah sebisa mu. Apa yang telah berlalu, biarlah berlalu.
Anggap mereka sebagai pelajaran dan jangan membuat kesalahan yang sama lagi.
Jangan biarkan itu menganggu pikiran mu,” jelas Duang, menasehati. Dan Urawee
tetap diam.
Ampu memperhatikan Urawee yang meneteskan air mata.
Ampu dan Urawee kemudian bersujud di kaki Yai. Setelah itu, Yai pun
mengajak Duang untuk pulang bersama. Dan Duang pun mengiyakan. Urawee ikut
berdiri bersama mereka berdua, karena ingin mengantarkan. Tapi Duang serta Yai
langsung menghentikannya supaya jangan ikut.
“Menurut tradisi, kalian tidak boleh meninggalkan kamar,” jelas Yai. Dan
kemudian mereka berdua pun pergi.
Urawee dan Ampu saling berdiam sambil menatap satu sama lain. Lalu
akhirnya, Urawee membuka suara, dia pamit untuk berganti pakaian duluan.
“Tunggu, Khun Wee. Aku ingin berbicara padamu tentang Jackie,” panggil
Ampu.
Dengan cepat, Urawee menghapus air matanya dan berbalik menatap ke arah
Ampu. “Oh. Mantan istri dan Ibu dari anak mu, nama nya Jackie? Aku tidak
mendengar itu dengan jelas saat acara,” sindir nya.
“Benar. Namanya Jackie. Dia mantan istriku. Dan hubungan kami sudah
berakhir,” jelas Ampu denga tegas. “Untuk bayi, aku bisa menjelaskan …”
Sebelum Ampu sempat menyelesaikan kalimatnya, Urawee langsung menyela.
Dia mengatai betapa tidak bertanggung jawab nya Ampu yang tega membuang anak
sendiri. Dan dia menyesal telah menikah dengan Ampu. Mendengar itu, Ampu merasa
sedikit tersinggung.
“Wee, kamu yang terburu- buru mengajak ku untuk menikah. Kamu tidak
ingat?”
“Benar. Ini salahku, benar? Aku mungkin perlu menahannya,” balas Urawee.
“Ini tidak seperti itu. Bisakah kamu tolong dengarkan aku dulu?” pinta
Ampu.
Tapi Urawee sama sekali tidak mau mendengarkan, karena dia sudah cukup
mengetahui betapa tidak bertanggung jawab nya Ampu. Lalu dia meminta Ampu untuk
membiarkan nya dulu sekarang, karena dia sudah sangat capek dan tidak punya
kekuatan untuk mendengarkan alasan apapun. Dan Ampu pun terdiam.
Unthiga merasa sangat moody karena gaun mahal nya dikotori oleh Duang.
Dan mengetahui itu, Anik melemparkan wine merah ke gaun mahal Unthiga. Dengan
marah, Unthiga pun memarahi nya. Dan Anik balas memarahi nya juga.
“Kamu sangat menyesal karena kehilangan Ampu, jadi kamu melakukan
sesuatu yang menjijikan seperti ini?!”
“Benar. Aku menyesal kehilangan dia. Dan lebih aku menyesal kehilangan
dia, lebih aku membenci mu!” teriak Unthiga.
“Kamu membenciku? Jika kamu sangat membenciku, maka kita akan hidup
dengan kebencian seperti ini!” balas Anik. Lalu dia mencium Unthiga dengan
paksa. Dan Unthiga langsung menampar nya.
Dengan kesal, Anik kembali mencium Unthiga. Dan kali ini dia bertindak
lebih kasar. Lalu Unthiga pun kembali mendorong serta menampar nya. Tapi Anik
tetap tidak mau menghentikan tindakannya.
“Lepaskan! Lepaskan aku sekarang!” teriak Unthiga. Lalu dia mengambil
vas bunga yang berada didekat nya dan memukul kepala Anik.
Kemudian setelah itu, Unthiga berlari masuk ke dalam kamar dan menutup
pintu. Lalu dia menelpon Ampu.
“Sepertinya hari ini kamu memiliki banyak masalah dengan pasangan.
Mantan istrimu. Istri barumu. Dan istri orang lain,” sindir Urawee, ketika dia
melihat Unthiga yang menelpon Ampu. Lalu dia pun masuk ke dalam kamar mandi.
Tanpa tahu harus mengatakan apa, Ampu pun cuma bisa tetap diam.
Anik menatap dahinya yang terluka di cermin.
Karena Ampu tidak mengangkat telponnya. Maka Unthiga pun mencoba untuk
menelpon Nopamat. Tapi sebelum Nopamat sempat mengangkat telpon darinya, Anik
muncul di belakang nya dengan tatapan mata tajam.
Nopamat merasa heran, karena Unthiga menelponnya, tapi kemudian
mematikan nya.
Unthiga ingin melarikan diri. Tapi Anik langsung menahan Unthiga dan
membanting nya dengan kasar ke tempat tidur. “Kamu tidak bisa melarikan diri
dariku.”
Nopamat ingin menelpon Unthiga balik. Tapi Arm langsung merebut
handphone nya. Dia melarang Nopamat untuk menelpon balik, karena ini adalah
malam pernikahan Unthiga. Jadi mereka lebih baik tidak menganggu.
Dengan cemas, Ting pun menawarkan diri untuk pergi ke rumah Unthiga yang
berada di sebrang dan melihat. Namun dengan tegas, Arm melarang nya juga.
Menurutnya, karena Unthiga sudah menikah dengan Anik, maka mereka harus
membiarkan mereka berduaan malam ini dan menunggu sampai besok. Dan Ting pun
mengerti.
Unthiga memberontak, dia melemparkan bantal- bantal yang ada
disampingnya kepada Anik. Tapi Ani menghindari itu semua. Lalu dia mencium
Unthiga sambil membekap mulut nya supaya Unthiga berhenti berteriak.
Duang merasa khawatir untuk membiarkan Urawee sendirian bersama dengan
Ampu. Karena kejadian yang tidak mereka duga barusan.
“Kamu pikir bahwa pernikahan bisa membuat Wee menang melawan adiknya?
Aku sudah memperingatkan mu. Jangan lakukan apapun demi kemenangan. Tapi tidak
seorang pun yang mendengarkan. Dan sekarang, semua yang bisa kita lakukan
hanyalah mendukung dia dan berharap bahwa mereka akan saling mencintai serta
berpegangan tangan dalam melewati hambatan,” jelas Yai.
“Baik,” jawab Duang dengan pelan. Lalu dia pun menyalakan mesin mobil.
Tapi sebelum Duang menjalankan mobil, dia langsung melihat ke arah jok
belakang dengan sikap seperti terkejut. Dan dengan heran, Yai pun bertanya ada
apa.
“Kemana Fae?” tanya Duang.
“Mungkin dia sudah pulang,” jawab Yai, tidak terlalu yakin juga.
Tom membawa Fae ke bengkel untuk menginap disana. Fae yang masih merasa
syok, karena kejadian pria mabuk yang ingin melecehkan nya tadi, dia duduk diam
di sofa dan menangis.
Tom dengan perhatian membawakan obat untuk Fae, dan ingin mengobati
kakinya. Tapi Fae menolak, sebab dia harus buru- buru pulang sekarang, dia
tidak ingin Duang dan Yai menjadi khawatir. Namun saat Fae akan berdiri, dia
hampir saja terjatuh, karena kakinya yang terluka. Tapi untung nya, Tom dengan
sigap langsung menangkap nya.
Dan selama sesaat, mereka berdua saling berdiam sambil menatap satu sama
lain.
“Bagaimana bisa kamu pulang sekarang? Mereka akan mempertanyakan, apa
yang terjadi. Duduk lah,” jelas Tom, perhatian. “Tetap lah disini untuk
sekarang. Aku akan mengobati mu,” jelas nya. Lalu dengan lembut, dia memakaikan
obat ke kaki Fae.
“Apakah pria itu akan mati?” tanya Fae, cemas. Dan Tom tampak cemas
juga, tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
“Jangan berpikir terlalu banyak sekarang. Dia bisa baik- baik saja. Dan
mungkin tidak, seperti yang kita pikirkan,” balas Tom. Dan Fae mulai menangis.
Dengan cemas, Tom langsung duduk disebelah Fae, dan bertanya, apa yang
salah. Dan sambil terus menangis, Fae menjelaskan bahwa dirinya memang pembawa
sial, karena dia selalu membuat masalah dan merepotkan orang lain.
“Tunggu. Kamu menghindariku dan tidak mau berbicara denganku, itu karena
ini, benar kan?” tanya Tom, mulai mengerti.
“Aku tidak ingin menjadi pembawa masalah. Aku tidak ingin menyebabkan
masalah untuk orang lain. Lihat aku. Aku tidak ada apa- apa, dan masalah datang
kepada ku teus tanpa henti,” balas Fae, frustasi pada diri sendiri.
Tom menatap Fae, dan menenangkannya supaya jangan terlalu banyak
berpikir. Tapi Fae tetap tidak bisa berhenti menangis. Hari ini adalah hari
pernikahan Urawee, hari special Urawee, tapi dia masih saja menyebabkan
masalah. Jadi dia semakin merasa bahwa dia memang pembawa sial. Dan dia tidak
ingin hidup lagi.
Tanpa mengatakan apapun, Tom langsung menarik Fae mendekat dan mencium
nya. Sehingga Fae pun langsung berhenti menangis dan berbicara.
“Jangan berpikir seperti itu. Kamu bukan pembawa sial. Dan bahkan jika
iya, aku tidak peduli. Karena …” kata Tom sambil menyentuh pipi Fae dengan
lembut. “Aku cinta padamu,” jelas nya dengan tegas.
Mendengar pengakuan itu, Fae sangat terkejut, sehingga dia pun jadi
lambat merespon. Dan ketika Tom menurunkan tangan dari pipinya, Fae langsung
memegang tangan Tom. “Terima kasih,” ucapnya.
Dengan lembut, Tom kembali mengelus pipi Fae. Kemudian dia pun
mendekatkan wajah nya kepada Fae, dan menciumnya.
Ketika Ampu baru keluar dari dalam kamar mandi, dia menemukan selimut
dan bantal nya telah di letakkan secara terpisah oleh Urawee.
“Bisakah kamu tidur diluar malam ini? Aku belum siap untuk tidur
denganmu. Aku harap kamu akan mengerti,” pinta Urawee. Dan Ampu pun berusaha
untuk mengerti. Jadi dia membawa selimut serta bantal nya keluar, dan dia tidur
di sofa.
Secara diam- diam, Ampu menatap Urawee dari jauh. Dan merasa tidak
nyaman dengan itu, Urawee pun menutup pintu kamar.
Dengan kecewa, Ampu menghela nafas dan berbaring di sofa.
Sementara Urawee, dia tampak merasa sangat bimbang dan bersalah kepada Ampu.
Ampu menatap cincin pernikahan di jari manis nya. Dan berpikir.
Urawee juga kesulitan untuk tidur. Seperti ada banyak hal didalam pikiran
nya.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen
Please,,,lanjut ceritanya soalnya aku suka sama drama ini tapi ngak ada sub indonya
ReplyDeleteIyaa kerennn, terimakasih sinopsisnyaa
ReplyDelete