Network : tvN Netflix
Tokoh, Kejadian, Organisasi, dan Latar
Belakang adalah Fiksi
Menggunakan
kekuatan terakhirnya, Jung Hyuk mengarahkan pistol nya kepada supir truk
tersebut dan menembak nya. Kemudian pun dia menutup mata nya, tidak sadarkan
diri lagi. Se Ri panik dan memanggil- manggi nama Jung Hyuk.
Letnan Park
berdiri dan mendekati Se Ri dengan kaki di seret. “Kamu tidak apa- apa?” tanya
Se Ri kepada Letnan Park. Dan Letnan Park tidak menjawab, dia sibuk memeriksa
kondisi Jung Hyuk terlebih dahulu. “Bagaimana ini?” tanya Se Ri dengan cemas.
“Kita pergi.
penerbanganmu sebentar lagi,” kata Letnan Park dengan cepat.
“Benar. Aku
tidak punya waktu,” gumam Se Ri. Kemudian dia meminta kunci mobil Letnan Park,
karena dia yang akan menyetir, sebab kaki Letnan Park juga terluka dan tidak
akan bisa menyetir.
Se Ri
menyetir mobil sambil sesekali memeriksa kondisi Jung Hyuk melalui spion
tengah. Ketika mereka sampai di jalan bercabang, satu ke bandara, dan satu lagi
ke Sariwon. Se Ri bertanya kepada Letnan Park, ke arah mana rumah sakit.
“Apa
maksudmu? Kamu harus ke bandara,” kata Letnan Park, mengingatkan.
“Jawab!”
pinta Se Ri dengan mendesak. Dan Letnan Park pun menjawab Sariwon.
Tanpa rasa
ragu sedikit pun, Se Ri langsung membelokkan mobil ke jalan Sariwon. Dan Letnan
Park cemas serta mengingatkan bahwa Se Ri jangan boleh melakukan ini, dia ingin
Se Ri tetap pergi ke bandara, dan nanti dia akan mengurus semuanya.
“Bagaimana jika dia mati?” tanya Se Ri dengan
sangat khawatir. “Ke arah mana? Cepat! Kita tidak punya waktu,” pinta nya.
“Belok
kiri,” jawab Letnan Park dengan pelan. Dan Se Ri pun langsung membelokkan mobil
dengan tajam saking cepat nya. “Dia bisa tewas karena kecelakaan, bukan luka
tembak,” keluh nya sambil mengencang kan sabuk pengaman Jung Hyuk.
Se Ri
menginjak rem dan menghentikan mobil. Sebab jalan di depan mereka sedang
ditutup dikarena kan ada pembangunan. Melihat itu, Letnan Park merasa cemas,
sebab jika mereka harus melewati jalan lain, maka akan butuh waktu lama.
Se Ri pun
diam dan berpikir. “Gwang Beom,” panggil Se Ri. “Kamu tahu film favoritku?”
tanyanya, dan Letnan Park merasa bingung. “Mad Max : Fury Road,” jelas Se Ri.
Lalu dia melajukan mobilnya menabrak pagar pembatas yang menutup jalan.
Akhirnya
mereka sampai dirumah sakit dengan selamat. Dan Jung Hyuk pun langsung
ditanganin. Jung Hyuk tidak sadarkan diri dan kehilangan banyak darah, bahkan
Jung Hyuk mengalami syok pendarahan, jadi di khawatirkan Jung Hyuk bisa terkena
gagal jantung. Mendengar itu, Se Ri merasa semakin cemas dan khawatir kepada
Jung Hyuk.
“Se Ri,
pergilah sekarang. Jika cepat, kamu bisa tiba sebelum pesawat berangkat,” jelas
Letnan Park, mengingatkan. Dan Se Ri mengerti, tapi tiba- tiba suster mengajak
Se Ri berbicara.
“Dia
kehilangan banyak darah, kami butuh darah untuk transfusi. Tidak ada dirumah
sakit kami. Tolong carikan, ini darurat,” kata suster dengan cepat kepada Se
Ri. Dan Se Ri pun merasa bingung.
Letnan Park
menjelaskan kepada Se Ri bahwa rumah sakit ini tidak memiliki stok darah, jadi
mereka harus mencarinya terlebih dahulu. Dia ingin mendonor kan darah nya tapi
sayang nya golongan darah nya tidak sama dengan Jung Hyuk.
“Golongan
darah? Apa golongan darahnnya?” tanya Se Ri.
“O,” jawab
Letnan Park.
“O? Aku bisa
berikan.”
Letnan Park
mengingatkan Se Ri untuk pergi sekarang, jika tidak, maka Se Ri tidak akan
pernah bisa pergi untuk selama nya. Dan Se Ri pun merasa dilema.
Pelatih
memanggil satu persatu nama peserta yang akan menaiki pesawat. Dan dia
membagikan paspor kepada mereka masing- masing. Namun mereka merasa heran,
karena Se Ri belum juga datang dan bahkan mereka tidak bisa menghubungi Kapten
Ri Jung Hyuk.
Se Ri
berbaring di tempat tidur. Membiarkan darah nya diambil.
Pelatih
menunggu Se Ri di depan gerbang ke berangkatan. Namun sampai saat terahir, Se
Ri belum datang juga. Jadi dia pun meninggalkannya.
Seung Jung
dan Cheon datang ke bandara untuk memastikan bahwa Se Ri tidak datang ke
bandara. Dan saat memastikan kalau Se Ri benar tidak ada datang ke bandara, Seung
Jung pun menjadi penasaran, dan menanyakan bagaimana cara Cheol Gang
melakukannya.
“Sudah
kubilang. Dia hebat,” kata Cheon dengan bangga.
“Aku paham,
tapi kemana … dia antar kemana? Cepat hubungi Cheol Gang.”
Petugas
melaporkan kepada Cheol Gang bahwa orang- orang mereka, yaitu supir truk besar,
mereka tertembak di tulang atau bagian vital tubuh. Jadi dia menebak kalau yang
menembak mereka adalah seoarang penembak ahli.
Cheol Gang
berpikir sesaat, lalu dia menanyakan dimana Jung Hyuk. Dan petugas menjelaskan
bahwa dia telah bertanya ke kompi lima, dan dia mendapatkan jawaban kalau Jung
Hyuk sedang pergi untuk lokakarya di Pyongyang.
“Hubungi
pusat. Cari keberadaannya,” perintah Cheol Gang. “Dapatkan daftar pengambilan
senjata.”
“Baik, pak.”
Jung Hyuk
dibawa masuk ke dalam ruang operasi. Se Ri menunggu di luar dengan cemas, lalu
saat Letnan Park datang, dia meminta Letnan Park untuk tolong menghubungin
keluarga Jung Hyuk dan mengabari mereka. Tapi sayang nya hp Jung Hyuk rusak,
jadi Letnan Park tidak bisa menghubungi keluarga Jung Hyuk. Dan Se Ri pun
mengerti.
“Kamu harus
lanjutkan perawatanmu. Aku akan tetap disini,” kata Se Ri dengan perhatian. Dan
Letnan Park mengiyakan, lalu dia pun pergi darisana.
Se Ri duduk
menunggu Jung Hyuk yang sedang dioperasi. Sambil menunggu, dia melihat baju
Jung Hyuk yang berlumuran darah. Lalu disaat itu, dia tanpa sengaja menemukan
foto dirinya yang disimpan oleh Jung Hyuk. Dia menemukan itu karena foto
tersebut jatuh ke lantai. Dan dia pun teringat pada hari saat dia mengambil
foto itu.
“Lihatlah
dirimu. Setelah bersikap arogan. Dasar orang aneh,” gerutu Se Ri sambil
menangis.
Peluru
didalam tubuh Jung Hyuk berhasil di keluarkan. Operasi berjalan dengan baik dan
lancar.
Saat para
dokter keluar dari dalam ruangan operasi, Se Ri langsung berdiri dan mendekati
mereka semua. Dan dia merasa sangat senang serta lega saat mendengar bahwa
operasi Jung Hyuk berhasil dan Jung Hyuk
akan bisa segera sadarkan diri lagi.
Se Ri
menemani Jung Hyuk dirumah sakit sampai malam. “Jung Hyuk,” panggil nya. “Aku
tidak terbiasa menghadapai hal semacam ini. Aku selalu mencintai dan membenci
diriku. Aku juga selalu melindungi dan mengabaikan diriku. Hanya diriku yang
kupunya. Aku tidak punya orang lain. Jadi, ini canggung bagiku. Memiliki orang
lain yang bukan diriku.”
“Kamu melihatku. Mendengarkanku. Tersenyum
kepadaku. Makan bersamaku. Memenuhi janjimu kepadaku. Walau kita tidak terikat
kontrak, kamu melindungiku,” kata Se Ri
sambil mengenang semua kebaikan Jung Hyuk kepada dirinya.
“Kamu
melakukan … itu … semua. Selama ini, kamu selalu di sisiku. Biasanya, aku tidak
mudah merasa ketakutan, tapi kini aku agak takut. Aku takut terjadi sesuatu
denganmu. Apakah itu berarti kamu telah menjadi orang yang spesial bagiku?”
tanya Se Ri. Dan tentu saja, Jung Hyuk hanya diam, karena dia belum sadarkan
diri.
Jung Hyuk
bermimpi kenangan masa lalu nya. Dia berada di atas panggung dan bermain piano.
Lalu saat dia selesai bermain, semua penonton memberikan tepuk tangan yang
meriah kepadanya. Dan dengan sopan dia membungkuk kepada mereka semua sebagai
ungkapan terima kasih nya.
Jung Hyuk
kemudian keluar dari panggung dengan perasaan senang. Tapi tiba- tiba seseorang
memberitahukan sebuah berita yang mengejutkan padanya. Kakak nya tewas dalam
kecelakaan, jadi keluarga ingin dia untuk pulang ke negara Korea Utara.
Jung Hyuk
berdiri di dekat pelabuhan dengan tatapan sedih. Lalu tiba- tiba seorang gadis
kecil menepuk nya dengan pelan dan bertanya, “Itu pianomu?” tanyanya. Dan Jung
Hyuk mengangguk. “Bisakah kamu memainkan pianonya?” tanyanya lagi. Dan Jung
Hyuk mengangguk lagi. “Bisa mainkan untukku?” pintanya. Dan Jung Hyuk memandang
ke arah pinao nya.
“Ini akan
jadi kali terakhir ku bermain piano,” jelas Jung Hyuk pada si gadis kecil.
“Kenapa?”
“Ini …” kata
Jung Hyuk, tidak sanggup untul melanjutkan kata- katanya. “Aku menulis lagu
untuk kakak ku. Maukah kamu menjadi penonton terakhirku?” tanyanya sambil
berjongkok di depan gadis kecil itu. Dan Gadis kecil itu menganggukan
kepalanya.
Jung Hyuk
pun mulai memainkan piano nya untuk terakhir kali nya. Namun di pertengahan
musik, dia berhenti sejenak karena merasa tidak sanggup dan ingin menangis.
Tapi kemudian dia kembali melanjutkan permainan nya. Dan banyak orang lewat
yang menikmati permainan piano nya. Mereka semua berdiri dan menonton Jung Hyuk.
Jung Hyuk
terbangun. Dia memandang ke sekeliling nya, dan melihat Se Ri yang sedang
berdiri di dekat jendela. Dan dia merasa heran.
Saat Se Ri
berbalik dan melihat kalau Jung Hyuk sudah bangun, dia pun langsung mendekati
Jung Hyuk dengan senang. “Syukurlah. Kamu sudah membaik. Aku turut senang,”
katanya dengan lega. “Kamu tidak apa- apa?” tanyanya dengan perhatian.
“Kenapa kamu
di sini ..” tanya Jung Hyuk. Kemudian dia terbatuk pelan.
“Jangan
bicara. Kamu baru bangun setelah dibius. Nanti saja,” kata Se Ri, mengingatkan.
Jung Hyuk ingin duduk, tapi Se Ri langsung menahannya. “Jangan duduk dahulu.”
Jung Hyuk
menepis tangan Se Ri dengan kasar. Dan dia menanyakan, kenapa Se Ri tidak naik
pesawat. Dan Se Ri menjawab dengan pelan bahwa dia tidak bisa, karena dia tidak
bisa pergi dalam situasi seperti tadi. Jung Hyuk merasa stress, sebab Se Ri
harusnya pergi.
“Aku tahu. Seharusnya
aku pergi, tapi aku tidak bisa,” jelas Se Ri.
“Memulangkanmu
saja, membahayakan nyawa kami. Kamu tahu apa artinya?” tanya Jung Hyuk. Dan Se
Ri menjawab bahwa dia paham. “Jika paham, kenapa masih di sini? Kau membuat
usaha kami sia-sia. Harus merepotkan kami berapa kali lagi hingga kau merasa
bersalah?” tanya Jung Hyuk dengan kesal. Dan Se Ri merasa sedih.
Se Ri
menahan air matanya. Dia mencoba membuat alasan untuk menghibur dirinya
sendiri. Dia merasa bahwa sepertinya efek bius Jung Hyuk belum hilang, mungkin
itu sebabnya Jung Hyuk mengutarakan semua perasaan Jung Hyuk yang sesungguh nya
sekarang. Dengan perhatian, Se Ri pun menyuruh Jung Hyuk untuk beristirahat
dengan baik, dan dia pamit pergi, sebab dia tidak ingin membuat Jung Hyuk kesal
dan menganggu kondisi Jung Hyuk.
Jung Hyuk
diam. Dan membiarkan Se Ri pergi.
Se Ri
memberitahu suster bahwa Jung Hyuk sudah bangun, jadi dia meminta suster untuk
mengecek Jung Hyuk. Dan Suster pun mengerti.
Dokter dan
suster memeriksa kondisi Jung Hyuk. Dan hasilnya semua cukup baik, tapi Jung
Hyuk masih harus dirawat dirumah sakit selama 15 hari dan jangan berolahrga
terlalu keras. Suster kemudian memuji Jung Hyuk dan Se Ri yang pasti memang
berjodoh, sebab golongan darah mereka berdua sama. Seandainya Se Ri tidak
mendonorkan, maka Jung Hyuk pasti sudah mati.
“Dia benar,”
kata Dokter, ikut memuji. “Kubilang dia bisa pingsan jika menangis setelah
mendonorkan, tapi dia menangis seharian,” jelas Dokter, memberitahu Jung Hyuk.
“Dia kemana?” tanya Dokter dengan bersemangat kepada suster.
“Sebelum
pasien bangun, dia terus menangis karena cemas. Setelah pasien bangun, dia
menangis juga,” jelas suster sambil tertawa. Dan Dokter ikut tertawa juga.
Jung Hyuk
diam mendengarkan perkataan Dokter dan suster. Dan setelah mereka berdua keluar
dari dalam kamar, dia merenung kan semua perkataan mereka barusan. Tapi
kemudian tiba- tiba kilat berbunyi dan
bersinar terang di luar jendela.
Hujan turun.
Se Ri berdiri di luar rumah sakit dan menangis. “Seandainya aku bisa pergi ke
suatu tempat, tapi aku tidak punya mobil dan tempat tujuan. Sungguh
menyedihkan,” keluhnya.
Jung Hyuk
berdiri di belakang Se Ri dan mendengar semua itu.
Se Ri
berbalik dan berniat masuk ke dalam. Namun dia malah melihat Jung Hyuk berdiri
di sana, dan dia pun langsung memarahi Jung Hyuk, sebab Jung Hyuk seharusnya
belum boleh bergerak terlebih dahulu.
“Cuacanya
dingin. Kamu mau kena flu?” tanya Jung Hyuk.
“Kamu tidak
perlu cemaskan aku. Kamu tertembak hari ini,” kata Se Ri dengan cemas. “Yang
benar saja,” keluhnya sambil berjalan mendekati Jung Hyuk. “Pegang aku. Mari
kita masuk,” ajak nya.
“Aku tidak
bermaksud mengatakan yang tadi. Maaf sudah kasar kepadamu,” kata Jung Hyuk
dengan tulus. Dan Se Ri mengerti, lalu dia berterima kasih kepada Jung Hyuk dan
mengajak Jung Hyuk untuk segera masuk ke dalam.
Namun Jung
Hyuk sama sekali tidak mau bergerak. Dan Se Ri pun merasa bingung, ada apa
lagi. Jung Hyuk mengatakan bahwa Se Ri
begitu ingin pulang dan Se Ri bisa saja pergi tadi. Se Ri pun
menjelaskan bahwa dia memang ingin sekali pergi, tapi dia tidak bisa, sebab
setidak nya satu kali ini saja, dia merasa dia harus melindungi Jung Hyuk juga.
Mendengar
itu, Jung Hyuk merasa terharu dan terus menatap Se Ri. Dengan malu, Se Ri
menyuruh Jung Hyuk untuk berhenti menatap nya dengan mata sendu.
“Jangan
salah paham. Aku hanya melihat,” kata Jung Hyuk, beralasan.
“Tidak
seperti itu. Sepintas, matamu tampak sangat sendu,” balas Se Ri. “Lihat? Bahkan
saat ini, kamu menatapku dengan matamu yang sendu,” kata Se Ri dengan sangat
yakin.
Tanpa
mengatakan apapun, Jung Hyuk langsung mencium bibir Se Ri. Dan Se Ri menutup
matanya. Kemudian mereka berhenti berciuman sejenak dan saling bertatapan. Lalu
mereka berdua kembali melanjutkan ciuman lembut di bibir mereka.
Cheol Gang
memeriksan daftar pengambilan senjata. Dan dia menemukan nama Jung Hyuk disana.
Melihat itu, petugas merasa yakin kalau pria di lokasi baku tembak memang
adalah Jung Hyuk. Dan Cheol Gang menebak kalau melihat dari kondisi nya, Jung
Hyuk pasti sedang mengalami cedera sekarang, jadi dia menyuruh si petugas untuk
menghubungi bagian komunikasi dan mulai bersiaga darurat, serta hubungi setiap
rumah sakit dalam radius 20 km dari lokasi baku tembak.
“Baik, pak.”
Bagian
komunikasi menghubungi rumah sakit satu persatu dan menanyakan, apakah ada
seorang pasien bernama Jung Hyuk disana.
Seung Jung
menelpon ke hp Jung Hyuk, dan tidak ada mengangkatnya. Sehingga dia pun merasa sangat
heran, dan ketika Cheon datang, dia langsung menanyai nya, apakah Cheol Gang
sudah bisa di temui karena dia ingin tahu dimana Se Ri.
“Katanya dia
juga tidak tahu,” kata Cheon dengan santai. “Mereka mengirim truk korps untuk
mencegahnya, tapi … “
“Truk korps?
Ada korps macam itu?” sela Seung Jung, penasaran.
“Tidak ada
korps macam itu. Mereka pasukan pribadi Cho Cheol Gang,” jelas Cheon.
“Jadi,
mereka membuat kecelakaan mobil? Dengan truk?” tanya Seung Jung, terkejut.
“Ya. Tapi
tampaknya Yoon Se Ri menghilang. Cho sedang mencarinya. Dia pasti akan
menemukannya.”
Seung Jung
protes dengan marah, kenapa Cheol Gang dan Cheon sampai membuat kecelakaan
mobil, dia cemas kalau Se Ri bakal terluka. Dan Cheon tidak peduli, sebab bagi
nya yang terpenting adalah tugas mereka untuk mencegah Se Ri kembali ke Selatan
berhasil.
“Jadi,
maksudmu, kamu tak keberatan membunuhnya?” tanya Seung Jung, tidak menyangka.
“Kukira kita
tidak keberatan,” balas Cheon. Dan Seung Jung merasa stress. “Kamu pasti kalut.
Kamu ingin manusiawi, padahal penipu. Aku yakin kau kalut,” komentar Cheon,
menyadari itu.
Tags:
Crash Landing On You