Sinopsis K- Drama : Crash Landing On You Episode 7 - part 1


Network : tvN Netflix
Tokoh, Kejadian, Organisasi, dan Latar Belakang adalah Fiksi

Menggunakan kekuatan terakhirnya, Jung Hyuk mengarahkan pistol nya kepada supir truk tersebut dan menembak nya. Kemudian pun dia menutup mata nya, tidak sadarkan diri lagi. Se Ri panik dan memanggil- manggi nama Jung Hyuk.
Letnan Park berdiri dan mendekati Se Ri dengan kaki di seret. “Kamu tidak apa- apa?” tanya Se Ri kepada Letnan Park. Dan Letnan Park tidak menjawab, dia sibuk memeriksa kondisi Jung Hyuk terlebih dahulu. “Bagaimana ini?” tanya Se Ri dengan cemas.
“Kita pergi. penerbanganmu sebentar lagi,” kata Letnan Park dengan cepat.
“Benar. Aku tidak punya waktu,” gumam Se Ri. Kemudian dia meminta kunci mobil Letnan Park, karena dia yang akan menyetir, sebab kaki Letnan Park juga terluka dan tidak akan bisa menyetir.

Se Ri menyetir mobil sambil sesekali memeriksa kondisi Jung Hyuk melalui spion tengah. Ketika mereka sampai di jalan bercabang, satu ke bandara, dan satu lagi ke Sariwon. Se Ri bertanya kepada Letnan Park, ke arah mana rumah sakit.
“Apa maksudmu? Kamu harus ke bandara,” kata Letnan Park, mengingatkan.
“Jawab!” pinta Se Ri dengan mendesak. Dan Letnan Park pun menjawab Sariwon.

Tanpa rasa ragu sedikit pun, Se Ri langsung membelokkan mobil ke jalan Sariwon. Dan Letnan Park cemas serta mengingatkan bahwa Se Ri jangan boleh melakukan ini, dia ingin Se Ri tetap pergi ke bandara, dan nanti dia akan mengurus semuanya.
 “Bagaimana jika dia mati?” tanya Se Ri dengan sangat khawatir. “Ke arah mana? Cepat! Kita tidak punya waktu,” pinta nya.

“Belok kiri,” jawab Letnan Park dengan pelan. Dan Se Ri pun langsung membelokkan mobil dengan tajam saking cepat nya. “Dia bisa tewas karena kecelakaan, bukan luka tembak,” keluh nya sambil mengencang kan sabuk pengaman Jung Hyuk.

Se Ri menginjak rem dan menghentikan mobil. Sebab jalan di depan mereka sedang ditutup dikarena kan ada pembangunan. Melihat itu, Letnan Park merasa cemas, sebab jika mereka harus melewati jalan lain, maka akan butuh waktu lama.


Se Ri pun diam dan berpikir. “Gwang Beom,” panggil Se Ri. “Kamu tahu film favoritku?” tanyanya, dan Letnan Park merasa bingung. “Mad Max : Fury Road,” jelas Se Ri. Lalu dia melajukan mobilnya menabrak pagar pembatas yang menutup jalan.

Akhirnya mereka sampai dirumah sakit dengan selamat. Dan Jung Hyuk pun langsung ditanganin. Jung Hyuk tidak sadarkan diri dan kehilangan banyak darah, bahkan Jung Hyuk mengalami syok pendarahan, jadi di khawatirkan Jung Hyuk bisa terkena gagal jantung. Mendengar itu, Se Ri merasa semakin cemas dan khawatir kepada Jung Hyuk.

“Se Ri, pergilah sekarang. Jika cepat, kamu bisa tiba sebelum pesawat berangkat,” jelas Letnan Park, mengingatkan. Dan Se Ri mengerti, tapi tiba- tiba suster mengajak Se Ri berbicara.
“Dia kehilangan banyak darah, kami butuh darah untuk transfusi. Tidak ada dirumah sakit kami. Tolong carikan, ini darurat,” kata suster dengan cepat kepada Se Ri. Dan Se Ri pun merasa bingung.

Letnan Park menjelaskan kepada Se Ri bahwa rumah sakit ini tidak memiliki stok darah, jadi mereka harus mencarinya terlebih dahulu. Dia ingin mendonor kan darah nya tapi sayang nya golongan darah nya tidak sama dengan Jung Hyuk.
“Golongan darah? Apa golongan darahnnya?” tanya Se Ri.
“O,” jawab Letnan Park.
“O? Aku bisa berikan.”

Letnan Park mengingatkan Se Ri untuk pergi sekarang, jika tidak, maka Se Ri tidak akan pernah bisa pergi untuk selama nya. Dan Se Ri pun merasa dilema.

Pelatih memanggil satu persatu nama peserta yang akan menaiki pesawat. Dan dia membagikan paspor kepada mereka masing- masing. Namun mereka merasa heran, karena Se Ri belum juga datang dan bahkan mereka tidak bisa menghubungi Kapten Ri Jung Hyuk.
Se Ri berbaring di tempat tidur. Membiarkan darah nya diambil.
Pelatih menunggu Se Ri di depan gerbang ke berangkatan. Namun sampai saat terahir, Se Ri belum datang juga. Jadi dia pun meninggalkannya.


Seung Jung dan Cheon datang ke bandara untuk memastikan bahwa Se Ri tidak datang ke bandara. Dan saat memastikan kalau Se Ri benar tidak ada datang ke bandara, Seung Jung pun menjadi penasaran, dan menanyakan bagaimana cara Cheol Gang melakukannya.
“Sudah kubilang. Dia hebat,” kata Cheon dengan bangga.
“Aku paham, tapi kemana … dia antar kemana? Cepat hubungi Cheol Gang.”

Petugas melaporkan kepada Cheol Gang bahwa orang- orang mereka, yaitu supir truk besar, mereka tertembak di tulang atau bagian vital tubuh. Jadi dia menebak kalau yang menembak mereka adalah seoarang penembak ahli.
Cheol Gang berpikir sesaat, lalu dia menanyakan dimana Jung Hyuk. Dan petugas menjelaskan bahwa dia telah bertanya ke kompi lima, dan dia mendapatkan jawaban kalau Jung Hyuk sedang pergi untuk lokakarya di Pyongyang.
“Hubungi pusat. Cari keberadaannya,” perintah Cheol Gang. “Dapatkan daftar pengambilan senjata.”
“Baik, pak.”
Jung Hyuk dibawa masuk ke dalam ruang operasi. Se Ri menunggu di luar dengan cemas, lalu saat Letnan Park datang, dia meminta Letnan Park untuk tolong menghubungin keluarga Jung Hyuk dan mengabari mereka. Tapi sayang nya hp Jung Hyuk rusak, jadi Letnan Park tidak bisa menghubungi keluarga Jung Hyuk. Dan Se Ri pun mengerti.
“Kamu harus lanjutkan perawatanmu. Aku akan tetap disini,” kata Se Ri dengan perhatian. Dan Letnan Park mengiyakan, lalu dia pun pergi darisana.

Se Ri duduk menunggu Jung Hyuk yang sedang dioperasi. Sambil menunggu, dia melihat baju Jung Hyuk yang berlumuran darah. Lalu disaat itu, dia tanpa sengaja menemukan foto dirinya yang disimpan oleh Jung Hyuk. Dia menemukan itu karena foto tersebut jatuh ke lantai. Dan dia pun teringat pada hari saat dia mengambil foto itu.
“Lihatlah dirimu. Setelah bersikap arogan. Dasar orang aneh,” gerutu Se Ri sambil menangis.

Peluru didalam tubuh Jung Hyuk berhasil di keluarkan. Operasi berjalan dengan baik dan lancar.

Saat para dokter keluar dari dalam ruangan operasi, Se Ri langsung berdiri dan mendekati mereka semua. Dan dia merasa sangat senang serta lega saat mendengar bahwa operasi Jung Hyuk berhasil  dan Jung Hyuk akan bisa segera sadarkan diri lagi.
Se Ri menemani Jung Hyuk dirumah sakit sampai malam. “Jung Hyuk,” panggil nya. “Aku tidak terbiasa menghadapai hal semacam ini. Aku selalu mencintai dan membenci diriku. Aku juga selalu melindungi dan mengabaikan diriku. Hanya diriku yang kupunya. Aku tidak punya orang lain. Jadi, ini canggung bagiku. Memiliki orang lain yang bukan diriku.”




“Kamu melihatku. Mendengarkanku. Tersenyum kepadaku. Makan bersamaku. Memenuhi janjimu kepadaku. Walau kita tidak terikat kontrak, kamu melindungiku,” kata Se Ri sambil mengenang semua kebaikan Jung Hyuk kepada dirinya.

“Kamu melakukan … itu … semua. Selama ini, kamu selalu di sisiku. Biasanya, aku tidak mudah merasa ketakutan, tapi kini aku agak takut. Aku takut terjadi sesuatu denganmu. Apakah itu berarti kamu telah menjadi orang yang spesial bagiku?” tanya Se Ri. Dan tentu saja, Jung Hyuk hanya diam, karena dia belum sadarkan diri.

Jung Hyuk bermimpi kenangan masa lalu nya. Dia berada di atas panggung dan bermain piano. Lalu saat dia selesai bermain, semua penonton memberikan tepuk tangan yang meriah kepadanya. Dan dengan sopan dia membungkuk kepada mereka semua sebagai ungkapan terima kasih nya.

Jung Hyuk kemudian keluar dari panggung dengan perasaan senang. Tapi tiba- tiba seseorang memberitahukan sebuah berita yang mengejutkan padanya. Kakak nya tewas dalam kecelakaan, jadi keluarga ingin dia untuk pulang ke negara Korea Utara.


Jung Hyuk berdiri di dekat pelabuhan dengan tatapan sedih. Lalu tiba- tiba seorang gadis kecil menepuk nya dengan pelan dan bertanya, “Itu pianomu?” tanyanya. Dan Jung Hyuk mengangguk. “Bisakah kamu memainkan pianonya?” tanyanya lagi. Dan Jung Hyuk mengangguk lagi. “Bisa mainkan untukku?” pintanya. Dan Jung Hyuk memandang ke arah pinao nya.
“Ini akan jadi kali terakhir ku bermain piano,” jelas Jung Hyuk pada si gadis kecil.
“Kenapa?”

“Ini …” kata Jung Hyuk, tidak sanggup untul melanjutkan kata- katanya. “Aku menulis lagu untuk kakak ku. Maukah kamu menjadi penonton terakhirku?” tanyanya sambil berjongkok di depan gadis kecil itu. Dan Gadis kecil itu menganggukan kepalanya.


Jung Hyuk pun mulai memainkan piano nya untuk terakhir kali nya. Namun di pertengahan musik, dia berhenti sejenak karena merasa tidak sanggup dan ingin menangis. Tapi kemudian dia kembali melanjutkan permainan nya. Dan banyak orang lewat yang menikmati permainan piano nya. Mereka semua berdiri dan menonton Jung Hyuk.
Jung Hyuk terbangun. Dia memandang ke sekeliling nya, dan melihat Se Ri yang sedang berdiri di dekat jendela. Dan dia merasa heran.

Saat Se Ri berbalik dan melihat kalau Jung Hyuk sudah bangun, dia pun langsung mendekati Jung Hyuk dengan senang. “Syukurlah. Kamu sudah membaik. Aku turut senang,” katanya dengan lega. “Kamu tidak apa- apa?” tanyanya dengan perhatian.
“Kenapa kamu di sini ..” tanya Jung Hyuk. Kemudian dia terbatuk pelan.

“Jangan bicara. Kamu baru bangun setelah dibius. Nanti saja,” kata Se Ri, mengingatkan. Jung Hyuk ingin duduk, tapi Se Ri langsung menahannya. “Jangan duduk dahulu.”
Jung Hyuk menepis tangan Se Ri dengan kasar. Dan dia menanyakan, kenapa Se Ri tidak naik pesawat. Dan Se Ri menjawab dengan pelan bahwa dia tidak bisa, karena dia tidak bisa pergi dalam situasi seperti tadi. Jung Hyuk merasa stress, sebab Se Ri harusnya pergi.
“Aku tahu. Seharusnya aku pergi, tapi aku tidak bisa,” jelas Se Ri.

“Memulangkanmu saja, membahayakan nyawa kami. Kamu tahu apa artinya?” tanya Jung Hyuk. Dan Se Ri menjawab bahwa dia paham. “Jika paham, kenapa masih di sini? Kau membuat usaha kami sia-sia. Harus merepotkan kami berapa kali lagi hingga kau merasa bersalah?” tanya Jung Hyuk dengan kesal. Dan Se Ri merasa sedih.
Se Ri menahan air matanya. Dia mencoba membuat alasan untuk menghibur dirinya sendiri. Dia merasa bahwa sepertinya efek bius Jung Hyuk belum hilang, mungkin itu sebabnya Jung Hyuk mengutarakan semua perasaan Jung Hyuk yang sesungguh nya sekarang. Dengan perhatian, Se Ri pun menyuruh Jung Hyuk untuk beristirahat dengan baik, dan dia pamit pergi, sebab dia tidak ingin membuat Jung Hyuk kesal dan menganggu kondisi Jung Hyuk.
Jung Hyuk diam. Dan membiarkan Se Ri pergi.
Se Ri memberitahu suster bahwa Jung Hyuk sudah bangun, jadi dia meminta suster untuk mengecek Jung Hyuk. Dan Suster pun mengerti.
Dokter dan suster memeriksa kondisi Jung Hyuk. Dan hasilnya semua cukup baik, tapi Jung Hyuk masih harus dirawat dirumah sakit selama 15 hari dan jangan berolahrga terlalu keras. Suster kemudian memuji Jung Hyuk dan Se Ri yang pasti memang berjodoh, sebab golongan darah mereka berdua sama. Seandainya Se Ri tidak mendonorkan, maka Jung Hyuk pasti sudah mati.



“Dia benar,” kata Dokter, ikut memuji. “Kubilang dia bisa pingsan jika menangis setelah mendonorkan, tapi dia menangis seharian,” jelas Dokter, memberitahu Jung Hyuk. “Dia kemana?” tanya Dokter dengan bersemangat kepada suster.
“Sebelum pasien bangun, dia terus menangis karena cemas. Setelah pasien bangun, dia menangis juga,” jelas suster sambil tertawa. Dan Dokter ikut tertawa juga.

Jung Hyuk diam mendengarkan perkataan Dokter dan suster. Dan setelah mereka berdua keluar dari dalam kamar, dia merenung kan semua perkataan mereka barusan. Tapi kemudian tiba- tiba kilat  berbunyi dan bersinar terang di luar jendela.

Hujan turun. Se Ri berdiri di luar rumah sakit dan menangis. “Seandainya aku bisa pergi ke suatu tempat, tapi aku tidak punya mobil dan tempat tujuan. Sungguh menyedihkan,” keluhnya.
Jung Hyuk berdiri di belakang Se Ri dan mendengar semua itu.

Se Ri berbalik dan berniat masuk ke dalam. Namun dia malah melihat Jung Hyuk berdiri di sana, dan dia pun langsung memarahi Jung Hyuk, sebab Jung Hyuk seharusnya belum boleh bergerak terlebih dahulu.
“Cuacanya dingin. Kamu mau kena flu?” tanya Jung Hyuk.

“Kamu tidak perlu cemaskan aku. Kamu tertembak hari ini,” kata Se Ri dengan cemas. “Yang benar saja,” keluhnya sambil berjalan mendekati Jung Hyuk. “Pegang aku. Mari kita masuk,” ajak nya.
“Aku tidak bermaksud mengatakan yang tadi. Maaf sudah kasar kepadamu,” kata Jung Hyuk dengan tulus. Dan Se Ri mengerti, lalu dia berterima kasih kepada Jung Hyuk dan mengajak Jung Hyuk untuk segera masuk ke dalam.


Namun Jung Hyuk sama sekali tidak mau bergerak. Dan Se Ri pun merasa bingung, ada apa lagi. Jung Hyuk mengatakan bahwa Se Ri  begitu ingin pulang dan Se Ri bisa saja pergi tadi. Se Ri pun menjelaskan bahwa dia memang ingin sekali pergi, tapi dia tidak bisa, sebab setidak nya satu kali ini saja, dia merasa dia harus melindungi Jung Hyuk juga.
Mendengar itu, Jung Hyuk merasa terharu dan terus menatap Se Ri. Dengan malu, Se Ri menyuruh Jung Hyuk untuk berhenti menatap nya dengan mata sendu.

“Jangan salah paham. Aku hanya melihat,” kata Jung Hyuk, beralasan.
“Tidak seperti itu. Sepintas, matamu tampak sangat sendu,” balas Se Ri. “Lihat? Bahkan saat ini, kamu menatapku dengan matamu yang sendu,” kata Se Ri dengan sangat yakin.

Tanpa mengatakan apapun, Jung Hyuk langsung mencium bibir Se Ri. Dan Se Ri menutup matanya. Kemudian mereka berhenti berciuman sejenak dan saling bertatapan. Lalu mereka berdua kembali melanjutkan ciuman lembut di bibir mereka.

Cheol Gang memeriksan daftar pengambilan senjata. Dan dia menemukan nama Jung Hyuk disana. Melihat itu, petugas merasa yakin kalau pria di lokasi baku tembak memang adalah Jung Hyuk. Dan Cheol Gang menebak kalau melihat dari kondisi nya, Jung Hyuk pasti sedang mengalami cedera sekarang, jadi dia menyuruh si petugas untuk menghubungi bagian komunikasi dan mulai bersiaga darurat, serta hubungi setiap rumah sakit dalam radius 20 km dari lokasi baku tembak.
“Baik, pak.”
Bagian komunikasi menghubungi rumah sakit satu persatu dan menanyakan, apakah ada seorang pasien bernama Jung Hyuk disana.

Seung Jung menelpon ke hp Jung Hyuk, dan tidak ada mengangkatnya. Sehingga dia pun merasa sangat heran, dan ketika Cheon datang, dia langsung menanyai nya, apakah Cheol Gang sudah bisa di temui karena dia ingin tahu dimana Se Ri.
“Katanya dia juga tidak tahu,” kata Cheon dengan santai. “Mereka mengirim truk korps untuk mencegahnya, tapi … “
“Truk korps? Ada korps macam itu?” sela Seung Jung, penasaran.
“Tidak ada korps macam itu. Mereka pasukan pribadi Cho Cheol Gang,” jelas Cheon.
“Jadi, mereka membuat kecelakaan mobil? Dengan truk?” tanya Seung Jung, terkejut.
“Ya. Tapi tampaknya Yoon Se Ri menghilang. Cho sedang mencarinya. Dia pasti akan menemukannya.”

Seung Jung protes dengan marah, kenapa Cheol Gang dan Cheon sampai membuat kecelakaan mobil, dia cemas kalau Se Ri bakal terluka. Dan Cheon tidak peduli, sebab bagi nya yang terpenting adalah tugas mereka untuk mencegah Se Ri kembali ke Selatan berhasil.
“Jadi, maksudmu, kamu tak keberatan membunuhnya?” tanya Seung Jung, tidak menyangka.
“Kukira kita tidak keberatan,” balas Cheon. Dan Seung Jung merasa stress. “Kamu pasti kalut. Kamu ingin manusiawi, padahal penipu. Aku yakin kau kalut,” komentar Cheon, menyadari itu.

Post a Comment

Previous Post Next Post