Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 04-2
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN
KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI
Soo A, Sae Ro Yi dan Yi Seo akhirnya berhenti berlari di taman. Soo A masih menanyakan alasan mereka lari. Sae Ro Yi malah tanya pada Yi Seo. Yi Seo menjawab kalau Sae Ro Yi menyelamatkannya dari pria aneh tadi.
Soo A baru melihat wajah Yi Seo
dan jadi kesal. Dia ingat siapa Yi Seo, anak di bawah umur yang di laporkannya
karena minum di kedai Sae Ro Yi (dan Soo A berpura-pura tidak tahu).
“Aku tahu kau mudah
dipengaruhi, tapi apa kau berkeliaran untuk menyelamatkannya?” tanya Soo A,
terdengar jengkel.
Sae Ro Yi heran mendengar cara
Soo A dan intonasinya dalam bertanya. Apa Soo A mengenal Yi Seo? Soo A kaget
mendengar pertanyaan itu dan membantah dengan gugup kalau dia tidak kenal. Dia
beralasan hanya merasa frustasi melihat Sae Ro Yi yang selalu memikirkan orang
lain. Dia mengajak Sae Ro Yi untuk pergi saja.
Sae Ro Yi sebelum pergi,
menanyakan Yi Seo dulu. Apa mereka harus ke kantor polisi untuk melapor? Apa
dia terluka?
Yi Seo menolak untuk melapor ke polisi. Dan dia merasa sakit di pipinya karena di tampar dengan keras tadi. Sae Ro Yi hanya menyuruhnya unutk ke rumah sakit dan hati-hati saat pulang. Yi Seo berterimakasih.
Eh, Yi Seo tidak bisa menyerah.
Dia membuat alasan ingin balas budi sekarang dan mengajak untuk minum kopi
bersama. Dia benci punya hutang. Sae Ro Yi menolak dengan sopan dan berkata
tidak apa-apa. Soo A juga ikutan sok menolak dan menyuruh Yi Seo untuk tidak
membuat Sae Ro Yi merasa tidak nyaman.
“Tempo hari kau tertarik untuk
mempromosikan kedaimu. Aku ingin memberi sedikit tips. Itu area keahlianku,”
tawari Yi Seo, masih tidak menyerah.
Dan benar saja, Sae Ro Yi
langsung tertarik.
--
Mereka akhirnya pergi bertiga
ke café. Tampak jelas dari wajah Soo A kalau dia tidak menyukai Yi Seo. Sae Ro
Yi tidak sadar dan hanya ingin tahu mengenai tips dari Soo A dan apa Soo A
tertarik dalam periklanan? Yi Seo memberitahu kalau dia menghasilkan uang
dengan melakukan promosi melalu SNS dan blog. Yi Seo tiba-tiba juga membalik
pertanyaan dengan menanyakan hubungan Sae Ro Yi dan Soo A.
“Kami berteman,” jawab Soo A
cepat. “Tapi… Sae Ro Yi menyukaiku,” tambahnya. “Sudah sekitar sepuluh tahun?”
Sae Ro Yi biasa saja. Dia
dengan santai pamit ke kasir untuk mengambi kopi pesanan mereka. Tinggallah Soo
A dan Yi Seo berdua.
Soo A mulai membahas Yi Seo
yang ternyata selebgram. Dia mulai membahas kalau Yi Seo terlihat tidak asing
dengannya dan baru ingat kalau Yi Seo pernah ada di daftar model pomosi media
sosial Jangga. Yi Seo tertawa dan bertanya balik, kenapa dia tidak di rekrut?
Eh, Soo A malah membalikan
topik dengan bertanya alasan Yi Seo mendekati pria seperti Park Sae Ro Yi? Apa
mungkin… Yi Seo menyukai Park Sae Ro Yi?
“Menyukainya? Aku memang
mendekatinya. Tapi aku tak tahu apa aku suka padanya. Aku tertarik dengannya,”
jawab Yi Seo.
“Sae-ro-yi memang menarik. Namun,
dia tak bisa dihadapi oleh anak sepertimu.”
“Anak sepertiku? Apa maksudmu?”
“Begini… Orang yang berpikir semua
berpusat kepadanya. Tak ingin tahu dunia luar,” jawab Soo A, sinis.
“Kau sepertinya sudah bisa
tebak karakterku dari media sosialku. Tak bisa kuhadapi? Apa maksudmu tentang
mantan narapidana kasus percobaan pembunuhan?” tanya Yi Seo balik.
Soo A cukup terkejut karena Yi
Seo tahu hal itu. “Kau mendekati dia walau tahu itu?”
Soo A tertawa dan menyebut anak
muda tidak tahu malu seperti Yi Seo sama sekali tidak imut. Dia mulai
mengingatkan kalau Sae Ro Yi tidak bisa berjualan karena Yi Seo, tapi Yi Seo
malah tampak tidak merasa bersalah sama sekali. Yi Seo mulai menggabungkan
ucapan aneh Soo A seolah mengenalnya tadi (saat di taman) dan ucapannya
sekarang. Ah, dia sadar.
Dia bertanya bagaimana Soo A
bisa tahu hal itu? Soo A masih berbohong kalau Sae Ro Yi bercerita padanya. Dia
tahu kalau Yi Seo ketahuan minum di sana dan karena itu Sae Ro Yi di hukum
tidak bisa berjualan selama 2 bulan. Sae Ro Yi masih harus tetap bayar uang
sewa meski kedainya tutup dua bulan. Apa Yi Seo tahu kerugiannya?
“Tunggu dulu. Dia dilarang
berjualan karena aku. Bagaimana kau tahu itu? Dari tadi sudah terasa aneh. Dia
tak pernah bicarakan ini denganmu, 'kan? Kenapa kau pikir dia dilarang
berjualan karena aku? Apa… Apa mungkin... kau yang lapor polisi?” tanya Yi Seo,
langsung dan antusias menunggu jawaban.
Muka Soo A memucat, terdiam. Yi
Seo langsung menyuruh Soo A untuk menjawab dan mengelak. Tidak mungkin seorang
teman melakukan hal seperti itu! Dia dengar kerugian yang di alami benar-benar
hebat bila dilarang berjualan. Woww! Ternyata benar! Yi Seo tertawa ngakak,
tidak menyangka tebakannya benar. Tapi… kenapa? Kenapa Soo A mengkhianati Sae
Ro Yi? Apa karena kedai Sae Ro Yi di seberang kedai Soo A (Jangga)?
“Karena itu kau mengkhianati teman yang menyukaimu sepuluh tahun lebih? Astaga. Kau sangat hebat. Orang macam apa kau ini? Kau ingin membuat batasan di sekitarnya. Kau tak rela orang lain memilikinya.”
“Pada akhirnya, kau tak punya
peluang sama sekali,” tegas Soo A.
“Kenapa?”
“Walau begitu, bila dia tahu
perbuatanmu, bukankah dia akan sedikit berubah? Tak usah khawatir. Seperti yang
kukatakan, aku hanya sedikit tertarik dengannya.”
Pas saat itu, Sae Ro Yi kembali
dengan minuman. Dia bisa merasakan suasana terasa tidak enak dan bertanya,
apakah mereka berdua bertengkar? Yi Seo menjawab mereka tidak bertengkar. Dan
memuji Soo A yang sangat hebat hingga dia tidak bisa melawannya. Soo A tahu
jelas itu sindiran untuknya.
“Sae Ro Yi. Orang yang
melaporkan kedaimu ke polisi tempo hari. Itu aku,” akui Soo A. “Kau masih suka
denganku walau begini?” tanyanya tanpa malu. Membuat Sae Ro Yi dan Yi Seo
terkejut.
“Masih. Kau pasti punya alasan
tersendiri,” jawab Sae Ro Yi jujur. “Aku tak akan tahu bila kau tak beri tahu
aku. Aku hanya… akan merasa sedikit sedih.”
Soo A gantian terdiam mendengar
jawaban itu. Dia tidak tahu harus bagaimana dan memilih untuk pergi dulu.
Setelah Soo A pergi, Sae Ro Yi
mengajak Yi Seo untuk pulang juga. Yi Seo tidak mau dan mengingatkan kalau dia
kan sudah bilang ingin mempromosikan kedai Sae Ro Yi. Dan karena hari ini dia
juga sudah cukup umur, jadi, ini saat yang tepat untuk minum bersama. Bagaimana?
--
Soo A berjalan pulang sendiri ke rumahnya. Dia mengingat masa lalu, saat Sae Ro Yi menggendongnya pulang (episode 02) dan bilang kalau dia merasa sangat bersyukur karena Soo A selalu bilang mengharapkan kebahagiaan-nya. Kalimat itu menguatkannya.
Dan sekarang, Sae Ro Yi masih
begitu. Kaki Soo A terasa lemas.
--
Yi Seo dan Sae Ro Yi pindah ke café lain yang menyediakan alkohol. Sae Ro Yi menyarankan Yi Seo untuk pulang dan beristirahat setelah mengalami kejadian tadi, tapi Yi Seo berkata tidak apa-apa. Yi Seo kemudian bertanya, apakah Sae Ro Yi tidak marah? Teman yang di sukai selama 10 tahun berkhianat.
“Hal itu tak bisa disebut
pengkhianatan. Walau dia tak beri tahu aku, kurasa aku tahu ada masalah apa. Itu
karena dia bekerja keras dalam pekerjaan dan juga hidupnya.”
“"Karena aku suka denganmu lebih dari sepuluh tahun, kau juga harus
menyukaiku." Ini bukan soal bisnis. Memberi dan menerima tak berlaku untuk
perasaan.”
Yi Seo sampai menggelengkan
kepala dan tidak ingin membahas hal itu lagi. Dia tidak mau dengar.
--
Seung Kwon ada di kedai dan
sedang olahraga angkat barbel. Hyun Yi yang melihat kelakuannya sampai heran.
Seung Kwon santai saja dan bertanya kenapa Hyun Yi datang? Hyun Yi menjawab
kalau dia harus membereskan bahan-bahan saat ada waktu.
“Sedang apa kau?” tanya Hyun Yi
balik.
“Aku bosan saat bersih-bersih.”
Eh, Seung Kwon terpikirkan hal
lain. Mumpung Hyun Yi ada di sini, dia mengajaknya untuk pergi sauna bersama.
Dia yang akan bayar, jadi Hyun Yi tolong gosok punggungnya. Dia juga akan gosok
balik (wkwkwk. Seung Kwon benar-benar mengira Hyun Yi adalah pria). Hyun Yi
jelas marah dan menolak pergi.
Seung Kwon masih belum sadar juga. Dia malah mengira alasan Hyun Yi menolak karena Hyun Yi tidak percaya diri. Dia sok menyemangati ‘ukuran’ bukan segalanya. Hyun Yi kesal dan meleparkan kain kotor ke wajah Seung Kwon dan langsung pergi.
--
Yi Seo mulai bertanya,
bagaimana cara Sae Ro Yi bisa membuka kedai? Sae Ro Yi menjawab kalau dia hanya
bekerja keras dan mengumpulkan uang.
“Tapi kau tak pernah kerja di sebuah
kedai?” tebak Yi Seo.
“Bagaimana kau tahu itu?”
“Masalah apa?”
“Coba jelaskan lebih detail,”
pinta Sae Ro Yi.
“Kau hanya membuat semuanya sampai
sekarang dengan semangat. Interior terlihat berantakan. Staf juga tampak tak
berpengalaman. Kedai yang tak ada dasar dan ciri khas. Apa menurutmu akan
berhasil?”
”Bagaimana kau tahu itu? Kau
bilang kau baru 20 tahun.”
“Aku menghasilkan uang dari
promosi di media sosial dan blog. Makan dan pergi ke restoran bagus terhitung
sebagai konten menarik. Bila aku membandingkan semua tempat, akan terlihat
kesamaan mereka,” jelas Yi Seo.
Sae Ro Yi kagum dan memuji Yi
Seo yang hebat. Dia sampai membelai kepala Yi Seo, membuat Yi Seo terperangah.
Yi Seo melihat gelas Sae Ro Yi yang sudah kosong. Dan Sae Ro Yi menjawab kalau
dia harus berhenti minum karena sudah mabuk. Dia kemudian, melihat gelas Yi Seo
yang kosong dan berujar kalau Yi Seo sepertinya kuat minum alkohol. Yi Seo
membenarkan karena rasa alkohol-nya terlihat manis.
“Berarti hari ini sangat
berkesan untukmu,” ujar Sae Ro Yi (sepertinya ucapan ayahnya dulu. Kalau terasa
manis, artinya hari ini terasa berkesan).
“DanBam? Kenapa?”
“Itu terdengar kampungan. Itu
tak cocok dengan Itaewon. Kenapa kau beri nama DanBam?”
“Hidupku dapat dikatakan pahit.
Hidupku sangat pahit. Aku tak bisa tidur nyenyak malam hari. Karena aku rindu, kesepian,
dan juga penuh amarah. Karena itu aku bisa bekerja seperti ini. Tidak ada
alasan lain. Hanya saja… aku ingin malam yang pahit itu dan hidupku bisa
sedikit lebih manis,” cerita Sae Ro Yi.
Lagi. Aku kembali merasa aneh.
Yi Seo merasa mengantuk dan
merasa sudah terlalu mabuk hingga bicara omong kosong. Dia beranjak tapi malah
jatuh pingsan di lantai.
Saat ini aku sama sekali tidak mabuk. Pria berambut
kastanye ini pingsan karena mabuk. Dia terlihat tampan. Aku dalam masalah. Malam
pria yang kesepian ini. Aku harap bisa lebih sedikit manis. Aku ingin membuat
hidup pria ini menjadi lebih manis. Perasaanku ini adalah hal terbodoh yang bisa
dilakukan manusia. Dan aku tak bisa menahan dorongan ini. Aku menyukainya.
Yi Seo memandang wajah Park Sae Ro Yi yang pingsan dengan lekat. Dia bahkan meletakkan kepala Sae Ro Yi di pangkuannya. Dia menyukai Park Sae Ro Yi. Dan… dia mencium bibirnya. Sae Ro Yi tidak tahu apapun karna sedang dalam keadaan pingsan.
--
Park Sae Ro Yi bangun dan kaget
karena ada di rumah sakit. Tapi, sepertinya dia tahu kalau Yi Seo menciumnya
dan mengira kalau itu adalah mimpi. Dia sampai memarahi dirinya sendiri karna
sudah mimpi yang berbahaya.
--
Yi Seo berbincang dengan
ibunya. Ibu sampai menegur Yi Seo yang terlalu banyak minum kemarin malam. Yi
Seo protes kalau umur 20 tahun adalah hal yang menyenangkan. Dia tidak bisa
bertemu pria baik karena belajar terus.
“Apa kau punya pacar?” tanya
Ibu, serius. “Jangan berpacaran. Orang yang kau pacari di umurmu sekarang tak
ada gunanya.”
“Aku selalu penasaran. Kenapa
Ibu menikah dengan Ayah?”
“Karena ibu mencintainya. Itulah
kenyataannya. Setidaknya saat itu.”
“Kenapa Ibu bercerai?”
“Perasaan setiap orang sangatlah
menipu. Ia dapat berubah seiring dengan perubahan situasi. Ibu melahirkanmu,
menjadi gendut, dan keriput ibu mulai muncul.”
“Jadi, ini semua karena aku?
Begitu?”
“Ibu ingin menjadi wanita yang
selalu dicintai alih-alih menjadi ibu seorang anak. Jadi, ibu bercerai. Semudah
itu.”
“Ibu berarti menyesal bertemu dengan
Ayah.”
“Tidak juga. Berpacaran dua
tahun, menikah tujuh tahun. Itu memang singkat, kurang dari sepuluh tahun. Tapi
ibu dan Ayah saling mencintai. Itu menyempurnakan masa muda ibu. Bila tidak ada
itu, hidup ibu sebagai wanita tak ada apa-apanya.”
“Jika aku menyukai orang yang
biasa saja, dan aku…”
“Jangan begitu,” peringati Ibu.
“Jangan merusak hidupmu hanya karena cinta. Kau terlalu hebat. Anakku yang
baik. Kau tak akan buat ibu sedih, 'kan?”
“Ibu benar-benar egois,” ujar
Yi Seo, kesal.
Ibu malah tersenyum
mendengarnya.
--
Hidup itu adalah pilihan yang berulang. Kau harus
membawa nilai diri yang tepat untuk mendapat sebuah hasil. Itu yang mereka
sebut pilihan tepat atau jawaban yang benar. Dua puluh tahun. Umur ambigu untuk
berbicara nilai hidup.
Yi Seo mengeluarkan sebuah koin. Dia mulai membuat taruhan dengan dirinya sendiri berdasarkan koin itu. Jika yang keluar adalah bagian kepala (gambar), dia akan melakukan apa yang ibunya mau. Dan jik ayang keluar bagian belakang (angka), maka ibunya akan menangis. Dan Yi Seo melempar koin itu.
Apa koin itu akan tunjukkan bagian depan atau bagian
belakangnya? Saat kulempar koin ini, sisi mana yang kuharapkan muncul?
Kuputuskan sisi belakang yang muncul.
Yi Seo berjalan pergi dari
jembatan setelah memutukan bagian apa dari koin yang di inginkannya. Dengan
kereta bawah tanah, Yi Seo pergi ke Itaewon.
Yi Seo pergi ke depan kedai
DanBam. Nafasnya terengah-engah. Dari dalam kedai, Park Sae Ro Yi berjalan
keluar. Dia kaget melihat Yi Seo.
Aku langsung sadar saat melihatnya.
Ini bahkan tak perlu kupikirkan lagi.
“Kenapa kau ke sini?”
Seperti kata Ibu, aku terlalu hebat. Cinta,
kesuksesan. Aku bisa dapatkan itu semua.
“Maksudku…,” ujar Yi Seo.
Sedihlah sebentar, Ibu.
Dia takkan menjadi seseorang yang biasa. Akan kubuat
dia menjadi pria yang hebat. Pasti kulakukan.
--==--==--==--==--==
Hellloo… ada yang menarik. Di
versi webtoon, adegan saat Yi Seo melempar koin dan koin terjatuh ke air, webtoonist
ada menggambarkan bagian mana yang sebenarnya di tunjukkan oleh koin tersebut. Yaitu,
bagian kepala (gambar)! Namun, webtoonist membuat Yi Seo mengambil keputusannya
sendiri, dengan menganggap bagian yang di tunjukkan oleh koin adalah ekor
(angka).
Tags:
Itaewon Class
Sehat terus ya thor. Semangat. Seneng baca sinopsis disini
ReplyDeleteSemangat menulis Thor... Mksh
ReplyDeleteSemangat menulis y thor... sinopsis lanjutnya ditunggu
ReplyDelete