Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 04-1
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN
KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI
“Waktu kasus kadarluwasa,” ujar Sae Ro Yi sembari mencengkeram pergelangan tangan Geun Won dengan keras. Membuat Geun Won ketakutan. “Keras kepala. Kenekatan. Aku tunjukkan semua nanti. Karena itu kau… tunggu saja,” peringati Sae Ro Yi.
Geun Won meringis kesakitan
karena pergelangannya di cengkeram begitu kuat. Dan setelah Sae Ro Yi
melepaskannya dan pergi, Geun Won baru menggerutu kesal dengan ucapan Sae Ro
Yi. Dia bahkan meludah.
Saat itu, Geun Won baru sadar
ada Yi Seo di sana. Dia tidak mempedulikannya dan beranjak pergi sambil
bergumam merasa di permalukan karena tadi sempat ketakutan.
Yi Seo diam. Matanya berkaca-kaca.
Dia baru tahu apa yang di alami Sae Ro Yi hingga begitu kuat menolak bantuan
dari Geun Won. Dan itu membuatnya semakin tertarik pada Sae Ro Yi.
--
Sae Ro Yi berdiri di tengah jembatan penyemberangan. Banyak hal yang di pikirkannya, termasuk tekadnya untuk membalas dendam.
--
Yi Seo dan Geun Soo di hukum
berlari keliling lapangan sekolah oleh pihak sekolah karena sudah mendapatkan
laporan polisi kalau mereka pergi ke kedai minum padahal masih di bawah umur.
Geun Soo masih merasa bersalah karena Sae Ro Yi terpaksa harus menutup kedai
selama 2 bulan karena mereka. Dan hukuman yang mereka terima hanyalah menulis
permintaan maaf dan lari berkeliling. Ini sama seperti yang Sae Ro Yi katakan
kalau mereka anak kecil tidak bisa bertanggung jawab. Sae Ro Yi bahkan tidak
marah sama sekali ketika tahu hukuman yang harus di terimanya.
Yi Seo hanya berkomentar kalau Sae Ro Yi pamer dan sok dewasa. Dia terus berlari dengan kencang. Geun Soo bingung melihatnya, mengira Yi Seo tidak mempunyai rasa bersalah.
--
Yi Seo dan Geun Soo melanjutkan hukuman dengan menulis surat permintaan maaf. Geun Soo melakukannya dengan sangat serius. Tapi, Yi Seo tidak menulis sama sekali. Dia memikirkan perkataan Geun Soo mengenai Sae Ro Yi yang tidak marah sama sekali pada mereka. Dan di surat permintaan maaf itu, Yi Seo melukis wajah Park Sae Ro Yi.
--
Seung Kwon terus menerus
mengantuk-antukan dahinya ke meja. Dia merasa sangat bersalah pada Sae Ro Yi.
Karena perbuatannya yang berpura-pura tidak tahu kalau Yi Seo anak di bawah
umur, kedai mereka jadi harus di tutup selama 2 bulan.
8 tahun yang lalu,
Choi
Seung Kwon masuk penjara dan satu sel bersama dengan Park Sae Ro Yi serta napi
lainnya. Berbeda dengan Sae Ro Yi, begitu masuk, Seung Kwon langsung berlutut
dan memberi hormat sembari memperkenalkan dirinya. Ketua sel, Hee Hoon (yang
tampak tertarik pada Sae Ro Yi), menyambut dengan ramah dan juga memberitahu
kalau Sae Ro Yi kalau Seung Kwon lebih muda 1 tahun dari Sae Ro Yi, jadi jaga
dia.
Sae Ro Yi duduk di sudut ruangan dan membaca buku biografi Presdir Jang dengan sangat serius. Dia membalas kalau tidak ada yang bisa di lakukannya untuk Seung Kwon. Hee Hoon sampai bergumam kalau Sae Ro Yi benar-benar tidak sopan.
Hari itu kali pertama aku bertemu dengannya.
Seung
Kwon menjadi pengikut Hee Hoon dan berlaku dengan sangat sopan padanya. Saat
mereka berada di lapangan, Seung Kwon semakin penasaran dengan Sae Ro Yi yang
masih tetap asyik membaca buku. Dia ingin tahu siapa Park Sae Ro Yi.
Hee Hoon memberitahu kalau Sae Ro Yi setahun lebih tua dari Seung Kwon. Jadi, dia harap mereka berdua bisa akur seperti saudara. Seung Kwon berujar kalau Sae Ro Yi tampak tidak sopan pada Hee Hoon. Hee Hoon tertawa dan berujar, walaupun Sae Ro Yi tidak sopan, Sae Ro Yi bukan dari sini. Jangan coba mengganggunya. Sae Ro Yi benar-benar gila.
Seung
Kwon semakin penasaran. Dia mendekati Sae Ro Yi dan menanyakan apa yang Sae Ro
Yi sedang baca. Sae Ro Yi tahu Seung Kwon basa-basi dan bertanya apa yang ingin
Seung Kwon katakan? Seung Kwon menjadi tidak ada, dia hanya mau tahu itu buku
apa karena Sae Ro Yi selalu membacanya.
“Untuk
apa? Bagi kita yang terlahir tak punya apa-apa, tak ada gunanya belajar keras,”
ujar Seung Kwon.
“Walau
terlahir tak punya apa-apa, aku ingin banyak hal.”
“Menurutmu
kau tak punya kesempatan karena mantan narapidana miskin dan bodoh? Kenapa kita
menyerah sebelum mencobanya sendiri? Tentu harus dicoba dahulu,” balas Sae Ro
Yi.
Seung
Kwon sedikit tersinggung mendengarnya, hingga berdiri dan menatap Sae Ro Yi
dengan sengit. “Perkataanmu menusuk. Apa perkataan itu untukku? Apa kau sedang
menceramahiku?”
“Tentu
tidak. Hanya saja jangan paksa aku memahami pendapatmu.”
Emosi
Seung Kwon terpancing. Dia menarik kerah baju Sae Ro Yi dan menegaskan kalau
hidup Sae Ro Yi sudah hancur sebagai mantan napi!
Seung Kwon marah mendengarnya dan meninju wajah Sae Ro Yi. Sae Ro Yi terjatuh ke tanah. Seung Kwon masih belum puas dan menendang tubuh Sae Ro Yi berulang kali. Dia mengejek kalau setelah keluar, Sae Ro Yi hanya akan menjadi kuli bangunan atau nelayan!
Petugas
polisi yang berjaga, segera meniup peluit dan menghentikan perkelahian! Mereka
menahan Seung Kwon. Sae Ro Yi kembali bangkit berdiri. Menyeka darah di sudut
bibirnya.
“Belajar?
Kuli bangunan? Nelayan? Aku bisa mulai dari itu. Aku akan lakukan yang kubisa. Kau
tak berhak menentukan nilai hidupku. Hidupku baru mulai! Dan aku akan
mewujudkan yang kumau!” teriak Sae Ro Yi, marah.
--
Seung
Kwon akhirnya bebas dari penjara.
Waktu berlalu.
Rutinitas yang berulang.
Hari-hari yang membosankan.
Seperti itulah… tujuh tahun berlalu.
Seung Kwon telah menjadi anak buah Hee Hoon. Dia heran karena tiba-tiba Hee Hoon mengajak semua anak buahnya pergi ke Itaewon. Hee Hoon memberitahu kalau pria yang di kenalnya, membuka kedai di sini, jadi mereka harus berpesta di tempatnya. Ah, Seung Kwon juga mengenalnya, kok!
Seung
Kwon sedikit kaget. Tidak tahu siapa orang yang Hee Hoon maksudkan.
Dan
terdengar suara Sae Ro Yi yang memanggil Hee Hoon. Hee Hoon benar-benar kagum
karna Sae Ro Yi berhasil membuka kedai. Entah berapa banyak uang yang Sae Ro Yi
habiskan untuk membuka toko di sini.
Seung
Kwon tampak sangat terkejut. Sae Ro Yi benar-benar berbeda darinya.
Semua… mendapat waktu yang sama.
Namun, waktuku dan dirinya... Keduanya…
sangatlah berbeda.
Sejak hari itu, Seung Kwon selalu datang ke kedai DanBam. Sae Ro Yi sampai heran, namun, dia tidak masalah dengan hal itu karena dia bisa menjual lebih banyak soju. Seung Kwon berujar Sae Ro Yi begitu sibuk padahal tidak ada tamu, jadi mari minum bersamanya saja.
“Bicara
apa kau?”
“Hyung itu
keren, bisa hidup melakukan yang kau mau. Aku ingin hidup benar sepertimu.”
“Aku
ingat kali pertama kita bertemu,” bahas Sae Ro Yi. Dulu, dia menyebut Seung
Kwon sebagai pencundang. “Apa kau masih pecundang?” tanya Sae Ro Yi.
Seung
Kwon diam.
End
Seung Kwon masih terus
mengantukan dahinya ke meja, menampar wajahnya dan memaki diri sendiri sebagai
orang bodoh. Dia benar-benar merasa bersalah.
--
Yi Seo menyalakan komputer dan
masuk ke dalam akun SNS-nya. Dia mencari nama Park-Sae-Ro-Yi tapi tidak ada
hasil. Dia mengetikan nama Dan-Bam tapi juga tidak ada hasil di internet. Yi
Seo teringat ucapan Geun Won di rumah sakit kalau Sae Ro Yi satu sekolah
dengannya dan di keluarkan sebelum lulus. Itu artinya, Sae Ro Yi sudah lulus
SMA sekitar 10 tahun.
Yi Seo mulai mencari berita-berita terkait Jang Geun Won. Dia berhasil menemukan berita dari 9 tahun yang lalu, dengan judul : “Putra Sulung Jangga di serang. Polisi menahan murid SMA atas percobaan pembunuhan.”
--
Geun Won berada di ruang kerja
ayahnya dan mereka bermain catur bersama. Geun Won membertahu ayahnya kalau
dir. Kang sering menemui pemegang saham. Presdir Jang tidak merasa khawatir
karena dia dan mendiang ayah dir. Kang sudah mengenal lebih dari 40 tahun dan
menurutnya Dir. Kang sama seperti ayahnya.
Geun Won tetap khawatir. Dia memanas-manasi agar ayah-nya tetap waspada terhadap dir. Kang. Bagaimanapun, Jangga terbangun karena Presdir Jang dan mendiang ayah dir. Kang. Jadi, mustahil dir. Kang tidak tergoda memiliki Jangga mengingat perusahaan ini bisa saja menjadi miliknya. Presdir Jang dengan tegas berkata tidak mau membicarakan masalah ini. Dia sudah memikirkan hal itu.
Geun Won akhirnya mengalihkan
topik. Dia membahas mengenai Geun Soo yang tempo hari tertangkap pergi ke kedai
minum, dan kedai itu adalah milik Park Sae Ro Yi. Presdir Jang tampak cukup
terkejut. Geun Won lanjut memberitahu kalau Park Sae Ro Yi mendapat hukuman
untuk menutup toko selama 2 bulan.
“Dia ingin membuat sebuah kedai
kecil. Dan kedai itu hasil kerja kerasnya selama tujuh tahun. Dia takkan punya
uang untuk bertahan. Dia pasti gagal, 'kan?” ujar Geun Won.
Sambil bicara, Geun Won juga fokus bermain catur baduk. Dan dia mengeluarkan langkah terakhir yang membuat ayahnya skakmat. Presdir Jang memuji Geun Won yang akhirnya tahu cara melangkah. Geun Won senang mendengarnya dan merendah kalau dia masih harus belajar lagi.
Presdir Jang jujur memberitahu
Geun Won kalau perasaan-nya tidak enak. Sae Ro Yi lagi-lagi menderita karena
keluarga mereka.
Geun Won tertawa dan berkata
kalau tidak semua orang bisa berbisnis. Dia kemudian pamit pada ayahnya.
Setelah Geun Won keluar,
Sekretaris Kim masuk. Presdir Jang masih melihat permainan baduk dimana Geun
Won mengalahkannya. Presdir Jang bergumam kalau dia tidak melihat
keseluruhannya. Kita tak bertahan dengan baik untuk melindungi pusat pion-nya.
Apa ini bisa di sebut permainan yang baik?
“Sekr. Kim, bagaimana kabar
Geun Soo?”
--
Geun Soo bekerja di sebuah
restoran BBQ sebagai pelayan. Di saat dia sibuk melayani pelanggan, tidak
sengaja dia mendengar obrolan bos-nya dengan juru masak. Bos merasa berat
karena upah pekerja sambilan akan naik tahun depan. Juru masak merasa keberatan
karena menurutnya Geun Soo bekerja dengan baik. Jika Geun Soo di pecat, mereka
juga harus membayar pesangon-nya.
Bos malah berkata tidak ada pesangon. Lagipula, siapa yang mau memperkerjakan murid SMA? Geun Soo malah harusnya berterimakasih karena mereka sudah memberi kesempatan untuknya bekerja. Dan karena itu, bos menyuruh juru masak untuk memarahi Geun Soo terus agar Geun Soo mau berhenti sendiri.
--
Geun Won sedang sangat
menggebu-gebu. Dia tidak tahan ingin melihat wajah masam Park Sae Ro Yi saat
kedainya itu tutup.
--
Berbeda dengan bayangan Geun
Won, Park Sae Ro Yi tampak baik-baik saja. Dia bahkan membawa Hyun Yi dan Seung
Kwon ke karaoke untuk menghibur mereka berdua. Dia sibuk menyanyi, tidak
menyadari kalau Hyun Yi dan Seung Kwon terganggu dengan nyanyian-nya.
Hyun Yi tahu kalau Seung Kwon masih merasa bersalah. Dia tidak marah, sebaliknya memberikan obat salep untuk Seung Kwon sembari menasehati untuk tidak begitu lagi lain kali. Seung Kwon mengiyakan.
--
Selesai karaoke, Sae Ro Yi
membawa kedua anak buahnya ke café. Seung Kwon terus saja mengucapkan ‘maaf.’
Sae Ro Yi dan Hyun Yi sampai bosan. Sae Ro Yi bilang kalau mereka tidak bisa
murung terus karena nasi sudah menjadi bubur. Dan jika Seung Kwon bilang ‘maaf’
lagi, dia akan memecatnya.
Seung Kwon langsung diam. Hyun Yi yang jadi bersemangat dan menyuruh Seung Kwon untuk meminta maaf sekali lagi. Seung Kwon mana mau, karna takut di pecat.
Sae Ro Yi menyemangati semuanya
dengan berkata untuk memanfaatkan waktu 2 bulan ini sebagai kesempatan utnuk
memperbaiki hal yang buruk. Semua mengiyakan.
--
Dua orang pemegang saham
menemui Dir. Kang, di ruangannya. Mereka membahas mengenai Presdir Jang yang
menampar Geun Won saat rapat. Mereka terkejut karena seburuk apapun Geun Won,
Presdir Jang tidak pernah sampai menamparnya seperti itu. Dir. Kang merasa
kalau itu mungkin karena ulah Geun Won belum lama ini dan membuat saham
perusahaan sempat turun. Presdir Jang sudah mencoba bersabar, tapi Geun Won
terus menyebut dirinya sebagai penerus Jangga ke semua orang, jadi Presdir
hanya mencoba menbuatnya sadar.
Setelah berbasa basi, kedua orang itu mulai membahas maksud mereka sebenarnya. Mengenai siapa penerus Presdir Jang selanjutnya, mengingat Presdir Jang sudah berumur. Dan mereka hendak mendukung dir. Kang. Mereka tidak bisa membiarkan Jangga jatuh ke tangan Geun Won yang bermasalah karna itu akan membuat Jangga hancur.
Berbeda dengan kebalikan
ekpetasi mereka, Dir. Kang tidak menyukai rencana itu.
“Selain keberanian kalian. "Tidak seperti dahulu lagi." Tanpa
dia, maksudku Presdir Jang. Apa Jangga dapat berjalan baik tanpanya?”
“Direktur Kang, mohon jangan
salah sangka.”
“Aku abaikan pembicaraan tadi. Aku
juga tidak menyukai Jang Geun-won. Tapi aku terlalu muda untuk dijadikan tameng
bagi para direksi.”
--
Yi Seo datang ke Itaewon. Dia lewat di depan kedai DanBam yang tutup dan tertempel pengumuman di pintu : Kedai ini tutup dua bulan.
Dia malah jadi sering datang ke
Itaewon.
Selamat
tahun baru,
Yi Seo bahkan pergi ke café
dengan langkah percaya diri bersama dua orang temannya sambil menunjukkan
KTP-nya. Kali ini, itu adalah KTP asli, bukan palsu lagi.
Dua puluh tahun. Aku diterima di semua universitas
yang kulamar. Aku yang menjadi 20 tahun di 1 Januari ini merasa bosan. Alasanku
bergaul dengan orang-orang bodoh ini? Anak Kepala Jaksa. Anak pemilik
perusahaan tekstil. Aku berhubungan dengan orang saat mereka memiliki yang
kumau.
Yi Seo menghabiskan waktu bersama kedua temannya itu tapi tampak jelas dia merasa bosan. Saat itu, seorang pria datang ke meja mereka dan mengajak Yi Seo dkk bergabung ke meja dia dan teman-temannya. Teman Yi Seo menyukai ajakan itu dan Yi Seo juga setuju saja untuk bergabung meja.
--
Geun Soo kembali ke gosiwon
dengan menghela nafas berat. Dia memeriksa ponselnya. Dia tadi ada mengirim
pesan pada Yi Seo, mengucapkan selamat karena Yi Seo akhirnya genap 20 tahun.
Apa ada masalah? Tapi, pesannya itu belum juga di baca Yi Seo.
Geun Soo tidak sadar kalau
Presdir Jang dan sek. Kim ada di sana memperhatikan-nya. Sek. Kim memberitahu
kalau Geun Soo tinggal di Gosiwon itu dengan sewa 300.000 won dan tempat-nya
sempit. Apa Presdir Jang ingin bertemu? Presdir Jang menyuruh Sek. Kim untuk
jalan pergi saja.
--
Yi Seo sangat bosan berada di tengah-tengah teman dan pria-pria itu. Bukan hanya bosan, tapi juga kesal. Dia menilai 3 pria yang ada di hadapannya : Pecundang yang haus cinta, si brengsek tanpa otak dan orang yang tidak punya pikiran.
Aku tak berpikir kencan buta itu jelek. Entah karena
kesepian, hasrat seksual, ataupun rasa bosan. Pria, wanita, dan insting. Ini
hanya untuk memuaskan hasrat yang ada. Bila kita memuaskan hasrat
masing-masing, ini akan jadi pertemuan yang baik. Namun, aku tak ingin apa pun
dari orang-orang ini. Aku bosan. Kenapa?
Sejak aku bertemu dengannya, aku tak tertarik dengan
apa pun.
--
Sae Ro Yi pergi menemui Soo A
di café Seuk Cheon. Seuk Cheon menyambut-nya dengan ramah. Dia juga membahas
mengenai kedai Sae Ro Yi yang harus tutup 2 bulan karena menjual alkohol ke
anak di bawah umur. Dia merasa ikut sedih karena hal itu terjadi saat akhir
tahun dan awal tahun dimana itu adalah saat-saat yang penting (pengunjung
paling ramai). Dia jadi kesal memikirkan ada orang yang melaporkan hal itu. Dan
untuk menghibur, dia akan memberikan minuman gratis pada Sae Ro Yi.
Sae Ro Yi tersenyum senang.
--
Teman-teman Yi Seo mulai mabuk dan tidak fokus, hanya Yi Seo yang masih tetap sadar. Pria 1 (yang mengundang mereka) mulai mencoba merayu Yi Seo dengan menawarkan membelikan es krim untuk menghilangkan mabuk. Pria 2 dan 3 setuju dan menyuruh mereka pergi, biar mereka yang menjaga kedua teman Yi Seo lainnya.
Yi Seo mencoba tetap sopan. Dia menolak dan beranjak pulang duluan. Pria 1 tidak menyerah dan tetap mengikutinya. Yi Seo sampai harus memperingati mereka kalau salah satu temannya adalah anak dari Kepala Jaksa Seoul, jadi jangan berbuat macam-macam.
Pria 1 semakin tertarik pada Yi
Seo.
--
Sae Ro Yi dan Soo A minum bersama. Soo A merasa senang dan berujar kalau hal ini mengingatkannya pada masa lalu. Dia mengingatkan kalau Sae Ro Yi selalu mencoba mendekatinya saat mereka sekolah dulu. Sae Ro Yi langsung meralat kalau sekarang pun masih begitu.
Soo A tertawa dan menyebut Sae
Ro Yi yang sudah mabuk. Sae Ro Yi mengatakan tidak dan hanya berkata dia asal
bicara. Soo A membahas kalau Soo A selalu saja bilang tidak-tidak. Dan kalau di
lihat-lihat, Sae Ro Yi lucu juga karena tidak pernah mengajaknya berpacaran. Apa
Sae Ro Yi hanya bermain-main?
“Tak mungkin aku main-main. Kita
berdua adalah orang yang mementingkan pekerjaan. Dan bila bisnisku berjalan
lancar, kau akan jadi pengangguran. Pasti seru jika aku mengajakmu
berpacaran…,” ujar Sae Ro Yi.
Senyum yang ada di wajah Soo A
menghilang. Sae Ro Yi jadi meralat kalau yang di katakan-nya hanyalah omong
kosong, jadi jangan terlalu serius.
“Aku tak pernah lihat kau omong
kosong,” balas Soo A. “Tak apa. Walau jadi pengangguran dan tak bisa berbuat
apa-apa, aku tetap mendukungmu.”
Sae Ro Yi tersenyum
mendengarnya. Entah apa yang di pikirkannya.
--
Pria 1 terus mengejar Yi Seo.
Dia menawarkan untuk mengantar Yi Seo pulang. Yi Seo dengan tenang berkata
kalau dia akan pulang dengan taksi. Pria 1 memberitahu kalau tidak ada taksi di
Itaewon, jadi dia akan menemani Yi Seo sampai bus pertama. Ayo mian lagi.
Yi Seo tetap tenang menolak.
Dia akan pulang lewat jalan besar dan bisa dapat taksi. Pria 1 jadi kesal
dengan penolakan Yi Seo dan bertanya alasan Yi Seo tiba-tiba pulang. Apa karena
tidak suka padanya?
“Ya,” benarkan Yi Seo.
“Kenapa? Kenapa kau tak suka
padaku?”
Pria 1 tidak terima. Dia marah
dan menyebut Yi Seo yang sudah gila. Kalau Yi Seo tidak menyukainya, kenapa
ikut minum tadi? Apa Yi Seo tahu berapa alkohol yang di minumnya tadi? Yi Seo
tertawa dan mengeluarkan uangnya, melemparnya pada pria itu.
Pria itu tidak terima. Dia
mengejar Yi Seo dan saat Yi Seo berbalik, dia menampar-nya dengan keras (gila!
Pria tak guna!!!). Yi Seo sampai terkejut. Pria itu tidak merasa bersalah malah
berkata kalau orang tidak sopan tentu harus di pukul. Dan juga, tidak akan ada
yang menolong.
Pria itu malah semakin kurang
ajar. Dia mencengkeram baju Yi Seo dengan kasar dan hendak memukulinya lagi. Yi
Seo tidak diam saja dan melakukan bantingan punggung. Kemudian menendangnya dan
menyebutnya pencundang.
Pria itu masih saja berlaku
gila. Dia lari mengejar Yi Seo. Jelas, Yi Seo langsung lari. Dia mencoba
menyelamatkan diri dengan lari ke toilet, tapi malah salah masuk ke toilet
pria.
Takdir! Di dalam toilet itu, lagi ada Park Sae Ro Yi yang sedang pipis. Wkwkwkw. Park Sae Ro Yi tentu terkejut karena ada cewek masuk ke toilet pria, dan orang itu adalah Yi Seo. Yi Seo malah menatapnya dengan mata berbinar senang karena berhasil menemukannya.
Pria 1 ikut masuk. Dia menarik
tangan Yi Seo, dan Yi Seo mengibaskannya dengan kasar. Dia tidak berani
macam-macam karena ada pria di kamar mandi itu. Pria itu berusaha menarik Yi
Seo dengannya. Park Sae Ro Yi juga sudah selesai, mencuci tangan dan hendak
keluar.
Tapi, dia tidak berani
mengatakan apapun karena masih merasa canggung (bersalah) pada Park Sae Ro Yi.
Pria 1 langsung mengatakan pada Park Sae Ro Yi, tidak ada apa-apa dan dia hanya
ingin bicara dengan pacarnya. Yi Seo langsung merespon, sejak kapan dia mencari
pacarnya? Pria itu malah berakting seolah Yi Seo mabuk dan bicara ngawur.
Park Sae Ro Yi masih belum
pergi dan terus menatapnya.
Pria itu langsung berkata kalau
ada sedikit masalah. Dan jika Park Sae Ro Yi tidak ada urusan lagi, silahkan
pergi.
“Aku maunya juga begitu, tapi
ini tak bisa kutinggalkan. Pipinya bengkak, dan dia melihatku seperti itu. Aku
kenal dengan dia,” ujar Sae Ro Yi.
“Katakan padaku. Apa ini sok
ikut campur bila aku terlibat sekarang?” tanya Sae Ro Yi pada Yi Seo, karena Yi
Seo dulu pernah bilang kalau dia tukang ikut campur. “Aku tak bisa lakukan apa
pun, bila kau tak bilang apa-apa.”
Park Sae Ro Yi akhirnya
mendekat dan mengandeng tangan Yi Seo, mengajaknya pergi bersamanya. Pria itu
langsung berusaha menghentikan. Park Sae Ro Yi langsung membantingnya. Dan
jelas, pria itu bukan tandingan Park Sae Ro Yi karena dia terkena pukulan-nya.
Karena pria itu tampak tidak
mau menyerah, Park Sae Ro Yi akhirnya lari bersama Yi Seo. Soo A ada di depan
pintu toilet, dan Park Sae Ro Yi mengajaknya untuk lari bersama. Soo A sampai
bingung ada apa, tapi Sae Ro Yi menyuruhnya untuk lari saja.
Mereka bertiga lari bersama. Dengan senyum. Dan ost yang sangat easy listening (I really like this scene. Don’t know why).
Tags:
Itaewon Class
Wow ini bagus banget,
ReplyDeleteSoo A ini masih misterius. Sebenarnya Diaberpihak pada siapa
ReplyDeleteLanjut kak
ReplyDeleteSaking realisasinya Soa dia jadi seperti orang jahat
ReplyDeleteSoo A itu hanya realistis saja, karena dari kecil dia tinggal di panti asuhan. Tidak bisa juga disebut jahat, hanya keadaannya yang memaksakan menjadi jahat.
ReplyDelete