Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 04 part 1
“Mungkin aku telah terpikat
padamu. Namun, jika kau adalah Sakura, perasaan ini harus ku bunuh. Jawablah.
Benarkah dirimu Hanaoka Nao? Ataukah… Sakura?”
Dialah cinta pertamaku. Jika ini memang
kenyataan, rasanya seperti mimpi jadi nyata. Bisa saja aku menangis bahagia,
jika kami orang yang normal.
Aku telah membulatkan tekad. Sekalipun itu
masuk neraka.
“Namaku Hanaoka Nao. Bukan
Sakura,” jawab Nao, berbohong. “Memangnya, aku sangat mirip dengannya?”
“Sakura itu pemalu dan sering
menyembunyikan perasaan. Dia tidak akan bisa menatap mataku dengan tatapan
selurus ini. Aku menyukai tatapanmu. Nao, aku percaya padamu,” nyatakan
Tsubaki.
Tsubaki hendak mencium Nao.
Tapi, Nao menghindar. Dan yang nggak terduga, Tsubaki menyuruhnya untuk
berpura-pura mau walaupun merasa enggan. Karna dia ingin menjadikan Nao
miliknya. Dia mendambakan Nao. Tsubaki pun mulai mencium Nao.
Mama, maafkanlah aku saat ini. Tampaknya,
memang ada yang aneh denganku.
Padahal yang menantiku hanyalah neraka
saja. Namun, aku tidak bisa melepaskan tangan ini.
Ada yang aneh denganku.
Malam itu, mereka melakukan
hubungan suami istri.
--
Esok harinya,
Nao terbangun dari tidurnya.
Dia merasa sedikit malu. Tapi, Tsubaki tidak demikian, dia malah tidak
menyangka bisa bangun sesiang ini. Sudah lama sejak dia bisa tidur lama.
Tsubaki juga berujar, walaupun dia tidak tahu harus bagaimana dengan hubungan
mereka, tapi dia akan menjaga Nao baik-baik sebagai miliknya.
Walau kutahu dia berbohong,
Dan walau kami pasutri palsu
Asli sumpah!! Serem abis.
Kenapa? karna kamera secara mendadak menyoroti Kyoko yang ada di depan pintu
dan mengintip melalui celah pintu. Dari celah itu, dia bisa melihat Nao dan
Tsubaki yang sedang tiduran.
--
Tsubaki akhirnya memberikan
seragam resmi Kogetsu-an pada Nao. Itu karna Nao akan menjadi bagian dari
keluarga Takatsuki.
Nao mengenakan seragam tersebut
dan tampak sedikit senang bisa mengenakan seragam yang sama yang pernah Ibunya
kenakan dulu. Dan lagi-lagi, Kyoko mendadak muncul di belakangnya. Dia
memerintahkan Nao untuk menyajikan 4 cangkir teh pada pukul 10 pagi karna
mereka kedatangan tamu penting.
Dengan sigap, Nao mengiyakan.
Padahal, di dalam hatinya, Nao merasa heran Kyoko memintanya menemui tamu.
Diam-diam, Jojima memperhatikan
semua itu. Dia menyunggingkan senyum licik.
==Watashitachi wa Douka
Shiteiru==
Sesuai janji, jam 10 pagi, Nao
pergi ke ruang tamu VIP dan menyajikan teh. Di ruangan itu ada tiga orang tamu
wanita dan Kyoko. Baru membuka pintu saja, sudah terasa hawa yang mencenkam.
Nao menyadari kalau Kyoko ingin mengujinya.
Dengan sopan, Nao membungkuk
memberi salam. Walau tampak tenang, sebenarnya, Nao merasa gugup. Dia terus
bicara di dalam hati untuk tenang karna dia tahu cara menyajikan teh.
Yes! Nao bisa menyajikan teh
dengan sempurna. Dia merasa bangga dengan dirinya sendiri. Karna teh sudah di
sajikan, Nao pamit undur diri. Kyoko menghentikannya dan menyuruhnya duduk di
pojokkan, karna mana tahu masih ada yang mereka perlukan.
Nao menuruti perintahnya. Dia
duduk di pojok dan mendengarkan obrolan Kyoko dengan para tamu. Para tamu
membicarakan kimono yang Kyoko kenakan indah dan mau tahu beli dimana. Saat
mereka berbincang, Nao memperhatikan kalau salah seorang tamu, menenggak habis
teh-nya.
“Anu…,” panggil Nao,
menghentikan pembicaraan. “Anu… apakah saya harus menyajikan secangkir teh
lagi?” tanyanya.
Pertanyaannya mendapatkan
tatapan tajam dari Kyoko dan para tamu. Para tamu juga berseru kalau Nao sangat
tidak sopan. Kyoko langsung berlutut dan memohon maaf pada mereka atas
kesalahan Nao.
Nao beneran nggak mengerti
dimana letak kesalahannya. Karna itu, ketika keluar dari ruangan, dia
menanyakan kesalahan apa yang sudah di lakukannya?
“Kamu memang tidak tahu ya?
Menawarkan sajian teh lagi, sama saja dengan meminta mereka untuk segera pergi!
Aku tidak menyangka kalau Ibumu tidak mengajarimu hal seperti ini.”
“Maafkan aku,” ujar Nao,
membungku 90 derajat. “Namun, Ibu tidak ada kaitannya dengan…”
“Satu kata yang bodoh dan tidak
bertanggung jawab, bisa menghancurkan sesuatu yang telah di jaga!” marahnya dan
mencengkeram mulut Nao dengan kasar. “Begitulah dunia di tempat ini! Kau tak
berhak menggunakan ini (seragam Kogetsu-an). Lepaskan!!”
Tanpa perasaan, Kyoko melepas
seragam Kogetsu-an dari tubuh Nao. Dia juga menghina cara Nao di besarkan
dengan buruk hingga tidak mengerti apapun. Kyoko sangat mengintimidasi Nao.
Nao menjadi ketakutan. Apalagi,
melihat warna lipstick Kyoko yang begitu merah. Kyoko melempar seragam Nao ke
lantai dan memerintahkannya untuk lenyap dari Kogetsu-an dan juga hadapan
Tsubaki!
Dunia kami terlalu berbeda. Tak peduli
seberapa besar hasratku membuat manisan, tak ada gunanya. Mereka tetap akan
menyangkalku.
--
Nao dalam suasana hati yang
buruk. Dan saat itu, Jojima muncul dan memintanya menemaninya ke suatu tempat.
--
Jojima membawa Nao ke toko kue
manisan. Nao beneran suka tempat itu. Dia mencoba manisan di sana dan memuji
rasanya yang enak. Suasana hatinya yang buruk berubah menjadi baik.
Jojima tiba-tiba membahas kalau
Nao menjadi Nyonya Kogetsu-an, Nao tidak akan bisa lagi membuat manisan
walaupun menyukainya. Nao tidak merespon perkataan itu dan bali bertanya,
apakah Jojima akan mewarisi toko keluarganya?
“Ternyata kau ingat ya
(perkataannya dulu). Walau tempatnya kecil di Noto, tetapi rasanya terbaik di
Ishikawa. Enggak, di seluruh dunia! Keahlian kami di warabi-mochi dan bentuknya
goyang rasanya bikin meleleh.”
“Goyang dan meleleh? Aku mau
makan!”
“Kalau begitu, mau datang? Ke
kamarku?”
“Eh?”
“Aku baru saja dapat kiriman
dari kampung.”
Nao sedikit ragu. Tapi, Jojima
terus memaksa dan bahkan memberitahu letak kamarnya. Letak kamar yang di
ceritakan Jojima adalah bekas kamar yang dulu Nao tempati dengan ibunya. Karna
itu, Nao mau ke kamarnya. Jojima memasang ekspresi licik dan menyuruh Nao ke
kamarnya malam ini.
--
Malam hari,
Tsubaki mengantarkan obat
kakek. Tampaknya, penyakit kakek semakin parah karna dia terus menerus batuk.
Tsubaki merasa khawatir dan menanyakan keadaannya. Tapi, Sojyuro malah menampik
tangannya dengan kasar dan malah berkata belum mengakui Tsubaki sebagai
penerusnya.
“Kamu… kamu harus cepat
mencarinya,” perintah Kakek.
Entah siapa yang ingin di cari,
tapi Tsubaki tampak tidak menyukainya karna dia mengepalkan tangannya dengan
kuat.
--
Nao pergi ke kamar Jojima
sesuai yang di janjikan. Begitu masuk ke kamar Jojima, semua kenangan yang di
habiskannya bersama Ibunya di kamar itu, muncul di kepala Nao.
--
Tsubaki kembali ke kamar, tapi
Nao tidak ada. Kyoko tiba-tiba muncul di belakangnya dan tersenyum licik.
--
Nao melihat sekeliling kamar
Jojima. Dia berdiri di dekat jendela yang terbuka. Tanpa ragu, Nao menawarkan
diri untuk menutup jendelanya. Karna itu jendela tua, Nao mengangkat sedikit
ujung jendela.
“Jendela itu memang harus
diangkat dulu kalau mau di tutup. Kok kau bisa tahu?” tanya Jojima.
“Karna sama seperti di
kamarku,” jawab Nao dengan cepat. Takut ketahuan.
Dan untunglah, Jojima tidak
khawatir. Nao kemudian mengalihkan topik dengan membahas bunga yang tumbuh di
taman belakang. Bunga berwarna putih, Kacapiring. Jojima terpancing dan
membahas mengenai bunga itu. Dalam bahasa Jepang, bunga itu di sebut ‘tanpa
mulut’ karna buahnya tak pecah walau sudah matang. Ini adalah bunga kesukaaan
ibunya.
“Kau tahu banyak ya,” kagum
Nao.
“Ini bunga kesukaan Ibuku.
Setiap musim berganti, dia meminta ayah untuk membuat variasi manisan
berdasarkan ini.”
“Oh begitu.”
“Impianku juga toko yang
seperti itu. Sesama suami istri saling membahas manisan, saling berhubungan
dengan pelanggan, dan membuat mereka tersenyum. Walau mungkin kecil, tapi akan
menjadi toko yang kehangatannya takkan kalah!”
“Kurasa impian itu sangatlah
bagus,” puji Nao. “Aku ingin melihatnya terwujud.”
Jojima mulai mengeluarkan jurus
rayuannya. Dia berusaha menggoyahkan hati Nao.
Di saat yang sama, Tsubaki
sedang dalam perjalanan ke kamar Jojima. Kyoko yang memberitahunya kalau Nao
ada di sana. Tujuannya? Untuk membuat Tsubaki marah dan mengusir Nao.
Jojima terus berusaha membuat
Nao meninggalkan Tsubaki. Dia juga menyebarkan keraguan dengan berkata pernah
ada kabar saat Tsubaki putus, yang Tsubaki katakan adalah : “Apa nilai yang akan dirimu bawa di toko
ini?” Dia memberitahu kalau Nao tidak akan bahagia bersama dengan Tsubaki.
Apa dirinya kurang pantas? Perlahan, Jojima mendekatkan wajahnya.
Brak!
Pintu kamar Jojima
terbuka. Tsubaki datang!
“Jika kau bisa seluang itu
menggoda kepunyaan orang lain, mengapa tidak berlatih mengisi roti?” tegur
Tsubaki.
Jojima tidak merasa takut sama
sekali. Dia malah memeluk Nao dari belakang dan mengungkapkan kalau dia
menyukai Nao. Ucapannya menyulut emosi Tsubaki. Tsubaki menarik Jojima dan
menyudutkannya ke dinding. Melihat hal itu, Nao jadi khawatir dan berteriak
menghentikan Tsubaki.
Dengan emosi, Tsubaki menarik
tangan Nao keluar dari kamar Jojima.
“Apanya yang bagus dengan
wanita sebiasa itu?!” gumam Jojima, jengkel.
Setelah diluar, Tsubaki
menanyakan alasan Nao ke kamar Jojima. Nao malah bertanya balik, kenapa Tsubaki
bersikap demikian pada Jojima tadi? Tsubaki menjawab kalau dia merasa kesal.
Dia menyuruh Nao untuk menjauhi Jojima.
--
Esok hari,
Nao tiba di dapur lebih pagi
dan sudah ada Jojima di sana. Walau sudah di peringati Tsubaki kemarin malam,
Nao tetap saja bersikap seperti biasa pada Jojima. Sayangnya, Jojima tidak
bersikap biasa padanya. Dia menyuruh Nao untuk tidak bicara dengannya atau
nanti akan kena marah sama Tsubaki. Jojima juga memberitahu kalau akhir bulan
depan dia akan berhenti.
--
Dengan emosi, Nao pergi menemui
Tsubaki dan memarahinya karna memecat Jojima. Dia meminta Tsubaki tidak
melakukan hal itu. Tsubaki gantian bingung karna dia tidak melakukannya.
“Kamu memintanya berhenti!
Kumohon. Dia punya impian untuk meneruskan toko orang tuanya!”
Nao memohon seperti itu bukan
karna menyukai Jojima, tapi karna merasa empati. Dia teringat saat dulu di
paksa berhenti oleh toko tempatnya berkerja karna email yang menyebutnya anak
pembunuh. Masalahnya, Tsubaki tidak tahu hal itu dan mengira Nao ada di pihak
Jojima.
“Dia tak berbakat! Kogetsu-an
bukan tempat mewujudkan mimpi! Kita tidak membutuhkan orang yang tidak pantas,”
tegas Tsubaki.
Pertengkaran mereka di dengar
oleh pak Yamaguchi.
Nao kecewa dengan ucapan
Tsubaki. Dia melepaskan seragam Kogetsu-an nya dan memberikannya pada Tsubaki.
Dia tidak mau mengenakannya. Setelah mengatakan itu, Nao masuk ke dalam kamar
dan menutup rapat pintunya.
--
Seperti biasa, Jojima menemui
Kyoko untuk meminta upahnya karna berhasil membuat Tsubaki dan Nao bertengkar.
Kyoko juga memuji pekerjaannya.
“Biar ku ingati lagi. Tujuanku
untuk menghancurkan putramu,” ujar Jojima.
“Dia tak bisa di hancurkan
semudah itu. Namun, lakukanlah sesukamu. Akan tetapi, pastikan pernikahan
mereka batal. Pastinya.”
“Demi hal itu, kau tak
keberatan kalau putramu terlukan, ya. Dasar tidak punya hati.”
Kyoko tiba-tiba berujar kalau
dia mencium aroma samar kacang merah yang sedang di masak. Ucapannya di balas
Jojima kalau dia sangat membenci aroma itu (padahal, dulu dia bilang pada Nao
kalau dia paling menyukai aroma kacang merah dimasak).
--
Pak Yamaguchi menemui Jojima
dan membahas pertengkaran Nao dn Tsubaki yang di sebabkan olehnya. Dia
menanyakan tujuan Jojima bilang pada Nao kalau impiannya adalah meneruskan
bisnis orang tua, padahal toko keluarga Jojima sudah tutup tahun lalu!
“Itu salah, pak Yamaguchi.
Bukan tutup, tapi di paksa tutup olehnya!” ujar Jojima, penuh kebencian.
“Shimaya adalah toko kecil yang di jalankan oleh orang tuaku. Jadi, enggak
mungkin bisa berpartisipasi dalam acara besar atau pekan olahraga. Itulah kenapa
aku sangat membenci manisan. Namun, melihat ayahku yang tidak minum sake atau
merokok, dan hanya memasak kacang merah dan buat warabi-mochi, saat melihat
punggung itu, buatku ingin melindungi tokonya. Itulah pikirku.”
“Jojima, jika kau butuh bantuan…”
Yamaguchi belum selesai bicara,
tapi saat itu ada telepon masuk ke ponsel Jojima. Dan setelah melihat siapa
yang menelpon, Jojima langsung pamit keluar sebentar.
Sambil memakai sepatu, Jojima
bicara kepada si penelpon kalau dia akan membayar segera. Pas pula, Nao lewat
dan mendengar ucapannya itu.
--
Takigawa berkunjung ke
Kogetsu-an bersama seorang wanita. Yang menyambutnya adalah Tsubaki. Takigawa
sempat menanyakan mengenai Nao dan Tsubaki bilang kalau sedang sibuk. Takigawa
malah menunjukkan rasa kecewa karna dia ingin menyapa Nao.
“Ku dengar, hari ini Anda akan
membahas pekerjaan?” bahas Tsubaki.
“Benar. Akan ku perkenalkan,
dia adalah Matsubara dari Pasar Swalayan Otowa,” ujar Takigawa sembari
memperkenalkan wanita di sisi kirinya.
Matsubara segera menyebutkan
namanya dan memberikan kartu namanya. Jadi, Pasar Swalayan Otowa berencana
untuk menggelar Pekan Tanabata Manisan Jepang dan mereka ingin Kogetsu-an ikut
berpartisipasi. Dan mereka meminta Takigawa sebagai perantara yang
mempertemukan mereka dengan Kogetsu-an.
Jadi, di acaranya nanti, setiap
pengunjung akan memilih manisan kesukaan mereka dari stan yang ada. Dan
pemenang dengan penjualan terbanyak akan di pasarkan secara international. Dan
mereka mendengar Kogetsu-an juga pernah ikut acara serupa dua tahun yang lalu
di pasar Yotsukoshi. Tsubaki saat itu menjadi pemenangnya.
“Saya menjadi penggemar berat
pak Tsubaki kalau memakan manisan Anda,” beritahu Matsubara sambil menunjukkan
artikel wawancara Tsubaki.
Judul artikel itu adalah :
Penerus menjanjikan dari Kogetsu-an, Pangerannya Manisan.
Tsubaki dengan rendah hati
berujar kalau judul artikel itu terlalu berlebihan.
“Aku ingat bahwa manisan
hasami-giku mu hebat. Sebenarnya, waktu itu aku mempromosikan toko lain. Toko
kecil di Noto. Kalau tidak salah, namanya Shimaya,” ujar Kitagawa.
Raut wajah Tsubaki langsung
berubah. Itu adalah nama toko keluarga Jojima.
--
Nao mengikuti Jojima diam-diam.
Dia melihat Jojima menemui seorang pria berjas hitam sambil menyerahkan amplop
berisi uang. Jojima bilang pada pria itu kalau dia hanya punya uang segitu saat
ini. Pria itu tidak menyukai gaya sok Jojima dan memiting tangan Jojima. Dia
memperingati Jojima untuk tidak melupakan hutangnya, atau dia akan menagihnya
pada Ibu Jojima.
💞💞💞💞💞💞lanjut semangat🔛🔥 💞💞💞💞💞
ReplyDeleteSerem liat mama Tsubaki, melotot mulu 😱😱😱
ReplyDelete