Sinopsis Dorama : Cursed
in Love Episode 04 part 2
Tsubaki ingat waktu itu, saat
melihat Nao sedang berbincang dengan Jojima, Jojima memberitahu kalau nama toko
keluarganya adalah Shimaya dan terletak di Noto.
Takigawa lanjut bercerita kalau
beberapa hari yang lalu, pihak Shimaya menelponnya dan menanyainya apakah bisa
membeli tanah toko itu. Dia mendengar kabar kalau toko Shimaya sudah tutup.
--
Nao tidak tahan melihat Jojima
yang tangannya di piting sama si rentenir. Jadi, dia keluar dari persembunyiannya
dan mendorong rentenir itu. Rentenir itu semakin marah karna dia datang hanya
untuk menagih hutang toko Jojima. Tapi, karna dia juga malas cari ribut lebih
lanjut, jadi dia pergi saja dengan uang bunga yang sudah Jojima bayarkan.
Setelah rentenir itu pergi, Nao
ingin penjelasan Jojima mengenai maksud utang toko yang di bicarakan rentenir
tersebut. Jojima gugup dan akhirnya malah berbohong kalau ayahnya sedang sakit,
jadi mereka tidak bisa membuka toko dan dia meminjam uang untuk biaya
perawatan. Padahal, sebenarnya, ayah Jojima sudah meninggal.
Nao yang merasa kasihan,
menyarankan Jojima untuk pulang saja dan membuka kembali toko menggantikan
ayahnya. Tapi, Jojima menolak saran itu karna tidak membawa warabi-mochi, tidak
akan ada pengunjung yang datang. Dan yang bisa membuat warabi-mochi hanyalah
ayahnya.
“Oh ya, maafkan aku karna
bohong punya warabi-mochi di kamarku. Aku hanya mencari alasan untuk bisa
mengundangmu,” bahas Jojima, mengalihkan topik.
Tapi, Nao tidak bodoh. Dia bisa
menyadari kalau Jojima menyembunyikan sesuatu darinya.
--
Sampai malam, Nao masih
memikirkan Jojima, mengenai masalah yang di sembunyikannya. Walau Nao bisa
merasakan kalau Jojima berbohong, namun, dia juga bisa merasakan saat Jojima
menceritakan mengenai impiannya, itu adalah perasaan sejatinya.
“Karena
mimpiku sudah tak mungkin terwujudkan, makanya aku ingin dia tak menyerah.”
--
Esok harinya,
Pagi-pagi, Jojima sudah pergi
ke dapur. Dari depan pintu dapur, dia mendengar suara seseorang sedang mengaduk
dengan keras. Suara itu mirip seperti suara yang ayahnya buat saat sedang
membuat warabi-mochi.
Saat dia membuka pintu dapur,
Nao lah yang berada di sana. Dia sedang membuat warabi-mochi. Dan saat Jojima
datang, Nao menyambutnya dengan riang sembari memintanya untuk mencoba
warabi-mochi buatannya. Dia ingin Jojima membandingkan warabi-mochi buatannya
dengan warabi-mochi buatan ayah Jojima.
Jojima masih sedikit bingung
dengan sikap Nao. Walau begitu, dia tetap mencobanya. Dia menggelengkan kepala
dan memberitahu kalau rasa warabi-mochi punya Nao dengan ayahnya sangat
berbeda. Warabi-mochi buatan ayahnya mempunyai rasa yang sangat lembut dan kuat
luar dalam. Serta, ketika warabi-mochi itu di angkat, rasanya seperti mau
jatuh/goyah, tapi tidak hancur.
Nao mendengarkan baik-baik
penjelasan Jojima. Warabi-mochi buatan Nao sekarang ini, memang sangat keras
dan kaku. Tapi, punya ayah Jojima, lembut dan kuat. Karna itu, Nao ingin
membuat ulang warabi-mochi dengan menambahkan takaran airnya.
Ah, wajah Jojima menjadi sumringah.
Sepertinya, dia menduga kalau Nao mulai menyukainya. Dia pun menawarkan diri
untuk membantu.
Hal itu, terlihat oleh Tsubaki
yang lewat. Melihat kedekatan mereka, Tsubaki tampak cemburu dan memilih pergi.
Nao dengan sopan menolak
bantuan Jojima yang hendak memegangkan mangkok sementara dia membuat adonan.
Dia bilang pada Jojima kalau dia bisa membuatnya sendiri.
“Segeralah terpikat padaku,”
gumam Jojima sambil berjalan keluar ruangana. Dan gumamamnnya itu tidak
terdengar oleh Nao.
--
Tsubaki berada seorang diri di
ruangannya. Dia sedang mendesain kue manisan yang akan di buatnya di Pekan
Tanabata Manisan Jepang nanti. Tapi, dia sama sekali tidak bisa fokus.
--
Tsubaki sepertinya meminta
tolong Takigawa mencari informasi mengenai Shimaya. Karna, Takigawa menunjukkan
foto kedai Shimaya beserta foto keluarga Jojima. Dia membenarkan kalau kedai
Shimaya adalah milik keluarga Jojima Yusuke. Dan juga, ibu Jojima sekarang
sedang di RS.
--
RS Hakuishi,
Tsubaki pergi ke rumah sakit
untuk menemui Jojima Akiko, ibu Jojima Yusuke. Ketika dia muncul, Akiko
langsung panik dan bersikap sangat sopan pada Tsubaki. Dia sangat takut kalau
Tsubaki datang karna Jojima membuat onar di Kogetsu-an.
“Aku sudah memintanya melupakan
toko kami! Walau sedendam apapun, ayahnya takkan kembali!” ujar Akiko, panik.
Padahal, Tsubaki belum mengatakan apapun.
“Dendam?”
“Shimaya… selalu dioperasikan
dengan margin tipis. Saat kami sedang terus menerus membayar utang, kami
menerima pesanan besar,” jelas Akiko, mulai bercerita.
Flashback
Kedai
Shimaya mendapatkan undangan untuk mengikuti acara dari Pasar Swalayan
Yotsukoshi. Dan jika penjualan mereka menjadi yang paling laris di acara itu,
produk warabi-mochi mereka akan di jual setahun penuh di swalayan tersebut.
Tentu
saja, semua keluarga Jojima sangat bersemangat untuk mengikuti acara tersebut.
Ayah juga mengajak Jojima untuk ikut membantunya.
Demi
mengikuti acara ini, mereka mempertaruhkan sepenuhnya.
--
Tapi,
pada hari acara, warabi-mochi yang sudah mereka siapkan dan susun di stan, tiba-tiba
mennjadi porak-poranda. Seseorang menjatuhkan semua warabi-mochi yang ada di
stan, saat tidak ada yang menjaga.
Ayah
sangat marah karna semuanya hancur. Akiko juga kebingungan karna dia hanya
pergi sebentar tadi, tapi ketika kembali semua sudah seperti ini.
“Kenapa
tidak di susun dengan baik?!” teriak Ayah pada Jojima, mengira semuanya jatuh
karna tidak di susun secara benar.
“Sudah
ku susun!” balas Jojima, berteriak. “Mana mungkin jatuh sendiri.”
--
Semua
makin parah saat ternyata Kogetsu-an ikut menghadiri acara tersebut. Kue
manisan Kogetsu-an, hasami-giku, yang berbentuk bunga warna pink, sangat
menarik perhatian para pelanggan wanita.
Sementara
punya Kogetsu-an sangat ramai hingga orang rela mengantri, punya Shimaya sangat
sepi. Tidak ada satupun pelanggan. Wajah ayah menjadi semakin muram karena
tidak ada pelanggan dan kota warabi-mochi mereka hancur, hingga mereka hanya
bisa menghindangkan dengan seadanya.
--
Walau
begitu, Jojima tidak menyerah. Dia bersama ibunya, berusaha menjajakan warabi-mochi
kepada para petinggi swalayan. Mereka memohon agar mereka mau mencoba
warabi-mochi buatan mereka.
Tapi,
di saat itu, mereka malah berpas-pasan dengan Tsubaki yang baru keluar dari
ruangan.
“Heboh
sekali! Persembahan yang terbaik di saat di berikan kesempatan. Kalau tidak
bisa melakukan itu, takkan mungkin jadi nomor satu,” ujar Tsubaki, kejam.
Jojima
semakin marah. Kemarahannya memuncak saat dia mendapati ada handuk dengan logo
Kogetsu-an di sela-sela rak stan mereka. Jojima yakin kalau Kogetsu-an telah
menyabotase dagangan mereka.
Dari
sana, dendam Jojima pada Kogetsu-an, terutama Tsubaki muncul.
End
“Kami tak bisa melunasi hutang,
dan suamiku pun lelah secara fisik dan psikologis, pada suatu pagi, dia jatuh
lalu… Dia… ku rasa batinnya sudah hancur sejak saat itu.”
Flashback
Jojima
melihat foto mendiang ayahnya. Tangannya mengepal kuat. Wajahnya, penuh dengan
kebencian.
Dan
Akiko, menyadari hal tersebut.
End
“Kumohon, tolong keluarkan dia
dari toko sebelum ada yang terjadi. Aku ingin dia membuat manisan dengan tulus!
Tolonglah!” mohon Akiko.
Permohonan tulus Akiko, membuat
sisi diri Tsubaki merasa tersentuh. Dia baru tahu kalau ada ibu yang rela
berbuat sejauh ini demi anaknya.
Saat itu, Jojima datang dan
melihat ibunya sedang memohon pada Tsubaki. Dia tentu merasa marah dan
menanyakan tujuan Tsubaki datang, tapi Tsubaki tidak menjelaskan apapun dan
hanya pamit pergi sama Akiko.
--
Walau sudah malam, Nao masih
saja berkutat dengan warabi-mochi. Dia terus mengingat kalau warabi-mochi ala
Shimaya tetap lembut walau di dingikan. Dia yakin kalau warabi-mochi Shimaya di
buat menggunakan tepung warabi murni dan tepung teratai. Dia juga menambahkan
air sebisa mungkin dan menguleninya sambil di panaskan. Dia membuatnya dengan
gerakan memutar.
Begitu selesai, Nao
menyuguhkannya pada Jojima, keesokan harinya. Hasilnya sudah lebih lembut dari
buatannya yang pertama, tapi masih kurang.
Nao menyimpulkan kalau dia
mungkin memasaknya terlalu ramah. Jojima sudah menyuruh Nao untuk menyerah
saja, tapi Nao tidak mau. Dia tetap ingin melakukannya. Di dalam hatinya, Nao
menyadari kalau di amelakukan ini mungkin karna ego-nya, akan tetapi, dia tetap
ingin impian Jojima menjadi nyata.
Sampai sore, Nao masih terus membuat
warabi-mochi. Begitu selesai, dia kembali meminta Jojima untuk menilainya.
Jojima sudah tampak capek, tapi ternyata warabi-mochi yang ini, sudah mendekati
buatan ayahnya. Jojima tampak terkejut karna dia sudah sering mencoba
membuatnya, tapi tidak pernah berhasil.
“Kuncinya adalah mengendalikan
panas. Ini karna ingatan akuratmu!” ujar Nao. “Ketika warabi-mochi ini selesai,
dan ayahmu sehat, kau bisa membuat tokomu lagi, dan impianmu—“
“Bisakah kau berhenti?” potong
Jojima dan mulai menunjukkan emosinya. “Mana mungkin bisa ku wujudkan impian itu!
Toko kecil penuh kehangatan? Itu hanya impianmu, ‘kan? Jangan paksakan padaku!”
Usai meluapkan emosinya, Jojima
pergi dari dapur. Walau sudah di bentak oleh Jojima, Nao tidak marah sama
sekali. Karna dia tahu, bahwa itu memang impian Jojima.
--
Jojima datang mengantarkan baju
ibunya. Saat itu, Akiko juga sedang membaca surat. Isi surat itu adalah surat
lunas. Uang yang mereka pinjam, semuanya sudah di bayar lunas.
Jojima tidak percaya dan
melihat sendiri surat itu. Dan satu-satunya orang yang Jojima pikirkan adalah…
--
Tsubaki! Dia segera kembali ke
Kogetsu-an dan mencari Tsubaki di ruang teh. Dengan marah, dia menunjukkan
surat lunas itu dan menuntut penjelasannya. Dia tidak mau menerima kebaikan
Tsubaki.
“Aku juga tidak berniat
melakukannya cuma-Cuma. Itu bayaranmu. Kita akan menjual warabi-mochi pada
Pekan Pasar Swalayan Otowa. Itu pasti akan laris manis. Aku hanya melakukan
prabayar saja,” ujar Tsubaki.
Kebetulan sekali, Nao lewat dan
mendengar ucapannya.
Jojima merasa itu tidak mungkin
karna dia tidak bisa membuatnya. Dengan tegas, Tsubaki berujar kalau Nao akan
bisa membuat warabi-mochi tersebut. Dan juga, di akhir acara Yotsukoshi 2 tahun
yang lalu, dia memakan warabi-mochi yang di pajang Shimaya dan rasanya
sangatlah lezat. Hanya itulah yang di ingatnya.
“Bisa-bisanya kau mengatakan
itu setelah melakukan semua itu. Yang jelas, aku tak bisa menerima uangmu,”
nyatakan Jojima.
“Namun, kau mau menerima uang
sebagai pesuruh Nyonya?”
“Kenapa kau tidak bilang saja
pada Nao? Bahwa Shimaya sudah lama hancur dan tak bisa di tolong lagi. Kau
hanya tidak ingin dia mengetahuinya,” balas Jojima.
Tapi, saat dia melangkah keluar
pintu, dia malah melihat Nao.
Nao masuk ke ruang teh setelah
Jojima pergi. Dia ingin tahu mengenai acara Pekan Pasar Swalayan Ottowa.
Tsubaki hanya bilang kalau dia akan pergi ke sana untuk memeriksa, jadi kalau
Nao mau, dia bisa mengikutinya.
--
Tomioka menemui Kyoko dan
melaporkan mengenai Pekan Pasar Swalayan Ottowa yang akan di ikuti Kogetsu-an,
termasuk kalau Tsubaki mau mereka menyajikan warabi-mochi yang di buat Nao.
Kyoko dengan lantang menolak warabi-mochi dan memerintahkan Tomioka yang
membuat manisannya.
“Tapi, itu keputusan yang di
buat Tsubaki,” ujar Tomioka.
--
Nao dan Tsubaki pergi ke
Swalayan dengan menggunakan kimono. Swalayan sudah di hias dengan cantik untuk
menyambut hari Tanabata. Para pengunjung juga mengenakan kimono. Benar-benar
menarik.
Saat berdiri di hadapan pohon
tanabata, Nao berdoa di dalam hatinya. Dia membuat permohonan kalau dia ingin
tahu kebenaran kasus 15 tahun yang lalu.
“Jika ingin melakukan sesuatu,
percaya dirilah dan mewujudkannya,” ujar Tsubaki pada Nao yang menatap pohon
tanabat. “Kamu bisa membuat pasta kacang merah seenak bayanganmu. Bahkan bisa
menantangku atau Master. Kau bisa menghadapi rintangan apapun yang menghalangi
langkahmu. Wanita seperti itulah, yang buatku terpikat.”
Percaya dirilah dan mewujudkannya.
Tsubaki mengucapkan perkataan yang ingin ku
dengar…
Tsubaki menatap Nao dan
tersenyum.
Aku akan menyempurnakannya warabi-mochi
itu.
--
Malam-malam, Kyoko menemui Jojima
dengan membawa beberapa lembar uang. Terang-terangan, dia bilang butuh bantuan
Jojima.
--
Nao sudah menyempurnakan
warabi-mochi nya. Dan kali ini, Tsubaki lah yang mencobanya. Begitu di angkat,
sudah terlihat kelembutan dari warabi-mochi tersebut.
“Lembutnya serasa memakan air.
Namun, terasa kuat walau agak goyang. Sesuai warabi-mochi itu,” nilai Tsubaki.
Nao sangat senang mendengarnya
dan dengan semangat bercerita kalau saat mengaduk adonan warabi-mochi, dia bisa
merasakan sensasi perubahannya. Abe dan Sugita benar-benar penasaran dengan
rasa warabi-mochi yang terlihat sangat lembut, tapi ketika mereka mau mencoba,
Pak Yamaguchi malah memotong dengan menyuruh semuanya bersiap untuk membuat
warabi-mochi dalam jumlah banyak.
--
Shiori sedang melihat brosus
acara Pekan Tanabata di Pasar Swalayan Otowa. Dia tersenyum dan kelihatan ingin
pergi ke acara itu karna di brosus, ada foto Tsubaki sebagai salah satu orang
yang mengikuti. Ibu dan kakak – kakak Shiori, melihat brosur itu juga dan
mengajak Shiori untuk pergi ke acara itu besok.
Sayangnya, tn. Haseya melarang
Shiori untuk pergi dan di rumah saja. Karna besok, Shiori harus mencoba kimono
baru. Dia sudah menemukan pasangan perjodohan untuk Shiori. Calonnya itu
berasal dari Kanazawa dan dia tidak keberatan menerima pengantin wanita yang
sudah di campakkan. Jadi, Shiori harus berterimakasih.
Shiori benar-benar sedih. Tapi,
tidak ada yang menyadari raut kesedihan di wajahnya. Padahal, Shiori hanya
menyukai Tsubaki. Kakak-kakak Shiori menanyakan pada tn. Haseya mengenai calon
Shiori itu seperti apa?
tn. Haseya memberitahu kalau
calon Shiori bernama Kadokura dan merupakan keluarga kaya di Komatsu.
--
Akhirnya, warabi-mochi buatan
Nao selesai. Mereka sudah membuatnya dalam jumlah banyak dan siap di pasarkan
besok.
Namun, di tengah malam,
seseorang memasuki dapur. Dia adalah Jojima. Matanya menatap tajam warabi-mochi
yang ada di atas meja dan penuh amarah, dia mengangkat rak-rak warabi-mochi
untuk membantingnya.
--
Keesokan harinya,
Terjadi kehebohan di dapur.
Semua warabi-mochi yang sudah di buat dengan susah payah, hancur dan berserakan
di lantai. Abe dan Sugita sangat panik karna waktu acara hanya tersisa 3 jam
lagi dan mereka pasti tidak akan sempat membuat ulang semuanya.
“Tenang saja, semuanya,” ujar
Kyoko yang muncul dengan tenang. “Kita sudah mempersiapkan manisan untuk Pekan
Tanabata. Tidak bisa begini, Nao. Kau harus menjaga baik-baik yang kau buat,”
ujarnya sekaligus mengejek Nao.
Melihat tatapan Kyoko, Nao bisa
tahu kalau Kyoko lah yang menghancurkan manisan-nya. Bukan hanya sekali, tapi
dua kali! (Yang satu lagi, manisan yang untuk Shirafujiya).
“Kenapa? Kenapa orang sepertimu
menjadi Nyonya di toko ini? Kenapa Tsubaki punya Ibunda sepertimu?” tanya Nao,
marah.
Saat itu, Tsubaki tiba setelah
pak Yamaguchi memanggilnya. Begitu dia tiba, Kyoko langsung mengadukan Nao yang
gagal dalam menjaga manisan. Namun, tidak usah cemas karna dia juga sudah
menyuruh Pak Tomioka untuk menyiapkan manisan lain.
Dengan bangga, Kyoko
menunjukkan dua kotak manisan yang ada di atas meja. Satu adalah manisan
berbentuk seperti potongan bambu. Satu lagi adalah monakan berbentuk bintang.
Dia yakin kalau kedua manisan itu bisa di gunakan untuk bersaing dengan manisan
dari kedai lain.
“Mau bagaimana lagi, kita harus
membawa yang ada,” putuskan Tsubaki.
Kyoko tersenyum puas. Sementara
Nao memandanginya penuh amarah.
--
Saat Kyoko membantu membawakan
manisan monaka bintang ke mobil, Jojima menemuinya untuk menanyakan manisan
warabi-mochi yang hancur.
Flashback
Malam
sebelumnya,
Jojima
sudah mau membanting warabi-mochi buatan Nao, namun, hatinya tidak tega. Dia
tidak sanggup melakukannya.
Tapi,
ketika dia sudah pergi, Kyoko keluar dari persembunyiannya. Dia dari tadi sudah
memperhatikan Jojima. Karna Jojima tidak melakukannya, dia yang melakukannya.
End
“Pekerjaanku jadi bertambah,”
ujar Kyoko, menjawab pertanyaan Jojima.
--
Nao memunguti semua
warabi-mochi yang berjatuhan. Jojima benar-benar merasa bersalah dan
membantunya. Tapi, ketika dia baru memungut satu warabi-mochi, eskpresinya
langsung berubah.
--
di Pasar Swalayan Otowa,
Pekan Tanabata sangat ramai. Matsubara
sangat puas dan juga berterimakasih pada Takigawa karna sudah mau membantu agar
toko terkenal (Kogetsu-an) ikut serta.
Di stan Kogetsu-an, Kyoko
sedang sangat bersemangat mempromosikan manisan mereka. Beberapa pengunjung,
merasa tertarik dengan monaka berbentuk bintang. Kyoko sudah mau menjelaskan
mengenai monaka tersebut, tapi tiba-tiba, Nao muncul di sampingnya sambil
menyodorkan beberapa monaka agar para pengunjung mau mencicipinya.
“Kamu?! Mau apa kau kemari?”
bisik Kyoko, dengan suara sinis.
“Aku ingin membuat orang lain
memakan warabi-mochiku,” jawab Nao.
Kyoko bingung karna jelas-jelas
yang Nao bawa adalah Monaka buatan Tomioka. Nao tidak bicara banyak. Dia hanya
membuka Monaka bintang itu, dan isinya bukan pasta kacang melainkan tiga buah
warabi-mochi.
Para pengunjung jadi tertarik
melihat isian Monaka adalah warabi-mochi. Jojima juga tiba-tiba muncul dan
menyarankan para pengunjung untuk memakan warabi-mochi dengan kinako.
Pengunjung itu pun mencoba warabi-mochi yang sudah di taburkan dengan bubuk
kacang.
“Oishi~ rasanya enak dan bikin
meleleh!” seru mereka.
Tanpa ragu, mereka pun mulai
memesan banyak. Perlahan, para pengunjung mulai berkumpul satu persatu untuk
membeli warabi-mochi. Wajah para pengunjung, tampak sangat senang saat memakan
warabi-mochi tersebut.
Melihat wajah para tamu, Jojima
jadi merasa sedih dan terharu. Dia teringat ekspresi ayahnya saat membuat
warabi-mochi : tersenyum bahagia. Tanpa terasa, air matanya pun menetes.
Kyoko menghampiri Tsubaki
dengan marah. Dia menduga kalau Tsubaki yang membantu Nao karna tidak mungkin
Nao bisa menyiapkan semuanya seorang diri.
“Aku hanya memberinya saran,”
jawab Tsubaki.
Flashback
Semua
warabi-mochi sudah jadi. Tsubaki berujar bahwa rasa warabi-mochi ini sangat
hebat, tapi butuh sesuatu tambahan agar warabi-mochi ini bisa laris di jual
(sesuatu yang menarik minat). Terlebih lagi, di toko ini ada kupu-kupu beracun
(Kyoko).
End
“Yang Tomioka buat hanya satu
manisan saja. Nao sendiri yang berpikir untuk membuat Monaka untuk melindungi
warabi-mochi. Kalau kamu memeriksa dengan seksama, maka ini tak mungkin
terjadi.”
Flashback
Tomioka
menemui Kyoko untuk melaporkan kalau dia sudah menyiapkan manisan sesuai
pesanan. Kyoko sama sekali tidak menanyakan manisan apa yang Tomioka buat dan
langsung memberikannya uang bayaran.
End
“Namun, semua warabi-mochi
telah jatuh…”
“Walau kau itu Nyonya pemilik
toko manisan, masa tidak menyadarinya? Semua warabi-mochi itu tua dan keras.
Nao menggunakan warabi-mochi gagalnya sebagai kecohan. Dan yang benar, di bawa
dengan kedua tanganmu sendiri. Dua tahun lalu, warabi-mochi-nya Shimaya pun, di
hancurkan olehmu, ‘kan?”
Kyoko tidak menyangkal sama
sekali dan malah merasa yang di lakukannya dua tahun lalu adalah hal benar,
karna pada akhirnya, Tsubaki bisa menang.
“Orang yang menyedihkan,” ujar
Tsubaki.
“Namun, kau takkan bisa
mencampakkanku. Bukankah begitu?” balas Kyoko dan langsung pergi dari sana.
Tsubaki hanya diam karna yang
di ucapkan Kyoko benar. Mau sejahat apapun Kyoko, Kyoko akan tetap menjadi Ibu
dari Tsubaki.
Saat Kyoko berjalan
terburu-buru, Takigawa menyapanya dengan lantang. Dan entah kenapa, Kyoko
tampak gugup dan memalingkan wajah. Takigawa menghampirinya dengan santai dan
membahas mengenai Nao yang belum juga di terima oleh Kyoko.
“Penerus Kogetsu-an berhak
menikahi wanita yang sepadan dengannya.”
“Benarkah hanya itu? Lantas,
alasanmu mengusirnya apa?” tanya Takigawa, mengintimidasi. “Jika mereka
menikah, apakah ada hal buruk terjadi? Mulai sekarang, aku akan rutin datang ke
tokomu,” lanjutnya santai dan langsung pergi begitu saja.
--
Acara sudah selesai. Matsubara
menemui Tsubaki. Dia memberitahu kalau hasil perhitungan penjualan masih belum
selesai, tapi dia merasa warabi-mochi buatan Kogetsu-an yang paling laris.
Karna itu, dia ingin tahu nama untuk produk warabi-mochi itu.
“Tolong di beri nama
‘Shimaya’,” jawab Tsubaki.
Baik Nao maupun Jojima
sama-sama terkejut.
“Itulah nama toko yang membuat
warabi-mochi itu,” jelas Tsubaki.
Matsubara mengerti dan mengajak
Tsubaki untuk berdiskusi lebih lanjut.
Tinggallah Jojima dan Nao.
Jojima beneran bingung dan akhirnya menanyakan alasan Nao yang begitu berusaha
membuat warabi-mochi itu padahal dia saja sudah menyerah membuatnya. Dia sudah
melakukan apapun semampunya. Itulah caranya membenarkan dirinya dan mulai
membenci orang lain. Namun, Nao, kenapa malah berbuat sejauh ini? Demi tokonya,
ayahnya, walaupun dia sudah berbohong.
Nao tersenyum dan malah bercerita
mengenai betapa dia hanya memikirkan cara membuat warabi-mochi. Dia bahkan
menyebut dirinya bodoh. Jojima speechless karna menyadari kalau Nao tulus
membantunya.
--
Karna Nao, Jojima mulai serius
dalam membuat manisan. Dia sudah berada di dapur saat belum ada satupun orang.
Dia bahkan membuat pasta kacang merah dan memperhatikan ekspresi kacang merah seperti yang pernah Nao ajarkan padanya.
Saat Tsubaki datang, Jojima
langsung membungkuk 90 derajat sembari berjanji akan membayar kembali uang
Tsubaki tapi berikan dia waktu.
“Itu bayaran buat
warabi-mochinya. Tidak perlu di kembalikan.”
“Namun, warabi-mochi itu punya
Shimaya. Kelak, aku pasti akan membuat resep alaku.”
Pembicaraan mereka berakhir
begitu saja karna Nao datang. Tsubaki memberitahu kalau Jojima tampaknya akan
bekerja cukup lama di Kogetsu-an. Nao lega mendengarnya.
“Jangan menggodanya,” peringati
Tsubaki sambil memegang wajah Nao.
Melihat ekspresi bingung Nao,
Tsubaki malah tersenyum tipis.
Setelah Tanabata, kami sibuk mempersiapkan
pernikahan.
Shirafujiya datang ke kediaman
Tsubaki untuk fitting baju kimono
Nao. Bajunya berwarna putih dan tampak cantik di kenakan Nao. Mereka juga
memilih aksesoris yang sesuai untuk kimono tersebut. Shirafujiya menyarankan
untuk mengenakan aksesoris yang berwarna merah yang menandakan mempelai wanita
terlahir kembali sebagai anggota baru.
Tapi, begitu melihat warna
merah, trauma Nao kambuh. Nao berusaha keras agar asmanya tidak kambuh dan
meminta agar semua aksesorisnya di buat warna putih.
Tapi, tiba-tiba saja, Nao
merasa mual, padahal dia sehat-sehat aja.
“Nao-san, apakah kau hamil?” tanya Shirafujia.
--
Keluarga Haseya melangsungkan
pertemuan dengan keluarga Kadokura untuk membahas perjodohan anak mereka. tn.
Haseya sangat senang karna Shiori bisa menjadi menantu Kadokura. tn. Haseya
bahkan terang-terangan bicara pada Shiori dengan menyebutnya beruntung tidak
menjadi menantu dari keluarga Kogetsu-an.
Shiori hanya menanggapi dengan
datar. Tapi, tiba-tiba, calon pria membahas mengenai gosip yang sedang ramai
mengenai Kogetsu-an. Ini mengenai Nao yang menggantikan Shiori, adalah putri
pembunuh.
Mata Shiori membelalak lebar
mendengar gosip itu.
--
Nao kepikiran pertanyaan
Shirafujiya yang menduga kalau dia hamil. Saat itu, Nao memang menyangkal dan
beralasan lelah.
Namun, jika itu benar…
--
Nao masuk ke kamarnya. Tsubaki
sudah menantinya dan memberitahu kalau undangan pernikahan mereka sudah jadi.
Tsubaki menanyakan, apakah tidak masalah jika mereka hanya mengundang ibu Nao
saja?
Ah, Nao baru teringat mengenai
Yuko. Dia pun mulai mencari kartu nama Yuko yang waktu itu di berikannya
padanya. Tapi, kartu namanya hilang!
--
Yuko sedang melayani para
pengunjung kedainya. Dan saat itu, seseorang mengenakan kimono datang ke
tokonya dengan senyuman sinis. Dia adalah Kyoko.
--
Ekspresi Shiori menunjukkan
kalau dia beneran tertarik : “Dia itu putri pembunuh?”
--
Nao merasa tidak tenang. Dia
memegang perutnya.
Apa yang harus ku lakukan?
💞💞💞💞💞💞lanjut semangat🔛🔥 💞💞💞💞
ReplyDelete