Original Network : jTBC Netfix
Dikantin. Para murid merasa agak
stress, karena ternyata bukan Jong Hoon yang menyusun soal ujian mereka,
melainkan Prof. Jung. Lalu Joon Hwi menghampiri mereka dan memberikan setumpuk
soal ujian lama milik Prof. Jung Dae Hyeon. Dan dia mengajak mereka untuk
belajar bersama.
“Hei, ayo,” kata Ye Seul sambil menarik
Kang Sol A yang baru datang ke kantin.
“Apa? Apa ini?” tanya Kang Sol A,
bingung. “Seung-jae, kau ikut?” tanyanya, berteriak, ketika dia melihat Seung
Jae masih duduk ditempat nya.
“Oh,” balas Seung Jae, mengikuti mereka.
Eun Suk tidak mengerti, kenapa Jong
Hoon menolak penyelidikan dan malah memakai pembela umum. Jadi dia datang ke
penjara dan menasehati Jong Hoon untuk berhenti seperti ini. Tapi Jong Hoon
tidak terlalu peduli dengan nasibnya sekarang, malahan dia lebih memperdulikan
ujian untuk murid- muridnya. Dan Eun Suk pun menjadi emosi.
“Siapa yang peduli soal itu? Kau
ditahan!” teriak Eun Suk. Dan dengan malas, Jong Hoon berniat untuk pergi saja.
“Soal yang kau tulis… “ kata Eun Suk, menghentikan Jong Hoon. “Semua menjadi
sia-sia,” katanya, pelan. “Profesor Jung akan menulis soalnya untuk
menggantikanmu.”
“Itu tak bisa,” kata Jong Hoon.
“Apa kau paham situasinya? Jika kau
didakwa, kau akan kehilangan pekerjaan,” komentar Eun Suk, agak capek.
“Beri tahu wakil dekan, aku harus
bicara dengannya,” balas Jong Hoon. Lalu dia pergi.
UJIAN TENGAH SEMESTER HUKUM PIDANA
PROFESOR YANG JONG-HOON. Melihat itu, para murid merasa tidak menyangka. Lalu
setelah membaca soalnya, mereka semua menatap ke arah Joon Hwi.
Soal : Siswa A, yang menentang penunjukan Pengacara
B, seorang mantan kepala jaksa, memasang pemberitahuan di papan buletin kampus.
Petisi berikut dapat diakses melalui kode QR yang tertera.
MARET 2020
Sebuah kertas pemberitahuan dengan kode
QR ditempel dimading kampus. Melihat itu, banyak orang menscan kode QR tersebut
untuk mencari tahu apa itu. Dan ternyata itu adalah sebuah petisi. Didalam
petisi tersebut dijelaskan bahwa jika mereka mau bergabung belajar bersama
penakluk tahap dua, maka mereka harus menandatangani petisi ini.
“Haruskah aku mendaftar? Untuk membuat
kesal kampus?” tanya Jo Ye Beom, merasa tertarik.
Tepat disaat itu, Wakil Dekan Ju
kebetulan lewat. “Mendaftar apa?” tanyanya.
Ketika Eun Suk sedang mengajar, Dean Oh
serta Wakil Dean Ju datang ke kelas dan meminta waktunya sedikit.
“Siapa yang sudah lihat petisi ini di
papan buletin?” tanya Dean Oh. Dan hampir semua murid mengangkat tangannya.
“Baik. Kudengar mahasiswa yang memasangnya juga ada di sini,” katanya. Dan Joon
Hwi berdiri.
“Copot sekarang juga,” perintah Wakil
Dean Ju.
“Kalau begitu, sia-sia saja aku
memasangnya,” tolak Joon Hwi. Dan mendengar itu, Wakil Dean Ju marah. Lalu Dean
Oh menghentikannya.
“Siapa namamu?” tanya Dean Oh.
“Aku Han Joon-hwi.”
“Universitas ini akan menindak aksimu
melalui jalur hukum. Pasal 307 Hukum Pidana dan Pasal 750 Hukum Perdata. Kau
akan menanggung segala kerugian akibat pernyataanmu. Sewalah pengacara,” jelas
Dean Oh dengan tegas. Lalu dia pergi dari kelas.
Flash back end
Soal : “Universitas memperingatkan A bahwa mereka
akan ambil jalur hukum jika dia tidak menarik dan menghentikan petisi tersebut
secepatnya, tapi A menolak. Bisakah A ditindak secara hukum atas aksinya? Apa
syarat yang diperlukan agar dia dapat ditindak?”
Flash back. Dalam kelompok belajar.
“Ini pernyataan penistaan palsu,”
komentar Ji Ho.
“Menurut opiniku. Belajar hukum dengan
uang donasi sumber skandal suap… Memalukan. Penistaan adalah fakta palsu, bukan
opini,” balas Joon Hwi, membela diri.
“Tapi kau menulis bahwa kampus merekrut
Seo sebagai dosen karena donasinya, seolah itu adalah fakta dan meragukan
"motif asli" mereka. Kau menulis ini tanpa memeriksa faktanya. Kau
sebarkan informasi palsu,” balas Ji Ho.
“Aku hanya ingin mereka memperjelas
kecurigaan,” balas Joon Hwi, masih membela dirinya.
Flash back end
Setiap orang menulis jawaban mereka
dengan serius.
Flash back. Di asrama.
Kang Sol B berpendapat sama seperti Ji
Ho. Sedangkan Kang Sol A merasa kalau tindakan Joon Hwi tidaklah salah. Karena
Joon Hwi melakukan tindakan tersebut bukan untuk kepentingan pribadi, dan
sebagai mahasiswa hukum Hankuk, mereka berhak tahu kebenarannya. Karena memang
benar Byung Ju dilantik tepat setelah Byung Ju berdonasi, dan itu adalah fakta.
Serta itu mencurigakan menurutnya.
“Hanya karena mencurigakan, bukan berarti
itu fakta,” jelas Kang Sol B.
Flash back end
Kang Sol A memeriksa waktu ujian. Lalu
dia mencoret jawaban ujiannya. Dari ‘Informasi Palsu’ menjadi ‘Fakta’.
Joon Hwi menangis sambil menulis
jawaban ujiannya.
Man Ho diundang ke ruangan introgasi
untuk berbicara dengan Jong Hoon.
Pengacara Park masuk ke dalam ruang
pengawas. “Astaga, aku pengacaranya. Kenapa aku harus menunggu di luar?” keluh
nya. Mendengar itu, Det. Dong Su dan Det. Oh mengabaikannya. Tapi Pengacara
Park tidak masalah. “Kalian punya oven microwave?” tanyanya dengan sikap
santai.
“Hei, yang serius,” bentak Det. Dong
Su.
Man Ho menceritakan betapa senangnya
dia. Pertama kali ketika dia dipakaikan alat pengintai, dia merasa terganggu,
tapi siapa sangka kalau alat pengintai itu yang menjadi bukti alibinya.
“Sekarang kau ingat?” tanya Jong Hoon
sambil tersenyum.
Flash back
Seseorang mengintip, ketika Man Ho
sedang memperkosa gadis muda. Dan saat Man Ho menyadari itu, dia langsung
mengejar orang tersebut.
Dengan panik, orang tersebut berlari dengan
kencang. Lalu tiba- tiba sebuah mobil lewat dan menabraknya. Kemudian mobil
tersebut langsung kabur begitu saja. Dan Man Ho menyaksikan semua kejadian itu.
Flash back end
“Jaksa Seo menyuruhku untuk membawanya
mati, jadi, aku tak punya pilihan,” jelas Man Ho, tanpa rasa bersalah sama
sekali.
“Itukah sebabnya kau menjadi sopir
pribadi Seo Byung-ju?” tanya Jong Hoon.
“Aku tak punya pilihan lain, jadi, aku
minta bantuannya. Aku dipekerjakan,” jawab Man Ho dengan bangga. “Ya ampun.
Untuk tutupi kasus tabrak larinya, dia terima argumenku soal lemah pikiran dan
membebaskanku. Kurasa dia ingin aku berada di dekatnya agar dia bisa tenang,”
jelas nya sambil tertawa.
Mendengar hal tersebut, Det. Oh merasa
emosi dan ingin masuk ke ruangan intoragsi serta menghajar Man Ho. Tapi Det.
Dong Su langsung menghentikannya agar tenang.
Profesor yang mengawasi ujian
mengumumkan bahwa waktu ujian sudah habis, jadi semua diharuskan meletakkan
pena. Tapi Kang Sol A masih belum selesai menulis jawabannya, jadi diapun tidak
meletakkan penanya dan terus menulis.
“Letakkan penamu,” perintah Pengawas.
“Akan kulaporkan pada profesormu,” ancamnya. Tapi Kang Sol A tetap terus
menulis. Jadi dengan paksa, Pengawas pun menarik paksa lembar jawaban Kang Sol
A, sampai lembar jawaban itu menjadi robek dua.
Man Ho mengomentari kalau Jong Hoon
pasti terkejut, saat mengetahui kenyataan yang ada. Juga Jong Hoon pasti merasa
terkhianati. Karena itulah Jong Hoon membunuh Byung Ju.
“Baik, kita punya motif,” kata Det.
Dong Su, senang.
“Benar,” kata Pengacara Park, setuju.
Saat tersadar, dia langsung terdiam. Karena dia adalah pengacara Jong Hoon,
jadi seharusnya dia membela Jong Hoon.
Bok Gi merasa tidak menyangka kalau
Jong Hoon akan membuat soal tentang Joon Hwi dan Byung Ju dalam kondisi seperti
ini, dan dia merasa kasihan kepada Joon Hwi. Sedangkan Ye Seul, dia
mengkhawatirkan Kang Sol A.
“Dia harusnya dapat nol,” kata Ji Ho
dengan yakin.
“Dia hanya telat 30 detik,” komentar
Bok Gi, membela Kang Sol A.
“Bukankah kau yang paling diuntungkan
jika nilainya nol? Kalian peringkat terakhir,” balas Ji Ho, mengingatkan.
“Hei, jaga ucapanmu! Aku bisa
mengerjakannya,” balas Bok Gi, tidak terima. “Bukankah jawabannya,
"informasi palsu, penistaan"?”
“Ya, jelas sekali. Nn. Oh
membuktikannya,” kata Ji Ho, membenarkan. Dan Seung Jae mengganguk kan
kepalanya.
Flash back
Dean Oh membuktikan bahwa tuduhan Joon
Hwi kepada Byung Ju adalah penistaan atau tidak benar. Karena tidak ada
pelanggaran hukum terkait pelantikan Byung Ju.
“Jangan harapkan kelonggaran. Kami akan
adakan sidang disipliner dan putuskan apakah kalian akan dikeluarkan atau
penerimaan kalian dibatalkan,” kata Dean Oh dengan serius kepada Joon Hwi.
“Aku tak tahu itu adalah tuduhan
palsu,” balas Joon Hwi, membela dirinya. “Pasal 307-2 Hukum Pidana menyatakan
fakta yang dituduhkan haruslah palsu dan penuduh harus menyadarinya, sehingga
tindakan tersebut dapat dianggap sebagai penistaan. Jika penuduh memercayainya
sebagai kebenaran, itu tak dapat dianggap pelanggaran hukum,” jelasnya.
Mendengar itu, Dean Oh mendengus.
Karena ini tandanya Joon Hwi tidak mempercayai universitas. Dan Byung Ju setuju
dengan Dean Oh.
“Aku selalu berkata, segala bentuk
pemberian dianggap suap, tapi aku menerima lahan gratis sebagai hadiah. Aku
paham kenapa dia tak memercayaiku,” kata Byung Ju dengan sikap seolah- olah dia
adalah orang baik.
Didalam mobil. Byung Ju menanyai, apa
yang Joon Hwi lakukan. Dan Joon Hwi balas bertanya, karena siapa dia menyerah.
Dia tidak ingin menjadi seperti Byung Ju, jadi dia menolak belajar dari Byung Ju,
karena menurutnya Byung Ju tidak pantas untuk mengajarkan hukum.
“Soal suap itu, aku tak bersalah…” kata
Byung Ju, membela diri.
“Kau bebas karena mereka tak bisa
membuktikannya,” teriak Joon Hwi, kecewa. “Berhenti mempermainkan hukum dan
menipu orang,” pintanya.
“Joon-hwi,” panggil Byung Ju, lembut.
“Terserah kau mau apa, Paman.
Menjauhlah dariku,” balas Joon Hwi.
Ketika Joon Hwi keluar dari mobil, Man
Ho yang sedang berjongkok langsung berdiri. “Pikirkan berapa banyak uang yang
dia sumbangkan. Apa salahnya jika dia menjadi profesor?” komentar nya.
Mendengar itu, Joon Hwi memukul mobil
untuk melampiaskan rasa kesalnya. Dan Man Ho sama sekali tidak takut, malahan
dia tertawa.
Ketika Joon Hwi kembali ke kampus, Kang
Sol A langsung mendekatinya. Dia ingin tahu ada hubungan apa antara Joon Hwi
dan Byung Ju. Dan Joon Hwi mengabaikannya, karena tidak mau menjawab. Tapi Kang
Sol A tidak membiarkannya pergi. Dia menarik tangan Joon Hwi, lalu dia
menyadari kalau tangan Joon Hwi ada terluka.
“Katakan, atau akan kuseret kau,” kata
Kang Sol A, semakin ingin tahu.
“Dia pamanku,” jawab Joon Hwi.
Tepat disaat itu, Ji Ho kebetulan lewat
dan mendengar pembicaraan tersebut. Menyadari itu, Joon Hwi pun langsung
berjalan pergi dan Kang Sol A mengikutinya.
“Cukup,” balas Joon Hwi, ketika dia
melihat kedatangan Dean Oh.
“Ya, cukup. Nn. Oh adalah hakim agung,”
kata Kang Sol A dengan bersemangat.
“Jangan menyesal,” kata Joon Hwi,
memastikan.
“Itu intinya. Jangan sampai menyesal turunkan
petisinya. Nn. Oh jelas berusaha menjeratmu,” kata Kang Sol A, semakin
bersemangat.
Dengan ramah, Dean Oh menyapa Kang Sol
A. Dan dengan terkejut, Kang Sol A langsung mengubah perkataan dan sikapnya.
“Nn. Oh, beri aku kesempatan. Aku berjanji akan membujuknya…” katanya dengan
memelas.
“Tidak,” sela Joon Hwi dengan tegas dan
serius. “Aku tak akan mencabutnya.”
“Kalau begitu, aku saja,” kata Kang Sol
A sambil mencubit Joon Hwi.
Joon Hwi menepis tangan Kang Sol A.
“Jika kau memberiku kesempatan, akan kutunjukkan bahwa kau memang ingin
menjeratku,” jelas nya.
Joon Hwi mengambil buku kumpulan kasus
penistaan dari Penjaga Dong dan menunjukkan nya kepada Kang Sol A sebagai
acuan, saat Kang Sol A ingin menulis argumen pembelaan untuknya. Dan Kang Sol A
menolak sambil mengeluh tidak bisa. Dan Penjaga Dong setuju, karena Kang Sol A
buta hukum. Mendengar itu, Kang Sol A sama sekali tidak merasa senang dibela,
melainkan dia merasa kesal.
“Ini semua baru. Teliti lagi,” jelas
Joon Hwi.
“Aku tak bisa. Tidak bisa. Ini masa
depanmu,” tolak Kang Sol A. “Kenapa aku? Ada banyak orang pintar di sini. Hei,
ada banyak orang yang mau membelamu.”
“Menurutmu begitu? Siapa yang akan
memihakku jika mereka tahu aku melawan kampus?” balas Joon Hwi, bertanya dengan
serius. Dan Kang Sol A terdiam.
Penjaga Dong berpura- pura membela Kang
Sol A, kepadahal sebenarnya dia membantu Joon Hwi. Dia membela Kang Sol A
dengan sedikit mengejek- ejeknya, sehingga Kang Sol A pun merasa emosi, dan
akhirnya setuju untuk membantu Joon Hwi.
“Pekerjakan aku jika aku berhasil,”
kata Kang Sol A, terpancing.
Flash back end
Ditempat fotocopy. Kang Sol A curhat
tentang rasa stressnya kepada Penjaga Dong. “Aduh, kenapa aku ganti jawabanku?
Aku tak akan dapat nol, 'kan?”
Mendengar itu, Penjaga Dong menempelkan
huruf F ke dahi Kang Sol A. “Memohonlah padanya jika kau khawatir,” saran nya.
“Kunjungi dia.”
“Itu… Itu karena aku mencemaskan
Profesor Yang,” gumam Kang Sol A.
“Kau kurang berambisi. Cemaskan dirimu
sendiri,” kata Penjaga Dong, menasehati. Lalu dia teringat sesuatu, “Bagaimana
ujiannya akan dinilai?” gumamnya, berpikir.
Pengacara Park mengantarkan semua
lembar jawaban para murid kepada Jong Hoon untuk dinilai. Lalu setelah itu, dia
membujuk Jong Hoon untuk mengaku bersalah dan minta keringanan, karena semua
bukti mengarah kepada Jong Hoon. Tapi Jong Hoon diam, mengabaikannya.
Penjaga Dong menelpon Pengacara Park.
Dia ingin tahu, apakah Pengacara Park yang mengambil lembar jawaban para murid.
Dan Pengacara Park mengiyakan, lalu dia teringat perkataan Pengawas dan
memberitahu Jong Hoon mengenai lembar jawaban robek yang sudah diselotip, dia
ingin menjelaskan kepada Jong Hoon bahwa lembar jawaban tersebut telat
dikumpulkan, tapi sebelum dia sempat menjelaskan, Penjaga Dong langsung
meneriakinya dengan keras.
“Akan kulaporkan pada istrimu bahwa kau
hanya ambil kasus kotor yang mahal bayarannya!” ancam Penjaga Dong. Dan
Pengacara Park tertawa dengan gugup. “Bisa kami bicara?” tanya Penjaga Dong.
“Kau tak boleh bicara dengan
tersangka,” tolak Pengacara Park.
“Kau selundupkan ponselmu agar mendapat
uang dari pekerjaan semacam ini!” bentak Penjaga Dong. Tapi Pengacara Park
tetap tidak mau. “Akan kututup aksesmu,” ancamnya.
Pengacara Park langsung memberikan
ponselnya kepada Jong Hoon. Tapi Jong Hoon tidak mau menerimanya. Jadi
Pengacara Park pun mendekat kan ponselnya di telinga Jong Hoon.
Jong Hoon memeriksa lembar jawaban Joon
Hwi.
Penjaga Dong banyak berbicara. Tapi
Jong Hoon sama sekali tidak menanggapi. Lalu kemudian, pengawas penjara lewat.
Dengan ngeri, Pengacara Park langsung menggunakan tubuhnya untuk menutupi
ponsel nya.
“Halo?” panggil Penjaga Dong, heran.
Flash back. Wawancara penerimaan murid baru.
“Kau ingin menjadi jaksa?” tanya Joon
Hwi.
“Ya, pak. Seorang jaksa yang hidup di
bawah aturan,” jawab Joon Hwi. “Aku ingin tunjukkan seperti apa jaksa sejati
pada mereka yang menyalahgunakan hukum untuk kepentingan pribadi,” jelas nya.
“Jaksa yang menyalahgunakan hukum?”
tanya Joon Hwi.
“Mereka yang memahami hukum lebih
berbahaya daripada yang buta hukum.”
“Aturan apa yang ingin kau tegakkan?”
tanya Joon Hwi.
“Prinsip-prinsip legalitas dan asas
praduga tak bersalah.”
Flash back end
Jawaban Joon Hwi : PEMBENARAN YANG
DIPERHITUNGKAN.
Joon Hwi berlari mengelilingi lapangan
sampai dia merasa capek.
Didalam kamar. Ji Ho membaca informasi dan melihat foto- foto mengenai hubungan antara Joon Hwi dan Byung Ju.