Original Network : jTBC Netfix
OKTOBER 2010
Kang Sol A terlibat kasus kekerasan.
Dia memukul pembully, Kim Mi Ri, yang menindas adik kembarnya. Mi Ri membakar
rambut adiknya. Dan karena itu, diapun meninju Mi Ri sekali. Jadi luka Mi Ri
seharusnya tidak parah. Dan dia tidak ingin meminta maaf.
Jong Hoon memberitahu Kang Sol A. Bila
Kang Sol A tidak ingin meminta maaf dan berdamai, maka Kang Sol A akan
dipenjara. Bila Kang Sol A mau, maka Kang Sol A akan menjalani masa percobaan.
Kemudian disaat itu, Kepala Jaksa Kim,
yang merupakan Ayah Mi Ri, datang. Dia menyebut Kang Sol A sebagai berandalan.
Dan Kang Sol A pun mengomel kesal, lalu saat dia tahu siapa Kepala Jaksa Kim,
dia langsung melunakkan sikapnya sedikit.
“Jika dia minta maaf atas perbuatannya,
aku juga akan,” kata Kang Sol A. “Tapi kau seharusnya tak memakai jabatanmu
untuk membantu putrimu,” gumamnya, mengeluh sedikit.
“Penjarakan dia, jangan ke pusat
rehabilitasi,” perintah Kepala Jaksa Kim. “Dia harus belajar dari hukuman.
Setelah memukuli seseorang, dia tak mau berdamai, apalagi meminta maaf,”
katanya sambil menatap Kang Sol A.
Jong Hoon tidak mau mengikuti perintah
Kepala Jaksa Kim. Dia berniat untuk memasukkan Kang Sol A ke pusat rehabilitasi
saja. Sebab mereka tidak bisa memaksa Kang Sol A untuk meminta maaf, karena itu
melanggar kebebasan nurani. Jika Kepala Jaksa Kim mau, maka Mi Ri harus meminta
maaf terlebih dahulu. Mendengar Jong Hoon melindunginya, Kang Sol A merasa
tidak menyangka. Sedangkan Kepala Jaksa Kim merasa marah.
“Datang ke ruanganku!” bentak Kepala
Jaksa Kim.
Rekan Jong Hoon merasa khawatir. Tapi
Jong Hoon tidak terlalu ambil pusing. Dengan tenang, dia duduk ditempat nya dan
mengajak mereka untuk memesan makanan, karena dia lapar. Dan dengan senang,
Kang Sol A duduk ditempatnya.
“Kau harus pergi ke ruangannya,” kata
Rekan A, khawatir.
“Pesankan juga untuknya,” perintah Jong
Hoon kepada rekan A dengan santai. “Kau menjadi jahat di kasus ini karena kau
memukulnya,” katanya kemudian dengan serius kepada Kang Sol A.
“Benar, karena itu aku harus
introspeksi diri,” kata Kang Sol A, mengakui kesalahannya. “Aku akan
melakukannya, tapi bolehkah aku makan lebih dahulu?” pintanya dengan senang.
-
Kebenaran dan Keadilan Hanya
oleh Hukum -
Jong Hoon dibawa ke kantor polisi. Dan
para wartawan yang sudah menunggu disana langsung mengerubungi nya.
Setiap mahasiswa/i diwawancara oleh
kepolisian. Dimulai dari Ye Seul. “Kukira beliau tidur. Aku kaget sekali.
Jantungku masih berdebar setiap aku mengingatnya.”
Kedua, Ji Ho. “Saat aku ke sana,
Profesor Seo sedang sendiri. Dia sakit kepala, makanya aku keluar.”
“Kau dengar sesuatu?” tanya Petugas
Polisi. “Suara pintu terbuka, misalnya.”
“Haruskah aku bilang ya?” balas Ji Ho
sambil mendengus.
Para wartawan mengajukan banyak pertanyaan. Tapi Jong Hoon hanya diam saja.
Ketiga, Joon Hwi. Dia menatap kamera.
Para wartawan terus bertanya. Dan Jong
Hoon tetap diam saja.
“Jejak kakiku tak lagi berarti jika
Profesor Yang sudah ditahan,” kata Kang Sol B dengan sikap acuh. “Fokus saja
untuk buktikan dia bersalah.”
Jong Hoon dibawa masuk ke dalam kantor
polisi. Dan para wartawan tidak berhasil mendapatkan apapun, karena Jong Hoon
terus diam setiap di tanya.
Diruang introgasi. Det. Dong Su
menunjukkan tiga benda yang memiliki sidik jari Jong Hoon, yaitu tutup gelas
kopi, kantong sabu- sabu, dan gelas kopi. Tiga benda itu membuktikkan bahwa
Jong Hoon yang memasukkan sabu- sabu ke dalam kopi, lalu memberikannya kepada
Byun Ju. Motif nya adalah karena dendam pribadi. Dikarenakan kasus suap,
hubungan Byung Ju dan Jong Hoon yang dulunya dekat, menjadi renggang, dan Jong
Hoon juga berhenti menjadi jaksa. Dan Jong Hoon menyangkal tuduhan tersebut.
Det. Dong Su memberikan dua bukti lain
lagi. Pertama, Pro-running AF, 270mm, sepatu yang Jong Hoon kenakan pada hari
kejadian, itu tidak bisa ditemukan dimanapun. Mereka mencurigai kalau Jong Hoon
pasti telah membuang sepatu tersebut untuk menutupi fakta. Kedua, laptop yang
Jong Hoon gunakan saat mengajar, mereka juga tidak bisa menemukannya dimanapun.
“Itu hilang,” kata Jong Hoon,
menjelaskan.
Mendengar itu, Det. Dong Su merasa
geli. “Hilang? Kau kehilangan laptopmu tepat setelah insiden terjadi?” tanyanya
dengan sinis.
“Jika itu bisa jadi barang bukti,
silakan cari,” jawab Jong Hoon dengan sikap tenang. “Soal sepatunya, tanyakan
pada Tn. Sung Dong-il di ruang fotokopi,” jelasnya. Dan Det. Dong Su langsung
menyuruh Det. Oh untuk menyelidikinya.
Diruang pengawas. Det. Oh langsung
menghubungi seseorang untuk membuktikkan perkataan Jong Hoon.
Det. Dong Su menjelaskan bahwa
sebenarnya mereka tidak pernah ingin menahan profesor didepan para murid tanpa
bukti yang cukup. Tapi karena mereka takut kalau Jong Hoon akan kabur, makanya
mereka menahan Jong Hoon. Lalu dia menunjukkan bukti pembelian tiket keluar
negri yang Jong Hoon pesan semalam. Anehnya, itu hanya tiket sekali jalan saja,
bukan tiket bolak balik. Dan dia ingin tahu kenapa Jong Hoon memesan tiket
tersebut.
Det. Oh kemudian datang. “Ruang
fotokopi tutup. Sung Dong-il tak bisa dihubungi,” lapor nya.
“Apa? Maksudmu, dia menghilang?” balas
Det. Dong Su. Lalu dia menatap Jong Hoon dengan curiga. “Jangan bilang kau
membunuhnya juga.”
Det. Dong Su lalu ingin memeriksa
ponsel Jong Hoon. Jadi dia menyuruh Jong Hoon untuk membuka ponsel nya. Tapi
Jong Hoon tidak mau. Dan Det. Dong Su memegang tangannya untuk memaksa nya.
“Memakai sidik jari seseorang untuk
mendapat pengakuan secara paksa termasuk pelanggaran hukum,” kata Jong Hoon,
menolak dengan tegas.
“Ada apa di dalam sini?” tanya Det.
Dong Su, curiga.
“Untuk saat ini, aku mengajukan
penolakan penyelidikan.”
Dengan kesal, Det. Dong Su mengabaikan
Jong Hoon dan memerintahkan Det. Oh untuk meminta surat perintah dan kirim
ponsel Jong Hoon ke bagian Forensik Digital.
Ketua Tim memberitahu Dong Su bahwa ditemukan
bekas suntikan insulin di tubuh Byung Ju, yang berarti Byung Ju ada menderita
diabetes. Jadi sabu- sabu pasti dimasukkan ke dalam minuman, bukan melalui
jarum suntik Lalu jika benar motif Jong Hoon adalah karena dendam pribadi, maka
mereka bisa meminta Det. Oh untuk menjadi saksi mata, karena Det. Oh dulu
pernah bekerja bersama Jong Hoon, jadi Det. Oh pasti pernah menyaksikan Jong
Hoon serta Byung Ju berselisih. Dan Det. Dong Su mengerti.
Det. Oh datang ke ruang introgasi. Dia
tidak tega memakaikan borgol ke tangan Jong Hoon. “Buka saja. Jika tidak,
polisi akan lebih curiga,” pintanya sambil menaruh ponsel didepan Jong Hoon.
Tapi Jong Hoon hanya diam saja.
Det. Oh kemudian mendapatkan telpon.
“Hasil DNA sudah keluar? …. Baik…” katanya. Setelah itu, dia menghela nafas
berat. “Rambut yang ditemukan di tangan Seo Byung-ju juga milikmu. Kau harus
sewa pengacara,” katanya, menyarankan. Lalu dia memasangkan borgol ditangan
Jong Hoon.
Eun Suk datang ke kantor polisi menemui
Jong Hoon. Dia merasa sangat khawatir kepada Jong Hoon. Tapi Jong Hoon malah
bersikap biasa saja, sehingga dia jadi agak emosi.
“Apa yang terjadi?” bentak Eun Suk,
bertanya.
“Asistenku punya diska lepas berisi
soal ujian tengah semester,” kata Jong Hoon dengan sikap tenang. Lalu dia berjalan
mengikuti Det. Oh ke penjara.
Kang Sol A merasa sangat khawatir kepada Jong Hoon. Tapi yang lainnya malah bersikap cuek dan tidak peduli sama sekali. Bahkan ada yang mengupload video penangkapan Jong Hoon ke Internet.
“Kenapa kita tak ajukan petisi kepada
kepolisian? Kita bilang bahwa itu bukan dia,” kata Kang Sol A, mengajak
semuanya.
“Kau yakin dia tak membunuh?” tanya
Kang Sol B dengan sikap acuh.
“Ya. Profesor Yang yang kukenal tak
akan membunuh siapa pun… ,” jawab Kang Sol A dengan yakin.
“Tidak,” kata Seung Jae, menyela. Lalu
dia mengubah perkataannya. “Dia akan dibebaskan dalam 48 jam. Dia bersih sampai
terbukti bersalah,” jelas nya.
“Asas praduga tak bersalah,” kata Bok
Gi, setuju.
“Bersih?” dengus Ji Ho. “Dia sudah
dinyatakan bersalah saat diborgol,” katanya, sama sekali tidak peduli. Lalu dia
pergi duluan.
“Jika kau pergi ke kantor polisi,
tanyakan Profesor Yang soal ujian Hukum Pidana kita,” kata Kang Sol B, juga
tidak peduli. Lalu dia ikut pergi juga.
“Apa? Bertanya soal ujian? Kau serius?”
keluh Kang Sol A, kesal. Tapi yang lainnya malah mengiyakan. Dan Kang Sol A
tambah kesal.
Joon Hwi memungut sekeping puzzle yang
Jong Hoon jatuhkan.
Didalam penjara. Jong Hoon bersikap
sangat tenang. Selagi para tahanan tidur, dia duduk dan berpikir sambil jari-
jarinya bergerak seperti memainkan puzzle.
Para staff disekolah disibukkan oleh
banyak nya telpon masuk.
Eun Suk memberitahu Wakil Dekan Ju
mengenai soal ujian yang sudah Jong Hoon siapkan. Tapi Wakil Dean Ju tidak mau
peduli, karena tidak ada menilai hasilnya nanti. Dan Eun Suk menjelaskan bahwa
Jong Hoon pasti akan segera dibebaskan.
“Polisi menahan seorang profesor hukum
Universitas Hankuk di depan muridnya tanpa surat perintah. Pasti ada
alasannya,” kata Wakil Dekan Ju dengan ketus. “Semua orang panik sekarang.
Dekan harus rapat dengan presiden setiap hari, dan para alumni melakukan
protes. Presiden khawatir mereka akan hentikan donasi. Profesor Yang merusak
nama baik kampus,” jelas nya penuh emosi.
“Bagaimana jika dia bebas? Jika tak ada
surat perintah dalam 48 jam…” kata Eun Suk, ingin membela Jong Hoon. Tapi
seorang staf menyela nya.
“Surat perintah telah diterbitkan,”
kata seorang staf. Dan Eun Suk pun langsung terdiam.
Penjaga Dong datang ke kantor polisi
untuk memberikan pernyataan. Dia menjelaskan bahwa pada waktu dia mau
menghadiri pemakaman, dia memiliki pakaian yang rapi, tapi tidak ada sepatu
yang bagus, jadi Jong Hoon meminjamkan sepatu kepadanya. Lalu kemarin bukannya
dia tidak mau menjawab telpon atau menghindar, tapi kakinya tidak sengaja
terjepit dikereta, lalu ponsel nya jatuh. Kemudian sepatu tersebut hilang
dirumah sakit, karena saat Dokter memeriksanya, dia dibawa berpindah ruangan.
Sebagai buktinya, Penjaga Dong menyuruh Det. Dong untuk memeriksa tagihan rumah
sakit dan ponselnya.
“Barang bukti sudah terkontaminasi,”
komentar Det. Dong Su sambil mencatat semua pernyataan Penjaga Dong.
“Aku boleh pergi?” tanya Penjaga Dong,
agak bingung. Dan Det. Dong Su mengganguk. “Aku mau menemuinya selagi di sini.”
“Pergilah ke penjara. Kami sudah
mengirimnya ke sana,” balas Det. Dong Su.
Ditempat fotocopy. Penjaga Dong agak
emosi, karena Jong Hoon sama sekali tidak mau menyewa pengacara, jadi akhirnya
dia hanya mendapatkan pembela umum saja. Dan pembela tersebut malah kurang
bagus.
Eun Suk juga merasa kesal kepada
pembela tersebut. “Profesor Yang memintanya tutup mulut di depan hakim.”
“Dia sebaiknya tutup mulut untuk
membantunya,” kata Penjaga Dong, setuju. “Tapi bagaimana jika Profesor Yang tak
bisa memberi bukti atau penjelasan? Mungkin dia benar membunuhnya,” gumamnya,
mulai ragu.
Mendengar itu, Eun Suk dan Kang Sol A
langsung berdiri dan menatapnya dengan tajam. “Kau mau mati?” tanya Eun Suk.
Dan dengan ngeri, Penjaga Dong gemetar.
Diruang Introgasi. Pengacara Park Geun
Tae datang telat. “Halo,” katanya, menyapa Jong Hoon. Lalu dia melihat surat
yang Det. Dong Su berikan. “Ada surat perintah untuk membuka ponselnya?”
tanyanya. Dan Det. Dong Su mengiyakan. “Kau tak punya pilihan,” katanya kepada
Jong Hoon dengan agak gugup.
Tanpa mengatakan apapun, Jong Hoon pun
membuka ponselnya. Dan Det. Dong Su serta Det. Oh langsung memeriksa isi ponsel
nya.
Diponsel Jong Hoon. Ada catatan
mengenai ‘Kasus tabrak lari Jurae-dong’. Dan video bukti dari tabrak lari
tersebut.
“Tunggu, berhenti,” pinta Det. Oh. “07P
4295. Apa ini mobilnya?” tanyanya sambil menatap Jong Hoon.
Flash back. 2008.
Jejak sepatu Man Ho ditemukan ditempat
kejadian. Jadi Kepala Jaksa Seo Byung Ju dan Jaksa Jong Hoon menanyai Man Ho.
Tapi Man Ho berpura- pura tidak ingat.
“Apa kau lihat pengemudi yang menabrak
anak itu?” tanya Jong Hoon.
“Katanya dia mabuk, bahkan sampai lupa
pernah perkosa gadis itu. Meski dia melihatnya, dia tak akan ingat. Benar?”
tanya Byung Ju.
“Kalau kau pura-pura bodoh untuk
mencari aman…” kata Jong Hoon.
“Jika itu niatmu, jangan coba-coba. Aku
tak pernah tertipu omong kosong itu,” kata Byung Ju, menyela. “Katakan kalau
kau melihatnya.”
Man Ho memperhatikan raut wajah Byung
Ju dan Jong Hoon. Lalu dia menjawab,” Kalau kubilang aku lihat pelatnya… apa
yang akan kalian lakukan?” tanyanya.
“Kau lihat?” tanya Byung Ju dan Jong
Hoon, secara bersamaan.
Flash back end
Det. Oh teringat sesuatu. Dia
mencocokkan plat mobil Byung Ju dan plat mobil yang melakukan tabrak lari. Dan
plat nya sama.
“Jangan bilang kalau Jaksa Seo adalah…”
kata Det. Oh sambil menatap Jong Hoon untuk memastikan jawaban nya.
Flash back
Jong Hoon menjelaskan kepada Byung Ju
bahwa dia akan terus berusaha untuk membujuk Man Ho untuk memberikan petunjuk.
Tapi Byung Ju menghentikannya.
“Lemah pikiran akibat alkohol… itu
benar,” kata Byung Ju.
Ketika Byung Ju telah pergi. Det. Oh
datang untuk bertanya, namun saat dia melihat Jong Hoon hanya berdiri diam, dia
merasa heran ada apa.
Flash back end
Det. Oh merasa sulit untuk percaya. Tapi Jong Hoon hanya diam saja. Sementara Det. Dong Su dan Pengacara Park, mereka berdua merasa bingung ada apa.