Sinopsis Drama Jepang - Shimeshi Episode 03


Images by : TBS


Saat siang yang ramai berubah menjadi malam yang ramai. Di belakang kota yang berisik dan sibuk, terdapat sebuah kedai. Kedai ini, hari itu hanya menyambut satu pelanggan.
Seorang wanita pergi ke sebuah kedai yang berada disebuah gang. Dia menemukan kedai tersebut berdasarkan kartu nama kedai tersebut di tangannya.
Tapi, kau takkan menemukan kedai ini meski kau mencarinya. Karena tempat ini hanya bisa dikunjungi bagi mereka yang sedang berada di persimpangan jalan hidupnya.
Di papan nama kedai, tercantum kata : Le Bon Vivre.
Nama kedai ini adalah “Le Bon Vivre”. Dalam bahasa Prancis yang berarti “Kehidupan yang baik.”
Pintu kedai terbuka sebelum wanita itu mengetuknya. Ikeyama menyambutnya. Dia mempersilahkan sang wanita untuk masuk. Setelah wanita itu masuk, pintu kembali ditutup.
Lalu pintu tertutup. Dan beberapa jam kemudian…
Langit sudah berubah menjadi gelap. Wanita itu keluar dari dalam kedai dengan di antar Ikeyama.

Sebelum wanita itu beranjak pergi, Ikeyama memberikan sebuah amplop. Wanita itu membuka amplop dan menangis melihat isi amplop tersebut.
Inilah cerita selengkapnya… Kedai ini mampu mencitapkan hidangan yang telah hilang dari dunia ini. Hidangan yang disajikan disini, memiliki kekuatan untuk menggerakkan kehidupan yang terhenti.
SHIMESHI
(Hidangan Pembuka)
Tamu : Amimoto Ayako
Pelayan/Pemilik Kedai : Ikeyama Juri
Koki Utama : Terayashiki Renichi
Koki Kedua : Oze Kiyoi
Episode 03
Nasi Omelet Grand Takashima
Ikeyama mengantar Amimoto ke sebuah meja yang ada di sana. Tidak ada pengunjung ataupun meja lain di sana. Seolah-olah, kedai itu hanya menyambut Amimoto.
Amimoto melihat ke sekeliling kedai yang kosong. Ikeyama memperkenalkan dirinya dan memberitahu kalau dialah yang sudah beberapa kali mengirim pesan pada Amimoto agar datang ke kedainya.
Amimoto yang adalah penyanyi enka, mengangguk canggung. Ikeyama kemudian mulai menunjukkan menunya. Itu adalah menu yang di pesan oleh Amimoto sebelum datang. Dia memperlihatkannya pada Amimoto lagi, untuk memastikan, agar mereka tidak salah memasak. Menunya adalah Nasi Omelet Grand Takashima.
Amimoto membenarkan kalau itu menu yang di pesannya.
“Kau makan hidangan ini pada 23 tahun yang lalu, tahun 1992? ” tanya Ikeyama memastikan menu yang dimaksud oleh Amimoto.
“Aku masih 15 tahun.”

Di dapur, dua orang koki, memperhatikan perbicangan mereka dari sebuah televisi kecil.
Oze memberitahu pada Tera kalau Amimoto Ayako adalah wanita berusia 25tahun dan merupakan penyanyi enka (enka adalah salah satu genre musik pop Jepang berupa balada bernada sentimental yang secara unik mengekspresikan luapan perasaan orang Jepang). Mulai debut saat umur 18. Lagu yang dirilis pada umur 21, "Cinta di Sugamo" sangat melejit. Oze juga memberikan album Amimoto.
Oze menjelaskan lebih lanjut kalau Amimoto akhir-akhir ini belum merilis lagu. Dan dia hanya punya satu lagu yang laris. Sepertinya dia melanjutkan beberapa pekerjaan di pedesaan.
Ikeyama kemudian bertanya kepada Amimoto, alasannya memesan hidangan tersebut?
“Aku hampir tak memiliki\Ningatan tentang orangtuaku. Ayahku mengalami kecelakaan sebelum aku lahir. Dan ibu sakit saat aku berumur 5 tahun,” jelas Amimoto.
Flashback

Amimoto dibesarkan oleh kakekknya dari kecil. Dia sangat sayang kepada kakeknya dan begitu pula kakeknya.
Mereka hidup dalam kehidupan yang sangat sederhana. Kakeknya hanya bekerja di pabrik kecil yang saat itu dilanda krisis. Tapi, kakek nya selalu memasakkannya telur dan beralasan kalau dia tidak suka makan telur. Tapi, Amimoto tidak bodoh, dia tahu kakeknya hanya berbohong dan membagi makananya menjadi dua untuk kakeknya.
Flashback END
“Kakek selalu membuatku tersenyum. Aku sayang kakek. Dan kakek juga suka menyanyi,” jelas Amimoto.
Flashback

Kakek sangat suka menyanyi lagu Enka. dan Amimoto juga bisa menyanyikan lagu Enka. Kakek terkejut karena cucunya bisa menyanyikan lagi Enka. Amimoto menjelaskan kalau dia tidak suka lagu Enka tetapi karena kakeknya menyanyikannya tiap hari, dia jadi hafal. Kakek tersenyum senang dan memuji suara Amimoto yang bagus dan meminta Amimoto menyanyikannya lagi untuknya. Amimoto menurut.
Dan kakek kemudian merekomendasikannya untuk mengikuti kontes nyanyi lagu Enka di kotanya. Kakek bahkan datang untuk mendukung Amimoto.
Amimoto jadi suka menyanyikan lagu Enka karena itu bisa membuat kakeknya tersenyum. Senyum yang dia sukai.



Kakek mendengarkan suara Amimoto dipanggung dan menangis bahagia.
Amimoto memenangkan kontes tersebut. Kakek memajang piala yang di peroleh Amimoto di depan altar kedua orang tua-nya dan meminta mereka selalu menjaga Amimoto.


Dan setelah itu, kakek memberikan Amimoto hadiah dengan membawanya ke restoran. Mereka masuk ke restoran yang mahal tersebut. Tapi, pelayan restoran yang melihat penampilan kakek yang lusuh dan terlihat miskin tidak memberikannya izin untuk masuk dengan alasan restoran sudah penuh. Kakek protes kalau masih banyak kursi kosong. Pelayan memberitahu kalau itu meja yang sudah dipesan.
Kakek melihat penampilannya dan sadar kalau mereka di tolak karena penampilannya. Kakek memohon pada pelayan agar setidaknya membiarkan Amimoto untuk makan di restoran. Kakek memohon. Pelayan tetap menolak. Amimoto menenangkan kalau itu tidak perlu. Dia hanya ingin makan bersama dengan kakeknya.
Kakek hendak pulang dengan Amimoto. Tiba-tba pelayan datang dan memberitahu kalau ada meja kosong karena ada yang membatalkan meja. Dia mengundang mereka untuk masuk lagi.
Kakek dan Amimoto melihat menu. Pelayan datang menanyakan pesanan mereka. Kakek bingung harus memesan apa dan bertanya pendapat Amimoto. Amimoto memilih memesan omelet. Kakek setuju dan memesan 2porsi.
Amimoto menggoda kakek yang sebenarnya suka makan telur. Kakek berkata kalau dia hanya ingin makan hal yang sama dengan Amimoto hari ini. Amimoto tertawa dan menyebut kakeknya aneh.


Lalu, nasi omelet dihidangkan. Mereka menikmatinya dan Amimoto memuji omelet yang sangat enak.
Flashback END
“Tahun lalu ia telah tiada. Sudah tak ada yang memintaku menyanyi. Penggemarku no.1 telah tiada. Aku, tak punya tujuan untuk menyanyi lagi. Jika kupikirkan itu, aku ingat saat kakek makan nasi omelet. Raut wajahnya saat makan hidangan yang lezat.”
Ikeyama mengerti. Dia meminta izini untuk membuat pesanan dan meminta Amimoto menunggu.
Di dapur,
Ikeyama memberikan pesanan pada Terayashiki dan Oze.

Oze menjelaskan kepada Tera kalau Grand Takashima telah bangkrut tahun 2001. Oze juga memperlihatkan foto toko Grand Takashima. Resepnya juga masih ada di arsip.
Di kedai ini terdapat arsip, koleksi luas dan beragam literatur makanan. Tak terbatas pada buku yang diterbitkan, koleksi hikayat sang koki ketika melakukan perjalanan dan makan di seluruh jepang serta resep berbagai makanan daerah juga ada disini.
Oze menambahkan untuk lebih yakin dengan resep tersebut, dia berhasil menghubungi manajer restoran. Oze memperlihatkan foto manajer tersebut. Oze memberitahu kalau orang itu sangat ramah dan dia bahkan memberikan daftar pemasok pada saat itu.
Oze juga dengan yakin menunjukkan bahan-bahan yang digunakan.
Tera melihat foto manajer, resep dan bahan. Dia kemudian bertanya apa Oze ingin mencoba memasaknya hari ini? Ikeyama dan Oze sampai terkejut. Tetapi, Tera kemudian tertawa dan berkata kalau dia hanya bercanda.
Tera mulai memenjamkan matanya dan membayangkan perasaan Amimoto saat memakan makanan tersebut.

Oze dan Tera mulai sibuk memasak dan membuat nasi omelet.
Hidangan selesai.

Ikeyama menghidangkannya pada Amimoto. Amimoto tersenyum melihatnya. Ikeyama menyuruh Amimoto untuk menikmatinya.
Amimoto mulai memakan nasi omelet. Dia mulai teringat saat memakan nasi tersebut dengan kakeknya. Amimoto menangis sedih mengingat kakeknya.
Dia terus memakan omelet dan memujinya sangat lezat.

Makanan sudah selesai dihabiskan. Amimoto sangat puas dengan makanan tersebut. Ikeyama menghampirinya. Amimoto meminta bertemu dengan koki untuk berterimakasih.
Tera dan Oze keluar menemui Amimoto. Ikeyama memperkenalkan mereka. Amimoto dengan tulus berterimakasih untuk makanan yang dibuat oleh mereka.
“Hidangan hari ini kami dibantu oleh seseorang,” beritahu Oze.
“Seseorang?”
“Iya, untuk memenuhi pesananmu, aku menemui mantan manajer restoran itu,” jelas Oze.


Flashback
Oze menemui manajer restoran. Dan manajer restoran ternyata mengenal kakek dan Amimoto. Dia pernah secara kebetulan, melihat mereka berdua.
Dulu, saat Amimoto mengikuti kontes menyanyi Enka, ternyata manajer juga ada di sana untuk memotret putrinya yang ikut kontes tersebut.
Saat mendengar suara Amimoto, dia sudah merasa kalau putrinya pasti akan kalah. Dan saat itulah, dia melihat kakek Amimoto yang duduk di sampingnya, berteriak menyemangati Amimoto.
Dia sangat suka memotret, dan ketika melihat ekspresi kakek yang menangis bahagia melihat Amimoto, dia segera memotretnya.
Suara kamera dan cahaya terdengar. Kakek menyadarinya. Manajer segera meminta maaf karena memotret diam-diam. Kakek tidak mempermasalahkan dan memberitahu manajer kalau Amimoto adalah cucunya.


Dan setelah itu, dia melihat kakek dan Amimoto datang ke restoran tetapi di usir oleh pelayan. Manajer melihatnya dan menegur sikap pelayan. Dia menyuruh pelayan untuk memanggil kembali kakek dan Amimoto.

Manajer juga memperhatikan ekspresi Amimoto dan kakek yang menikmati omelet.
“Sejak saat itu, aku selalu menjadi penggemar Amimoto-san. Tentu saja, aku yang kedua setelah kakeknya. Tolong sampaikan padanya, aku berharap dia sukses dan aku menunggu.”
Flashback END
Amimoto terhenyak mendengar cerita itu.
“Ada satu lagi. Orang yang mengharuskanmu menyanyi,” ujar Tera.
Ikeyama tersenyum mendengarnya. Tera, Oze dan Ikeyama pamit pergi. Mereka meninggalkan Amimoto untuk memikirkan semuanya.

Ikeyama menyeduh kopi. Dia menghidangkannya pada Amimoto.
Amimoto meminum kopi tersebut. Dia tersenyum bahagia.
Ikeyama mengantar Amimoto keluar pintu. Sebelum Amimoto pergi, Ikeyama memberikan sebuah amplop padanya.

Amimoto membuka amplop tersebut. Itu adalah ekspresi bahagia kakeknya saat melihat dia menyanyi di kontes dulu. Amimoto menangis bahagia karena bisa melihat ekspresi lagi. Dia berterimakasih pada Ikeyama.
Amimoto beranjak pergi dengan semangat baru.
Ikeyama menutup kembali pintu kedai dalam senyuman.
Itulah cerita yang terjadi di “Le Bon Vivre”.


Post a Comment

Previous Post Next Post