Saat siang yang ramai berubah menjadi malam yang ramai. Di belakang kota yang berisik dan sibuk, terdapat sebuah kedai. Kedai ini, hari itu hanya menyambut satu pelanggan.
Seorang pria muda dengan membawa tas pergi ke sebuah kedai yang berada disebuah gang. Dia menemukan kedai tersebut berdasarkan kartu nama kedai tersebut di tangannya.
Tapi, kau takkan menemukan kedai ini meski kau mencarinya. Karena tempat ini hanya bisa dikunjungi bagi mereka yang sedang berada di persimpangan jalan hidupnya.
Di papan nama kedai, tercantum kata : Le Bon Vivre.
Nama kedai ini adalah “Le Bon Vivre”. Dalam bahasa Prancis yang berarti “Kehidupan yang baik.”
Pintu kedai terbuka sebelum pria itu mengetuknya. Seorang wanita menyambutnya. Dia mempersilahkan sang pria untuk masuk. Setelah pria itu masuk, pintu kembali ditutup.
Lalu pintu tertutup. Dan beberapa jam kemudian…
Langit sudah berubah menjadi gelap. Pria itu keluar dari dalam kedai dengan di antar wanita tersebut.
Pria itu berbalik. Wajahnya terlihat terkejut melihat sesuatu di belakangnya.
Inilah cerita selengkapnya… Kedai ini mampu mencitapkan hidangan yang telah hilang dari dunia ini. Hidangan yang disajikan disini, memiliki kekuatan untuk menggerakkan kehidupan yang terhenti.
(Hidangan Pembuka)
Tamu : Uematsu Shunsuke
Pelayan/Pemilik Kedai : Ikeyama Juri
Koki Utama : Terayashiki Renichi
Koki Kedua : Oze Kiyoi
Episode 02
Mantan Guru dan Sepanci Yukimi
Ikeyama mengantar Uetmasu ke sebuah meja yang ada di sana. Tidak ada pengunjung ataupun meja lain di sana. Seolah-olah, kedai itu hanya menyambut Uetmasu.
Uetmasu melihat ke sekeliling kedai yang kosong. Ikeyama memperkenalkan dirinya dan memberitahu kalau dialah yang sudah beberapa kali mengirim pesan pada Uetmasu agar datang ke kedainya.
Uetmasu yang adalah pemain bisbol professional, mengangguk canggung. Ikeyama tersenyum dan memberitahu kalau setiap orang yang datang ke kedai ini, menunjukkan ekspresi yang sama seperti Uetmasu. Ekspresi yang seolah berkata : “Tak banyak pelanggan di kedai ini, kan?” Uetmasu membenarkan.
Ikeyama kemudian mulai menunjukkan menunya. Itu adalah menu yang di pesan oleh Uetmasu sebelum datang. Dia memperlihatkannya pada Uetmasu lagi, untuk memastikan, agar mereka tidak salah memasak. Menunya adalah Mantan Guru dan Sepanci Yukimi.
Uetmasu membenarkan kalau itu menu yang di pesannya.
“Kau memesan hidangan ini 7 tahun yang lalu pada November 2008, 'kan?” tanya Ikeyama memastikan menu yang dimaksud oleh Uetmasu.
“Iya, saat aku masih 18 tahun.”
“Pelatih bisbol SMA-mu mentraktir hidangan ini, 'kan?” tanya Ikeyama lagi.
Uetmasu membenarkan dan bercerita kalau pelatihnya sangat baik padanya tetapi sekarang mereka tidak saling berhubungan lagi.
Uetmasu melihat foto tersebut dan membenarkan. Dia heran darimana Ikeyama dapat menemukan foto tersebut?
Oze memberitahu pada Tera kalau Uematsu adalah pria berusia 25tahun dan merupakan pemain bisbol profesional dari tim Shonan Blue Astros. Oze juga memberikan foto Uetmasu.
Oze memberikan potongan artikel dan menjelaskan kalau setelah lulus dari SMA Nihonkai, Uetmasu diikutkan pada putaran kedua dan menjadi pelempar. Sekarang dia masih ada di tim. Saat kelas 2, dia menang 11 kali dan menjadi harapan besar. Tapi, 4 tahun yang lalu ligamen pada sikunya mengalami kerusakan. Sejak saat itu dia bermain liga besar maupun kecil. Peringkat saat pemain diturunkan karena pensiun, cedera, di bawah performa atau non-kontrak. Tahun ini dia diturunkan ke peringkat senryokugai tsukoku (peringkat saat pemain diturunkan karena pensiun, cedera, dibawah performa atau non kontrak). Tampaknya dia akan mencari team baru.
Tera mengembalikan foto dan artikel kepada Oze. Dia bertanya pada Oze, bagaimana jika tidak ada satu tim pun yang mau menerima Uetmasu? Oze menjawab kalau sepertinya Uetmasu akan memilih berhenti main bisbol dan mencari pekerjaan baru daripada menjadi pelatih. Tera menyayangkan hal itu karena Uetmasu masih sangat muda.
Ikeyama kemudian bertanya kepada Uetmasu, alasannya memesan hidangan tersebut?
“Itu… Karena saat musim dingin aku diikutkan dalam liga pro. Pelatih Kitahara mengundangku ke rumahnya dan bilang ikutlah makan malam, ” jelas Uetmasu dan mengingat saat-saat itu.
Pelatih Kitahara sibuk dengan istrinya didapur memasak makan malam untuk Uetmasu. Dan Uetmasu memperhatikan dari luar dapur. Pelatih Kitahara juga memasukkan sesuatu ke dalam makanan yang dibuatnya walaupun istrinya melarang.
Makanan sudah siap dan dihidangkan. Istri Kitahara memberikan nasi pada Uetmasu dan menyuruhnya menikmati.
Uetmasu berterimakasih atas nasinya dan mulai makan. Pelatih Kitahara dan istrinya menanti dengan gugup reaksi dari Uetmasu. Dan Uetmasu memuji rasanya yang sangat enak. Pelatih tertawa senang dan berkata itu adalah makanan spesialnya.
Uetmasu memuji rasa makanan yang meluap-luap dimulut.
Pelatih senang dan menyuruh agar Uetmasu cepat dewasa sehingga mereka bisa minum bareng.
Flashback END
“Aku tidak begitu paham… Rasanya beda dengan Yukimi yang biasa kumakan Dan sensasinya itu meluap-meluap. Rasanya enak banget. Mungkin "Rasa bagi orang dewasa",” akhir penjelasan Uetmasu.
Flashback
Mereka telah selesai makan. Pelatih Kitahara dalam keadaan mabuk memanggil-manggi nama Uetmasu. Dia memuji Uetmasu yang sudah berusaha keras.
“Akan kukatakan sekarang. Kau tak dikaruniai bakat,” ujar Pelatih. “Kau tak berlari cepat dan kau tak tahan. Tapi… kau bersungguh-sungguh dari siapapun yang kukenal. Kesungguhanmu selalu tak tergoyahkan. Kau lebih berkeringat dari siapapun.”
Uetmasu hanya menunduk diam mendengar perkataan pelatih.
“Hei Shunsuke! Kenapa kau berusaha keras? Apa demi ibumu?”
“Aku tak punya siapa-siapa kecuali ibu.”
“Benar juga.. Berarti kau anak yang berbakti.”
Uetmasu terdiam. Dia hendak memberitahu alasannya berusaha keras tetapi Pelatih sudah tertidur. Istri Kitahara datang dan menyelimuti pelatih. Dia bercerita kalau suaminya semakin tua dan bisa tertidur saat sedang mengobrol. Dia juga memberitahu kalau suaminya selalu membicarakan bisbol sejak Uetmasu bergabung dalam klub. Mungkin suaminya berharap kalau Uetmasu adalah anaknya. Istinya juga memberitahu kalau dia tidak bisa punya anak.
“Kurasa… Mungkin karena itulah dia melatihmu tanpa henti.”
Flashback END
Ikeyama mengerti. Dia kemudian menanyakan pertanyaan terakhir, apa alasan Uetmasu ingin memakan makanan itu lagi?
“Sekarang aku merasa bersalah. Haruskah lanjut main bisbol atau… Lalu, aku ingat hidangan itu. Mungkin aku ingin curhat banyak hal pada pelatih. Dan minta nasehatnya. Tapi… Saat istrinya meninggal… Aku tak mampu mengunjunginya karena cederaku. Karena tak berterima kasih, aku malu menemuinya.”
Ikeyama mengerti. Dia meminta izini untuk membuat pesanan dan meminta Uetmasu menunggu.
Ikeyama memberikan pesanan pada Terayashiki dan Oze.
Oze menjelaskan kepada Tera kalau Yukimi merupakan masakan lokal dari prefektur Ishikawa. Karakteristik makanan ini adalah mereka menambahkan banyak daikon ke dalamnya sehingga terlihat seperti salju. Karena itu Yukimi di sebut juga Hujan Salju. Tapi, masalahnya makanan ini menggunakan berbagai bahan.
Oze mengeluarkan berbagai bahan sesuai dengan ingatan pelanggan. Tera tidak memperhatikan. Dia hanya berpikir maksud dengan perkataan Uetmasu tadi : Rasanya pasti meluap - luap.
Tera menebak bahwa itu pasti maksudnya adalah telur ikan. Oze mengerti dan membawa keluar berbagai macam telur ikan. Tera mulai menganalisa telur ikan yang digunakan sesuai dengan prefektur tempat tinggal pelatih.
Tera mengerti bahwa telur ikan yang digunakan adalah telur ikan kembung. Ikeyama terkejut karena setaunya telur ikan kembung mengandung racun. Tera membenarkan kalau telur ikan kembung mentah memang mengandug racun. Oze menambahkan kalau telur yang dipilih Tera adalah telur ikan kembung yang sudah di asinkan dan di asamkan selama 2tahun lebih. Dan menurut UU Sanitasi Makanan, telur ini dilarang di kosumsi. Tetapi, sebagian kecil Prefektur Ishikawa diizinkan mengosumsinya jika dapat mengolahnya dengan benar. Dan rasa telur ikan ini lezatnya melebihi makanan lezat.
Tera melihat foto Uetmasu dan pelatih. Tera menarik nafas dan mulai membayangkan perasaan Uetmasu saat memakan masakan pelatihnya. Dan Tera memerintahkan memasak dimulai sekarang!
Hidangan selesai.
Ikeyama menghidangkannya pada Uetmasu. Uetmasu tersenyum melihatnya. Ikeyama menyuruh Uetmasu untuk menikmatinya.
Uetmasu mulai memakan Yukimi. Dia mulai teringat saat-saat pelatih bertanya kenapa dia berusaha keras. Dan dia ingat saat dia hendak memberitahu alasan kenapa dia berusaha keras tetapi pelatih sudah tertidur.
“Karena kau percaya padaku,” sambung Uetmasu. Dia tersenyum.
Uetmasu ingat saat pelatih terus melatihnya terus menerus tanpa lelah. “Karena kau percaya padaku sampai sekarang aku berusaha keras.”
Makanan sudah selesai dihabiskan. Uetmasu sangat puas dengan makanan tersebut. Ikeyama menghampirinya. Uetmasu meminta bertemu dengan koki untuk berterimakasih.
Tera dan Oze keluar menemui Uetmasu. Ikeyama memperkenalkan mereka. Uetmasu dengan tulus berterimakasih untuk makanan yang dibuat oleh mereka.
“Jadi…Kau masih takut melempar bisbol?” tanya Tera tiba-tiba.
“Bisbol adalah hidupku.”
“Oh. Begitu. Boleh tanya satu hal. Apakah bisbol mengajarkanmu sesuatu?” tanya Tera lagi.
Uetmasu terkejut. “Apa yang bisbol ajarkan padaku?” Uetmasu mulai mengingat saat - saat dia masih pemain pemula dan merasa sangat lelah dengan latihannya. Saat itu pelatih menegurnya : “Ayo berdiri! Takkan ada yang menolongmu. Hanya dirimu sendiri di sini. Makanya berdiri dengan kakimu sendiri. Gunakan kakimu, kekuatanmu. Shunsuke… Setiap orang bisa gagal. Tapi, bukan itu intinya. Yang terpenting adalah apakah kau bisa berdiri atau tidak!”
“Itulah jawabannya, ‘kan? Mulai saat ini,” ujar Tera.
Uetmasu terhenyak mendengarnya. Tera, Oze dan Ikeyama pamit pergi. Mereka meninggalkan Uetmasu untuk memikirkan semuanya.
Uetmasu meminum kopi tersebut. Dia seperti mendapatkan kekuatan baru.
“Shunsuke!” terdengar seseorang yang memanggil Uetmasu dari belakang. Uetmasu menoleh dan terkejut. Itu adalah pelatih yang terus mendukungnya dulu.
Uetmasu berlari menghampiri pelatih. Dia meminta maaf pada pelatih karena lama tidak menemuinya. Pelatih hanya memandangnya.
“Shunsuke,” panggil pelatih. “Apa kau… sudah minum minuman keras?” tanya. Uetmasu tersenyum senang dan berkata sudah.
Senyum pelatih merekah. “Mari kita minum. Bawa aku ke suatu tempat yang tak kuketahui di Tokyo.”
Uetmasu setuju dan mereka pergi dalam tawa baagia.
Itulah cerita yang terjadi di “Le Bon Vivre”.
Tags:
Shimeshi