Sinopsis Drama Special : Romance Full Of Life Episode 03

PREVIOUS EPISODE
Content and Images by MBC

In Sung menghajar semua preman yang menganggu Tae Yi hingga semuanya kabur ketakutan. Tae Yi yang memandangi dari tempat persembunyiannya dengan kagum dan terkesima.

Selesai mengurusi preman, In Sung berjalan menghampiri Tae Yi. Dia bertanya keadaan Tae Yi dan mengulurkan tangannya. Tae Yi menyambut uluran tangan In Sung dan In Sung menariknya beridiri, Tae Yi memberitahu kalau dia sangat ketakutan tadi.


In Sung mengantar Tae Yi ke sebuah taksi. Dia membukakan pintu taksi untuk Tae Yi. Tae Yi mengucapkan terimakasih dengan tersenyum. In Sung memandangnya dan dia ingat apa yang dipelajarinya di buku : Tersenyumlah sebagai ucapan selamat tinggal. In Sung tersenyum dan mengatakan kepada supir taksi untuk berhati-hati dalam mengemudi. Tae Yi semakin terpesona.





In Sung menutup pintu taksi. Taksi meluncur pergi. In Sung membaca nomor plat taksi 38 Ra 2344. In Sung melihat taksi yang melaju pergi dan ingat yang dipelajarinya, yaitu : Para wanita cenderung melihat kebelakang. Dan benar, Tae Yi berbalik dan melihatnya. In Sung tersenyum kepada Tae Yi. Jangan berbalik dan terus melihatnya sampai akhir. Seperti itulah pria sejati mengakhiri kencan. In Sung melihat taksi Tae Yi terus hingga hilang dari pandangannya. Tae Yi duduk di taksinya dan merasa senang.


In Sung menghampiri Ji Sub yang duduk di bangku taman tempat les. Ji Sub memandangi dari atas sampai bawah, penampilan baru In Sung. Dia memandang aneh pada In Sung dan bahkan mengomentari pakaian yang digunakan In Sung seperti celemek kebesaran (In Sung menggunakan jaket, dimana diluar jaket ada lapisan luar terpisah berwarna hitam). In Sung hanya tertawa menanggapi komentar Ji Sub.

Para wanita di sekitar mereka lewat dan terus memandangi In Sung dengan kagum tetapi Ji Sub malah mengomel kalau para wanita itu memandangi In Sung karena pakaian aneh yang digunakan In Sung. In Sung cuma tersenyum menanggapi. Ji Sub bahkan mengatakan kalau In Sung punya panutan seperti dirinya dan harusnya In Sung meniru cara berpakaiannya saja.


Tae Yi lewat di sana dan berteriak memanggil ‘Oppa’ pada In Sung. Dia bahkan melambaikan tangan dengan semangat pada In Sung. Ji Sub salah mengira kalau Tae Yi memanggil dan melambai padanya jadinya Ji Sub balas melambai. Ji Sub bangkit dari kursinya dan menyombongkan diri kalau dia bisa mendapatkan Tae Yi hanya dalam waktu seminggu dan In Sung harus belajar darinya.


Ji Sub berjalan menghampiri Tae Yi sambil melambaikan tangannya tetapi Tae Yi hanya berlari melewati Ji Sub dan mengahmpiri In Sung. Tae Yi dengan senang menyapa In Sung dan bertanya apa In Sung juga les disini? Ji Sub menghampiri mereka dan berkomentar kalau dia (In Sung) tidak pantas mendapatkan perhatianmu. Tae Yi mengabaikan komentar Ji Sub dan terus berbicara dengan In Sung.


“Apa tidurmu nyenyak setelah membuatku pulang sendiri?” tanya Tae Yi.

“Meskipun aku tidak yakin apa yang terjadi di antara kalian, kamu bodoh sekali. Apa kamu membiarkan gadis cantik seperti ini pulang sendiri? Apa kamu sudah gila?” komentar Ji Sub.

“Aku tidak mau membuatnya merasa tidak nyaman. Lagipula aku sudah mengahapal nomor platnya,” jawab In Sung.

“Kamu bahkan tidak tahu nomor teleponnya,” komentar Ji Sub lagi.

“Nomor 38 Ra 2344. Kami tiba di Cheongdam-dong pukul 23.45. Aku memastikan kamu pulang dengan selamat,” jawab In Sung.


Tae Yi tersenyum malu. Dia semakin kagum dengan In Sung yang bersikap gentle. Tae Yi memberitahu kalau dia tidak bisa tidur semalam dan menyesal karena tidak menanyakan nomor teleponmu. Tapi, sekarang mereka bertemu lagi. Tae Yi dengan antusias berkata kalau mereka pasti berjodoh. Ji Sub semakin bingung melihatnya. Dia memberitahu kalau Tae Yi meminta nomornya, dia pasti akan memberikan … belum selesai dia bicara, Tae Yi langsung mengajak In Sung makan dan dia akan mentraktirnya. (Tae Yi ini bicara sambil melihat In Sung terus, dia bahkan mengabaikan dan tidak melirik sekalipun kepada Ji Sub yang ada disebelahnya.) In Sung memberitahu kalau dia ada kelas. Tae Yi mengerti dan mengajak untuk nanti ketemuan dan makan bersama. Dia kemudian beranjak pergi. In Sung tersenyum dan berlalu pergi juga setelah memegang pipi Ji Sub dan menepuk pundaknya. Sementara, Ji Sub cuma bisa berdiri bingung dengan semuanya.


Mereka makan di sebuah restoran mewah. Ji Sub terus bicara mengatakan kalau In Sung itu lemah dan seandainya dia yang ada di sana semalam, para preman itu pasti tidak akan punya peluang. In Sung tertawa meremehkan mendengar perkataan Ji Sub. Tae Yi sibuk memandang In Sung.


Mereka membuka menu. Ji Sub kemudian berbisik kepada In Sung kalau harga hamburger di tempat ini 18dollar. In Sung kaget mendengarnya. Tae Yi memberitahu kalau hamburger di tempat ini enak. In Sung dengan sopan memberitahu kalau dia hanya melakukan kewajibannya semalam untuk menolong dan tidak perlu dibayar dengan sesuatu yang mahal.

“Hamburger berasal dari Hamburg, Jerman. Mengingat itu, 18dollar bukan apa-apa. Kamu membosankan sekali,” ujar Ji Sub dan tertawa (padahal tadi dia yang kasih tahu harganya 18dollar dan mahal.. eh.. sekarang malah dia yang bersikap kaya dan merasa 18dollar bukan apa-apa)

In Sung balas tertawa dan menjawab : “Tapi, kupikir asalnya dari Mongolia.”

Ji Sub tertawa mendengar jawaban In Sung. Dia bahkan meminta maaf pada Tae Yi dan memberitahu kalau In Sung lemah dalam banyak hal, terutama dalam pengetahuan umum.


“Setahuku, sekitar abad-14, suku Tatar Mongolia nomaden makan bison mentah sebagai bahan pokok,” In Sung mulai menjelaskan, “Untuk melunakkan dagingnya, mereka menyimpan potongan dagingnya di bawah pelana. Saat berlarian di padang rumput, dampak dari pelananya melunakkan daging. Mereka akan membumbui dagingnya dengan garam, merica, dan sari bawang bombai lalu memakannya. Kemudian, para pedagang dari Hamburg memperkenalkannya ke Eropa yang kemudian dikembangkan menjadi hamburger saat ini.”

Tae Yi semakin kagum. Dia bertanya apa yang tidak bisa dilakukan In Sung? Ji Sub merasa kalah tapi tetap mengatakan kalau In Sung pasti kebetulan saja mengingat sejarah hamburger. Dia bahkan menjelekan In Sung dengan berkata In Sung memiliki banyak kekurangan. Tae Yi mengabaikan komentar Ji Sub dan mulai menyebutkan kelebihan In Sung yaitu : Pengetahuannya sangat luas, petarung yang baik, sopan, dan memiliki selera mode yang baik. In Sung tertawa manis. Sedangkan. Ji Sub menjadi dongkol.



Tae Yi selesai membayar makanan. In Sung mengucapkan terimakasih. Tae Yi menyuruh In Sung untuk tidak terlalu sopan. Ji Sub menjelaskan kalau In Sung terlalu malu pada wanita. In Sung mengabaikan perkataan Ji Sub dan berkata kepada Tae Yi kalau dia akan mentraktirnya lain kali. Tae Yi setuju dan merangkul tangan In Sung. Dia mengajak In Sung ke suatu tempat lagi dan dia yang akan mentraktir. Ji Sub berkomentar kalau dia agak sibuk tapi apa sebaiknya dia meluangkan waktu? Tae Yi menggeleng dan mengajak In Sung pergi. Senyuman di wajah Ji Sub hilang tetapi dia tetap mengikuti In Sung dan Tae Yi.

Kemanakah mereka? Ke tempat karaoke. Tae Yi menyanyi dengan semangat. In Sung tersenyum dan bertepuk tangan melihatnya. Sementara, Ji Sub sibuk memilih lagu yang akan dinyanyikannya.


Giliran Ji Sub menyanyi dengan penuh penghayatan. Tae Yi tidak memperhatikan dan sibuk melihat buku daftar lagu. Dia menekan alat untuk milih lagu, yang membuat lagu Ji Sub berganti. Tae Yi dengan senyum manis, meminta maaf. Ji Sub tidak masalah dan berkata dia akan mengulanginya. Tae Yi mengabaikan perkataan Ji Sub dan malah menyuruh In Sung yang bernyanyi. Ji Sub merasa kecewa. Tae Yi memilihkan lagu ‘Eyes, Nose, Lips’ - Taeyang (lagu yang dinyanyikan ketika In Sung patah hati diputuskan So Ra).



In Sung mulai menyanyi. Ji Sub memberi tanda pada Tae Yi untuk menutup telinganya. Tae Yi mengabikan Ji Sub. In Sung bernyanyi dengan ragu tetapi ternyata suaranya bagus tidak seperti dulu. In Sung jadi percaya diri untuk bernyanyi. Tae Yi terpesona dengan suara In Sung. Ji Sub lemas. Dan video kip lagu tersbut seolah menampilkan In Sung dengan penampilan kerennya dan dibelakangnya berdiri bliboard Tae Yi.

Mereka selesai karaoke dan hendak pulang. Ji Sub mengucapkan terimakasih untuk traktiran Tae Yi seharian ini dan menawarkan untuk mengantar pulang tetapi Tae Yi memotong perkataanya dan meminta In Sung untuk mengantarnya pulang. Untuk menghilangkan rasa malu, Ji Sub berkata : “Seharusnya aku mengantarmu pulang tapi aku harus belajar. In Sung yang akan mengantarmu.”


In Sung kemudian mengantar Tae Yi pulang dengan Tae Yi yang terus menggandeng lengan In Sung. Ji Sub melihat dari belakang dan tidak percaya dengan semuanya. Dia merasa ada yang tidak beres.


Tae Yi sudah sampai didepan rumahnya. Rumahnya sangat besar. In Sung sedikit kaget tetapi dengan cool tetap menyuruh Tae Yi untuk masuk. Tae Yi sebelum masuk ingin bicara sesuatu dengan In Sung.

“Oppa… aku bukan gadis yang mudah. Aku tidak pernah begitu mudah menyukai seseoang. Aku… menyukaimu. Bagaimana pendapatmu tentangku?”

In Sung kaget mendapat pernyataan cinta langsung dari Tae Yi. Dia sempat bingung hendak menjawab apa, tetapi ingat apa yang dipelajari : Kamu bisa tersenyum sebagai jawaban. Dengan kata alin, bersikap jual mahal. Jadinya, In Sung cuma tersenyum.

“Baiklah. Aku tidak akan memaksamu. Pikirkan saja, mengerti?” ujar Tae Yi. In Sung mengangguk. Tae Yi melambaikan tangannya dan masuk ke dalam rumahnya. In Sung berjalan pulang dengan bahagia dan tidak bisa menahan senyumnya.


In Sung sudah sampai di depan Goshiwon. Dari sudut gelap, Ji Sub keluar dan membuat kaget In Sung.

“Aku telah terbelah antara cinta dan sahabat. Tapi aku memilih temanku,” ujar Ji Sub dengan suara sedih tetapi bergaya keren.

“Apa maksudmu?”
 
“Aku memahami perasaanmu. Jangan meminta maaf. Kamu membuatku makin sedih. Aku mungkin patah hari sekitar satu hari, tapi aku akan baik-baik saja keesokan harinya. Aku tidak akan melepaskannya kepada orang lain. Tapi itu kamu. Aku lebih menghargai persahabatan kita daripada seorang gadis. Seperti itulah aku,” ujar Ji Sub berlalu pergi dengan gaya keren. In Sung cuma bisa merasa heran dengan sikap sok keren Ji Sub.


In Sung dikamarnya dan menulis di buku catatannya :

Efek samping hari ketiga…
Aku lari 100 meter dalam 11detik.
Aku bisa melakukan apapun yang ku inginkan di palang.
Yang paling penting adalah aku tidak pernah leleah sekeras apapun aku berolahraga
Bukan hanya itu saja, aku bisa melihat semua sejauh apa pun itu.
Dan mendengar semua sejauh apapun itu.
Hanya dengan membalik buku, aku bisa mengingat semuanya.
Aku pasti benar-benar sudah gila.

In Sung kemudian menutup buku Catatan Efek Samping-nya.


In Sung merasa senang dan melompat ke tempat tidur. Dia bahkan berkata kepada dirinya sendiri, kalau So Ra pasti sayang sekali karena telah mencampakkannya.

So Ra diruangannya sedang belajar dan merasa terganggu dengan suara In Sung di sebelah. Dia memukul tembok pertanda menyuruh In Sung untuk diam. In Sung tetap ribut walaupun sudah di beri tanda. 


So Ra terpaksa memakai earphone-nya. Dia membalik buku pelajarannya dan mendapati gambar In Sung yang memberi semangat. So Ra terdiam sedih melihat gambar itu.

Flashback

Hari itu, So Ra baru saja di berhentikan oleh orang yang menggunakan jasa les piano-nya karena alasan nilai anaknya menurun sejak belajar piano. So Ra merasa sedih. Dia menerima pembayaran terakhirnya.


So Ra duduk di stasiun kereta api. Dia menelpon dan menawarkan jasa les privatnya. Tapi dia di tolak karena IPK nya yang dibawah 3 walaupun hampir semua ujian penampilannya mendapat nilai A. So Ra hendak memakan kimbabnya tetapi tidak selera. 


Ibunya menelpon dan menjawab dengan nada tidak senang. Sepertinya hubungannya dengan ibunya tidak baik. So Ra memberitahu kalau dia masih mimisan dan memintanya untuk tidak usah sok peduli padanya. Dia kemudian berteriak kalau ibunya peduli padanya, seharusnya dia yang membayar uang kuliahnya dan bukannya menyuruhnya bekerja hingga dia tidak bisa menjaga nilainya. Dia berteriak dan berkata ini semua salah ibunya. So Ra menangis sedih.


Di tempat kerja part-timenya, ketika sedang membersihkan meja, dia kembali mimisan. Darahnya jatuh ke sepatu putihnya dan tidak bisa hilang. So Ra terduduk sedih dan merasa putus asa.

Dia pergi menemui In Sung. In Sung sibuk bicara dan mempraktekan cara memakan kimbab segitiga. So Ra memandang In Sung. Hari itu terlalu melelahkan. Tidak ada alasan lainnya. So Ra minta putus, hari itu.



Dan ketika In Sung menariknya di penyeberangan jalan, dia berbalik dan dengan kasar mengatakan In Sung pecundang. Dan ketika In Sung berteriak memanggil nama So Ra putus asa, So Ra berada di dekat sana dan mendengar teriakkannya. Dia bersembunyi di samping sebuah bangunan. So Ra menangis sedih dan terduduk.

Aku sangat menyedihkan. Bukan In Sung, tapi aku, karena hidup seperti ini. Aku merasa seolah-olah hidup memuakkan ini tidak akan berakhir, jadi, aku ingin mengakhiri sesuatu dengan caraku.

Flashback END


Mata So Ra berkaca-kaca sedih ketika mengingat hari itu. Dia menahan agar tidak menangis. Dia kemudian menundukkan kepalanya di meja dan mulai terisak.

Keesokkan harinya.

In Sung masuk keruangan les nomor satu dan semua wanita terpesona padanya. Selesai les, In Sung pergi ke minimarket tempat kerjanya dulu. Di depan minimarket terpasang kertas yang mencari pekerja paruh waktu untuk kasir.



In Sung masuk ke dalam. Dan terlihat boss-nya dulu sedang merapikan barang. Dia berteriak kaget melihat In Sung. In Sung mengatakan kalau dia hanya ingin membeli sesuatu dan akan pergi setelah selesai. Boss heran melihatnya dan merasa kalau In Sung pasti sudah memenangkan undian.

In Sung hendak mengambil kimbab yang sedang promosi membeli 1 gratis 1. Tiba-tiba, Tae Yi muncul dan meraih kimbab itu juga. Dengan tersenyum, dia meminta In Sung untuk mentraktirnya kimbab ini karena dia ingin satu dan gratisnya untuk In Sung. In Sung tertawa mendengarnya.



Tae Yi kemudian bertanya, apakah In Sung sudah memikirkannya? In Sung sedikit bingung mendengarnya. Saat itu, So Ra kebetulan masuk ke dalam minimarket. In Sung melihatnya, begitu juga So Ra yang sedikit terkejut melihat penampilan baru In Sung.

So Ra berdiri di rak di depan In Sung dan Tae Yi. In Sung melirik So Ra dan mulai bersikap manis pada Tae Yi. In Sung mendengar dengan cemberut. In Sung kemudian bertanya apa Tae Yi sesuka itu padanya? So Ra terkejut mendengarnya, sedangkan Tae Yi mengangguk semangat. Dia kemudian bertanya apa yang di sukai Tae Yi dan sebagainya. So Ra membalik badannya. In Sung melihatnya dan langsung mengajak Tae Yi untuk berkencan. So Ra merasa kaget, dia berbalik dan melihat Tae Yi yang memeluk erat In Sung.

So Ra mengambil belanjaannya dan segera beranjak keluar minimarket. Di luar, So Ra berbalik dan melihat di dalam minimarket, Tae Yi merangkul mesra In Sung. Dia merasa cemburu.

So Ra pulang dan melihat ada kantong belanjaan di gantungkan di pintu kamarnya. Isinya susu pisang dan kimbab segitiga. So Ra melihat ke arah kamar In Sung dan wajahnya tampak marah.



So Ra masuk ke kamarnya dan melemparkan kantong belanjaan itu ke tong sampah. Dia berbaring di tempat tidurnya. Terdengar dari arah sebelah, In Sung yang baru pulang dan sedang berbicara manis dengan Tae Yi di telpon. In Sung kemudian memuji Tae Yi yang manis dan cantik tidak seperti seseorang. (In Sung mengatakannya dengan keras dan ke arah tembok pembatas kamarnya dan So Ra).

So Ra mendengar perkataan In Sung. Dia segera bangkit dan merasa kesal. Apalagi, ketika dia melihat ke arah tong sampah dan ada kantong belanjaan yang dibuangnya. So Ra kemudian memukul keras tembok kamarnya tetapi In Sung tetap bicara dengan keras dan bermanis-manis.


So Ra sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan In Sung. Dia keluar dan mengetuk pintu kamar In Sung. Dia berteriak dan meminta In Sung keluar. In Sung keluar masih sampai telponan. So Ra berbalik dan berteriak kepadanya. In Sung memberi tanda diam dengan menempelkan jari telunjuk di depan bibirnya. Dia mengakhiri pembicaraannya dengan Tae Yi.


In Sung kemudian bertanya ada apa kepada So Ra. So Ra kemudian dengan marah mengatakan kalau suara In Sung terlalu keras. Dia juga menyuruh In Sung untuk memperhatikan tetangganya dan berhenti bersikap egois. In Sung tertawa tidak percaya dan mengatakan kalau So Ra lah yang egois. So Ra bertanya menantang ada apa dengannya?

“Di hari aku gagal ujian, kamu mencampakkanku,” jawab In Sung. So Ra terdiam mendengarnya. “Kamu bahkan tidak sedikitpun memikirkanku. Aku tidak tahan dengan seseorang yang begitu egois sepertimu,” lanjut In Sung penuh emosi.

So Ra berusaha menahan tangisnya dan berteriak kalau In Sung itu tahu apa? Mereka berdua saling berteriak. Semua penghuni goshiwon keluar dari kamar karena merasa terganggu. Penjaga goshiwon menghampiri mereka dan meminta mereka tenang karena mereka terlalu berisik. Dia bisa dipecat karena mereka dan menyuruh mereka untuk bertengkar diluar saja.

So Ra berjalan masuk ke kamarnya. In Sung berteriak kalau So Ra akan menyesal karena sudah mencampakkannya. Penjaga goshiwon menyuruhnya mengecilkan suaranya.

“Wang So Ra. Jangan bilang kamu sudah menyesal. Tidak mungkin. Ular berhati dingin sepertimu tidak mungkin bisa menyesal,” ujar In Sung di luar kamar So Ra.

So Ra hanya bisa menangis di balik pintu.


Hari sudah pagi. In Sung terbangun tepet pukul delapan. Dia bahkan bisa dengan tepat tahu jam alarmnya.

In Sung kencan dengan Tae Yi. Mereka memainkan wahana menembak boneka dan In Sung selalu berhasil menembaknya. Dia mendapatkan banyak boneka untuk Tae Yi. Ada boneka larva kuning dan merah, boneka bus, anjing, beruang dan masih banyak lagi. Tae Yi berteriak kegirangan. Pasangan di samping mereka merasa iri karena yang pria belum bisa berhasil menembak apapun. Sang wanita bahkan sampai memandang kagum pada In Sung. In Sung mendapatkan boneka Tororo besar dan menyerahkannya kepada wanita itu, wanita itu merasa senang, dan sang pria segera pergi menarik tas wanita tersebut.

Seandainya aku tahu para gadis menyukai hal sederhana seperti ini, hidupku akan berbeda.

In Sung bahkan bisa memarkir mobil secara mundur dengan cepat dan tepat. Tae Yi memandangan kagum padanya.

Hidupku berubah. Aku telah berubah dari pacar amatir yang bimbang menjadi ahli hubungan yang percaya diri. Hahahaha….




In Sung sedang menjemur kemeja putihnya dengan hati-hati. Dia merasa puas dan beranjak turun. So Ra muncul dan hendak menjemur pakaiannya. Mereka saling membuang muka. In Sung melewatinya dan menyenggolnya dengan kasar. So Ra memandang kesal dan In Sung dengan gaya sombong berkata ‘maaf.’ So Ra marah sekali.


So Ra sedang menjemur kaus kakinya yang berukir tulisan ‘Lulus’. Dia melihat ke jemuran In Sung dan ternyata In Sung juga menjemur kaus kaki yang sama. So Ra segera melepas kaus kaki yang di jemurnya dan merasa kesal.




In Sung sedang jogging. Tiba-tiba dari atap jatuh sebuah kemeja putih. Sebuah motor pengantar melintas dan menabrak kemeja tersebut. In Sung sejenak bingung melihatnya tetapi kemudian menyadari sesuatu. Dia meraih kemeja itu dan terlihat ada bekas roda. In Sung melihat ke atas dan terlihat So Ra yang tertawa. So Ra dengan gaya sombong seperti In Sung kemudian mengucapkan ‘maaf’ dan berlalu pergi.

In Sung sangat kesal. Dia teringat sesuatu. Dia menelpon Tae Yi dan mengingatkan Tae Yi kalau mereka akan pergi ke Sinda-dong kan hari ini? Dia mengajak Tae Yi untuk makan di suatu tempat yang lebih enak dari ttokbokki. Tae Yi bertanya dimana? Dan In Sung dengan tatapan evil menjawab di tempat yang mewah dan mahal.


So Ra sedang bermain piano di sebuah restoran. Tidak jauh dari piano, Tae Yi dan In Sung sedang dinner bersama. Tae Yi memuji tempat tersebut dan alunan pianonya. In Sung mengangkat tangannya dan memanggil manager. Manager mendekat dan bertanya apa ada masalah.

In Sung memanggilnya ternyata untuk minta request dimainkan sesuatu.  

“Mungkin sebaiknya aku beri saran. Ada lagu yang ditulis oleh komposer Rusia Mily Balakirev. Itu terinspirasi dari perjalanannya di Kaukasus,” ujar In Sung. Dia sengaja memilih lagu paling sulit.

Manager menghampiri So Ra dan bertanya apa So Ra tahu lagu dari perjalan ke Kaukasus oleh Bala….semacamnya? So Ra menggeleng dan menjawab tidak tahu. Manager mendesis kalau dia kira So Ra itu hebat. So Ra melirik ke arah In Sung dan In Sung tertawa meremehkan. So Ra melanjutkan permainan pianonya.

Manager kembali menghampiri In Sung dan meminta maaf karena pianis mereka tidak tahu lagu tersebut.

“Bagaimana dengan ‘Gaspard de la nuit, Trois poemes pour piano’ berdasarkan tiga puisi dari Aloysius Bertrand,” pinta In Sung.

Manager menghampiri So Ra dan menanyakan lagu itu. So Ra kesal dan tanpa sengaja memukul piano. Suara nyaring bergema. Manager segera menegur So Ra. Sementara itu, In Sung tertawa senang melihatnya.



So Ra pulang dari tempat kerjanya dengan perasaan dongkol atas tindakan In Sung tadi. Dan di depan kamarnya, dia tanpa sengaja melihat Gong Moo berdiri di sana. Gong Moo tertawa canggung dan berkata dia ketahuan. So Ra melihat ke gagang pintunya dan ada kantong belanjaan berisi kimbab segitiga dan susu pisang tergantung. Kantong yang dia kira selama ini diletakkan oleh In Sung. 

Post a Comment

Previous Post Next Post