Sinopsis Drama Special : Romance Full Of Life Episode 02

PREVIOUS EPISODE
Content and Images by MBC



In Sung terduduk. Rasa sakitnya hilang. Dia berdiri dan pandangannya buram. Dia menggunakan kaca mata lagi dan pandangannya menjadi jelas. Dia melihat uangnya dengan kacamata dan jelas. Dia membuka kacamata dan buram. In Sung memakai kacamata lagi dan keluar dari rumah sakit dengan bingung.


So Ra kerja part time menjadi kasir restoran cepat saji yang menjual hamburger. Salah seorang pelanggan yang dilayani So Ra melihat hidung So Ra berdarah dan memberitahunya. So Ra meminta maaf dan permisi kebelakang.




So Ra sedang istirahat di samping gang restoran. In Sung datang menemuinya. Dia menyapa dengan ceria. So Ra mengabaikan dan beranjak pergi. Pemilik restroran datang menemuinya dan bertanya apa yang diakukan So Ra disini. So Ra menjawab kalau tadi hidungnya berdarah. Pemilik restoran bertanya dengan kesal kenapa hidung So Ra sering sekali berdarah dan kalau So Ra punya masalah kesehatan sebaiknya berhenti saja. So Ra meminta maaf dan berkata akan segera kembali bekerja. Pemilik restoran mengomel dan In Sung melihat dengan tidak senang.




Pemilik restoran hendak pergi tetapi In Sung memanggilnya. Pemilik restoran bertanya siapa In Sung dan apa yang dilakukannya disini? Pemilik bertanya apa So Ra mengenalnya? Belum sempat So Ra menjawab, In Sung langsung menjawab tidak dan meminta maaf kepada pemilik. Dia kemudian beranjak pergi. So Ra melihatnya kesal dan menyebutnya bodoh.

In Sung dan Ji Sub makan daging panggang di restroran, tempat Ji Sub kemaren mengambil ice cream. Ji Sub memarahi In Sung setelah mendengar In Sung menemui So Ra. Ji Sub kemudian memanggil imo (bibi - pemilik restoran) untuk menambah lauk.

“Aku tidak ingin mengatakan ini, tapi aku punya firasat. So Ra pasti memutuskanmu karena Gong Moo,” ujar Ji Sub.


Bibi pemilik restoran mengantar pesanan Ji Sub. Ji Sub dengan tersenyum menyapanya dan berkata kalau dia benar-benar kembali kan. Ji Sub juga memuji makanannya yang enak. Bibi tersenyum mendengarnya. Setelah bibi pergi, Ji Sub mengeluarkan tempat bekalnya dan memasukkan lauk dari restoran ke dalamnya.

“Hei! So Ra memutuskanmu tanpa alasan yang jelas. Masalahnya, Gong Moo baru dipindahkan ke Noryangjin. Bagaimana menurutmu?” tanya Ji Sub.

In Sung tidak percaya dengan Ji Sub dan tetap percaya pada So Ra.

“Lihat caramu berpakaian. Apa kemeja bernoda dan melar itu seragammu? Lalu celana berkerut di lutut itu. Kelihatannya seolah-olah kamu berjongkok. Lalu, gaya rambut itu. Kamu tidak ada harapan. Ditambah lagi Gong Moo tidak jahat kepada wanita seperti kepada pria.”

In Sung tetap tidak percaya. Ji Sub tetap memprovokasi dan menyakinkan. Dia bahkan bertanya apa In Sung pernah mencium So Ra? In Sung hendak membalas tapi tidak bisa karena dai memang tidak pernah melakukannya.

Ji Sub kemudian memberitahu kalau dia akan berhenti belajar untuk ikut ujian negeri jadi polisi. In Sung kaget mendengarnya.



Ji Sub sekarang sedang memakai lotion di wajahnya dan bahkan menyemprotkan spray rambut. Dia bahkan memilih parfum yang berjejer di depannya. Dia melakukan semua dengan gaya cool. Dan ternyata, dia melakukannya di sebuah toko. Seorang wanita lewat dan melihatnya dengan heran. In Sung bertanya apa Ji Sub benar-benar akan berhenti? Ji Sub menjawab kalau mampu menantang diri bukanlah satu-satunya hal keren tetapi mampu menyerah juga keren. In Sung bertanya apa yang akan dilakukan Ji Sub sekarang?

Mereka sudah di tempat les dan berada di depan vending machine. Ji Sub memberitahu dia akan ikut ujian PNS tingkat 7. In Sung berkata itu akan sulit. Ji Sub menjawab kalau dia akan mengejar dua hal sekaligus yaitu belajar dan wanita.


Dan ternyata yang dimaksud Ji Sub adalah dia ingin satu tempat les dengan seorang wanita cantik yang menjadi primadona, Kim Tae Yi. Dia terpesona melihat Tae Yi yang tampak bersinar.



Tae Yi sedang makan di pinggir jalan. Tetapi dia tidak langsung makan, malah foto-foto yang membuat orang-orang disekitarnya risih. Di ujung, ada So Ra yang sedang makan dengan cepat.


Gong Moo lewat dan melihat So Ra. Dia mengkagetkan So Ra dan menyapanya. So Ra kaget melihatnya. Gong Moo menjelaskan kalau dia di tugaskan di sini. Mereka kemudian mengobrol dengan santai dan Gong Moo juga ikut memesan nasi kotak. So Ra melihat jamnya dan kaget karena dia harus segera pergi les.



In Sung membayar tunggakan sewa 2 bulannya dan mendapatkan kunci kamarnya lagi. In Sung berbaring dan teringat satu. Dia kemudian bangkit keluar dan mengetuk pintu kamar So Ra.

So Ra membuka pintu dan In Sung langsung menyebut kekuranganyang di sebut Ji Sub mengenai dirinya. So Ra kesal dan bertanya apa maksudnya. In Sung langsung berteriak bertanya apakah So Ra memutuskannya karena Gong Moo? So Ra tidak menjawab dan langsung menutup pintu kamarnya lagi.



Malam itu hujan turun deras. In Sung menggigil. Badannya gemetaran, dia memakai jaket dan selimutnya. Pagi tiba, dan kita melihat kamarnya yang kosong dan kacamata yang tertinggal di meja.


In Sung jongkok di depan apotek yang belum dibuka. Pegawai apotek datang dan bertanya apakah dia ingin membeli obat? In Sung memberitahu kalau dia ingin obat flu. Pegawai apotek menyuruhnya masuk.


In Sung pulang dengan obat. Badannya masih mengigil. Sebuah mobil lewat di depannya dann hampir menabraknya. Matanya sempat berubah biru dan anehnya dia bisa melompat tinggi dan berputar di udara menghindari tabrakan. Pengemudi sampai bingung tetapi melanjutkan perjalanannya.



In Sung terduduk di aspal. Dia menyentuh kacamatanya tetapi tidak ada. In Sung bingung karena dia bisa melihat jelas walaupun tidak ada kacamata, dua orang wanita lewat dan berbisik menyebutnya tuna wisma dan anehnya In Sung dapat mendengar suara mereka. Telinganya menjadi tajam dan dapat mendengar suara orang di kejauhan. In Sung bingung dan menutup kedua telinganya.




In Sung masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat kacamatanya di meja. Dia memakainya dan malah buram. Dan anehnya, ketika dia tidak memakainya, dia bisa melihat dengan jelas.

In Sung teringat perkataan dokter : “Kemungkinannya kecil, tapi jika ada efek samping, cepatlah datang ke rumah sakit.”


In Sung tiba di rumah sakit. Dia sedang menunggu gilirannya. Seorang pasien datang dan duduk di sebelahnya. Dia mengigil dan badannya terdapat bintik-bintik merah. In Sung ingat pasien tersebut adalah pria yang duduk disebelahnya yang melihat dengan tidak senang ketika dia menelpon ibunya saat percobaan medis. Nama In Sung dipanggil untuk ke ruangan dokter.

“Awalnya, gejala akan seperti flu, lalu akan muncul bintik-bintik merah. Tapi dalam kasusmu, kamu benar-benar normal,” jelas dokter.

“Apa sungguh tidak ada yang salah?”

“Meskipun ada, semuanya meningkat. Dari tekanan darah sampai denyut nadimu. Kulitmu juga menjadi lebih baik. Artinya kamu mengalami efek samping positif. Tidak ada yang salah. Kamu bisa pergi sekarang. Jika ada gejala aneh, cepatlah datang ke rumah sakit.”


In Sung sedang belanja dengan Ji Sub. In Sung merasa aneh dengan tubuhnya dan meregangkan tangannya. Ji Sub sibuk mencoba makanan sample. Ji Sub kemudian teringat harus menelpon Katak (julukan temannya) tetapi ponselnya rusak dan dia tidak bisa melihat nomornya. In Sung dengan santai menyebut nomor Katak 010-4027-0081. Ji Sub menekan nomornya dan bertanya apa In Sung menghafal nomor Katak? In Sung menjawab tidak dan berkata kalau itu muncul begitu saja di benaknya. Ji Sub mencoba menelpon nomor yang di sebut In Sung dan benar itu nomor Katak. Ji Sub sampai kaget.

Ji Sub dan In Sung sudah berada di tempat billiard. Ji Sub sedang bermain dengan Katak dan geng-nya sedangkan In Sung cuma menonton. Permainan billiar ini bukan seperti yang biasa memasukkan bola ke dalam lubang tetapi mereka bermain di meja yang tidak ada lubang di sudut-sudutnya dan hanya menggunakan tiga bola. Bola yang dipakai berwarna putih, merah dan kuning. Permainan dikatakan menang jika bola putih yang di sodok dapat mengenai kedua bola yang lain.


Ji Sub bermain dan kalau taruhan sehingga dia harus membayar Katak. Ji Sub mengajak bermain lagi dan mempertaruhkan buku ‘Ujian PNS Tingkat 7 dan 9 Pendahuluan Hukum Administratif’. Katak tentu saja menolak karena dia tidak ikut ujian dan tidak butuh buku tersebut. Ji Sub kemudian mengeluarkan tablet-nya. Katak dan gengnya, tentu saja, langsung bersemangat. In Sung mencoba menghentikannya tetapi Ji Sub tidak mau dihentikan dan berkata di percobaan terkahir ini dia akan mempertaruhkan semua yang dipunyanya.



Ji Sub berkosentrasi menembak bola putih tetapi tangannya bergetaran. Katak dan geng menertertawakannya. In Sung juga ikutan tegang. Ji Sub berusaha menembak lagi tetapi tetap saja tangannya bergetaran. In Sung menghela nafas putus asa. Dia melihat ke meja billiard dan matanya memedarkan warna kebiruan. In Sung jadi bisa membaca pergerakan bola dan sudut yang tepat untuk menyodok. Dia memberitahukan hal ini pada Ji Sub. Ji Sub tidak mengerti.


Ji Sub kemudian bertanya pada Katak kalau dia ingin diwakilkan seseorang yaitu In Sung. Katak dan gengnya tertawa mencemooh dan memberikan persetujuan. In Sung mengambil tongkat dari tangan Ji Sub dan mulai menembak. Berhasil!!

Ji Sub jadi percaya diri. In Sung melanjutkan permainannya lagi dan berhasil lagi. Katak dan geng-nya sampai kaget. Ji Sub meminta uang kemenangannya. Permainan masih berlanjut. Orang-orang bahkan sampai berkumpul untuk melihat dan kagum dengan kemampuan In Sung. Ji Sub meminta uang kemenangan lagi dari Katak. Permainan selesai.






In Sung pergi ke tiang gantung dan bisa melakukan pull-up dengan mudah. Dia bahkan bisa berputar dan melakukan pull-up menyamping di tiang. Anak-anak kagum melihatnya. In Sung kemudian mencoba berlari di lapangan. Larinya sangat kencang. Anak-anak yang memegang stopwatch sampai kaget karena In Sung bisa berlari 100meter dalam waktu 11.22 detik. In Sung melakukan headstand kombinasi push-up dengan gampang di tempat orang-orang melakukan olahraga. Para wanita dan pria kagum melihat kekuatannya.


So Ra keluar dari kamarnya, 302, dengan terburu-buru. Dia melihat di depan kamar tergantung platik putih yang berisi susu pisang dan kimbab. So Ra tau itu dari In Sung. Penjaga goshiwon lewat dengan membawa sapu pel. So Ra memanggilnya dan menawarinya plastik tersebut. Dia berkata kalau dia tidak menyukainya. Penjaga tersenyum sumringah melihat isinya dan berterimakasih.

So Ra keluar dan ada Gong Moo di depan gedung. Gong Moo menyapanya dan bertanya kenapa So Ra terburu-buru. So Ra menjawab kalau dia ada wawancara hari ini dan hendak melanjutkan perjalanannya. Gong Moo menghentikan dan menawarkan tumpangan pada So Ra. So Ra menolak dan berkata dia akan naik taksi saja ke stasiun kereta. Gong Moo berkata jalannya macet dan memakaikan helm ke kepala So Ra. Dia menyuruh So Ra untuk naik. So Ra naik dan Gong Moo menyuruhnya untuk merangkulnya.




Gong Moo tersenyum karena berhasil membonceng So Ra. In Sung sedang berjalan di trotoar dan melihat mereka berdua. In Sung marah dan berlari mengejar motor Gong Moo. Dia berlari dengan kencang dan bahkan melopati mobil yang menghalanginya. Otak In Sung menjadi lebih encer sehingga dia bisa berpikir jalan yang lebih cepat meski harus melompati tembok.

In Sung berhasi mendekati motor Gong Moo dan berlari di sampingnya.  
“Tadinya aku tidak memercayainya, tapi dia benar,” teriak In Sung. So Ra menoleh ke asal suara dan melihat In Sung berlari di sebelah motor. “So Ra, aku kecewa denganmu.”

So Ra melihat ke depan dan berteriak Hei! kepada In Sung. In Sung mengabaikannya dan terus bicara, “Aku lebih percaya padamu daripada rumor kotor itu.”


So Ra berteriak semakin keras. In Sung bertanya ada apa. So Ra berteriak sambil menunjuk ke arah depan. In Sung melihat ke depan dan BRUKK!!! Dia menabrak pipa besar yang dibawa dua orang petugas. In Sung terjatuh.


Gong Moo menghentikan motornya. So Ra segera turun dan di susul Gong Moo menghampiri In Sung dan bertanya keadaannya. In Sung segera bangkit.

“Kenapa tidak bilang berhubungan dengan Gong Moo? Aku tidak masalah.”

“Kamu tidak masalah? Kamu menyedihkan.”

“Kamu bersikap sangat baik. Kamu yang menyedihkan."

"Kenapa kamu peduli jika aku menyedihkan? Kenapa kamu peduli jika aku mengecaninya?” teriak So Ra.

“Sekarang kamu mengatakan yang sebenarnya.”

“Ada apa denganmu? Hubungan kita sudah berakhir.” So Ra kesal dan beranjak pergi.

“Apa kamu berselingkuh dariku? Aku yakin begitu. Apa karena itu kamu begitu sibuk? Kamu harus belajar, bekerja, dan berselingkuh dariku. Kamu…” belum selesai In Sung bicara, So Ra menamparnya. Dia terlihat marah. So Ra kemudian mengembalikan helm Gong Moo dan pergi dari situ.

Gong Moo melihat In Sung dan bertanya apa dia baik-baik saja. In Sung kesal dan berteriak kalau dia baik - baik saja. Gong Moo lalu memberitahu In Sung kalau dahinya berdarah. In Sung menyentuh dahinya dan memang ada darah.


Di kamar, In Sung memegang dahinya dan merasa malu. Tanpa sengaja, matanya tertuju pada cermin dan dia pun melihat lukanya. In Sung merasa kaget karena di cermin menunjukkan lukanya yang menjadi semakin kecil dan akhirnya menghilang. In Sung teringat perkataan dokter kalau dia mengalami efek samping positif. In Sung tidak percaya.



In Sung kemudian melihat kotak obatnya dan membacanya. Dia lalu menulis di buku apa yang diingatnya. Sama persis dengan di kotak obat. Dia juga mengerjakan soal ‘Persiapan Ujian Pegawai Negeri Polisi 2017’ dan anehnya dia tidak merasa kesulitan. Dia kemudian mencocokan jawaban dengan kuncinya dan benar semua.



In Sung senang dan tidak percaya. Dia melihat fotonya berdua dengan So Ra yang ada di meja dan berkata : “So Ra, apa kamu mengkhianatiku?’ dan tertawa senang.




Paginya, In Sung pergi ke toko buku. Dia pergi ke rak ‘Pelatihan Kencan’ dan membaca buku ‘Cara memenangkan hati wanita’.  Anehnya, dia membaca dengan cepat dan bisa mengingat semuanya. Dia juga pergi ke majalah pria dan melihat foto model pria dan style mereka. In Sung langsung bisa memprediksi style yang cocok untuknya.



Selesai dari sana, In Sung pergi ke minimarket. In Sung datang untuk mengambil uang yang seharusnya di dapatkan, yaitu gajinya. Boss-nya tertawa dan menyuruh In Sung menurunkan pandangannya. In Sung tidak takut lagi seperti dulu. Bahkan ketika boss-nya hendak meraih telinganya untuk menjewernya seperti dulu, In Sung dapat menghindar. Boss-nya mengomel dan mencoba menjewernya lagi, tetapi In Sung bisa melihat gerakannya dengan jelas seperti adegan slow motion dan menghindar. Boss terus menerus melakukan tetapi In Sung tetap berhasil menghindar. Boss kesal dan ingin melakukan pitingan kepala tetapi In Sung menghindar dan menyebabkan Boss terjatuh ke arah rak. Dia berteriak akan memanggil polisi.

Polisi yang datang adalah Gong Moo. Boss melapor pada Gong Moo kalau In Sung yang menghancurkan semua ini dan dia bahkan mengamuk, mengancam dan mencekiknya. Boss bahkan memuji dirinya yang sudah sangat baik pada In Sung. Gong Moo bertanya pada In Sung kalau dia tidak melakukannya, kan?

In Sung hendak menjawab tetapi Boss memotong dengan berkata apa maksudmu aku menyakiti diriku sendiri? In Sung menghela nafas kesal mendengar perkataan bohong sang Boss dan menyuruh Gong Moo untuk memeriksa rekaman pengawas saja. Gong Moo kemudian meminta untuk melakukan pemeriksaan CCTV yang ada di minimarket. Boss menyetujuinya tapi dia kemudian meminta maaf karena kebetulan kameranya rusak kemarin jadi dia mengirimnya untuk di perbaiki.



Pegawai part time yang menjaga kasir kemudian menghampiri mereka dan berkata dia punya buktinya. Boss marah. Pegawai menyerahkan ponselnya dan berkata kalau dia merekam semuanya tadi. Gong Moo melihat rekaman dan terbuktii In Sung tidak bersalah. Boss terdiam, tidak harus membantah apa lagi tetapi dia memberikan tatapan mengancam pada pegawai part time.


In Sung menerima pembayarannya dan keluar dari minimarket. Gong Moo masih ada di depan minimarket menunggunya. In Sung melihat Gong Moo dan berjalan ke arah berlawanan. Gong Moo melihatnya dan memanggilnya dengan sebuatan : Hei, Nak! Dan berjalan mendekati In Sung.

Gong Moo meminta ucapan terimakasih dari In Sung. In Sung membalas bukankah Gong Moo hanya melakukan tugas sebagai polisi? In Sung juga memperingatkan Gong Moo untuk tidak memanggilnya dengan sebutan ‘Nak’. Gong Moo tertawa dan menyebut In Sung terlihat lebih kuat dari penampilannya. In Sung protes, “Memang kenapa dengan penampilanku?”


So Ra sedang melakukan wawancara. Pewawancara membaca resume So Ra tetapi kemudian mulai bertanya apa So Ra punya pacar dan tipenya. So Ra dengan gugup bertanya bukankah ini wawancara? Pewawancara jadi canggung dan kemudian meminta So Ra untuk bermain piano untuk melihat kemampuannya.

So Ra memainkan piano dengan baik.




In Sung pergi ke salon dan memotong rambutnya. Dia bahkan mewarnai rambutnya menjadi dark brown. Para wanita yang ada di salon, terpesona melihatnya. In Sung tersenyum melihat hasilnya. In Sung kemudian pergi ke toko baju. Dia mencoba beberapa setelan. Pegawai toko sampai kagum melihat ketampanannya.


In Sung berjalan dengan style dan gaya rambut baru. Para wanita terpesona dan terus melihatnya. Bahkan ada pasangan pacaran, dimana sang pria sampai memutar tubuh sang wanita agar tidak melihat In Sung. In Sung menjadi lebih percaya diri.


Hari sudah malam. In Sung berjalan di trotoar dan mendengar suara seorang wanita yang diganggu beberapa pria. In Sung segera mencari sumber suara. Dia sampai di bawah jembatan dan melihat kebawah. Di bawah ada terowongan dan ada beberapa pria yang mengelilingi seorang wanita.



In Sung melompat turun dengan keren. Bahkan suaranya ketika bertanya apa yang mereka lakukan juga terdengar sangat cool. In Sung mendekat dan melindungi wanita tersebut, Kim Tae Yi. In Sung menyuruh Tae Yi untuk pergi. Tae Yi menurut dan pergi bersembunyi sambil melihat In Sung. In Sung berhasil mengalahkan para preman. Tae Yi memperhatikan dengan kagum.




In Sung selesai menyelesaikan para preman dan dia berjalan ke tempat persembunyian Tae Yi. In Sung bertanya keadaan Tae Yi. Dia mengulurkan tangannya dan Tae Yi meraihnya. In Sung menarik naik Tae Yi. Tae Yi terpesona.

“Aku, So In Sung, aku bukan lagi pecundang. 28 tahun hidupku yang menyedihkan, memuakkan, dan memalukan sudah berakhir, dan aku telah terlahir kembali.”

Post a Comment

Previous Post Next Post