Sinopsis Drama Korea : TUNNEL Episode 01


Content and Images Copyrights By OCN

Malam  yang mencengkam. Di sebuah terowongan, terdengar suara seorang pria yang berteriak – teriak : “Hei brengsek!!! Berhenti!! Berhenti!!!


Seorang pria,  Park Kwang Ho (Choi  Jin Hyuk), sedang mengejar seseorang dengan mantel hujan hitam yang menutupi hingga kepalanya didalam terowongan.  Dia terus mengejar dan mengejar hingga akhirnya dia kehilangan jejak.


Kwang Ho berhenti dan melihat sekeliling. Tiba-tiba, dari arah belakang seseorang menarik leher bajunya, memukul kepalanya dengan batu besar dan menjatuhkannya ke lantai. Ternyata, pelaku memanfaatkan sudut gelap terowongan untuk bersembunyi. Kwang Ho terbaring tak berdaya di lantai dengan kepala berdarah. Pandangannya buram menatap lampu terowongan.

“Pelaku kejahatan itu kembali,” ujar Kwang Ho dalam hati.


Kwang Ho membalikkan tubuhnya ke samping,. Dia melihat kaki penjahat yang dikejarnya, melangkah menjauh darinya. Tangan Kwang Ho menggapai seolah ingin meraihnya tetapi tidak bisa.


“Penjahat brengsek yang ingin kutangkap sejak lama berada didepanku. Aku, Park Kwang Ho, telah bekerja sebagai Detektif kasus pembunuhan selama 10tahun. Aku akan mengikuti dia sampai dapat menangkapnya.” Pelaku berjalan semakin jauh menuju ujung terowongan. Kwang Ho menatapnya dengan buram.

“Aku pasti akan menangkapmu.” Kwang Ho kemudian kehilangan kesadarannya.  

TAHUN 1985



Dipinggir sebuah sungai, tampak segerombolan anak-anak yang sedang asyik bermain.  Tidak jauh dari sana, Kwang Ho, Jeon Sung-Shik (Jo Hee-Bong) dan Ketua Tim (yang naik sepeda) sedang mengejar seorang pria berbaju biru. Ketua Tim mengayuh sepeda di samping Kwang Ho yang berlari dan menegurnya karena memukul pria itu tadi sehingga dia kabur. Kwang Ho menjawab kalau pria itu yang salah karena bicara melantur soal kakek-kakek menenggak pestisida.

“Beraninya kunyuk satu ini mencuri sapi,” omel Kwang Ho dan terus mengejar pria baju biru yang ternyata maling sapi.

“Itu sudah lama, tahu! Kau punya bukti?” jawab maling sapi sambil terus berlari walaupun tangannya terbogol.



Mereka masih terus kejar mengejar hingga ke sebuah tanah yang dipenuhi ilalang tinggi. Perkejaran berlangsung sengit, hingga sang maling sapi tersandung dan terjatuh ke genangan lumpur. Kwang Ho berhasil menangkapnya.


Maling sapi kemudian berbalik untuk melihat apa yang membuatnya tersandung hingga tertangkap oleh Kwang Ho. Dan apa yang dilihatnya membuat dia menjadi ketakutan. Dia dengan gagap, menyuruh Kwang Ho untuk melihat ke sana. Kwang Ho pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh maling sapi tersebut.


Disana, ada sebuah mayat perempuan dengan tangan, kaki dan leher terikat, stocking. Badan mayat tersebut bahkan sudah menghitam.


Ketua Tim dan Sung Shik yang baru tiba pun terkejut melihat mayat wanita itu. Sung Sik bahkan sampai muntah melihatnya.



Kantor Polisi Hwayang
Berita mengenai penemuan mayat wanita tersebut telah terbit di koran. Kwang Ho menelpon Reporter Oh yang meliput dan memarahinya karena sudah memotret mayat wanita tersebut dan memasukkannya ke halaman depan koran tanpa memikirkan perasaan keluarga korban. Kwang Ho yang sudah sangat kesal berteriak marah kepada Reporter Oh bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan dan tunggu dia disana!



Kwang Ho mematikan telepon dengan kasar dan hendak pergi, tetapi, Ketua Tim dan Sung Sik sudah berdiri di belakangnya dengan membawa semprotan air dan sisir, Ketua Tim memerintahkan Sung Sik untuk menyemprotkan air ke rambut Kwang Ho dan mereka mulai merapikan rambut Kwang Ho. Ketua tim bahkan memeriksa gigi, mencuci muka dan memakaikan dasi pada Kwang Ho. Hal ini sampai membuat Kwang Ho kesal karena merasa di ganggu.

Ketua tim tidak peduli dan terus melanjutkan kegiatannya merapikan penampilan Kwang Ho. Merasa semua sudah oke, Ketua Tim segera menarik Kwang Ho mengikutinya ke café Jeong Mi untuk ikut kencan buta. Kwang Ho segera menolaknya dengan alasan kalau dia harus pergi mendapatkan pernyataan saksi mata tetapi  Ketua Tim menjawab kalau Kwang Ho bukan satu-satunya detektif disini. Diapun segera menarik tangan Kwang Ho walaupun dia tidak mau.



Di café Jeong Mi, Kwang Ho duduk dengan gugup dan terus memasukkan gula ke minumannya. Pasangan kencan butanya, Shin Yeon Sook (Lee Shi Ah) memandanginya dengan heran. Kwang Ho merasakan pandangan Yeon Sook dan segera berhenti memasukkan gula. Mereka kemudian duduk dengan canggung.

Seorang wanita, Choon Hee, masuk ke dalam cafe dan Kwang Ho segera memberi tanda kepada pemilik  café, Ny.Jeong,  agar mengusir Choon  Hee pergi tetapi Ny.Jeong malah memberitahu pada Choon Hee.


Choon Hee melihat ke arah Kwang Ho dan menyapanya riang. Dia bahkan sampai duduk disebelah Kwang Ho dan membuat Yeon Seok heran. Choon Hee bertanya ada urusan apa Kwang Ho kesini dan bahkan sampai berpakaian rapi dan mengubah style rambutnya. Yoon Seok tersenyum kecil mendengarnya.

”Dia sudah seperti adik  buatku,” jelas Kwang Ho pada Yeon Sook dan memukul punggung Choon Hee agar diam dan pergi. Choon Hee berseru kesakitan dan berkata kalau dia mengerti dan segera pergi.


“Kwang Ho-ssi, kau menaikkan potongan rambutmu?” tanya Yeon Sook setelah Choon Hee pergi.

“Um… itu,” Kwang Ho malu menjelaskannya. “Bukan aku yang melakukannya. Ketua tim yang menyuruhku,” jelas Kwang Ho dan menyisir rambutnya turun.


Kencan sudah selesai. Kwang Ho mengantar Yeon Sook pulang dengan berjalan kaki tetapi dia berjalan dibelakang Yeon Sook. Kwang Ho tersenyum-senyum sendiri memandang Yeon Sook yang berjalan didepannya.


Sebuah mobil tiba-tiba lewat terlalu pinggir dan Kwang Ho segera menarik tangan Yeon Sook agar tidak tertabrak mobil. Tangan Kwang Ho memegang tangan Yeon Sook erat. Kwang Ho yang menyadari hal itu segera melepas genggamannya dan meminta maaf.


“Tanganmu dingin sekali,” komentar Kwang Ho.

“Dan tangan Kwang Ho-ssi hangat sekali,” jawab Yeon Sook tersenyum.

“Itu karena hatiku juga hangat,” timpal Kwang Ho. Yeon Soo tersenyum mendengarnya. “Uh, tapi bukan maksudku hatimu itu dingin,” jelas Kwang Ho. “Jika tidak keberatan, boleh… aku mengenggam tanganmu?”

Yeon Sook terkejut mendengar permintaan Kwang Ho. Mereka saling memandang.




Kwang Ho di kantor senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh. Dia kemudian melihat ke belakang untuk memastikan apa yang dilakukan oleh Ketua Tim. Ketua Tim sedang mengarahkan penempatan kalimat di dinding pada salah satu anak buahnya. Merasa keadaan aman,  Kwang Ho segera mengambil telepon di meja dan secara perlahan-lahan masuk kedalam kolong meja. Kwang Ho tidak menyadari, Ketua Tim yang berbalik dan melihat ke arahnya.

Di bawah kolong meja, Kwang Ho menekan telepon dan menghubungi Yeon Sook. Yeon Sook sendiri sedang bekerja menjahit baju. Telepon berbunyi dan Yeon Sook mengangkatnya. Kwang Ho menyapanya dengan suara berbisik.

“Ini pria yang menggenggam tanganku pada kencan pertama tapi tidak pernah meneleponku. Park Kwang Ho itu?” tanya Yeon Sook menyindir.


Kwang Ho sampai kaget dan menjelaskan kalau dia ingin menelpon tetapi pekerjaannya sangat padat. Kwang Ho kemudian bertanya apa Yeon Sook hari ini ada waktu? Dan tepat saat itu, Ketua Tim mengintip kebawah meja hingga membuat Kwang Ho kaget dan menjatuhkan gagang telponnya. Ketua tim dengan polosnya bertanya apa Kwang Ho sedang menelpon Yeon Sook? Lanjutkan! Kwang Ho sampai kesal dengan tingkah Ketua Tim

Sementara, Yeong Sook bingung mendengar keributan di seberang  sehingga dia mematikan telepon. Kwang Ho sendiri, ketika mengambil gagang telepon yang terjatuh dan memanggil Yeon Sook ternyata telepon sudah mati. Dia jadi kecewa karena belum mendengar jawaban Yeon Sook.

Telepon berbunyi lagi. Kwang Ho segera mengangkatnya karena mengira itu telepon dari Yeon Sook tetapi ternyata bukan. Itu telepon mengenai kasus baru.



Di pinggir sungai, berkumpul banyak reporter yang ingin meliput berita tetapi para polisi menghalangi mereka. Sung Sik sendiri sedang menginterogasi saksi. Para petugas forensic sedang mengumpulkan bukti di sekitar tubuh korban. Korban wanita dengan tangan, kaki dan leher terikat stocking. Kwang Ho sampai pusing karena belum sampai 2minggu dari penemuan mayat pertama telah terjadi lagi pembunuhan dengan cara yang sama. Ketua Tim membenarkannya.  


Sung Shik datang menghampiri mereka setelah selesai melakukan interogasi kepada para saksi. Kwang Ho bertanya apa hasilnya? Dan Sung Shik menjelaskan kalau menurut pengakuan saksi, jasad wanita itu belum ada sampai petang kemarin. Kwang Ho menyimpulkan kalau kejadian terjadi di petang hari. Sementara, Sung Shik kembali muntah-muntah karena mual melihat mayat.



Kantor Polisi Hwayang
Para detektif sedang beristirahat makan jajamyeong. Reporter Oh kemudian datang ke ruangan mereka dan Ketua Tim segera memberikan tanda pada Sung Shik agar menutup semua berkas kasus di meja agar tidak terlihat oleh Reporter Oh.


Reporter Oh melihat Sung Shik yang sibuk menutup berkas dan protes berkata kalau dia bukan orang asing.  Kwang Ho mengabaikan protes Reporter Oh dan memprotes Reporter Oh yang selalu datang saat mereka sedang makan. Reporter Oh malah menjawab kalau mereka harus berbagi makanan supaya akrab.

Reporter Oh mulai memakan acar lobak dan melihat para detektif.

“Yah, kudengar perempuan dengan rok pendek jadi korban lagi,” ujar Reporter Oh. Semua detektif langsung berhenti makan dan menatapnya. “Insting reporterku berkata ini bukan kasus biasa. Pelaku ini gila akan hasrat membunuh wanita dengan rok pendek. Kenapa? Karena dia benci wanita. Bukankah pelakunya orang yang sama?” pancing Reporter Oh.

“Yah, kau berbakat jadi novelis. Aku suka ceritamu,” jawab Kwang Ho dan memukul punggung Reporter Oh. Ketua tim membenarkan perkataan Kwang Ho dan bahkan menyuruh Reporter Oh untuk ikut lomba menulis yang ada di koran.

Reporter Oh protes dan mengingatkan kalau dia ini Reporter Oh. Kwang Ho membenarkan kalau dia memang Reporter Oh. Reporter Oh jadi kesal dan berkata bagaimana bisa ada orang yang menyukai Kwang Ho.

“Bicara apa kamu?” tanya Kwang Ho bingung.

“Aku bertemu seorang wanita di depan kantor. Namanya Yeon Sook atau siapalah itu ,” jelas Reporter Oh.

Kwang Ho langsung marah pada Reporter Oh karena tidak bilang dari tadi padanya. Kwang Ho pun segera keluar meninggalkan Reporter Oh yang bingung dimarahi.


Diluar, Kwang Ho melihat Yeon Sook yang berdiri dengan membawa sebuah bungkusan. Kwang Ho merapikan rambutnya sebelum memanggil dan menghampiri Yeon Sook. Dia bertanya apa yang dilakukan Yeon Sook disini? Apa sudah menunggu lama?


“Kelihatannya Kwang Ho-ssi merindukan aku, jadi aku mendatangimu,” jawab Yeon Sook.  Kwang Ho bingung mendengarnya. “Cahanya berkedip itu, Kwang Ho-ssi kan?” tanya Yeon Sook.

Flashback


Kwang Ho duduk  di depan toko yang menghadap ke rumah Yeon Sook, Nami Butik. Dia duduk dengan bertanya - tanya apakah Yeon Sook merindukannya atau tidak. Kwang Ho memainkan senternya, hidup mati. Dia bertanya - tanya karena sudah lewat 2minggu.


Dari dalam rumah, Ibu Yeon Sook merasa terganggu dengan cahaya kedip-kedip yang mengarah ke rumahnya sehingga dia keluar. Kwang Ho yang melihat Ibu Yeon Sook keluar segera kabur.

Flashback END


“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Kwang Ho bingung.

“Tahu alasan aku mau kencan buta dengan Kwang Ho-ssi? Aku mau karena Kwang Ho-ssi adalah detektif. Kau menangkap penjahat, artinya kau pria yang baik. Dan juga, memang benar adanya,” jelas Yeon Sook. Kwang Ho terharu mendengarnya. “Kau bekerja sangat keras sampai kesulitan meneleponku. Setelah kau menangkap pelakunya, bisa kita pergi kencan?” tanya Yeon Sook.

Kwang Ho langsung terkejut mendengarnya.

“Bisa aku menunggu telepon dari Kwang Ho-ssi?”

“Ya, tentu. Tolong tunggulah. Aku tidak akan membuatmu menunggu lama,” janji Kwang Ho. Mereka saling memandang sambil tersenyum.



Kantor polisi sedang sibuk. Kwang Ho sedang menginterogasi seorang pria yang diduga sebagai pelakunya. Tetapi, pria itu menyangkal. Kwang Ho menjawabnya kalau tidak ada pelaku yang mengaku.

Dan ternyata, selama berhari-hari, Kwang Ho menginterogasi semua pria yang memilki hubungan dengan korban dan terlihat mencurigakan. Tetapi semua orang yang diinterogasinya ngotot kalau itu bukan mereka dan bahkan mereka memiliki alibi di hari kejadian.



Kwang Ho frustasi karena tidak menemukan titik terang dari kasus tersebut. Ketua Tim memintanya Jeongan frustasi.

Ny. Jeong menghampiri mereka dan bertanya apa pelaku belum tertangkap juga? Ketua tim langsung menatapnya tajam.

“Cafe-ku kan tepat di depan kantor kalian. Wajar kalau aku tahu soal itu, kan?” alasan Ny.Jeong.

Ketua Tim kemudian mengalihkan topik dengan bertanya dimana Choon Hee karena dia tidak terlihat. Ny. Jeong dengan ketus menjawab kalau Choon Hee pergi mengirim pesanan dari tadi. Dia mulai mengomel Choon Hee yang jika mengirim ke percetakan, selalu saja lama dan menyebutnya suka buat masalah.

Seorang pelanggan kemudian masuk dan Ny. Jeong segera pergi untuk melayaninya.

Kwang Ho kemudian mengeluh mengenai tidak adanya bukti dan  membuatnya pusing. Ketua Tim kemudian menyarankan agar mereka mengumpuli para tersangka yang diduga (yang di interogasi Kwang Ho sebelumnya) lagi dan memukuli mereka agar mengaku. Kwang Ho langsung mengingatkan kalau Ketua Tim pernah melarangnya memukuli orang.

“Aigooo… sejak kapan kau patuh padaku?” tanya Ketua Tim. “Apa kau menolak karena mereka masih pelajar?”

Kwang Ho kesal mendengar perkataan Ketua Tim dan memilih pergi dengan membawa senternya. Ketua bertanya dia mau kemana? Menemui dokter Kim, jawab Kwang Ho.

Pusat Kesehatan Hwayang
Kwang Ho bertanya kepada dokter Kim hasil autopsy. Dokter Kim menjawab tidak di temukan sidik jari.

“Kenapa bisa tidak ada sidik jari?” tanya Kwang Ho.

“Mana aku tahu! Sudah kubilang, tidak ada tanda-tanda pemerkosaan juga,” jawab Dokter Kim kesal karena Kwang Ho meragukan hasil autopsy-nya.

Kwang Ho bertanya apa dokter Kim sudah memeriksanya dengan benar? Dokter Kim menjawab kalau dia sudah memeriksanya berkali-kali. Kwang Ho bertanya sekali lagi karena tidak percaya bahwa tidak ada petunjuk apapun. Dokter Kim dengan kesal menjawab kalau memang tidak ada.

Kwang Ho sampai menyebut Dokter Kim adalah dokter palsu, dan membuat Dokter Kim hampir melempar Kwang Ho dengan berkas dimejanya.

“Aku harus bergegas menyelesaikan ini agar bisa menelepon Yeon Sook,” gumam Kwang Ho.

Sung Shik berjaga di kantor polisi. Dia sudah sangat mengantuk sehingga menempatkan tusuk gigi di antara kelopak mata ke pipi agar matanya tetap terbuka.

Ny. Jeong berlari dengan panik masuk kedalam dan berteriak memanggil Sung Shik. Sung Shik sampai kaget dan langsung bangkit berdiri dan menjawab kalau dia tidak tidur.

“Nyonya, ada apa kemari?” tanya Sung Shik.

“Choon Hee belum kembali.”

Sung Shik melihat jam yang menunjukkan sudah pukul 23.18 KST. “Auh… aku yakin sebentar lagi pulang. Dia pernah melakukan sebelumnya, kan? Dia memakai uang cafe, baru pulang tiga hari kemudian,” jawab Sung Shik santai.

“Tidak, kali ini aneh. Dia meninggalkan buku tabungannya. Dia begitu menghargai buku itu. Tidak akan pergi kemanapun tanpa buku itu. Bisa sekarang kau tolong mencari dia?” pinta Ny. Jeong sambil mengenggam lengan Sung Shik.

“Pulanglah saja dan tunggu dulu. Jeongan cemas. Aku yakin dia pasti pulang.”

Ny. Jeong tetap saja merasa khawatir. Dia meminta Sung Shik untuk menyampaikan hal ini pada Kwang Ho saat dia kembali nanti. Sung Shik mengangguk malas. Ny. Jeong juga memberitahu kalau dia akan mendatangi rumah orangtuan Choon Hee pagi nanti. Dia memohon pada Sung Shik. Sung Shik mengangguk mengerti. Ny. Jeong pun segera pulang.

Pagi hari,
Di sebuah jembatan, tampak mobil polisi dan iring-iringan ambulans menuju suatu tempat.


Di sebuah tanah lapang yang dipenuhi ilalang, tampak sebuah tubuh wanita berpakaian merah dengan kaki, tangan dan leher terikat stocking terbuju kaku. Itu adalah mayar Choon Hee. Bahkan mata Choon Hee juga masih terbuka.


Kwang Ho turun dari mobil polisi dan segera pergi ke tengah ilalang tempat mayat Choon Hee terbujur kaku. Kwang Ho shock. Ketua Tim datang dengan Sung Shik dan anggota lain dibelakang. Dia bertanya pada Kwang Ho apa itu benar mayat Choon Hee? Kwang Ho menggangguk.

Ny. Jeong berlari keluar dari mobil dan berteriak memanggil Choon Hee. Ketua Tim menghentikannya agar tidak mendekat ke mayat Choon Hee. Ny. Jeong berteriak histeris memanggil Choon Hee.

“Sudah kubilang itu aneh. Kenapa kau tidak lekas mencari dia? Sudah kubilang aneg dia tidak pulang” marah Ny. Jeong dan mengguncang tubuh Ketua. “Tidak seorangpun peduli!!”ratap Ny. Jeong.



Sung Shik terdiam. Dia begitu shock. Dia berjalan menjauh dan menangis memanggil nama Choon Hee. Ketua melihatnya dan memanggilnya tetapi Sung Shik malah berlari menjauh. Kwang Ho melihatnya dengan sedih. (Bagaimanapun, Sung Shik lah orang yang menerima laporan dan mengabaikannya).


Mayat Choon Hee dibawa kepada Dokter Kim untuk diperiksa. Dokter Kim memperkirakan waktu kematian pukul 9malam.

“Bahkan meski kita langsung mencari setelah Ny. Jeong datang, sudah terlambat,” simpul Ketua.

Dokter Kim kemudian membuka stocking yang menjerat leher Choon Hee. Dan kita melihat ada luka goresan dileher tersebut. Kwang Ho melihat kaki Choon Hee dan merasa ada yang aneh.

“Ketua Tim. Anda tidak merasa ini aneh?”

“Apanya?”

“Lee Jung Sook (nama korban pertama) dan Kim Kyung Soon (nama korban kedua) juga diikat dengan stocking.”

“Apa maksudmu?” tanya Ketua mulai tertarik.

“Pelakunya orang yang sama?”

“Berhenti omong kosong!” marah Ketua Tim.

“Biasanya, kita bisa menyelesaikan kasus pembunuhan dengan menginvestigasi sekeliling, tapi untuk kasus Lee Jung Sook dan Kim Kyung Soon tidak. Sekeras apapun kita mencari bukti, hasilnya nihil. Bagaimana dengan Choon Hee? Kita sangat mengenalnya.  Kita mungkin salah dari awal,” simpul Kwang Ho.

Ketua menyuruh Kwang Ho menghentikan analisisnya dan pergi saja untuk mengambil daftar pengiriman Choon Hee dari Ny. Jeong.


Ny. Jeong memberikan catatan pengiriman milik Choon Hee pada Kwang Ho. Ny. Jeong memberitahu kalau Choon Hee selalu mencatat pengiriman sendiri karena takut Ny. Jeong melupakan sesuatu. Ny. Jeong menangis sedih mengingat Choon Hee yang sangat malang. Kwang Ho pamit pergi.

Kwang Ho tiba dikantor dan melihat para rekannya menginterogasi.

Kwang Ho duduk di kursinya dan menghela nafas panjang. Dia membuka catatan pengiriman Choon Hee dan yakin bahwa pelakunya pasti adalah salah satu dari daftar pelanggan di catatan pengiriman.


Kwang Ho kemudian teringat omelan Ny. Jeong dulu yang mengeluh kalau Choon Hee selalu saja lama jika mengirim barang ke percetakan. Kwang Ho kemudian mulai menandai nama Percetakan Myunsung di dalam buku catatan Choon Hee tersebut.  Kwang Ho seperti tersadar akan sesuatu dan segera bangkit mengajak Sung Shik untuk pergi. Tidak ada jawaban! Meja Sung Shik kosong.

Kwang Ho akhirnya berangkat sendirian. Didepan kantor polisi, dia melihat Sung Shikyang sedang duduk ditangga sambil memegangi kepalanya. Kwang Ho menghela nafas melihatnya dan menghampirinya.


“Kau lari kencang seolah tidak akan kembali, tapi hanya sampai disini?  Ayo!!’ ajak Kwang Ho.

“Sunbae-nim. Aku tidak bisa. Ini semua salahku. Seandainya aku langsung memberitahumu, dia mungkin bisa selamat,” tangis Sung Shik.

“Bagaimana bisa itu kesalahanmu?”

“Tidak perlu berkata begitu untuk menghiburku. Aku mengatakan padanya untuk tidak khawatir.  Ny. Jeong berkeras untuk mencari tapi aku malah menyuruhnya pulang. Pria sepertiku tidak layak jadi polisi.”

“Kau bilang salahmu sampai Choon Hee meninggal? Kau yang mengikat dia?”

“Sunbae tahu maksudku!!” protes Sung Shik.

“Aku tanya, kau yang bunuh dia?” tanya Kwang Ho marah.

“Tidak.”

“Sadarkan dirimu dan dengarkan aku! Meski kau melaporkannya padaku, dia tetap tidak akan selamat. Saat Ny. Jeong ke kantor kita, Choon Hee sudah meninggal. Kau pikir itu bohong? Aku mendengarnya langsung dari Dokter Kim di pusat kesehatan. Bagus bila kita bisa menyelamatkan semua orang tapi segala sesuatu tidak berjalan sesuai keingingan kita. Kau akan menyalahkan diri sendir dan mengundurkan diri setiap kali hal seperti ini terjadi? Kalau kau sungguh menyesal, pergi tangkap pelakunya! Si brengsek yang membunuh Choon Hee masih diluar sana, tapi kau malah menangis saja? Kau merasa lebih sedih dari ibu Choon Hee?  Kalau kau mengerti, hapus air matamu dan ikut aku! Kalau kau masih menyalahkan diri sendiri, pulang sana! Aku tidak butuh idiot sepertimu.”

Kwang Ho segera pergi setelah mengatakan semua itu. Sung Shik menarik nafas panjang, menghapus air matanya dan mengikuti Kwang Ho.

Percetakan Myunsung
Kwang Ho sedang melakukan interogasi pada pekerja disana mengenai Choon Hee dan Sung Shik yang mencatat. Pekerja disana memberitahu kalau setiap Choon Hee datang, dia pasti tidak mau pulang karena menyukai Kim-Gun (dan menunjuk ke arah pekerja yang bernama Kim-gun tersebut). Pekerja juga memberitahu kalau mereka selalu mentraktir Choon Hee mie sebelum dia pulang.


Flashback

Choon Hee dan pekerja sedang makan jajangmyeon bersama. Choon Hee bahkan memberikan sebagian jajangmyeon pada Kim-Gun dan bertanyanya pulang jama berapa. Kim-Gun memberitahu kalau dia pulang sekitar 7 malam.

Flashback END

Kwang Ho kemudian bertanya pada pekerja itu apa yang dilakukannya saat itu. Pekerja emosi dan menjawab kalau tadi dia sudah bilang kan, kalau dia lembur. Kwang Ho kemudian bertanya bagaimana dengan Kim? Pekerja menjawab kalau Kim-Gun juga ada disini bersamanya.

“Sungguh? Kalau bohong, kau bisa dapat masalah,” tanya Kwang Ho serius.

“Tanya saja pada istriku. Dia juga membantu disini. Detektif Park, tidak mungkin pelaku itu disini. Periksa saja bajingan di luar sana itu. Jangan buang waktu di tempat yang salah!”

Kwang Ho terus menatap Kim-Gun curiga dan menghela nafas.


Kwang Ho dan Sung Shik berada di TKP. Kwang Ho melihat jam-nya yang menunjukkan pukul 21.30KST, dan mengingat kalau rata-rata waktu korban tewas adalah sekitar pukul 9malam.  

“Tempat ini terlalu gelap untuk sembarang orang yang asing. Tidak masuk akal,” simpul Kwang Ho menilai tempat itu.

“Sunbae-nim yakin pelakunya orang sini?” tanya Sung Shik.

“Siapa lagi tang tahu bahwa Choon Hee memiliki buku rekening?”

“Ny. Jeong.”

“Hei. Maksudku pria, bukan wanita!” marah Kwang Ho. “Memang lebih baik kau keluar saja. Astaga!” Kwang Ho pun beranjak pergi dan Sung Shin mengikutinya.

Tidak jauh dari mereka, seseorang dengan hoodie memperhatikan.

Keesokan harinya,
Kepala polisi memarahi Ketua Tim karena tidak becus menangani kasus hingga 3gadis terbunuh. Kepala bahkan sampai mendorong - dorong tubuh Ketua dengan kasar.

“Aku kemari untuk istirahat, bukan untuk menangkap penjahat!” marah Kepala Polisi.

Ketua meminta maaf. “Kalau kau menyesal, pastikan menangkap pelakunya tahun ini juga sebelum pemindahanku ke Seoul! Aku percaya padamu, Ketua Tim Oh,” ujar Kepala.


Ketua mengomel di ruangannya karena merasa di tekan oleh Kepala Polisi. Kwang Ho dalam keadaan mengantuk berkata kalau dia akan melakukan apa saja untuk menangkap pelakunya besok.

Ketua Tim kemudian bertanya kepada anggotanya apa yang mereka miliki sekarang? Bukti, tersangka atau saksi? Kwang Ho menjawab tidak ada sama sekali karena kalau mereka punya, mereka pasti sudah menangkap pelakunya.

Ketua Tim bertanya lagi kalau tidak mungkin tidak ada petunjuk sama sekali. Tidak mungkin kan ini perbuatan hantu? Dan Sung Shik malah menjawab kalau ini pasti perbuatan hantu. Ketua Tim langsung kesal mendengarnya.

Salah satu anggota menjawab kalau sebenarnya ada satu solusi. Kwang Ho langsung bangkit dari tidunya dan menyuruhnya jangan mengatakannya karena dia tahu solusi yang disebutnya. Ketua Tim menatap anggota itu penasaran dan bertanya apa itu?

“Jika terjadi satu insiden lagi, kita mungkin dapat petunjuk dari situ,” jawab anggota itu.

Kwang Ho segera bangkit dan hendak melempar barang kepadanya. Anggota itu langsung menelungkupkan kepalanya.

“Lebih baik tidak menangkap penjahatnya daripada terjadi lagi. Aigooo…,” ujar Ketua Tim.


Kwang Ho sendiri mengeluh karena tidak ada gunanya dia kembali ke TKP pada perkiraan waktu kejadian. Dia bahkan membuang senternya kesal ke tong sampah. Sung Shik memungut kembali senter itu.

Waktu sudah berlalu beberapa lama tanpa kasus bisa terpecahkan.
Kwang Ho sedang menjalani pesta pernikahan dengan Yeon Sook. Ketua Tim berdiri di samping Kwang Ho dan bertanya kenapa dia tidak melihat Reporter Oh? Kwang Ho menjawab kalau dia memang tidak mengundangnya karena hanya akan membuatnya kesal di hari bahagianya. Mereka kemudian berfoto.

Kwang Ho berjalan-jalan dengan mesra bersama Yeon Sook di jalanan. Mereka menjalani kehidupan pernikahan yang menyenangkan.



Di suatu malam, di sebuah jembatan, seorang wanita berjalan pulang sendirian. Dia berjalan dengan bahagia dan melihat dasi yang dibelinya. Wanita itu terus berjalan dan ada seseorang yang mengikutinya.


Wanita itu merasakan ada orang lain dibelakangnya. Dia berjalan dengan takut. Nafasnya memburu. Wanita itu berhenti dan memberanikan diri menoleh ke belakang. Kosong! Tidak ada apa-apa.



Wanita itu kembali berbalik ke depan. Nafasnya semakin berburu dan akhirnya dia berlari.

Dari balik semak-semak dibelakang wanita itu, seseorang yang mengikutinya segera keluar dan mengejarnya.

Dia menarik wanita itu jatuh. Wanita itu menjerit histeris.



Sung Shik pergi kerumah Kwang Ho dan mengetuk pintu dengan keras. Kwang Ho membukanya dan bertanya ada apa Sung Shik kerumahnya?  Yeon Sook melihat dari belakang.

Sung Shik meminta maaf karena sudah mengganggu Kwang Ho di hari liburnya. Kwang Ho semakin penasaran dan bertanya ada apa ? Ada sebuah insiden, jawab Sung Shik.

Kwang Ho terkejut. Dia menoleh ke belakang melihat Yeon Sook.


Kwang Ho dan Sung Shik pergi ke TKP yang sudah di penuhi banya petugas. Di sana terdapat mayat wanita yang dikejar seseorang tadi terbujur kaku dengan kaki, tangan, mulut dan leher terikat stocking. Kwang Ho melihatnya. Kwang Ho menyuruh petugas mengidentifikasi korban.

“Seo Yi Soo. Usia 26tahun,” jawab petugas. Kwang Ho bertanya alamatnya dan Ketua memberitahu kalau korban adalah pengantin baru yang tinggal di Apartemen Burin. Dan orang yang melapor juga dari Apartemen Burin.

Kwang Ho bertanya apa mereka sudah menghubungi keluarganya? Sung Shik menjawab kalau dia sudah menghubungi mereka lewat telpon umum, tapi tidak diangkat.

“Dasar bodoh! Seseorang meninggal dan kau ingin mengabari keluarga lewat telepon?” marah Kwang Ho. Sung Shik terdiam.

Kwang Ho kemaren bertanya dimana orang yang bilang mereka akan mendapat petunjuk jika ada satu lagi insiden? Anggota yang merasa langsung berbalik melihat Kwang Ho.

“Kalau tidak temukan apa-apa, aku bunuh kau!” ancam Kwang Ho dan beranjak pergi. Ketua jadi menyesal karena meminta dia datang dan anggota yang di ancam berkata kalau mereka harus menemukan sesuatu.


 Di depan sebuah gedung, seorang pria menggendong anaknya yang masih kecil dan khawatir karena istrinya belum pulang walaupun sudah larut malam.

Kwang Ho tiba dan melihat pria itu. Dia menghela nafas sedih melihatnya.

Pria itu berjalan cepat dengan menggendong anaknya menuju TKP mayat istrinya. Kwang Ho berusaha menghentikannya agar tidak kesana. Pria itu mengabaikan Kwang Ho dan terus menuju TKP.


Di TKP, pria itu menghela nafas berat melihat sebuah tubuh ditutupi kain putih. Dia jongkok dan dengan ragu membuka kain itu. Itu wajah istrinya. Pria itu terlalu shock hingga terjatuh ke belakang. Kwang Ho datang membantunya dan menggendong bayinya.

Pria itu kembali melihat istrinya dan membelai wajahnya. “Sayang. Yi Soo-ya, bagunlah. Sayang! Sayang!” pria itu menangis histeris.

Seorang petugas kemudian datang dan menyerahkan sebuah dasi yang terbungkus. Dia memberitahu kalau itu milik istrinya. Kwang Ho melihat dari belakang dan berteriak kepada petugas itu : “Apa yang kau lakukan!!!”

Pria itu mengambil dasi itu. Dia semakin histeris. Anaknya terus menangis. Semua yang ada disana juga ikut merasakan kesedihannya.

Mayat Yi Soo di bawa ke Dr. Kim untuk di autopsy. Ketua bertanya - tanya korban dibunuh dengan stocking lagi, apa pelaku orang yang sama? Kwang Ho menjawab kalau dia sudah pernah memberitahu sebelumnya.

“Kenapa membunuh para wanita tanpa alasan?” tanya Ketua.

“Bagaimana bisa berkata begitu setelah semua ini?” marah Kwang Ho.

“Sialan. Aku tidak tahan lagi,” keluh Dr. Kim. “Lihatlah pergelangannya.”


Mereka melihat tangan Yi Soo yang penuh luka dan tampak parah.

“Dia berjuang sampai akhir hembusan nafasnya. Seseorang kukuh membunuhnya dan korban berusaha bertahan hidup. Aku sudah melihat banyak jasad, tapi yang melakukan ini tidak bisa disebut manusia. Aku minta tolong segera tangkap dia,” pinta Dr. Kim.

Kantor Polisi Hwayang
Reporter Oh datang lagi ke kantor polisi, namun tidak ada orang. Reporter Oh sampai bingung melihatnya.

Di sudut ruangan, terlihat suami Yi Soo yang sedang menggendong anaknya dengan tatapan kosong. Reporter Oh tertarik melihatnya.

Kwang Ho dan Sung Shik pergi ke toko tempat Yi Soo membeli dasi dan bertanya kepada pekerja toko. Mereka bertanya jama berapa Yi Soo pulang dari sana?

“Sekitar pukul 7malam. Dia juga menanyakan jadwal bus,” jawab pekerja toko.

Kwang Ho kemudian menanyakan supir bus dan memperlihatkan foto Yi Soo.

“Dia berhenti di depan kamp.tentara,” beritahu supir.

“Ada yang aneh? Seseorang turun bersama dia?” tanya Kwang Ho.

“Seorang tentara berhenti di tempat yang sama. Mereka kelihatan saling kenal.”

Kwang Ho kemudian menginterogasi tentara yang turun bersama Seo Yi Soo di halte yang sama. Dia melihat wajah tentara yang ada bekas luka dan bertanya dari mana luka itu? Tentara sedikit ragu menjawabnya dan melihat kebelakang.

Kwang Ho menghubungi seseorang dan bertanya apa benar dia bersama tentara semalam? Dia juga berkata akan memeriksa motelnya. Tentara tersebut memiliki alibi.

Kwang Ho dan team kemudian mulai menginterogasi para tentara lain yang berhubungan dengan Yi Soo. Kwang Ho sampai emosi karena salah satu tentara karena tidak kooperatif. Dia memukul kepala tentara tersebut dengan mapnya. Ketua segera memberi tanda dan para anggota lain segera menghentikan Kwang Ho.


Suami Yi Soo menaburkan mayat istrinya ke laut. Ibu Yi Soo menangis histeris melihatnya. Dan Kwang Ho memperhatikan dari sana dengan sedih.


Flashback

Kwang Ho menemui suami Yi Soo.

“Apa maksudmu kau tidak menangkap kriminalnya? Aku sudah memberitahu daftar kenalannya di tentara. Aku yakin salah satu dari mereka,” proters suami Yi Soo.

“Aku sudah memeriksanya berulang kali. Tidak ada pelakunya.”

Suami Yi Soo bertanya bagaimana dengan saksi? Tidak ada juga? Kwang Ho menjawab, Ya.  

“Kau bilang bisa menangkap pelakunya! Kenapa kau mundur sekarang? Kau menipuku? Seseorang meninggal! Tidak bisa kau hanya berkata tidak dapat menangkap pelakunya! Aku juga berharap itu tidak pernah terjadi! Tapi bukan itu intinya!” teriak suami Yi Soo penuh kemarahan dan kesedihan.

Kwang Ho tidak bisa menjawab dan hanya bisa meminta maaf.

Flashback END



Anak Yi Soo berjalan dan terjatuh. Tetapi, dia tidak menangis dan bangkit lagi. Kwang Ho menatapnya dan anak itu juga menatap Kwang Ho.

Kantor Polisi Hwayang
Hari hujan dan Ketua Tim melihatnya dari balik jendela dengan ekspresi kesedihan.

Kwang Ho pulang dari pemakaman dan berjalan dalam hujan. Dia sedih dan kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menangkap pelaku.




Yeon Soo keluar rumah dengan membawa payung. Di terkejut karena Kwang Ho duduk di depan tangga rumah dalam hujan dan tidak masuk. Yeon Sook duduk disebelahnya dan memandangnya sedih.

“Aku seharusnya mengatakan ini bukan kesalahannya tapi aku tidak bisa berkata apa-apa,” ujar Kwang Ho (#author juga tidak mengerti maksud dari kalimat Kwang Ho ini). Yeon Sook mengenggam tangan Kwang Ho. “Tidak ada yang bisa kulakukan atas itu,” lanjut Kwang Ho. Yeon Soo mengenggam erat tangan Kwang Ho dan bersandar ke bahunya.

Kita kemudian melihat tayangan televisi saat itu yang memberitahu pada tanggal 20 September 1986 di adakan pembukaan acara Asian Games ke-10.


Suami Yi Soo masih ke kantor polisi bersama anaknya. Dari seragam dan topinya terlihat kalau dia juga merupakan seorang tentara.

Ketua Tim berkata kalau sudah 6bulan berlalu tetapi kasus ini masih saja memusingkan. Dia menghela nafas dan bergumam, apa aku jadi dukun saja, ya? Di televisi kemudian menyiarkan kalimat : “Tak ada rintagan yang tidak mampu dihadapi.”

Kwang Ho dan Sung Shik pulan dari bertugas. Suami Yi Soo melihatnya dan Kwang Ho menghela nafas.

Kwang Ho menggendong anak Yi Soo yang bernama Sun Jae dan memujinya karena sudah besar sekarang. Dia menyuruh Sun Jae untuk mengatakan eomma tetapi kemudian tersadar dan menyuruhnya mengatakan appa. Sun Jae tetap diam. Kwang Ho kemudian menyerahkan Sun Jae pada Sung Shik dan menyuruhnya untuk membelikan makan untuk Sun Jae.

Kwang Ho duduk dan berbicara dengan suami Yi Soo. Suami Yi Soo bertanya apa sudah ada bukti atau tersangka baru? Kwang Ho menjawab kalau sudah ada dia akan menghunginya.

“Kudengar ada insiden lain,” beritahu suami Yi Soo.

“Aku tahu apa yang anda maksudkan, tapi bukan itu. Kelihatannya mirip, tapi faktanya insiden itu hanya terjadi di area yang sama. Tapi tidak bersangkutan. Ada 4-5orang yang meninggal di area itu tahun ini. Kau merasa pelakunya orang yang sama?” tanya Kwang Ho. Suami Yi Soo terdiam.

“Tolong... jangan kemari lagi,” pinta Kwang Ho.

“Aku tahu aku membebanimu dan membuat kau merasa tidak nyaman. Aku pun tidak ingin datang. Tapi… tidak ada hal lain… yang bisa kulakukan lagi. Ini adalah satu-satunya yang bisa kulakukan,” jawab suami Yi Soo. Kwang Ho terdiam.

Tepat saat itu, Reporter Oh datang dan menyapa Kwang Ho. Kwang Ho segera bangkit dan mengajak suami Yi Soo untuk pergi tetapi Reporter Oh sudah keburu menghampirinya. Dia bertanya kenapa Kwang Ho tidak mengundangnya ke pesta pernikahannya? Apa dia orang asing? Kwang Ho kesal dan berkata itu sudah lama berlalu dan mau sampai kapan di ungkit lagi.

Kwang Ho kemudian menyuruh suami Yi Soo untuk pergi duluan saja tetapi Reporter Oh menghentikannya dan bertanya siapa dia?

“Tunggu, kau kelihatan familiar. Sebelumnya kau pernah kemari, kan? Aku pintar sekali mengingat wajah orang. Tapi, ada urusan apa kemari?” cecar Reporter Oh.

Kwang Ho jadi kesal dan  mendorong kasar badan Reporter Oh. Dia mengusir Reporter Oh pergi. Reporter Oh sampai kaget dan berkata kalau Kwang Ho tidak boleh seperti itu di depan pengunjung. Dia bahkan menghampiri suami Yi Soo dan meminta maaf. Kwang Ho berteriak mengusir Reporter Oh. Reporter Oh kemudian diam-diam memasukkan kartu namanya ke saku celana suami Yi Soo. Kwang Ho melihatnya dan membuang kartu nama itu.

“Kau tidak ada bedanya dengan sampah negeri ini, brengsek,” marah Kwang Ho dan masuk ke ruangannya.


Reporter Oh jadi marah karena mendengar perkataan Kwang Ho dan mengejarnya tetapi Kwang Ho sudah menutup pintu ruangan. Reporter Oh berteriak di luar pintu dan menghina Kwang Ho yang tidak bisa menangkap penjahat dan bisanya cuma menangkan orang tidak bersalah dan memukuli mereka. Kwang Ho sampai memukul lemari kesal dan membuat kaget Kepala Tim.

Kwang  Ho memandangi dari jendela kepergian suami Yi Soo dengan anaknya. Dia merasa kasihan pada Sun Jae kecil.

“Akan kutangkap bajingan itu!” tekad Kwang Ho.


Ditemukan lagi mayat wanita lain dengan kaki, tangan dan leher terikat stocking di dalam terowongan. Kwang Ho menghela nafas melihatnya.



Kwang Ho menyinari mayat wanita itu dari atas dan bawah. Tanpa sengaja dia menyinari tumit kaki korban dan menemukan sesuatu. Kwang Ho membersihkan noda di tumit kaki korban dan tertinggal sesuatu. Enam buah titik. Kwang Ho terkejut melihatnya.

Kwang Ho segera menjatuhkan senternya dan pergi. Ketua Tim dan Sung Shik heran melihatnya dan bertanya dia mau kemana.


Kwang Ho pergi ke tempat Dr. Kim dan mengetuk pintu dengan kasar. Dr. Kim keluar dan memarahinya.

“Mereka berempat punya semacam tanda titik, kan?” tanya Kwang Ho langsung.

“Ngomong apa, sih?”

“Para wanita yang meninggal tahun lalu dan wanita yang terbunuh tahun ini. Mereka punya tanda titik di kakinya,” teriak Kwang Ho.

“Ya, kau benar.”

“Aish… kenapa tidak bilang padaku?!” marah Jin Hyuk. “Harusnya ditulis di laporan autopsy!”

Dan Dr. Kim dengan polosnya bertanya, “Memang penting?” Hyung Ho menghela nafas kesal mendengarnya dan masuk ke dalam.


Di ruangan Dr. Kim, Kwang Ho berkeling berpikir sementara Dr. Kim melihat data foto para korban.

“Ini perbuatan pelaku. Bajingan gila itu memberi tanda setelah membunuh mereka semua,” ujar Kwang Ho pada dirinya sendiri.

“Aku sudah merasa itu aneh. Tidak mungkin kompak bertato di bagian itu,” timpal Dr. Kim.

“Kenapa baru mengatakannya sekarang?” protes Kwang Ho. “Hanya mereka? Kau tidak lihat di jenazah yang lain lagi?”

“Mungkin tidak.”

Kwang Ho kemudian menyuruh Dr. Kim untuk mengganti bajunya. Dr. Kim langsung bertanya apa ada lagi?

“Ada 6titik di kaki korban ini,” beritahu Kwang Ho.





Dr. Kim terlihat berpikir dan menghentikan Kwang Ho yang hendak pergi. “Bukan lima, tapi enam? Biasanya ditambah satu,” ujar Dr. Kim sambil mengingat. “November tahun lalu, Lee Jung Sook (1titik). Kim Kyung Soo di bulan yang sama (2titik). Awal Desember, Choon Hee (3titik). Maret tahun ini, Seo Yi Soo (4titik). Dan hari ini. Seharusnya lima titik. Yakin ada 6 tanda titik?”

Kwang Ho yakin ada 6 tanda titik. Kwang Ho kemudian mencurigai sesuatu. Apa mungkin ada korban lain yang belum ditemukan?


Kwang Ho membaw berkas kasus untuk dilihat oleh Ketua Tim. Dia menyuruh Ketua untuk melihat metode pengikatan stocking yang sempurna dan sama. Ini berarti korban dibunuh oleh orang yang sama. Ketua Tim pusing dan mengeluh psiko macam apa yang meninggalkan tanda pada korban?

Ketua melihat berkas kasus yang diberikan Kwang Ho dan bertanya kenapa kasus kelima di beri tanda tanya? Kwang Ho menjelaskan kalau mereka menemukan Jin Seon Mi di terowongan dan ada 6 tanda titik di kakinya. Tetapi, jazad yang ditemukan hanya 5.

“Kita perlu menemukan korban kelima, juga si gila ini!” tekad Kwang Ho.

“Bajingan itu pantas mati,” ujar Ketua Tim.



Pencarian korban mulai dilakukan. Para petugas menyelusuri tanah lapang kosong. Kwang Ho dan Sung Shik bertanya kepada warga apakah ada wanita yang menghilang di lingkungan mereka. Tetap tidak ada ditemukan apa-apa. Pencarian berlangsung berhari-hari.


Kwang Ho pulang dan Yeon Sook menyambutnya. Kwang Ho memberitahu kalau dia harus kembali ke kantor lagi setelah bertukar baju. Yeon Sook mengerti. Dia bahkan membungkuskan bekal utnuk dimakan Kwang Ho di kantor.

Di depan rumah, sebelum Kwang Ho pergi, Yeon Sook memberikan sesuatu padanya. Sebuah peluit. Dia mengalungkan peluit itu ke leher Kwang Ho.

“Hadiah dariku. Tiuplah saat kau berada dalam bahaya dan aku akan menyelamatkanmu,” ujar Yeon Sook. Kwang Ho tertawa dan menyebut Yeon Sook yang bercanda lagi.

“Kali ini, akan kutangkap pelakunya. Saat dapat libur, kita bisa naik kapal pesiar di Sungai Han,” janji Kwang Ho.

”Kapal pesiar?”

“Ya, dilayarkan pertama kali bulan depan. Ulang tahunmu juga akan tiba. 3 Januari.”

“Kalau begitu, kau akan memberiku mawar juga?” tanya Yeon Sook senang.

“Mawar. Aih. Itu memalukan. Baiklah, akan kubelikan,” janji Kwang Ho. Mereka kemudian saling berpelukan.


Kwang Ho meminta maaf karena dia sudah tidak pulang 5hari dan sekarang harus pergi lagi. Yeon Sook berkata tidak apa-apa, asal Kwang Ho muncul. “Meskipun nantinya terlambat, tetaplah pulang,” pinta Yeon Sook. Kwang Ho menyetujuinya.


Kwang Ho lembur dengan Sung Shik. Mereka menandai tempat mayat korban ditermukan di peta. Soojeong-ri, Jalan Bangjoo. Sungai Haein. Lahan dekat Gunung Sungyoo. Lahan belakang kamp tentara. Lokasi kelima tidak diketahui. Terakhir, terowongan Hwayang-ri.  

Kwang Ho kemudian melihat tanda di peta dan bertanya pendapat Sung Shik. Sung Shik berpendapat akan muncul 2titik (korban) lagi dan Kwang Ho langsung memukulnya. Dia menyuruh Sung Shik untuk mencari tahu kesamaannya.  Kwang Ho memberitahu kalau belum ada ditemukan kesamaan lain dari para korban kecuali mereka sama-sama berusia 20-an. Dan bahkan mereka tidak saling kenal maupun berhubungan.

Sung Shik kemudian mengambil peta dan memutar-mutarnya. Kwang Ho memukul kepalanya dan menegurnya jangan memainkan petanya. Kwang Ho bertanya apakah Sung Shik yakin bisa lanjut menjadi detektif?

“Mimpiku adalah menjadi Ketua Tim,” jawab Sung Shik.

Kwang Ho tertawa mendengarnya. “Mimpi saja kau! Mustahil itu terjadi.”  

Kwang Ho kemudian keluar dari ruangan untuk menelepon Yeon Sook. Setelah Kwang Ho keluar, Sung Shik segera mengarahkan tinjunya kesal.

Besok pagi, Kwang Ho menelungkupkan kepala di meja sambil memandangi peta. Dia berpikir apa alasan pelaku membunuh orang-orang disini? Apa tempat-tempat itu memiliki arti baginya? Atau karena dia sangat mengenal tempat ini?

“Ya, dia pasti mulai membunuh di tempat yang dikenalnya dengan baik. Tempat yang familiar dengannya. Kemudian, kepercayaan dirinya meningkat karena tidak ketahuan. Dia pun berbuat lebih jauh ketempat yang jauh dari rumahnya. Pembunuhan ppertama di Soojeong-ri, Jalan Bangjoo. Disini. Pasti dia tinggal di sini,” analisis Kwang Ho.

Kwang Ho segera mengajak Sung Shik ikut dengannya.

Kwang Ho melakukan interogasi ke warga sekitar Jalan Bangjoo. Mereka terus masuk dari satu rumah ke rumah walaupun sampai diusir dan di marahi. Sung Shik sampai capek.

Perhatian Kwang Ho kemudian teralih pada seorang anak perempuan yang menangis kepada kakaknya di depan sebuah rumah. Anak itu menangis karena anjingnya hilang. Kakaknya menenangkannya. Tetapi adiknya berkata kalau dia dengan anjing Young Soo juga hilang. Kakaknya menenangkan kalau Bok Shil -nama anjing mereka- tidak mati dan mereka akan mencarinya lagi nanti.


“Anjing-anjing terus menghilang?” tanya Kwang Ho kepada mereka.

“Ya, hampir semua Anjing di kora ini menghilang. Ibu bilang seseorang pasti menculik mereka. Tapi, ada yang aneh.”

“Apa yang aneh?”

“Malam saat anjing kami, Bok Shil, menghilang, kami melihat seorang bocah di dekat rumah kami. Di rumah dengan halaman besar itu. Bocah SMU yang tinggal di sana. Aku tanya dia melihat Bok Shil tidak, tapi bilangnya tidak lihat. Padahal aku yakin dia di situ.”

”Dimana tepatnya rumah bocah itu?”

Kwang Ho dan Sung Shik tiba dirumah yang diberitahu anak perempuan itu. Mereka masuk hingga ke pintu depan dan hendak membuka pintunya tetapi terkunci. Kwang Ho melihat jendela rumah ditutupi oleh kertas koran.


Mereka kemudian melangkah ke halam belakang rumah. Rumah itu terlihat kosong. Mata Kwang Ho kemudian  terpaku pada sebuah gundukan tanah di halaman rumah itu. Dia segera kesana dan membongkarnya.

Tangan Kwang Ho masuk ke dalam tanah dan ketika dia mengangkat tangannya, tangannya berlumuran darah. Sung Shik mual melihatnya. “Dasar bajingan gila!” rutuk Kwang Ho marah.


Seorang anak SMU pria melihat mereka dan bertanya siapa mereka? Kwang Ho menatap marah padanya.


Anak itu dibawa ke kantor polisi dan di interogasi oleh Kwang Ho.

“Kau membunuh mereka, kan?” tanya Kwang Ho. Anak itu terkejut. “Jawab aku, brengsek!” perintah Kwang Ho.

“Siapa yang kubunuh?” tanya anak itu bingung.

“Kau membunuh semua anjing itu sebagaimana kau membunuh para wanita itu, kan?”


Flashback

Isi didalam gundukan tanah sudah di keluarkan. Terdapat banyak bangkai anjing hingga yang sudah menjadi tulang belulang. Ketua Tim tidak percaya melihat temuan mereka. Bagaimana bisa ada seseorang manusia yang membunuh anjing-anjing itu dan menguburnya. Kwang Ho menyimpulkan kalau pelaku membunuh wanita dengan berlatih membunuh anjing-anjing ini sebelumnya.

“Dia itu cuma murid SMU. Kau berlebihan!” ujar Ketua Tim.

“Memang murid SMU tidak bisa membunuh? Brengsek itu pelakunya! Biar ku buat dia mengaku, jadi lihat dan tunggu saja!” tekad Kwang Ho.

Flashback END


“Hei, Jung Ho Young. Kau membunuh mereka, kan?”

“Ahjussi, aku memang membunuh anjing-anjing itu. Tapi,aku tidak membunuh manusia,” jelas anak itu, Ho Young.

Kwang Ho emosi dan meraih kerah Ho Young. Dia menyuruhnya untuk tidak bermain-main dan mengaku.

“Apa kau mencoba membuatku mengaku dengan memukuli aku?” tanya Ho Young. Kwang Ho hendak mengangkat tinjunya tetapi mengurungkannya. Dia meminta Ho Young untuk berkata jujur jika tidak mau dipukul!

Ho Young tetap diam. Kwang Ho kesal dan melempar mundur tubuh Ho Young hingga dia terduduk.

Wajah Ho Young berubah. Dia bangkit dari kursinya, “Apa perlu alasan … membunuh seseorang?” tanyanya dingin dan menatap Kwang Ho.

“Apa kau bilang?”

“Pukul aku. Siapa yang tahu? Aku mungkin mengaku,” tantang Ho Young.



Kwang Ho emosi dan mulai memukuli dan  menendang Ho Young. Ketua Tim segera masuk dan mengentikannya. Kwang  Ho emosi dan memberitahu kalau Ho Young berkata tidak pelu alasan untuk membunuh seseorang! Kwang Ho yakin dia pelakunya. Ketua Tim menarik nafas dan memberitahu kalau dia punya alibi. Mereka sudah mengkonfrimasinya.

Kwang Ho tetap yakin kalau Ho Young adalah pelakunya. Tetapi Ketua Tim tidak mendengarnya dan membawa Ho Young keluar. Mereka tidak menyadari, senyum kemenangan terukir di bibir Ho Young.

Kwang Ho terduduk kesal.

Ho Young pulang di jemput mobil.


Kwang Ho di mejanya dan menghela nafas berat. Dia melihat jam  tangannya menunjukkan waktu sekitar 20:17KST. Kwang Ho meraih senter-nya dan hendak ke suatu tempat. Dia hendak mengajak Sung Shik, namun tidak jadi saat melihatnya tertidur pulas. Dia hanya menepuk pundak Sung Shik dan kemudian pergi.

Ketua Tim melihatnya dan bertanya dia hendak kemana? Aku harus menangkap pelakunya, jawab Kwang Ho dan  pergi.

“Dia bisa membuat dirinya di pecat sebelum menangkap pelakunya,” gumam Ketua Tim.

Kwang Ho berjalan sendiri menuju suatu tempat.

“Kita lihat siapa pemenang akhirnya! Aku tidak akan pernah menyerah! Perkiraan waktu kejadian selalu rentang pukul 9-11 malam. Kalau aku pergi ke TKP, pasti dapat petunjuk. Bahkan aku mungkin menangkap basah kejadian yang hanya bisa di saksikan pejalan lewat. Aku tidak akan berhenti sampai menemukan sesuatu. Dimana… kira-kira korban kelima di buang,” analisis Kwang Ho.

Kwang Ho berjalan menuju TKP korban ke enam. Terowongan Hwayang-ri. Tapi, tepat di depan terowongan, senter Kwang Ho mendadak mati. Kwang Ho menghela nafas kesal.


Dari dalam  terowongan, ada seseorang yang menyalakan rokok. Dan bau-nya tercium hingga keluar terowongan dan tercium oleh Kwang Ho. Kwang Ho memandang curiga ke dalam terowongan.



Dia melihat ada sekelabat bayangan hitam duduk di tepi terowongan. Dan…. sedang mencekik seseorang.

Didalam terowongan, orang berpakaian mantel hitam tersebut menangkap seorang gadis.dia melepaskan sepatu gadis itu. Tangannya memegang stocking dan dia mulai mencekik gadis itu. Gadis itu meronta.

Kwang Ho melihat dari luar.

Cekikan pria itu menguat dan gadis itu mulai kehilangan nafas.

Kwang Ho sadar itu pelakunya. Dia berlari kedalam terowongan dan mengejarnya. Dan inilah adegan pertama yang kita lihat di awal tadi.  

Kwang Ho terus mengejar dan mengejar hingga akhirnya dia kehilangan jejak.



Kwang Ho berhenti dan melihat sekeliling. Tiba-tiba, dari arah belakang seseorang menarik leher bajunya, memukul kepalanya dengan batu besar dan menjatuhkannya ke lantai. Dirumah, Yeon Sook yang sedang menjahit tanpa sengaja menusuk jarinya dan darah menetes ke pakaian putih yang dijahitnya.




Peluit yang diberikan Yeon Sook terlepas dan terlempar.  Kwang Ho terjatuh ke lantai. Yeon Sook melihat koran yang memuat tentang kapal pesiar. Dia tersenyum dan melihat kalendar yang ditandai pada tanggal 03Januari : Ulang Tahun Yeon Sook.

Kwang Ho merasa lemah. Pandangannya buram. Pelaku jongkok didepannya tetapi Kwang Ho tidak bisa melihat wajahnya karena hoodie dan pandangannya yang memburam.

Pelaku kemudian bangkit dan meninggalkan Kwang Ho. Dia menjatuhkan batu yang digunakannya dan terus berjalan pergi ke ujung terowongan.

Tangan Kwang Ho hendak meraih  peluit pemberian Yeon Sook yang terjatuh namun tidak bisa.

 Senter yang dibawanya, yang semula mati tidak bisa dinyalakan, tiba-tiba menyala dan menyinari peluit tersebut.  

Kwang Ho memandang peluit itu dan teringat Yeon Sook saat memberikannya yang menyuruhnya untukmeniupnya saat dalam bahaya dan dia akan datang.



Kwang Ho berusaha meraihnya tetapi pada akhirnya dia kehilangan kesadarannya.


1 Comments

Previous Post Next Post