Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 16-1


Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 16-1
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI


Sae Ro Yi akhirnya berlutut di hadapan Presdir Jang demi bisa tahu dimana Geun Won menyekap Yi Seo. Presdir Jang tertawa senang melihat itu. Dia tertawa begitu keras karena Sae Ro Yi akhirnya berlutut di hadapannya setelah 15 tahun. Kemana prinsip hidup Sae Ro Yi selama ini? Ternyata, hal seperti ini mampu membuat Sae Ro Yi berlutut padanya. Pada akhirnya, Sae Ro Yi menyerah karena dirinya lebih berkuasa.
“Dimana Jang Geun Won?” tanya Sae Ro Yi, tidak peduli dengan hinaan Presdir Jang.
Presdir Jang kecewa karena dia berharap Sae Ro Yi akan bisa menjadi hiburan terakhirnya. Ternyata, Sae Ro Yi membosankan dan tidak ada bedanya dengan pengemis. Dan karena Sae Ro Yi sudah berlutut padanya, dia harus membuang putranya kembali.
Presdir Jang menulis di sebuah kertas mengenai posisi Jang Geun Won. Dia merobek kertas itu menjadi sobekan kecilk dan memberikannya pada Sae Ro Yi. Seung Kwon yang melihat itu, menatapnya dengan sinis.
“Musuhku ini akhirnya berlutut juga. Sekarang... bagaimana perasaanmu?” tanyanya, berdiri di hadapan Sae Ro Yi.
“Aku merasa menyedihkan.”
“Benarkah? Pergi.”
“Bagaimana perasaanmu, Pak?” tanya Sae Ro Yi, balik. “Dengan melihatku berlutut, apa kau senang? Apa kau puas? Sampai sekarang, aku hidup membawa dendamku padamu. Presdir Jangga, Jang Dae-hee. Musuhku. Pria yang merusak hidupku, tapi dia juga... pria yang hebat. Walau nilai kita berbeda, aku mengakui kehebatanmu. Aku... mengikuti jejakmu seumur hidupku. Kupikir pertarungan ini memang pantas. Tapi pria itu... mengancamku... untuk berlutut dengan menculik orang terdekatku. Aku membuang beberapa belas tahun untuk mengikuti jejak pria tua menjijikkan ini? Aku menyesal menyia-nyiakan hidupku.”
Sae Ro Yi sudah berdiri dan menatap Presdir Jang dengan pandangan teramat kecewa.
“Lihat hasilnya. Kau berlutut di depanku, 'kan? Kadang untuk keuntungan...”
Presdir Jang belum selesai bicara, tapi Sae Ro Yi sudah merebut kertas berisi alamat Geun Won di tangannya dan berbalik pergi dengan Seung Kwon.
“Setelah beberapa belas tahun, aku baru mengenalmu,” ujar Sae Ro Yi, berbalik, sebelum benar – benar pergi.
Ekspresi Presdir Jang sulit di jelaskan. Mungkin, dia merasa tertohok dengan ucapan Sae Ro Yi (?)
--

Geun Won memerintahkan bos Kim agar membunuh Yi Seo terlebih dahulu. Akan tetapi, Yi Seo tidak bisa menyerah begitu saja. Dia melihat ada sebuah cangkul di sana dan mengambilnya sebagai senjata. Dia juga menendang pipa besi yang ada di lantai ke arah Geun Soo dan menyuruhnya menggunakan pipa besi itu sebagai senjata.
Bos Kim dan Geun Won tertawa melihat mereka berdua. Mereka tidak takut sama sekali dan malah berkata kalau Yi Seo serta Geun Soo bersikap konyol.
Yi Seo tidak peduli dengan ucapan mereka. Dia malah memberi aba-aba pada Geun Soo untuk menyerang mereka semua pada hitungan ketiga.
Satu! Dua! Tiga!
Yi Seo langsung balik dan lari pergi meninggalkan Geun Soo sendirian sambil berteriak, “Jang Geun Soo, semangat! Bertahanlah!”
Hahahaha. Semua kaget. Geun Soo apalagi. Dia sampai melongo. Bos Kim tertawa dan menyuruh anak buahnya untuk menangkap Yi Seo. Tapi, Geun Soo tidak membiarkannya, dia menyerang mereka dengan pipa besi yang di pegangnya.
“Dia menyuruhku… untuk bertahan,” ujar Geun Soo pada mereka semua.
--

Sae Ro Yi dan Seung Kwon bergegas menuju alamat tempat yang mereka dapatkan dari Presdir Jang. Sae Ro Yi tahu kalau hal ini sangat berbahaya. Dia akan menyelamatkan Yi Seo. Karena itu, dia menyuruh Seung Kwon untuk menentukan prioritas-nya. Semua akan jadi berantakan kalau Seung Kwon ragu mengambil keputusan. Mereka berdua bisa saja terluka atau bahkan mati, tapi Yi Seo tetap harus selamat. Dan dia juga sadar kalau dia tidak bisa memaksa Seung Kwon untuk tetap ikut dengannya.
“Dasar aneh. Kalau begitu, kenapa kau ajak aku? Yi-seo. Walau terkadang kurang ajar, kini dia keluarga. Dia juga penting bagiku. Tujuan kita harus sama... agar bisa bekerja sama dengan baik,” ujar Seung Kwon.
“Terima kasih.”
“Tak masalah. Walau kau mati, aku akan tetap selamatkan Yi-seo.”
Sae Ro Yi tersenyum mendengar itu. Karena memang itu yang di inginkannya.
--

Geun Soo kalah jumlah. Dan dengan mudah, dia di jatuhkan oleh bos Kim. Bos Kim bahkan menusuk kaki Geun Soo hingga Geun Soo kesakitan dan sulit untuk berdiri. Bos Kim mengejeknya yang sok keren seperti syuting film tapi percuma saja karena ini realitanya.
Walau terluka, Geun Soo tetap tidak menyerah. Dia menahan kaki bos Kim agar tidak bisa pergi dari sana. Bos Kim tertawa melihat tingkahnya, tapi jelas dia kesal. Dia hendak melayangkan pukulannya pada Geun Soo tapi Geun Won menghalanginya dan menyuruhnya untuk fokus mengejar Yi Seo. Bos Kim walau kesal, tapi akhirnya tidak jadi memukuli Geun Soo dan pergi mengejar Yi Seo.

“Kau sudah dapat semua yang kau inginkan, termasuk Jangga, 'kan? Jangan ikut campur,” peringati Geun Won.
“Yang kuinginkan? Aku tak pernah dapatkan hal itu seumur hidupku. Tak pernah sama sekali. Namun, kau dan aku ternyata memang saudara,” balas Geun Soo.
“Apa maksudmu?”
“Kita selalu gunakan... cara yang salah.”
Bos Kim melihat Geun Won yang bukannya bergegas pergi malah bicara dengan Geun Soo. Dia segera memanggilnya untuk bergegas. Geun Won ikut dengan bos Kim (naik mobil) dan menyuruh anak buah yang lain untuk menahan Geun Soo
--

Yi Seo berusaha untuk lari sejauh mungkin walau dengan langkah terseok-seok. Akan tetapi, semua itu percuma saja karena Geun Won dan Bos Kim mengejarnya dengan mobil dan bahkan di sekitar sana tidak ada tempat bersembunyi sama sekali. Kiri kanan hanyalah tanah kosong.

Anak buah bos Kim yang mengendarai mobil hendak menabrak Yi Seo, akan tetapi, Yi Seo lebih pintar karena dia memutuskan untuk lari di tanah lapang itu. Bos Kim keluar dari mobil dan berteriak agar dia menyerah saja karena semuanya percuma. Masih sambil lari, Yi Seo balas berteriak agar bos Kim saja yang menyerah.
Bos Kim tertawa. Dia memerintahkan anak buahnya untuk lari mengejar Yi Seo. Geun Won yang melihat itu, bergumam kalau Yi Seo benar-benar keras kepala. Bos kim akhirnya masuk ke dalam mobil, di ikuti Geun Won. Dia mengendarai mobil dan akan menangkap Yi Seo dari sisi seberang jalan.
Yi Seo terus saja berlari hingga mencapai sisi seberang jalan lain. Dan sebuah mobil muncul di hadapannya. Di belakangnya juga ada mobil lain. Yi Seo sudah mulai putus asa karena terjebak.
Tapi salah satu mobil itu adalah mobil Seung Kwon dan Sae Ro Yi. Mereka menemukan Yi Seo. Tanpa ragu, Sae Ro Yi memerintahkan Seung Kwon untuk menabrak mobil yang hendak menabrak Yi Seo. Seung Kwon juga tanpa ragu meningkatkan kecepatannya dan menabrak mobil bos Kim dan Geun Won.
Bos Kim sempat membanting setir hingga mobil Seung Kwon dan Sae Ro Yi hanya mengenai pinggiran mobil mereka. Yi Seo bingung.


Tapi saat melihat Seung Kwon dan Sae Ro Yi keluar dari mobil tersebut, Yi Seo sangat senang. Sae Ro Yi baik-baik saja. Yi Seo langsung berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat. Dia senang tapi juga marah karena Sae Ro Yi datang ke tempat berbahaya seperti ini. Apa dia sudah gila?

Sayangnya, kemesraan mereka harus terhenti karena teriakan Geun Won yang keluar dari mobil. Dia senang melihat Sae Ro Yi dan menganggapnya datang untuk mati. Bos Kim yang melihat Sae Ro Yi malah kasihan, untuk apa pula dia kemari? Sae Ro Yi memberitahu mereka berdua kalau sebelum ke sini, dia sudah melapor pada polisi. Dia meminta agar bos Kim pergi saja.
Seung Kwon keluar dari mobil. Melihatnya, Yi Seo langsung menanyakan keadaannya dengan khawatir. Dia memanggil Seung Kwon dengan panggilan, ‘oppa’. Seung Kwon sempat-sempatnya bercanda kalau dia senang Yi Seo memanggilnya seperti itu.

Seung Kwon memberi tanda agar Sae Ro Yi dan Yi Seo segera kabur sementara dia yang mengurus masalah di sini. Dan karena itu, Sae Ro Yi menarik tangan Yi Seo dan membawanya kabur. Geun Won tidak bisa membiarkannya dan mengejar mereka berdua dengan mobil. (Mobil Seung Kwon rusak, jadi tidak bisa di pakai).
Sementara Bos Kim, dia yang menangani Seung Kwon. Seung Kwon dulunya adalah mantan preman dan cukup kuat, hingga dia dengan mudahnya bisa melumpuhkan dua orang anak buah bos Kim. Bos Kim tertawa dan menyebut Seung Kwon tidak kenal ampun padahal mereka dulu adalah teman. Seung Kwon menatapnya dengan sengit dan mengingatkan kalau bos Kim sering bilang, ‘Jangan ragu.’

Bos Kim tertawa sinis dan menyebut Seung Kwon yang lebih cocok bersama dengan mereka. Tapi, Seung Kwon tidak merasa demikian. Dia menunjukkan tangannya dan berujar kalau dia juga pandai melayani tamu.
Pertarungan keduanya di mulai. Cukup seimbang.
--

Sae Ro Yi terus menarik Yi Seo untuk lari dengannya. Akan tetapi, kondisi Sae Ro Yi benar-benar lemah apalagi di tambah dengan tabrakan tadi. Yi Seo benar-benar khawatir dan memapah Sae Ro Yi. Mereka berlari bersama dengan terseok-seok. Dan tiba-tiba saja, Sae Ro Yi berujar kalau dia teringat kejadian saat mereka berlari bersama di Itaewon.
“Untuk apa kau tiba-tiba membicarakan itu?”
“Karena aku sangat merindukanmu,” jujur Sae Ro Yi, membuat langkah Yi Seo terhenti.
Sae Ro Yi menatapnya dengan lekat dan membelai rambutnya lembut, “Kau selalu... berusaha keras untukku selama ini. Kau selalu terluka.”
“Apa ini? Kau sungguh baik-baik saja?” khawatir Yi Seo, melihat Sae Ro Yi yang bicara aneh.
“Kenapa bisa begini? Pikiran... dan hatiku dipenuhi olehmu. Mungkin ini juga yang kau rasakan. Ternyata... ini membuatku gugup,” ujar Sae Ro Yi, berkaca-kaca. “Aku mencintaimu.”
Yi Seo menatapnya, terkejut dan juga antara percaya tidak percaya.
“Aku mencintaimu, Yi Seo,” ulangi Sae Ro Yi. “Aku sangat mencintaimu.”
Sae Ro Yi memeluk tubuh kecil Yi Seo dengan begitu erat. Dia juga membelai rambut Yi Seo lembut.


Dan lagi-lagi, kemesraan mereka harus terhenti karena Geun Won berhasil menemukan mereka. Geun Won bahkan melajukan mobil dengan sangat kencang untuk menabrak mereka. Sae Ro Yi tidak bisa membiarkannya. Dia meraih bongkahan batu besar yang ada di pinggir jalan dan melemparnya dengan kencang ke arah mobil Geun Won. Refleks, Geun Won menginjak rem.

Sae Ro Yi memanfaatkan momen tersebut untuk menyuruh Yi Seo segera lari. Yi Seo tidak mau meninggalkan Sae Ro Yi seorang diri. Sae Ro Yi menyerahkan ponselnya. Polisi pasti akan menghubungi-nya, jadi angkat teleponnya dan beritahu posisi mereka.
Geun Won keluar dari dalam mobil. Sae Ro Yi memohon agar Yi Seo percaya padanya dan pergilah.
“Bila kau mati, aku juga akan mati,” ujar Yi Seo, sebelum pergi,

Setelah Yi Seo pergi, terjadilah perkelahian antara Sae Ro Yi dan Geun Won. Geun Won berujar kalau Sae Ro Yi pasti ingin mati. Sae Ro Yi membalas kalau dia dan Seung Kwon datang untuk mempertaruhkan nyawa. Nyawa Geun Won sama sekali tak berarti baginya.
Seung Kwon masih bertarung dengan Bos Kim.
Sae Ro Yi bertarung dengan Geun Won. Tapi, posisi Sae Ro Yi yang terpojok karena dia sudah terluka parah.
Hari ini, semua akan berakhir.
Dan dengan tekad itu, Sae Ro Yi berusaha keras untuk menghajar Geun Won. Percuma, Geun Won tetap lebih kuat darinya. Geun Won terus menghajarnya dan berteriak agar Sae Ro Yi mati saja seperti ayahnya!
“Bagaimana bisa kau masih mengaku manusia?” teriak Sae Ro Yi. “Yi-seo, Geun-soo, Ho-jin, juga ayahku. Apa kau tak merasa bersalah sama sekali?”
“Ketika makan daging babi, apa kau merasa bersalah?” balas Geun Won, teringat ajaran Presdir Jang dulu padanya (episode 02). “Karena babi-babi itu, semuanya lenyap. "Bersalah"? Omong kosong apa itu.”
“Dasar bajingan!”
“Tutup mulutmu, Berengsek! Mati kau, Berengsek! Mati saja kau!” teriak Geun Won dan memukuli Sae Ro Yi berulang kali.
--
Seung Kwon menang melawan Bos Kim. Bos Kim masih bisa tertawa dan memuji Seung Kwon yang keren. Dan karena itu, bos Kim menyerah dan berkata akan pergi dengan tenang. Seung Kwon menanyakan bagaimana dengan anak buah Bos Kim yang tidak sadarkan diri? Bos Kim tidak peduli karena keadaannya sendiri tidak baik, jadi, dia akan meninggalkan mereka.
“Hentikan. Tak usah bicara lagi. Kau mulai membuatku menyesal pernah bekerja untukmu. Bos sejati adalah orang yang berani bertanggung jawab,” ujar Seung Kwon, kecewa padanya.
--
Geun Won sudah benar-benar kesetanan. Setelah puas memukuli Sae Ro Yi dan membuatnya tidak berada di tanah, Geun Won baru meninggalkannya.
--
Yi Seo terus berlari hingga menemukan jalan besar. Dia sudah sangat lelah hingga terjatuh. Saat itulah, dia melihat beberapa mobil patroli tiba. Di dalam mobil itu, ada det. Oh yang menunjukkan arah TKP.
--
Sae Ro Yi sudah tidak berdaya terbaring di tanah. Geun Won juga duduk tidak jauh dari sana, beristirahat karna lelah dengan pertarungan tadi. Sae Ro Yi masih belum menyerah dan berusaha bangkit. Dia juga meraih seggenggam pasir. Sae Ro Yi tidak akan menyerah karena jika dia menyerah, dia akan mati, dan jika dia mati, Yi Seo juga akan mati (ucapan Yi Seo tadi). Dia tidak ingin hal itu terjadi, jadi dia harus bertahan.
“Kurasa aku bisa bahagia,” gumam Sae Ro Yi.
Geun Won heran mendengar gumamannya. Dia mendekat dan hendak memukuli Sae Ro Yi lagi, tapi Sae Ro Yi segera melempar pasir yang ada di tangannya ke mata Geun Won, membuat Geun Won menjerit kesakitan karena matanya kemasukan pasir. Sae Ro Yi memanfaatkan hal itu untuk menghajar Geun Won yang tidak bisa membuka mata.
Sae Ro Yi sudah benar-benar lelah dan teringat suatu kejadian di masa lalu.
Flashback
Sae Ro Yi dengan Yi Seo berdiri di jembatan yang menghadap ke Namsan Tower.
“Aku terkadang penasaran untuk apa kita hidup? Hidup itu sia-sia dan mudah ditebak,” ujar Yi Seo.
“Apa maksudmu?” tanya Sae Ro Yi, balik.
“Kita akan menua dan mati sebelum umur 100 tahun. Tapi kita berusaha keras untuk hidup baik. Lebih baik aku tidak dilahirkan. Ini sangat menjengkelkan.”
“Bila itu sangat menjengkelkan, mati saja,” ujar Sae Ro Yi (ah, ini kejadian di prolog episode 01). “Ternyata kau tak sepintar itu. Kau bicara seperti Tuhan saja. Setiap aku selesai bekerja, aku selalu berlari di jalan ini. Saat bangun keesokan harinya, aku akan buka kedaiku dan bekerja di sana lagi. Walau itu terlihat repetitif, tak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi besok. Seung-kwon yang pernah mengajakku berkelahi, kini dia menjadi pelayan di DanBam. Kau yang membuatku dilarang berjualan, kini menjadi manajer kedai. Tak ada satu hari pun yang bisa ditebak. Walau sampai sekarang banyak hari sulit dan penuh kesedihan, terkadang hal-hal menyenangkan terjadi. Dan itu makin sering terjadi sejak kau datang. Setiap hari penuh kesenangan. Siapa tahu? Jika kau hidup, akan ada sesuatu yang membuat hatimu berdebar. Dingin. Ayo pergi.”
“Aku juga. Saat berada di sampingmu, hatiku berdebar... dan aku merasa senang,” ujar Yi Seo, saat itu. Saat itu, Yi Seo tersenyum tulus padanya.
End
Terdengar suara sirine mobil polisi. Sae Ro Yi sangat lega karna sekarang semuanya sudah selesai.
Dari dalam mobil polisi, keluar Yi Seo yang berlari sambil menangis dan memeluknya dengan erat.
Mulai sekarang… mari kita hidup bahagia.


Post a Comment

Previous Post Next Post