Kwang Ho dan Sun Jae mulai memeriksa mobil para tersangka di tengah hujan deras. Kwang Ho menemukan berbagai barang yang bisa digunakan untuk memukul kepala korban seperti tongkat basebaall dan palu, namun, tidak ada jejak atau bekas darah sama sekali.
Kwang Ho menduga kalau senjata pasti disembunyikan di suatu tempat. Sun Jae melihat ke depan tempat peristirahatan dan terlihat para tersangka yang memandangi mereka.
Kwang Ho dan Sun Jae pergi kembali ke TKP. Kwang Ho hendak memegang kepala mayat yang terluka tetapi Sun Jae memarahinya. Kwang Ho menjawab kalau petugas forensik tidak bisa datang jadi mereka yang harus memeriksanya agar menemukan sesuatu. Kwang Ho memegang luka mayat dan dia menemukan ada pecahan kecil semen.
Sun Jae melihat ke lantai dan ada bekas jejak darah. Kwang Ho memberitahu Sun Jae dugaannya kalau korban dipukul dengan sesuatu dari semen. Sun Jae mengabaikannya dan mengikuti jejak darah.
Jejak darah korban sampai ke ruangan disebelahnya yang merupakan kamar mandi. Sun Jae membuka tutup kloset dan ternyata kloset dipenuhi darah. Sun Jae jadi curiga dan membuka septictank. Di dalamnya, ada sebuah batubata semen yang berlumuran darah.
Kwang Ho menghampirinya dan melihat barang yang dipegang Sun Jae. Dia berkata kalau dia benar, alat yangg digunakan pelaku terbuat dari semen.
Alat pembunuhan sudah dimasukkan dalam plastik. Mereka menunjukkan batu bata itu pada pemilik. Sun Jae memberitahu kalau batu bata tersebut ditemukan di dalam kamar mandi. Pemilik gugup dan menjawab kalau dia hanya iseng meletakkan batu bata di dalam toilet. Kwang Ho memarahinya agar mengatakan yang sebenarnya. Pemilik tetap ngotot kalau ini pertama kalinya dia bertemu dengan korban. Jadi kenapa dia harus membunuhnya? Mata pemilik kemudian terlihat gugup.
Kwang Ho menyadarinya. Itu mata yang sama saat di interogasi pertama. Kwang Ho mencurigai sesuatu dan menemukan sebuah plat nama. (tidak diberitahu arti dari plat itu). Pemilik akhirnya mengaku.
“Setiap datang, dia tidak pernah membeli. Dia selalu saja numpang toilet.”
“Itukah alasanmu membunuh dia?” tanya Kwang Ho.
“Itu… bukan begitu maksudku. Kami bertengkar, tapi aku tidak membunuhnya. Sungguh. Aku menemukan dia mati di sana. Aku hanya takut akan dicurigai. Sungguh bukan aku pelakunya,” ujar Pemilik berusaha menyakinkan. “Sebentar. Pengemudi truk satunya itu. Dia! Tidak semua orang mampu membunuh. Pengemudi truk satunya. Kudengar, mereka mantan rekan kerja. Korban pernah menceritakannya padaku.”
Di Kantor Kepolisian Hwayang
Para pemilik mobil sudah di identifikasi. Pria berjaket yang ada dilokasi dan pengemudi truk juga bernama Lee Dae Hwan, usia 27tahun. Tae Hee memberitahu Ketua Sung Shik kalau Dae Hwan adalah mantan rekan korban. Dan ada sesuatu yang lebih menarik.
Tae Hee memberikan sebuah berkas kasus, dimana korban, Choi Hong Seok, adalah pelapor.
“Saat sedang mengebut agar sampai tempat itu sampai menyalip truk lain terjadi kecelakaan dan dia melarikan diri. Lee Dae Hwan. Choi Hong Seok menyaksikan kejadian dan melaporkannya. Bukankah motifnya cukup? Bau amis (konspirasi) di sini,” jelas Tae Hee.
Di Tempat Peristirahatan
Kwang Ho keluar dari ruangan dan melihat para tersangka. Tetapi, dia tidak melihat Dae Hwan. Petugas memberitahu kalau Dae Hwan pergi ke toilet. Tersangka pria berpakaian kasual, menunjuk Dae Hwan yang berada di tempat parkir dan hendak kabur.
Dae Hwan masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu. Kwang Ho menggedor pintu dan menyuruhnya untuk membuka. Dae Hwan menolak dan menyalakan mesin mobil. Kwang Ho berdiri di depan menghalangi mobil dan mencoba menenangkan Dae Hwan.
Sun Jae datang dengan tenang. Dia mengarahkan pistolnya. Dae Hwan dan Kwang Ho panik. Dan Dorrrr…. Sun Jae menembak ban mobil hingga pecah. Dae Hwan segera keluar dan hendak kabur tetapi Kwang Ho menangkapnya. Dae Hwan memohon kalau bukan dia yang membunuh.
Mereka masuk dengan membawa Dae Hwan. Pemilik menggebu-gebu menuduh Dae Hwan yang membunuh. Si aktris berkata kalau Dae Hwan seperti aktor karena sudah membunuh dan pura-pura tidak melakukannya. Dae Hwan menyangkal tuduhan tersebut. Si Guru bertanya kala begitu kenapa dia kabur? Dae Hwan bingung menjawabnya. Young Gil langsung menuduhnya karena Dae Hwan tidak bisa menjawab. Dae Hwan terpancing dan berteriak kalau bukan dia pelakunya. Kwang Ho memerintahkan agar semuanya diam. Eh… si pemilik malah menggosip pada yang lainnya.
Dae Hwan emosi dan berkata karena dia tahu situasinya bakal seperti ini makannya dia mencoba kabur. Dae Hwan melawan dan mengambil alat pel. Sun Jae dengan tenang menyuruhnya meletakkannya kecuali dia ingin catatan kriminalnya bertambah. Dae Hwan ngotot kalau bukan dia pelakunya.
Tiba-tiba, Jae Yi masuk dengan tubuh basah. Semua orang sampai kaget karena kemunculannya yang dratis. Perhatian Dae Hwan bahkan teralih dan Kwang Ho memanfaatkan kesempatan untuk meringkusnya. Dia memborgol tangan Dae Hwan dan mengaitkannya ke kursi. Pemilik menarik aktris agar duduk dikursi sehingga Dae Hwan tidak bisa kabur.
Kwang Ho bertanya kenapa Jae Yi kemari? Sun Jae juga bertanya hal yang sama. Tetapi, Jae Yi dengan tenang malah meminta dibuatkan kopi. Kwang Ho sampai heran dan mengulang pertanyaannya kembali.
“Aku tahu pelakunya,” ujar Jae Yi.
Semua langsung kaget mendengarnya.
Jae Yi sedang menyesap kopinya dan semua orang memperhatikannya. Jae Yi memberitahu kalau jalanan rusak dan diblokir serta komunikasi terputus. Sun Jae bertanya memastikan kalau Jae Yi tadi bilang tahu pelakunya.
“Bukankah bus ekpres berhenti di sini sesaat? Pelaku melarikan diri bersama mereka. Salah satu penumpang melaporkan seorang pria tampak mencurigakan. Dia sudah ditangkap dan mengakui perbuatannya. Aku takut ketidakpercayaan antara kalian dapat terjadi insiden lain,” jelas Jae Yi.
Kwang Ho bertanya kata Jae Yi jalanan diblokir kenapa dia bisa sampai disini? Jae Yi menjelaskan kalau dia berkeras menembus jalanan berlumpur dan bisa sampai meski mobilku sampai mogok.
Dae Hwan meminta agar borgolnya dilepaskan karena sudah terbukti tidak membunuh. Dia bahkan menatap tajam pada pemilik. Pemilik segera minta maaf dan mengajak semuanya untuk makan ramyeon.
Sun Jae mengajak Jae Yi bicara berdua di sebuah ruangan. Kwang Ho sampai heran karena mereka cuma bicara berdua dan curiga ada apa-apa di antara mereka.
Sun Jae bertanya apa yang dikatakan Jae Yi benar? Jae Yi menjawan kalau tadi itu adalah kebohongan.
“Sekarang ini, pelaku pasti lega tidak akan dicurigai lagi sebagai tersangka. Kita awasi mereka sekarang. Baru kita bisa menangkapnya,” jelas Jae Yi.
Sun Jae terlihat ragu. Dia menatap Jae Yi. Dan tepat saat itu, Kwang Ho masuk dan mengkagetkan mereka. Dia bertanya apa yang mereka lakukan ? apa mereka menyebunyikan sesuatu? Sun Jae menyuruh Jae Yi agar tidak memberitahu Kwang Ho dan Jae Yi setuju. Dan mereka segera keluar meninggalkan Kwang Ho.
Kwang Ho menggerutu kesal di tinggal. Dia berkata kalau dia sudah bekerja 10tahun di Unit Kejahatan Serius. Tapi, dia merasa kesal karena tidak bisa mengatakannya langsung.
Hari sudah malam…
Kwang Ho sudah berbicara dengan Sun Jae dan Jae Yi. Dia menggerutu kesal karena tidak ada bukti dan sekarang tidak bisa melakukan interogasi langsung. Jae Yi segera berdiri dan Kwang Ho menahan tangannya. Dia menyuruh Jae Yi untuk duduk dan mendengarkan.
Dia bertanya berbisik sambil melihat para tersangka, menurut kalian siapa pelakunya? Apa yang paling penting dari pelakunya? Motif. Kita perlu menemukan orang yang punya alasan kuat membunuh korban.
Sun Jae dan Jae Yi terlihat tidak tertarik. Jae Yi bahkan mita izin ke toilet dan Sun Jae mengikutinya. Kwang Ho kesal sekali dan berkata dia akan melakukannya sendiri.
Sun Jae mengikuti Jae Yi dan memberithau kalau mereka mengunci toilet agar aman. Jae Yi meminta kuncinya tetapi Sun Jae menolak memberikannya dan berkat dia akan ikut.
“Aku penguntitmu, Profesor Shin,” jawabnya dan memimpin jalan.
Kwang Ho memperhatikan para tersangka yang sedang makan dan melakukan analisis mengenai motifnya.
Si Guru hendak membuang cup ramyeon-nya tetapi Mr. Hwang yang sedang mencari signal, tiba-tiba berbalik dan menabraknya. Cup ramyeon yang masih berisi kuah terjatuh dan mengenai bajunya. Mr. Hwang segera berteriak marah pada guru. Si Guru meminta maaf. Kwang Ho datang melerai mereka. Dia bahkan mengambil dan membersihkan ramyeon yang tumpah. Guru segera membantunya.
“Tidak perlu kan bikin keributan selama bisa dibersihkan,” ujar Kwang Ho.
Di dapur, Kwang Ho hendak membuang cup ramyeon dan sang guru membersihkan kain yang digunakan mengelep lantai bekas tumpahan ramyeon tadi. Kwang Ho memujinya dan Guru menjawab kalau dia sudah terbiasa melakukannya sendiri bertahun-tahun.
“Ah, apakah isteri Anda meninggal?” tanya Kwang Ho penasaran.
“Ya. Dia sakit parah cukup lama. Dia meninggal tiga tahun yang lalu.”
“Aigoo… pasti berat untuk anak-anak ditinggal ibunya.”
“Entahlah, untungnya.. kami tidak punya anak,” ujar Guru misterius.
“Aigoo… aku tidak bisa bayangkan rasanya kehilangan seorang anak secara mendadak. Maksudnya perasaan orang tuan Choi Yeong Sook. Saat mendengar putera mereka terbunuh di area peristirahatan, bagaimana perasaannya? Bagian tersulit menjadi detektif adalah … memberitahukan pada keluarga korban ,” renung Kwang Ho. Dia teringat ketika harus memberitahu suami dari korban keempat mengenai kematian istrinya.
Guru mendengarnya dan tangannya gemetar. Dia bahkan sampai terjatuh. Kwang kaget dan membantunya. Guru menjawab kalau dia begini karena tekanan darahnya rendah dan permisi keluar untuk menghirup udara segar.
Kwang Ho menatap curiga padanya.
Sun Jae dan Jae Yi pergi ke toilet tempat TKP korban. Jae Yi menunduk dan melihat kondisi mayat korban. Dia melakukan analisis. Dia melihat ponsel korban yang tergeletak begitu saja dan menduga kalau korban pasti tidak mengenal pelaku karena ponselnya tidak dibawa kabur.
Jae Yi kemudian keluar dan memandang sekeliling. Pandangannya tertuju pada kursi yang dipayungi. Dia mulai membayangkan reka peristiwa bahwa korban duduk disana bersama dengan pelaku.
Jae Yi ke kursi tersebut dan duduk disana. Sun Jae memperhatikan dari atas. Jae Yi melohat ada puntung rokok di atas kursi. Dia jongkok dan melihat ada puntung rokok panjang di bawah kursi. Dia mulai membayangkan tangan pelaku yang bergetar dan menjatuhkan rokoknya.
“Apa yang dia dengar sampai terburu-buru tanpa menuntaskan rokoknya?”
Ketua Sung Shik masuk ke ruangan dengan buru-buru. Dia memperlihatkan daftar panggilan nomor Choi Yong Seok kepada Min Ha dan Tae Hee yang sedang mau makan. Dia memerintahkan mereka agar segera menemukan orang-orang itu.
Tae Hee menjawab kalau dia baru saja menuangkan air panas ke mie-nya. Ketua memarahinya agar memikirkan mereka yang tetap bekerja walau hujan seperti ini. Dia menyuruh Tae Hee memakannya di jalan saja. Min Ha yang merasa disindir, segera memberikan mie-nya pada Ketua.
Sun Jae pergi ke sebuah mobil. Dia menemukan ada sebuah hoodie bag dan terlihat curiga. Sun Jae dengan senter di tangannya, mulai menelusuri selokan air. Dia menemukan sesuatu.
Tae Hee dan Min Hae mendatangi tempat latihan bertinju dan bertanya untuk apa korban menelpon kesini? Pelatih di tempat tinju menjawab kalau dia hanya tanya berapa biaya pendaftaran di sini. Dia juga memberitahu kalau dia dengan Hong Seok - korban - satu angkatan saat wajib militer. Tae Hee bertanya apa ada hal lain?
“Dia bilang ke area peristirahatan dan mencari pemantik. Tapi, kudengan seseorang menggiring dia ke sana. Tapi, ada apa sebenarnya?”
“Oh, Choi Hong Seok-ssi… adakah yang mungkin berniat membunuhnya?” tanya Min Ha. Pelatih kaget mendengar pertanyaan itu.
Kwang Ho masih memikirkan reaksi guru tadi. Dia yakin kalau dia adalah pelakunya namun masih belum ada bukti. Jae Yi memberi saran agar Kwang Ho bertanya padanya apa dia melakukannya atau tidak. Kwang Ho langsung kesal karena merasa di ejek. Dia bahkan berkata kalau dia dan Jae Yi sepertinya tidak pernah cocok.
Sun Jae masuk tiba-tiba. Dengan nafas terengah-engah, dia memberitahu kalau pelakunya sudah ketemu. Kwang Ho bertanya apa ada bukti? Sun Jae mengangguk. Dan ternyata dia menemukan kain putih bernoda darah dan sebuah dompet yang didalamnya ada foto guru, istri dan anaknya yang berpakaian militer.
Jae Yi, Sun Jae dan Kwang Ho keluar dari ruangan mereka. Mereka menghampiri mereka. Jae Yi memberitahu kalau dia tadi berbohong saat mengatakan kalau pelaku sudah di tangkap. Semuanya langsung kaget. Jae Yi berkata kalau mereka pasti menangkap pelakunya kali ini.
“Seseorang yang kehilangan anaknya membunuh anak orang lain,” ujarnya dan berjalan ke arah guru, “Aku yakin orang ini kehilangan selera makan dan tidak bisa tidur nyenyak. Aku yakin dia merasa seperti di neraka. Apa untungnya melihat pelaku di penjara saat tahu itu tidak akan mengembalikan si anak? Orang ini pasti tahu betapa sakitnya. Tapi dia sanggup memberi rasa sakit itu pada orang lain. Manusia kadang membingungkan. Bukan begitu, pak?”
Guru menunduk dalam. Dia bergetar dan menatap Jae Yi. Dia kemudian meraih pisau buah dan mengarahkannya pada mereka.
Kwang Ho menyuruhnya untuk meletakkan pisau itu. Dan pelaku… meletakkan pisau ke lehernya.
“Orang itu… awalnya aku tidak ingin membunuhnya,” ratap pelaku. “Aku sungguh tidak ingin membunuhnya.”
Di tempat tinju,
Pelatih memberikan foto saat dia mengikuti wamil. Dia menunjuk seseroang di foto dan memberitahu kalau orang itu bernama Kim Ji Hoon.
“Apa hubungan dia dengan Choi Hong Seok?” tanya Min Ha.
“Hong Seok membunuh Ji Hoon.”
Tae Hee dan Min Ha langsung kaget.
Flashback
Hong Seok waktu wamil dulu sering memukuli mereka semua seolah mereka adalah samsak. Dan mereka tidak boleh menghindar. Suatu hari, Hong Seok kembali memukuli Ji Hoon dan Ji Hoo tanpa sadar menangkisnya dengan helm.
Tangan Hong Seok menjadi sakit. Dan saat itulah, dia menjadi emosi dan memukul Ji Hoo dengan brutal. Hingga Ji Hoo tewas.
Orang tua Ji Hoo datang ke rumah sakit. Ibu menangis histeris melihat anaknya meninggal dengan kondisi wajah babak belur. Ayah Ji Hoon - guru - bertanya dia mendengar kalau anaknya meninggal karena dipukuli.
Saat itu, Hong Seok lewat dengan dibawa petugas. Ibu dan Ayah segera menemuinya. Ibu histeris meminta Ji Hoon di kembalikan.
Ayah meraih tangan Ji Hoon dan menangis histeris.
Flashback END
Pelaku menangis. Dia memberitahu pada istrinya, : “Mari maafkan dia. Sekalipun putera kita meninggal, mari kita maafkan.” Pelaku menangis histeris dan memberitahu kalau istrinya sangat merindukan Ji Hoon sehingga dia menyusulnya sedangkan dia malah menyuruhnya memaafkan si pembunuh itu.
“Dia tidak layak dimaafkan!” teriaknya.
Flashback
Pelaku tiba di tempat peristirahatan. Dia duduk disebelah korban dan mendengar pembicaraan korban di telpon yang bertanya biaya pendaftaran gym. Korban hendak menghisap rokok tetapi tidak ada pemantik, pelaku melihatnya dan menawarkan. Dan saat itulah, dia melihat wajah korban yang adalah pembunuh anaknya.
“Kalau dia hidup dengan baik dan benar, aku tidak akan marah, tapi anak itu hidup begitu serampangan.”
Korban selesai bertelpon. Dia mengeryit kesakitan dan menggerutu pergelangan tangannya yang selalu gemetaran setiap kali hujan.
Pelaku hendak pergi meninggalkannya. Tapi, korban tiba-tiba bicara padanya bahwa dia seharusnya bisa jadi petinju.
“Aishh… gara-gara kunyuk itu menangkis pukulanku, tangan ini jadi begini. Sejak saat itu, setiap hujan jadi gemetaran,” ujarnya.
Pelaku emosi. Dia berkata dalam hati bahwa karena dia, hidupnya jadi seperti neraka.
“Apa yang terjadi pada orang itu?” tanya pelaku.
“Tentu saja aku membunuhnya,” jawab korban santai. Pelaku terlalu terkejut mendengar jawaban itu dan menjatuhkan rokok di jarinya. Korban tertawa melihatnya dan berkata kalau dia hanya bercanda.
Korban meletakkan rokoknya di kursi dan berlari ke kamar mandi. Pelaku emosi mendengar jawaban tersebut. Bagaimana bisa dia berkata hanya bercanda dan membunuh anaknya. Pelaku pergi ke arah kamar mandi dan mengambil batu bata semen pengganjal pintu. Dia berteriak marah dan memukuli korban hingga tewas.
Flashback END
Lampu di tempat peristirahatan tiba-tiba mati. Semua orang jadi panik. Kwang Ho memerintahkan agar semuanya segera keluar. Pelaku terjatuh lemas menangis. Sun Jae bertanya apa ada yang berubah? Rasa sakitnya menghilang? Atau anak isterimu kembali hidup?
Kwang Ho memandang heran pada Sun Jae karena tidak biasanya Sun Jae merasakan empati. Pelaku marah karena Sun Jae tidak tahu perasaannya.
“Tahu, aku tahu. Aku juga ingin membunuh orang itu,” ujar Sun Jae. Kwang Ho dan Jae Yi memandangnya kaget. “Orang yang membunuh ibuku, aku ingin menemukan dan membunuhnya. Tapi meski kulakukan, apa ada yang berubah? Tahu yang sungguh korban inginkan? Mereka ingin pelaku mengakui kesalahan mereka di pengadilan dan menjalani hukuman di penjara. Mereka tidak ingin pembalasan dendam.”
“Aku tidak peduli soal itu!” teriak pelaku.
Sun Jae berkata kalau begitu pelaku tidak ada bedanya dengan korban. Pelaku berteriak kalau semua sudah selesai. Sun Jae membantahnya. Dia berkata kalau semua sudah berakhir saat puteranya meninggal. Itu akhir yang sebenarnya.
Pelaku terpancing. Dia meratap kalau semua sudah berakhir. Pelaku memberitahu kalau selama tujuh tahun setelah anaknya meninggal isterinya pasti sudah merencanakan bunuh dirinya. Dia pastilah alasan isterinya bunuh diri. Karena dia hanya diam.
Sun Jae berkata bukan hanya pelaku saja. Semuanya. Semuanya seperti itu. Dia menyadarinya saat jadi polisi, tidak ada yang dapat dilakukan saat insiden sudah terjadi. Tidak ada bahkan termasuk ayahnya.
Pelaku menangis. Dia teringat saat mengenggam tangan anaknya yang tewas. Dan dalam keputuasaannya, pelaku hendak menusuk dirinya sendiri. Jae Yi melihatnya dan menahan pisau dengan tangannya. Kwang Ho memborgol pelaku. Sun Jae bertanya kondisi Jae Yi dan Jae Yi berbohong kalau dia baik-baik saja.
Pelaku dibawa keluar.
Kwang Ho memarahi Jae Yi yang bergerak tanpa mengenal bahaya. Jae Yi berkata kalau dia tidak terluka jadi hentikan (jangan memarahinya). Kwang Ho tetap memarahinya karena wanita tidak harusnya terlibat dalam kasus. Mereka mungkin tidak bisa melindunginya. Jae Yi berkata kalau dia tidak minta dilindungi. Kwang Ho menegurnya dan bertanya kondisinya. Jae Yi berkata kalau dia tidak apa-apa dan beranjak pergi.
Sun Jae juga hendak keluar dan Kwang Ho bertanya. Apa itu karena ibunya? Sebab itu dia memburu Jung Ho Young? Sun Jae menjawab kalau itu bukan urusan Kwang Ho.
“Maafkan aku,” ujar Kwang Ho. Sun Jae terkejut dan berbalik menatapnya. “Sekarang alasan kau terosebsi menangkap penjahat aku sudah tahu. Jika gagal menangkap korban. Kau mengerti benar perasaan keluarga korban. Kau memahaminya lebih dari siapapun. Hanya akan berakhir saat pelaku tertangkap. Kalau butuh bantuanku, katakan saja. Maafkan aku karena kau tidak bisa menghadiri peringatan kematian ibumu.”
Sun Jae berbalik. Mereka menatap hujan.
Ayah Sun Jae sedang melakukan upacara peringatan kematian. Dia berdiri di tengah hujan dan menatap dasinya. Itu dasi yang diberikan isterinya yang ditemukan di TKP. Ayah Sun Jae masih menyesali semuanya.
Keesokan harinya,
Ketua dan team sudah tiba di TKP. Para tersangka sudah diijinkan pulang. Kwang Ho menghampirinya dan bertanya apa Sung Shik yang mengirim Aghassi -Jae Yi- kesini? Kwang Ho memarahinya karena mengirim Jae Yi kesini dan dia hampir terluka. Ketua bingung karena bukan dia yang menyuruhnya. Kwang Ho jadi bingung cara Jae Yi kesini.
Sun Jae memberikan foto keluarga pelaku pada pelaku. Di belakang foto ada pesan : “Hormat! Aku akan pulang dengan selamat.” Pelaku menagis membacanya.
Jae Yi berjalan pulang. Dia menunggu jemputan Hye Rin di halte bus. Tangannya mengenggam saputangan dan berlumuran darah. Dia menyadarkan kepalanya ke belakang dan menutup mata.
Sebuah mobil berhenti didepannya. Jae Yi mengira itu adalah Hye Rin tetapi ternyata Sun Jae. Sun Jae melihat tangan Jae Yi yang terluka. Dia mengambil P3K dari mobilnya dan mengobati tangan Jae Yi. Dia menasehati Jae Yi agar memberitahu kalau dia terluka.
“Tidak mengatakan apa-apa bisa menjadi kebiasaan,” tegus Sun Jae.
Jae Yi merasa heran. Sun Jae bertanya apa Jae Yi seperti ini sejak kehilangan orang tuanya dalam insiden kebakaran? Jae Yi terdiam. Sun Jae menghela nafas dan berkata kalau dia mendengarnya di rumah sakit. Jar Yi bergumam kalau dia tidak tahu ternyata Sun Jae suka menguping.
Mereka duduk berdua di halte bus. Sun Jae bertanya apa Jae Yi ingin mendengar ceritanya juga? Jae Yi menjawab kalau dia sudah mendengarnya semalam.
Kwang Ho pulang dengan mobil Sung Shik. Kwang Ho sedang memikirkan pelakunya yang hidup 10tahun dengan kehilangan anak dan istrinya disaat dia harus melihat anak - anak lain terus tumbuh. Kwang Ho bertanya bagaimana perasaan Sung Shik saat dia menghilang di terowongan dulu? Sung Shik memberitahu kalau dia merasa frustasi karena tidak mengikuti Kwang Ho dan minum Soju tiap hari di Provinsi Gangwon.
Kwang Ho menghela nafas. Dia memikirkan perasaan Yeon Sook saat dia menghilang. Sung Shik terdiam. Kwang Ho berguman berharap Yeon Sook tidak banyak menangis.
Tahun 1986
Yeon Sook mencuci dengan sangat keras. Tetangganya menyuruhnya untuk berhenti. Dia memberithau kalau Kwang Ho tidak akan kembali. Dia harus memikirkan kandungannya. Dia mencuci hingga kain menjadi berlobang. Dia bertanya apa tidak apa-apa dia menunjukkan ini pada Kwang Ho? Tetangganya memeluknya. Yeon Sook menangis.
Tahun 2016
Sung Shik menghentikan mobilnya. Kwang Ho sampai heran dan bertanya ada apa? Sung Shik meminta maaf.
“Aku mungkin tidak bisa menemukan kakak ipar dalam waktu dekat,” akunya.
“Apa maksudmu? Jelaskan padaku!”
“Itu… entah dia menghilang atau ID kependudukannya dihapus.”
Kwang Ho marah mendengarnya. Dia keluar dari mobil. Dia bertekad akan menemukan Kwang Ho 1988 agar kembal.
Di sebuah jurang gunung, terdapat sebuah mobil yang tergeletak hancur di tutupi daun-daun gugur.
Tags:
TUNNEL
ditunggu ep 6...
ReplyDelete