Sinopsis Thai-Drama : Game Maya Episode 2 - 1




Content and Images by OneHD


“Hentikan mobilnya. Jika kamu berhenti, aku janji tidak akan melaporkan kamu.” kata Pim, tapi Gun tetap tidak mau mendengarkan nya. Jadi Pim bersiap untuk keluar dan Gun memegang tangan Pim dan menahan nya.

Pim terus memberontak dari Gun, jadi Gun menariknya mendekat. Dengan panaik Pim memohon pada Gun,”Jangan lakukan apapun kepadaku! Aku menyerah!Aku menyerah!” Gun tetap tidak bergeming dan menuruh Pim untuk berhenti membrontak.

“Aku janji, aku akan kirim kabar tentang diriku ke pihak perusahaan kamu duluan sebelum yang lain. Jadi biarkan aku pergi.” kata Pim berusaha untuk bernegosiasi dengan Gun, karena dia menyangka bahwa Gun adalah seorang reportert (wartawan).

Gun menanyakan apakah Pim benar-benar ingin turun? Dengan cepat Pim menjawab iya. Dan Gun menghentikan mobilnya dipinggir jalan membiarkan Pim untuk turun. Setelah itu ia langsung pergi begitu saja.

Pim mengatai Gun dan dengan kebingungan ia bertanya pada dirinya sendiri, dimana ia sekarang. Lalu ia memasang maskernya kembali.


Gun berjalan dan mengobrol bersama Bosnya. “Jika kamu ingin membuka kembali kasus ini hanya dengan bukti sekarang, berapa persen kamu pikir, kita bisa menangkap pelaku?” kata Boss Gun.

Mereka sampai kearea untuk menembak,Maksud Anda, saya harus menemukan beberapa bukti?” tanya Gun.

Boss Gun mengiyakan pertanyaan Gun,”Jika kasus pacamu dilakukan Akarawong, mungkin kamu bisa menolong polisi dengan sebuah bukti penting. Itu melibatkan keuangan Akarawong.”

“Kemudian saya harus melakukan nya secara diam-diam dengan hanya kita berdua yang tau tentang ini.” kata Gun yang dibalas dengan anggukan oleh Bosnya.

Lalu Gun yang sudah memakai kacamata untuk menembak, mengambil pistol didepannya. Dor .. Ia menembak papan sasaran didepannya, tepat dibagian dada.”

Teman Gun berdiri agak jauh didepan sebuah ruangan, ia melaporkan pada Gun melalui telepon bahwa ia berpikir laptop milik Radee diletakan didalam ruangan komputer atau gudang penyimpanan mereka.
Gun datang dari arah belakang menghampirinya,”Kita harus mencari disetiap tempat.”
Teman nya mengangguk. Lalu saat seorang karyawan lewat, ia mematikan teleponnya. Dan Gun memalingkan wajahnya.


Ketika semua orang diruangan itu sudah keluar, Gin dan temannya berusaha untuk masuk. Tapi disana ada sebuah kode, sehingga mereka tidak bisa masuk kedalam, jadi dengan diam-diam Gun mengintip kedalam ruangan itu. Pada saat itu, seorang karyawan datang dan mengejutkan mereka berdua.
Mereka berjalan seperti ingin pergi dan karyawan memperhatikan mereka. Ketika karyawan itu yakin mereka tidak melihatnya, ia tidak memencet tombol apapun untuk memasukan kode, tapi ia hanya menggunakan tag namanya untuk masuk kedalam.
Gun dan temannya melihat itu.

“Barang dibangku belakang adalah reaktan. Itu sangat berharga. Aku tidak akan membiarkan Akarawong jatuh! Tidak peduli apapun resikonya itu, kamu harus melakukannya.’ Win mengingat perkataan Ayahnya itu dan ia melirik kearah sebuah kotak merah yang ada dibelakangnya. Ia terlihat kebingungan. Lalu ia menelepon Pat dan mengabarkan bahwa ia akan menjemput Khun Pim, jadi tolong beritahu dia.



Dirumah Prapas.
“Akarawong adalah keluarga lama dibisnis kimia. Mereka pernah terlibat dalam penjualan narkotika itu dimulai dari Ayah Tuan Ak dan sekarang berlaih ke anaknya Kawing Akarawong.” jelas pria berbaju putih pada Prapas.
Kemudian Prapas membaca dokumen yang ia terima dan berterima kasih padanya.


Saat Win mengatar Pim pulang, Nam menaruh barang-barang milik Pim kedalam mobil Win. Ketika itu ia melihat sebuah kotak merah dibangku belakang. Jadi saat Pat dan mereka berdua sedang asik mengobrol, Nam menaruh kotak merah itu bersama barang-barang dari fans Pim, ia menatap tajam pada Win dari belakang.


Win dan Pim makan bersama diseuah restoran. Pada saat itu seorang pria membuka mobil Win yang berada ditempat parkir dan mengambil kotak merah yang ada didalamnya.


Diapatermen Pim, security membantunya membawa barang-barangnya. Disana ada sebuah kotak merah besar. Lalu Pim pamit dan mereka berpisah.

Pim masuk kedalam gedung dan saat lift terbuka. Ia melihat Gun berada didalam, jadi ia berteriak memanggil satpam,”Hanya karena aku tidak melaporkanmu terakhir kali, bukan berarti kamu bisa melakukan ini. Bagaimana kamu berani mengikutiku ke tempatku.”
Pim berbalik dan menyuruh Satpam itu untuk menelepon polisi, tapi Satpam itu segera mengatakan padanya bahwa Gun adalah tetangga nya. Dia tinggal disini juga. Pim terkejut dan berbalik menghadap Gun, ia menahan pintu lift yang akan tertutup.

Lalu Gun mengatakan,”Apa kamu akan masuk atau tidak? Jika tidak, akau akan tutup pintunya.”
Pim terlihat kesal dan melepaskan peganganya dan pintu lift tertutup. lalu Pim mengomel.


Pada saat Pim tiba dilantai 22, ia berkata pada dirinya sendiri,”Lantai ini adalah yang terbaik dan paling mahal. Laki-laki itu tidak akan pernah tinggal dilantai yang sama seperti ku.” Pim berjalan kearah apatermen nya, tapi saat berada dilorong, ia terkejut melihat Gun dan memanggilnya,”Hey! Kamu orang gila! Tidak bisakah kamu dengar aku panggil?!”
Gun berbalik serta membalasnya,”Lantai ini lebih tenang. Hanya ada kita. Jika kamu ingin mempertahankan hubungan antara tetangga seprti ku dan yang lainnya, kamu harus mengecilkan suara kamu sedikit.”
Pim kesal dengannya, tapi Gun segera mengenalkan dirinya dan berbalik untuk pergi. Pim menghampirinya dan mengatakan bahwa ia tidak akan mempercayai kebohongannya.
“Aku mengerti perasaan mu, Khun Pimdao. Jika itu aku, aku akan malu mejadi seperti kamu sekarang. Kamu berteriak sangat banyak padaku, tapi akhirnya, kita menjadi tetangga. Begitu memalukan.” kata Gun mengejek Pim.


Pim marah dan bilang bahwa ia akan menelepon polisi. Tapi Gun berbalik lagi,”Apa kamu yang inginkan sebenarnya? Mengikuti ku ke ruangan ku seperti ini? Apa itu aku atau kamu yang harus melaporkan kepolisi?”
Gun melambaikan tangannya kearah CCTV dan meminta tolong, menunjuk dan mengatakan bahwa ada wanita yang menguntit nya. Jadi Pim merasa kesal, lalu ia berjalan pergi, tapi ia berhenti sebentar dan melihatin Gun dengan tatapan sangat kesal.


Gun masuk kedalam apatermennya, dia teringat ketika ia dan temannya Jade sengaja datang kesana.
“Tepat disamping Khun Pimdao, seperti yang kamu inginkan. Pacarku akan datang sesekali ketika ia merasa kesepian dirumah. Selama itu, kamu bisa tinggal disini.”
Gun duduk dan menatap kedepan,”Kamu akan mendapatkan keadilan, Radee.”



Prapas sedang berada dikantor bersama temannya, mereka membicarakan tentang Akarawong. Lalu karyawan nya datang membuka pintu dan membawa seorang tamu yaitu Ak. Ak menyapa Prapas dengan senyum licik diwajahnya.

Didalam ruangan tinggal Prapas dan Ak berdua, Ak memberikan dua buah cek pada Prapas. Yang pertama sudah ada dia tuliskan nominalnya, yang kedua adalah cek kosong untuk Prapas isi sendiri, jika ia tidak puas dengan nominal yang ada pada cek pertama. Setelah itu Ak menatap dengan percaya diri pada Prapas.
Lalu Prapas mengambil cek itu dan merobeknya,”Aku tau segalanya tentang kaiian dan aku percaya kamu juga tau seorang pensiunan polisi sepertiku memeliki banyak rekan. Menemukan penjahat, mencari informasi, itu tidak sulit.”
Ak tersenyum dan berdiri,”Ayo jangan bentengkar tentang ini, Khun Prapas. Orang yang akan terluka adalah anak kita. Kamu tau mereka saling mencintai.”

Prapas membalasnya bahwa ia akan berhenti untuk mencari tau tentang kejahatan yang Ak lakukan, tapi dengan syarat Ak harus membatalkan pernikahan antara anak Ak dan Anak nya dulu. Dan Prapas menatapnya dengan tatapan menantang pada Ak, yang terdiam.


Jade datang ke apatermen Pim dengan peran sebagai petugas perbaikan. Ia menghubungi Gun melalui sebuah alat. Seorang wanita bersih-bersih dikamar Pim, membukakan pintu untuk Jade masuk.

Diapatermen Gun, ia memberitahu Jade bahwa pagi ini Pim menyuruh seorang pekerja untuk menyalakan lampu ketika keluar pagi ini, karena itu datang putuskan arusnya. Setelah itu pergi ke kamar Khun Kanjana di lantai 21.

Setelah itu Jade mengatakan bahwa ia mengerti, lalu ia menanyakan kepada wanita pembersih dibelakangnya tempat sambungan listrik berada. Wanita itu tidak curiga sedikitpun kepada Jade, jadi ia menunjukan arah untuknya. Dan wanita itu sendiri melanjutkan pekerjaannya, meninggalkan Jade sendirian.


Jade kembali kedalam apatermen Gun dan mereka makan mie cup bersama-sama. Lalu Jade menanyakan Gun apakah ia telah memberitahu Kyo dan Wit, tapi Gun menjawab tidak, sebenarnya ia tidak ingin melibatkan mereka dan Jade juga kedalam bahaya.

Dengan tegas Jade bilang jika iya sudah menganggap Radee dan Non sebagai keluarga, jadi dia sudah siap mengambil resiko.


Ditempat parkir, Pim yang baru turun dari mobilnya melihat mobil Gun yang terpakir disamping mobilnya.  Ia menghampiri mobil Gun dan mengintip kedalam sambil mengomel.

Tepat saat itu, Gun yang sedang berada didalam mobil membuka kaca mobilnya. Sehingga Pim terkejut dan berjalan pergi.

“Kamu tidak bisa hanya berjalan begitu saja setelah mengintip disekitar mobil seseorang seperti itu. Jika rekaman CCT itu tersebar, apa yang akan orang katakan, hah? Ratu P memiliki kebiasaan yang tidak biasa. Seperti mengintip ke mobil tetanggannya,” kata Gun.


Pim segera berbalik menghadap Gun dan menanyakan apa yang Gun ingin kan, tapi Gun membalas seharusnya ia yang menanyakan itu. Pim merasa kesal dan berjalan pergi dan Gun mengikutinya kedalam lift. Pim ingin keluar dari lift saat Gun masuk, tapi Gun menahannya,”Apa kamu tidak bisa melihatku sebagai orang baik, Khun Pimdao? Lagipula, kita tetangga.”
Pim membalas perkatan Gun dan Gun bilang bahwa dulu ia sering bermain, jadi ia minta maaf. Lalu mereka berdua diam. Saat lift terbuka Pim segera keluar, sedangkan Gun tersenyum kecil.

Gun keluar dari lift juga, ia berjalan seperti ingin pergi kearah kamarnya. Tapi tidak, Gun berhenti dan menunggu suara Pim. Jadi ketika Pim tiba-tiba berteriak meminta tolong, ia tersenyum.

“Kapanpum Khun Phimdao membuka pintu, lampu akan mati. Aku hanya perlu kesana dan memasang alat pendengar.” Kata Jade pada Gun. Lalu Gun membalas bahwa itu tidak apa, karena ia yang akan melakukannya.


Gun datang ke apatermen Pim dan menyinari Pim dengan cahaya senter, sehingga Pim merasa silau dan mengomel padanya. Gun sendiri pura-pura tidak peduli dan berbalik seperti ingin pergi dari sana.

“Hey! Kamu tidak ingin menolong ku?” kata Pim memanggil Gun yang berjalan pergi. Gun langsung berbalik dan tertawa kecil, lalu iya menyinari Pim lagi menggunakan senternya.

Gun membantu Pim yang terjatuh tadi untuk berdiri dan menuntunnya ke teras. Pim mulai mengomel, mengapa hanya tempatnya yang mati? Sedangkan Gun tidak, yang lain juga. Gun membalas bagaimana ia tau? Pim bilang ia tidak tau juga dan ia ingin mekanik untuk datang dan memperbaikinya sekarang juga.

“Lihat. Aku bukan bawahan mu, okay? Alasan aku menolongmu adalah karena kamu memanggil ku.” Kata Gun dengan jelas didepan Pim. Sehingga Pim merasa kesal dan ingin menjauh dari Gun, tapi ketika ia akan berdiri, kakinya masih sakit karena jatuh tadi. Jadi Gun ingin memegang dan membantunya untuk duduk kembali, tapi Pim segera menolak dan kembali duduk.

Saat Gun ingin pergi, Pim panik dan menanyakan kemana Gun akan pergi? Lalu Gun berbalik menatap Pim dan menjawab dengan wajah yang serius,”Mengambil pisau untuk memotong leher mu mungkin.”

Pim terlihat kaget. Gun melanjutkan bahwa ia kaki Pim harus diobati. Olesi obat dan taruk ice, itu akan membuatnya lebih baik. Lalu ia pergi dan Pim mengatai Gun, pria gila dengan suara yang kecil.


Gun pergi kedapur dan memasang alat perekam dibawah meja. setelah itu ia melihat kesekeliling dan masuk kedalam kamar Pim serta meletakan satu alat perekam juga disamping meja ditempat tidur Pim.

Diluar Pim terlihat curiga melihat seperti ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya, tapi karena keadaan gelap ia jadi tidak bisa melihat apapun. Dan Pim berjalan dengan langkah tertatih dan mengintip kedalam kamarnya. Lalu ia meneriakan Gun, apa yang sedang ia lakukan?

Gun datang dari arah belakangnya sambil membawa perlengkapan untuk mengobati Pim. Sedangkan Pim terkejut dan bingung, ia menunjuk Gun dan lalu kearah kamarnya, tapi akhirnya ia menurunkan tangannya begitu saja.




Gun membantu Pim, mengobati kakinya. Lalu Gun menyuruh Pim untuk membeli Cold Pack lain kali, harganya pun tidak mahal. Tapi lagi-lagi dengan sewot, Pim menjawab jika Gun tidak ingin membantunya, maka pergilah. Jadi Gun melepaskan kaki Pim dan berdiri, lalu ia bilang pada Pim,”Kamu ingin aku pergi? Jika lampu dikamar mu tidak hidup, apa kamu yakin bisa sendiri?” kata Gun sambil menunduk kearah Pim yang sudah terlihat ketakutan.

Pim melihat kesekeliling nya dengan takut, lalu ia memanggil Gun untuk jangan pergi, ia mohon. Jadi Gun kembali dan memakan snack yang ada didapur Pim dengan santai.

Pim menghela nafas melihat tingkah Gun yang cuek. Pim bertanya pada Gun, kenapa segala sesuatu yang terjadi pada nya pas sekali. Pas sekali ia bisa masuk kedalam mobil Gun? Gun menjawab bahwa seharusnya ia yang menanyakan itu pada Pim dan ia tidak memaksa Pim untuk masuk kedalam mobilnya hari itu.

“Kemudian kamu menjadi tentangga ku juga pas sekali?” tanya Pim lagi, tidak percaya dengan Gun, tapi Gun segera membalas apakah Pim pikir ia seorang penguntit dan Pim membenarkannya.

Gun merasa kesal dan mengejek Pim yang terlalu banyak bermain film. Pim kesal dan memalingkan mukanya. Lalu pada saat itu Gun menekan tombol dihpnya secara diam-diam dan lampu hidup.

Pim merasa senang karena lampunya telah hidup. Kemudia dengan nada sombong ia bilang pada Gun bahwa lampunya telah hidup, jadi Gun  bisa pergi sekarang. Terima kasih.



Diapatermen nya sendiri, Gun membuka hpnya dan mendengarkan suara Pim yang sedang berteleponan dengan Win. Saat pagi Gun masih tetap mendengarkan suara Pim, yang kali ini sedang berteleponan dengan Nam untuk mengabarkan bahwa ia akan telat. Malam harinya lagi, Pim menelepon Pat untuk menyakan jadwal nya dan meminta supaya Jumat, tanggal 13, ia tidak bekerja.

Post a Comment

Previous Post Next Post