Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 11 - 3


  Company name : Citizen Kane


Yada berkeliling mencari keberadaan Trai dan ketika ia kembali ke dekat mobilnya, ia melihat Trai yang terduduk disana. Dengan segera, Yada pun membantu Trai, tapi Trai sama sekali tidak mau ke rumah sakit.


Jadi karena Trai terus menolak, maka Yada pun setuju untuk tidak membawanya kerumah sakit. Tapi sayangnya untuk berdiri saja, Trai sangat kesulitan. Dan dengan sedih, Yada memeluk dan menopang Trai.


Dipagi hari. Trai menolak ketika Khem ingin menyuapinya dan Yada yang melihat itu dari jauh, menawarkan diri agar dia saja yang mengurusi Trai. Dan ketika Yada mendekat, Khem protes karena Yada tidak membawa Trai kerumah sakit.

“Jika aku membawanya kerumah sakit, polisi akan tau,” jelas Yada.

“Itu bagus. Kita bisa menangkap mereka semua,” balas Khem.


“Tidak perlu. Jika kita membuat berita, reputasi Khun Nee akan jadi bahaya. Setiap orang sudah cukup terluka. Atau kamu kira belum?” kata Trai kepada Nee.



Mendengar perkataan Trai kepadanya, maka Khem pun pergi meninggalkan mereka. Lalu dengan penuh perhatian, Yada menyuruh agar Trai beristirahat saja dan jangan terlalu banyak memikirkan hal itu, karena ini sudah cukup buruk.

“Aku harusnya lebih dipukuli lagi,” kata Trai kepada Yada.




Sambil melihat foto Yada yang berada diblognya, Krit mengingat semua kejadian kemarin malam bersama Yada. Dan setelah mengingat itu, Krit tampak sedih sendiri. Ia membalikan laptopnya dan duduk merenungkan semuanya.

Dikamar mandi. Yada duduk dihadapan cermin dan menyisiri rambutnya.



Krit masuk kedalam kamar yang dulunya ditempatin oleh Yada. Disana ia berdiri dan mengingat kembali, hari pertama mereka menikah. Krit lalu duduk diatas tempat tidur dan mengelusnya. Ia mengingat saat Yada memijatnya. Ia mengingat tentang kedekatan mereka berdua.



Yada masih menyisiri rambutnya. Ia mengingat saat dulu ia memakaikan cream kewajah Krit dan membercandainnya. Ia mengingat tentang kedekatan mereka berdua.

Yada lalu mengingat mengenai, Krit yang melepaskan tusuk rambutnya dan berkata bahwa dia menyukai rambut Yada yang seperti ini. Ketika mengingat itu semua, Yada menjadi sedih, ia lalu menyisiri rambutnya dengan tangan.


Krit dengan pandangan mata yang tampak sangat sedih, ia mengingat saat pertama kali mereka balik ketempat ini, setelah mereka selesai berbulan madu. Saat itu, ia membuka tirai jendelanya dan mengatakan pada Yada bahwa ia tidak suka tempat yang gelap.



Dan dengan langkah cepat, Krit lalu berjalan menuju kedepan jendela dan menutup tirai jendela yang terbuka. Sehingga tempat itu pun menjadi gelap.

Sedangkan Yada. Ia mengambil tusuk rambutnya dan memakai itu dirambutnya.



Direstoran. Tassana ditawari sebuah pekerjaan, tapi ia menolak dan meminta waktu untuk memikirkan hal itu dulu. Dan tepat pada saat itu, Yada datang untuk menemuinya. Yada datang ditemanin oleh dua orang bodyguardnya.



Dicafe. Ping mengabarkan kepada Krit, yaitu mereka masih belum tau dimana Dilok berada, tapi yang pasti Dilok tidak ada pergi meninggalkan negara ini. Dan tampaknya Dilok tidak ada menggunakan kartu kreditnya.

“Lanjutkan pencarian. Kita harus tau alamatnya duluan, sebelum Khun Joe,” Kata Krit, memberi perintah.

“Mengapa?”

“Aku ingin mengurus Dilok dengan tanganku sendiri,” jawab Krit.



Ping lalu memberitahu bahwa Tassana sedang berada disini dan ia juga memperingati Krit agar berhati-hati, karena Tassana tidak lagi berada disisi mereka dan bukan teman Krit lagi.

Mendengar perkataan Ping, Krit pun menjadi emosi. Ia mendekati Ping dan menarik kerah kemeja Ping. Dengan tegas, ia mengatakan bahwa Tassana masih tetap temannya dan itu tidak akan pernah berubah.



Yada menanyakan tentang apa yang pernah Tassana katakan. Karena ia telah mencari tau, tapi Ayahnya sama sekali tidak pernah terlibat dengan D.S Company serta ia tidak membuat Kad masuk kepenjara.

“Orang yang tidak melakukan bisnis bersama, bukan berarti mereka tidak mengenal satu sama lain,” kata Tassana.



Tassana lalu bangkit berdiri, ingin pergi dari sana. Dan melihat itu, Yada ikut bangkit berdiri. Yada mengancam Tassana, ia bertanya apakah Tassana tidak ingin bertemu dengan Khem lagi.

Mendengar pertanyaan itu, Tassana menghembuskan nafasnya. Ia berbalik, menghadap kearah Yada dan menolak. Bagi Tassana, hanya dengan memiliki Kwan dalam hidupnya, itu sudah cukup.


“Khun Na!” kata Yada seperti memberikan peringatan.

“Jangan mengancamku. Apa kamu tau, seperti siapa kamu sekarang? Seperti orang yang kamu benci,” balas Tassana, lalu ia berjalan pergi, meninggalkan Yada.



Krit berdiri menunggu kedatangan Tassana. Dan melihat Krit berada disana, Tassana pun menghampirinya. Ternyata semua hal tentang pekerjaan itu adalah sesuatu yang telah diatur oleh Krit untuk Tassana.

“Apapun perusahaan yang ingin mempekerjakanmu, harus bertanya padaku dulu,” jelas Krit.



Yada datang dan mengatai Krit yang terdengar begitu egois. Karena Krit tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam pekerjaan baru Tassana.

“Kenapa kamu tidak mengurus situasimu dulu?” tanya Tassana, lalu ia pergi meninggalkan mereka berdua. Dan setelah Tassana pergi, Yada pun ikut pergi, meninggalkan Krit.



Krit mengikuti Yada sampai keluar dan menanyakan apa alasan Yada bertemu dengan Tassana. Dan Yada pun menjawab bahwa itu tidak ada hubungannya dengan Krit, sambil masih terus berjalan.

Lalu Krit pun menarik tangan Yada dan menghentikannya berjalan. “Aku masih memiliki hak atas mu,” kata Krit, menegaskan kepada Yada.



“Jangan sentuh aku. Atau…” balas Yada. Ia melepaskan tangan Krit yang memegang tangannya.

“Atau apa? Kamu mau menembakku?” tanya Krit dengan tajam. Dan pada saat itu, ia tersadar, ketika dua orang bodyguard Yada muncul. Krit pun tersenyum.

“Aku tidak bicara baik- baik kepada orang seperti kamu. Jadi aku harus menggunakan paksaan,” kata Yada kepada Krit.



Ping muncul dan melihat semua itu, ia lalu pun ingin mengeluarkan senjatanya. Dan melihat itu, kedua orang bodyguard Yada pun ingin mengeluarkan senjata mereka. Menyadari hal itu, Krit mengangkat tangannya untuk menghentikan Ping.



“Aku takut untuk menyentuhmu sekarang,” kata Krit, tidak tampak takut. Lalu ia mendekatkan wajahnya dan berbisik ditelingan Yada,”Selanjutnya, aku akan meminta hak ku.”



Disaat Krit ingin mencium pipinya, Yada dengan segera memalingkan wajahya dan berbalik pergi dari sana. Diikuti oleh dua orang bodyguardnya. Dan penolakan itu, membuat raut wajah Krit berubah, ia tampak tidak senang.



Diruang rapat. Dengan gaya yang sangat menyakinkan, Kasin menunjukan diagram garis tentang anggota baru mereka yang tidak ada meningkat selama 3 hari ini. Dan ia menyuruh para kawayawan untuk lebih aktif lagi dalam bekerja.

“Kalian harus memiliki visi yang jauh kedepan. Bukan hanya memikirkan hari ini saja. Rencana jangka panjang. Kalian harus memiliki itu! Termaksud kalian, tidak punya tujuan dan tidak ambisius,” jelas Kasin.


Mon yang mendengarkan penjelasan Kasin, tidak mengerti sama sekali. Jadi ketika Kasin berhenti bicara, maka ia menanyakan itu kepada Chat. Tapi tiba-tiba saja Kasin memukul meja.


“Target kita adalah anggota kita harus meningkat 50 persen. Dan sekali itu naik. Naik! Naik! Naik! Itu tidak bisa turun,” kata Kasin, lalu menyuruh mereka semua keluar.



Setelah semua karyawan keluar dari ruangan, Chat bertanya kepada Kasin dengan agak ragu, apakah mereka benar-benar bisa melakukan nya. Dan dengan mudahnya, Kasin membalas bahwa pekerjaan ini sama sekali tidak sulit.



“Hey, Khun Kasin. Biar aku tanya padamu. Bahkan sejak perusahaan ini dibuka, apa kamu pernah mengundang seorang anggota baru untuk bergabung?” tanya Mon kepada Kasin. Dan mendengar hal itu, Kasin pun menjadi terdiam.




Didalam ruangan kerja Ayahnya, Yada mulai membongkar dan memeriksa satu persatu barang milik Ayahnya. Karena ia mengingat akan perkataan Tassana tadi kepadanya.

Yada lalu menemukan beberapa album foto lama. Ia pun memeriksanya. Dan disana ia menemukan sebuah foto pria. Dibawah foto tersebut terdapat tulisan. Untuk teman baikku, Kad Wongsirisawad. Melihat foto itu, Yada pun menjadi kaget dan kebingungan.

Post a Comment

Previous Post Next Post