Network: Sohu TV
Xia Chi tiba disebuah tempat, dimana disana terdapat
beberapa orang yang telah berkumpul, termaksud dengan pria yang ditemuinya
pertama kali pada awal permainan. Dan suara GM yang seperti biasa, hanya bisa
didengar olehnya, menyapa kehadiran Xia Chi kedalam permainan.
“Kau lagi,” keluh Xia
Chi, bersuara dalam pikirannya.
“Kenapa? Kamu tidak
menyukaiku lagi? Kamu adalah orang pertama yang mengobrol denganku. Aku sudah
sangat merindukanmu,” balas GM, terdengan sedih.
GM lalu menjelaskan peraturan permainan kepada Xia Chi,
yaitu dia harus meninggalkan tempat ini dengan selamat. Orang pertama yang
berhasil mendapatkan 10 poin, yang tidak berhasil, kehilangan 8 poin.
Mendengar itu, Xia Chi mulai memikirkan tentang sisa poin
yang ia miliki. Saat ini ia hanya memiliki 6,5 poin dan kalau ia gagal saat
ini, ia akan kehilangan 8 poin yang berarti ia akan bangkrut.
“Sayangku, Xia Chi.
Ini adalah rahasia diantara kita ya. Pemain nomor 7 memiliki tugas khusus untuk
mencegah pemain nomor 2 meloloskan diri. Jika dia berhasil, ia mendapatkan 5
poin. Jika tidak, tidak ada hukuman,” jelas GM.
Xia Chi lalu melihat kearah pemain nomor 2 yang sedang mengikat tali sepatunya, tapi lalu tangan
satunya mengambil sebuah pisau yang berada didekat karung- karung. Ia menyimpan
pisau lipat itu dalam sakunya. Melihat itu, Xia Chi menjadi heran, tapi GM
tidak menjawabnya, pura- pura tidak mengerti.
“Oh. Jika kita bermain bersama. Bagaimana jika kita
memperkenalkan diri kita masing- masing?” tanya seorang pemain wanita berkuncir rambut satu dan
mengenakan sweater pink berbulu halus.
Seorang pemain pria berambut agak
keriting, menjawab terserah, karena ia tidak peduli. Lalu pria pertama yang
ditemui Xia Chi diawal permainan, juga membalas hal yang sama, tapi ia lalu
tersenyum kearah Xia Chi dan mengatakan bahwa ia mengenal seseorang.
“Gadis kecil. Kamu sangat polos,
kamu harus tau. Semua orang disini mungkin saja musuhmu,” kata pria (nomor 2)
yang mengambil pisau tadi.
“Eh... kurasa kamu harus menyerah.
Ini bukanlah tempat untuk berteman,” kata seorang pemain wanita berambut
pendek.
Nomor 2 lalu menjelaskan bahwa semua
aturannya sangat sederhana, ada permainan dimana pemain melawan pemain. Tim
melawan pemain. Tim melawan tim. Misi tim dan misi pemain. Misi satu pemain.
Dan ada dua tipe permainan. Pertama,
manusia melawan manusia. Kedua, manusia melawan sistem.
“Jika manusia melawan manusia,
berarti perkenalan diri seperti ini sangat berbahaya,” jelas si nomor 2. Dan
dibenarkan oleh wanita rambut pendek.
“Orang yang suka menganalisa, bisa
memberitahu kelemahan seseorang melalui beberapa kata. Tidak memperkenalkan
diri itu pintar,” kata wanita berambut panjang, setuju.
Tiba- tiba saja, wanita berkuncir
teringat bahwa ia pernah melihat wanita berambut panjang (Guru Li) diTV. Dan
mendengar itu nomor 2, langsung mendekat dan menyapa dengan senang, karena
surat kabarnya sudah lama ingin mewawancarainya.
Mendengar hal itu, maka semua orang
dapat menyimpulkan kalau nomor 2 adalah seorang wartawan. Dan si rambut pendek
langsung mengatakan bahwa jika begini, maka mereka telah mengungkapkan
identitas mereka sendiri.
Menyadari kesalahannya, nomor 2
menjadi kesal, sedangkan Guru Li tidak peduli. Sehingga suasana pun seketika
menjadi canggung. Jadi wanita berkuncir pun mulai memperkenalkan dirinya untuk
mencairkan suasana.
“Sudahlah, ini salahku. Biar adil,
aku aka memperkenalkan diriku. Halo. Aku Li Meng. Pelajar,” kata si wanita
berkuncir (Li Meng no. 3).
Si pria berambut keriting protes
(nomor 1), karena Li Meng bertindak sembarangan. Dan tentu saja Li Meng tidak
terima, karena ini adalah kali keduanya ia bermain. Mendengar itu nomor 2 pun
menawarkan bantuan untuk melindungin Li Meng dalam permainan. Dan lalu ia juga
mengajak Guru Li.
“Karena ini adalah persaingan tim, selama semuanya
bekerja sama, maka kita akan baik- baik saja. Tapi kamu, begitu banyak bicara.
Mencoba untuk pamer?” kata Guru Li kepada nomor 2.
“Aku? Pamer? Aku tidak ada pamer,”
balas nomor 2 sambil tertawa kecil.
Guru Li lalu menyarankan agar mereka
pisah dalam 3 tim demi keamanan bersama. Dia dan nomor 2 didepan. Nomor 5 dan 7
dibelakang. Wanita akan berada ditengah. Setelah itu ia mengajak mereka untuk
mencari pintu keluar.
Tapi tiba- tiba pria yang pertama
kali ditemui Xia Chi diawal permainan (nomor 5) mengatakan kepada Xia Chi, si
manis kecilnya, yaitu agar mereka membuat permainan menjadi lebih menarik.
Dengan keras, ia mengatakan kepada
semua bahwa setiap orang pasti memiliki misi sendiri- sendiri. Dan mendengar
itu, semua orang langsung menjadi terkejut dan terdiam.
“Karena sudah terungkap, misiku
adalah nomor 7. Kamu ditakdirkan menjadi mangsaku,” kata nomor 5 dengan penuh
percaya diri menunjuk Xia Chi.
Nomor 2 masih tidak mau mengakui
tentang misi pribadinya. Tapi nomor 1 langsung berkata bahwa itu benar dan
meminta mereka berhenti berpura- pura. Dan hal itu membuat nomor 2 kesal dan
lalu mereka berdua mulai mau berkelahi.
“Berhenti bertengkar! Ini hanya misi
pilihan. Tujuannya sudah jelas. Kita masih belum tau bahaya yang ada. Jika kita
tidak bekerja sama sekarang, maka kita akan makin rentan,” kata Guru Li.
“Wah, perkataan Guru Li begitu masuk
akal. Si manis kecil, kamu harus mendengarkan dengan baik,” puji nomor 5.
“Aku punya usul. Semuanya untuk
sementara waktu, lepaskan dulu misi pribadinya. Tunggu sampai kita menemukan
pintu keluar. Bagaimana pun kita harus menyelesaikan misi utama,” kata Guru Li
(nomor 4).
Setiap orang setuju, termaksud nomor
5. Kecuali Xia Chi, karena menurutnya jika bersama mereka, maka itu lebih tidak
aman, jadi lebih baik bila ia pergi sendirian. Begitu juga dengan nomor 1 yang
memutuskan untuk pergi sendiri.
“Kamu bisa pergi sendiri. Tapi aku
peringatkan kalian semua, jika ada salah satu dari kalian yang diserang, maka
orang itu akan menjadi musuh bersama kami,” kata Guru Li memberikan peringatan.
Sedangkan Li Meng kebingungan harus
gimana. Jadi akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi sendirian.
Disebuah lorong berdinding putih.
Xia Chi berjalan sendirian dengan agak ragu sambil memikirkan kembali
keputusannya. Keadaan barusan begitu
meledak. Persekutuan ini terlalu lemah. Disaat seperti ini, pergi sendiri
seharusnya lebih aman.
Tepat pada saat itu, Xia Chi
menyadari bahwa ada seseorang orang yang mengikutinya, yaitu Li Meng.
“Aku tidak ingin pergi dengan
mereka. Tapi aku juga takut untuk pergi sendirian. Kamu sudah tau kalau nomor 5
adalah musuhmu, jadi aku tidak akan membahayakanmu. Dan .. dan ... jika kita
pergi berdua, maka kita bisa saling melindungin, kan?” jelas Li Meng dengan
agak ragu.
Lalu Xia Chi pun setuju untuk
membiarkannya ikut bersama dengannya. Dan dengan senang, Li Meng langsung
mendekati Xia Chi serta mengikutinya.
“Kamu mungkin sudah tau bahwa setiap
orang tidak akan memperkenalkan diri mereka. Kamu berpura- pura menjadi pemain
baru, jadi orang tidak akan berfokus padamu,” kata Xia Chi memberitahukan
pemikirannya.
“Sebenarnya, ini adalah keenam
kalinya aku memainkan permainan ini. Aku tidak punya cara lain, otakku tidak
sepintar itu. Jadi aku hanya bisa berpura- pura menjadi pemain baru setiap
kalinya, supaya orang lain tidak berfokus kepadaku. Dan menemukan bantuan,”
jelas Li Meng.
“Jadi kali ini, kamu menemukan ku
untuk membantumu?” tanya Xia Chi, berkesimpulan. Dan Li Meng membenarkan itu,
lalu ia menjelaskan bahwa permainan saat ini adalah kebohongan pertemanan.
Tags:
Die Now