Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 5 - part 3



Network : Channel 3

Asisten si Juru Foto (Koy) menemanin Khae yang telah sadarkan diri di kamar rumah sakit. Dan lalu karena Thawat datang, maka dia pun pamit dan pergi dari sana.



“Bagaimana keadaanmu?” tanya Wat.

“Dokter sudah mengobatiku. Sekarang, tinggal menunggu hasil X-Ray,” jawab Khae.

Lalu setelah itu mereka berdua saling diam sejenak. Dan kemudian, Khae mengucapkan terima kasih kepada Wat yang sudah meninggalkan pekerjaannya untuk ke sini.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kita berdua. Tapi tidak peduli betapa bingung aku. Bila hal ini terjadi kepadamu, aku pasti datang. Aku peduli padamu, Khae,” jelas Wat.

“Aku.. aku benar- benar berterima kasih padamu,” balas Khae.

“Aku telah melihat bahwa kamu baik- baik saja, jadi aku lega.”


“Khun Wat. Kamu benar- benar baik padaku.”

“Mengapa kamu mengatakan itu? Kamu adalah prioritasku. Kamu tahu itu, kan? Mm…  bisakah aku bertanya? Mengapa kemarin kamu menolak lamaranku? Apa alasannya? Aku pikir kamu menginginkah hal itu. Bisakah kamu memberiku jawaban, Khae?” tanya Wat. Dan Khae hanya diam, tidak bisa menjawab.



Nai dan Nok tiba di rumah sakit. Disana sebelum Nok membuka pintu kamar rawat Khae, Nai menghentikan Nok. Dan dengan tajam, Nok menatap Nai, lalu dia mengatakan bahwa dia hanya ingin melihat mantan pacar Ayahnya. Setelah itu, Nok membuka pintu. Dan dia mendengar pembicaraan Ayahnya dengan Khae.

Lalu sambil menguatkan dirinya sendiri, Nok tetap masuk ke dalam. Dan Nai mengikuti.



“Mengapa ekspresi wajahmu seperti itu? Aku hanya ingin melihat mantan pacar mu,” kata Nok dengan tenang kepada Wat yang tampak terkejut. Lalu Nok mengatakan kepada Khae bahwa pasti sangat sakit terjatuh seperti itu.

Dan Khae mengucapkan terima kasih kepada Nok yang telah peduli serta dia menjelaskan kalau kini dia sedang menunggu laporan X-Ray nya saja.



“Bagus! Terutama perlu X-Ray extra disini,” kata Nok sambil menunjuk ke bagian kepala yang berarti adalah otak. Lalu dia mengatakan bahwa dia ingin memastikan kalau Khae tidak melupakan perkataan Khae sendiri ketika menolak Ayahnya.

“Nok,” kata Wat, memperingati Nok.

Nok menjelaskan bahwa dia hanya tidak ingin Khae melupakan itu dan menarik kembali perkataannya sendiri hari ini. Dan mendengar itu, Khae menjadi marah, tapi dia hanya diam saja.

“Khae belum membaik sekarang!” kata Wat, memperingati Nok lagi.



Tapi Nok tidak mau berhenti dan tetap mengatai Khae. “Aku hanya memperingatkan nya bahwa dilahirkan seperti manusia. Dia harus memiliki martabat. Kamu tahu apa maksudku, kan?” kata Nok sambil tersenyum kepada Khae.

Dengan raut yang tampak kesal. Khae mengatakan kepada Wat bahwa sekarang dia tidak mau memberikan jawaban kepada Wat. Lalu sambil menatap kepada Nok, Khae mengatakan itulah kenapa dia tidak bisa menerima lamaran Wat.

“Aku tidak bermaksud untuk menyakiti dirimu. Tapi aku tidak bisa membiarkan diriku merasa buruk lagi,” kata Khae kepada Wat.

“Dan mengapa Ayahku harus peduli pada perasaanmu, meninggalkan istri dan anaknya, untuk bersama dengan wanita memalukan yang merusak keluarga orang lain seperti ini?” balas Nok dengan marah sambil mengatai Khae yang tidak ada merasa malu.

“Nok. Hentikan itu!” kata Wat dengan tegas.

“Tolong tenang,” tambah Nai.



Dan dengan senyum jahat, Khae tersenyum kepada Nok. Lalu melihat itu Nok pun menjadi marah, tapi ketika Wat berbalik untuk melihat, dia melihat Khae bersikap biasa saja, sehingga dia tidak percaya.

“Kamu bilang Khun Vi dan kamu tidak saling mencintai lagi. Beritahu aku, kalau aku bukanlah orang ketiga. Kemudian aku akan setuju berkencan denganmu. Tapi aku tidak menyetujui diriku sendiri untuk sasaran kemarahan orang lain,” kata Khae.

“Penghargaan pembohong, aku akan memberinya padamu!” balas Nok dengan marah.

“Itu cukup, Nok!” kata Wat.



Tapi Nok tetap tidak mau berhenti. Dia marah dan mengatai Khae lagi. Dan mendengar itu, Khae menunjukan wajah mengejek, sehingga Nok menjadi dan semakin menjadi emosi. Tapi Wat tidak melihat itu.

“Nok. Khae dan aku berkencan dengan cinta,” jelas Wat.

“Tidak! Gadis ini tidak pernah memikirkan kamu sebagai kekasihnya. Tapi sebuah mesin ATM,” balas Nok.

“Dia tidak pernah melakukan itu,” balas Wat, membela Khae.

“Kamu memberitahuku bahwa dia tidak pernah mengambil uangmu! Bisnis kecantikan, apatermen, mobil mewah, apa dia yang menghasilkan segalanya itu sendiri atau apa? Mengapa kamu tidak bisa menyadari ini?” tanya Nok. Dan Wat sama sekali tidak bisa menjawab.



Menyadari hal itu, Khae memegang tangan Wat,” Tidakkah kamu mengerti? Mengapa aku frustasi. Khun Nok bukan hanya menghinaku mengguakan kata- katanya.. hmm… jangan pikirkan. Aku tidak ingin untuk mengingatnya,” kata Khae dengan ekspresi sedih dan terluka yang disengaja.

“Nok. Mengapa kamua melakukan itu kepada Khun Khae?” tanya Wat dengan nada menuduh dan menyalahkan Nok.

Dan dengan sedih, Nok menjadi sangat emosi, karena Wat tidak mempercayainya. Dia lalu kembali marah kepada Khae yang telah berbohong. Dan Nai menarik tangan Nok, dia mengajak untuk pergi. Tapi Nok tidak mau.



“Ini sudah selesai! Sudah berakhir! Aku tidak pernah mengira bahwa kamu begitu kejam kepadanya,” kata Wat dengan marah. Dan dibelakang Wat, Khae menatap Nok sambil tersenyum mengejek pada Nok.

Sehingga Nok menjadi lebih emosi lagi. Dia lalu bergerak untuk memukul Khae, tapi Wat dan Nai menahannya. Lalu karena sikap Nok yang seperti itu, maka Wat berteriak pada Nok dan mengusir Nok untuk keluar.



“Kamu mengusir aku keluar? Kamu mengusir putrimu untuk wanita tidak tahu malu ini. Baiklah! Jika kamu berpikir bahwa orang asing lebih baik daripada putrimu,” kata Nok dengan nada terluka, lalu dia menepis tangan Nai dan pergi dari sana.

Dan melihat betapa terlukanya Nok, Wat menjadi merasa bersalah. Lalu dengan segera, dia pun pergi menyusul Nok. Begitu juga dengan Nai. Sementara Khae sendiri, dia tampak sangat kesal karena mereka semua pergi meninggalkannya.



Wat menarik tangan Nok dan mengajaknya untuk bicara. Tapi Nok tidak mau dan pergi, karena Wat tidak mempercayainya. Dan Nai pun meminta Wat untuk tidak mengejar Nok lagi serta Nai menawarkan diri untuk menjaga Nok. Lalu Wat pun setuju dan berterima kasih kepada Nai. Dan dengan segera, Nai langsung pergi menyusul Nok.



Diluar gedung rumah sakit. Nai merebut kunci mobil Nok. Dan dengan kesal, Nok berusaha mengambil kembali kunci mobilnya di tangan Nai. Tapi Nai tidak mau memberikan nya kepada Nok. Jadi dengan kesal serta sedih, Nok memukuli dada Nai.

“Dengan emosi seperti ini, aku pasti tidak akan menyetujui kamu untuk menyetir sendiri,” kata Nai sambil menahan tangan Nok yang memukulinya.

Dan dengan sangat sedih, Nok berbicara dengan nada lirih,”Aku tidak ingin berada disini.”

“Aku tahu. Tapi aku tidak ingin kamu menjadi sendirian. Kemanapun kamu pergi, aku akan pergi denganmu,” kata Nai, menawarkan diri.



Dalam perjalanan. Ketika Nai mau berbelok ke arah jalan tempat mereka tinggal. Nok langsung mengatakan bahwa saat ini, dia masih tidak ingin pulang ke rumah. Dan karena itu, maka Nai pun tidak jadi berbelok.

“Jika begitu, kemana kamu mau pergi?” tanya Nai. Tapi Nok hanya diam sambil berusaha untuk menahan air matanya. Dan melihat itu, Nai menyuruh agar Nok menangis saja dengan keras, jika memang Nok tidak bisa menahan nya.


“Tidak. Aku tidak akan menghilangkan air mataku untuk jebakan dari gadis itu lagi,” kata Nok sambil air matanya yang berhasil terjatuh dipipinya. Dan mendengar itu, maka Nai pun diam.



Lalu tiba- tiba saja, hujan turun dengan begitu derasnya. Dan Nai pun menghentikan mobilnya dengan alasan terlalu berbahaya untuk menyetir ketika sedang hujan deras seperti ini. Tapi Nok tidak peduli dan hanya diam sambil memandangin hujan.

“Ketika aku muda dan merasa sedih. Kemudian hujan turun seperti ini, aku merasa begitu lega,” kata Nai mulai bercerita. Lalu Nok berbalik menatap kepada Nai dan mendengarkan cerita Nai.



“Karena kita bisa menangis dengan keras tanpa takut seseorang bisa mendengar itu. Sebab suara tangisan di langit akan menutupi suara tangisan kita. Dan tidak seorangpun yang akan tahu, apa yang sebenarnya ada diwajahku. Apa itu air hujan atau air mata,” jelas Nai, lalu dia menghela nafas dengan berat. “Itu membawa banyak kembali kenangan masa kecilku,” kata Nai, mengakhiri ceritanya.


Lalu setelah itu, Nai keluar dari dalam mobil dan berdiri di pinggir jalan. Dia mengarahkan wajahnya ke atas dan menikmati tetesan air hujan yang jatuh membasahi dirinya.




Didalam mobil. Ketika melihat betapa Nai begitu menikmati air hujan diluar. Pertahanan diri Nok runtuh. Dengan keras, Nok mulai menangis dan menumpahkan semua air mata kesedihannya.

Dan diluar.  Melalui jendela mobil, Nai memperhatikan Nok yang menangis.



Didalam kamar rawat. Thorsaeng mengobrol berdua bersama dengan Wat. Dia memuji Wat yang begitu baik dan tidak pernah mengecewakannya. Lalu Thorsaeng memberitahu Wat bahwa alasan Khae menolak Wat adalah karena Khae sedang stress, tapi sebenarnya Khae tidak senang menolak Wat.

Thorsaeng juga meminta agar Wat memberikan sedikit waktu kepada Khae dan dia berjanji kepada Wat bahwa Khae tidak akan pergi kemana pun pastinya. Dan Khae yang baru keluar dari kamar mandi serta mendengar semua itu, dia tampak sangat malas.


Menyadari bahwa Khae telah keluar dari kamar mandi, Wat segera berdiri dan membantu Khae untuk kembali ke tempat tidur. Lalu dia pamit kepada Khae, karena banyak pekerjaan nya yang telah tertunda, jadi dia harus pergi. Dan Wat berjanji bahwa nanti dia pasti akan datang kembali.

“Ya. Terima kasih banyak ya,” kata Khae.


Wat mengulurkan tangannya untuk menyentuh bahu Khae, tapi sebelum tangannya menyentuh bahu Khae, Wat menjadi ragu sendiri dan menurunkan kembali tangannya. Dan Khae yang menyadari hal itu, dengan sikap canggung, dia tersenyum kecil kepada Wat.


Setelah Wat pergi. Khae langsung mengatakan kepada Ibunya bahwa dia telah mendengar semua yang Ibunya katakan kepada Wat tadi.

“Dan apa? Apa aku salah mengatakan itu? Apa kamu memiliki seseorang lain yang baik kepadamu seperti Khun Wat?” balas Thorsaeng. Dan Khae pun diam.



Setelah hujan berhenti, Nai masuk kembali ke dalam mobil. Lalu dia mengajak Nok untuk pulang. Dan dengan perhatian, Nok memberikan handuk kecil miliknya kepada Nai. Tapi Nai menolaknya, karena dia takut akan mengotori handuk Nok.

“Jika ada tetesan air yang jatuh ke matamu, maka kamu tidak akan bisa menyetir dengan selamat. Aku akan dalam bahaya juga,” kata Nok. Lalu dia mendekat dan menlap kan wajah Nai yang basah karena hujan.

Dan sambil diam, Nai memperhatikan Nok yang tampak begitu serius dalam menlap kan wajahnya. Lalu menyadari hal itu, maka Nok berhenti menlap dengan alasan bahwa wajah Nai sudah sedikit kering.




Ketika Nok berhenti menlapkan wajahnya, Nai memegangin tangan Nok dan sambil tersenyum lembut, dia mengucapkan terima kasih kepada Nok. Lalu setelah itu, Nai melepaskan tangan Nok. Dan dengan sikap canggung, mereka berdua sama- sama terdiam.

5 Comments

  1. Aduh makin seru aj g sabar nunggu sinopsis selanjutnya semangat trus y min💪💪

    ReplyDelete
  2. Wlopun aku sudah nonton filmnya...tapi g pernah bosen....pengen baca terus sinopsis
    a....

    ReplyDelete
  3. Wlopun aku sudah nonton filmnya...tapi g pernah bosen....pengen baca terus sinopsis
    a....

    ReplyDelete
Previous Post Next Post