Sinopsis Lakorn : The Gifted Episode 3 - part 4



Network : GMM One
“Namtaan! Buka pintunya!” teriak Pang dari luar. Tapi Namtaan yang berada di dalam, mengabaikan teriakan Pang tersebut.



Saat Namtaan melihat ke depan, dia melihat pantulan dirinya di depan cermin. Lalu melalui cermin tersebut, Namtaan berusaha melihat apa yang terjadi. Dan disana dia melihat Chanon yang berada didalam gudang sambil membawa map tersebut.



Tiba- tiba saja, Namtaan mulai merasakan pusing yang sangat dikepalanya. Tapi dia tetap berusaha untuk fokus dan melihat. Lalu saat dia melihat kembali pada cermin, dia melihat tiga orang pria berpakaian putih hitam menangkap Chanon dan mendudukinya diatas kursi.

Lalu karena kondisinya yang memang sedang tidak sehat, Namtaan jatuh terduduk sambil terbatuk- batuk dan sesak nafasnya serta pusing yang sangat dikepalanya.




Pang yang berada di luar. Dia terus berteriak dengan cemas, memanggil- manggil nama Namtaan. Tapi tetap tidak ada jawaban apapun dari Namtaan.

Sambil memegang kepalanya yang kesakitan, Namtaan berusaha keras untuk tetap melihat apa yang terjadi. Dan melalui cermin tersebut, Namtaan melihat seorang wanita berjalan masuk ke dalam gudang, lalu wanita tersebut mengambil map pengunduran diri milik Chanon dan setelah itu dia membawa map tersebut pergi.


Sementara diluar. Pang mencoba membuka pintu, namun karena saking terburu- burunya, kawat kecil yang digunakan nya terjatuh ke lantai. Jadi dengan terpaksa Pang harus meraba lantai dan mencarinya dulu. Dan ketika akhirnya kawat itu ketemu, Pang mencoba lagi. Kemudian akhirnya, Pang pun berhasil membuka pintu gudang.




Saat masuk ke dalam gudang dan melihat Namtaan yang pingsan. Dengan panik Pang segera mendekati nya dan memanggi- manggil namanya. “Namtaan! Namtaan!” panggil Pang sambil membuka kacamata milik P’Channon yang dipakai oleh Namtaan.

“Rahasia sekolah… P’Chanon tidak mengundurkan diri…” gumam Namtaan dengan kesusahan.

“Apa?”


“P’Chanon menemukan rahasia sekolah,” gumam Namtaan sekali lagi. Kemudian setelah itu tubuh Namtaan mulai kejang- kejang dengan begitu hebat nya. Dan melihat itu, Pang menjadi bingung serta ketakutan harus perbuat apa.



Hari selanjutnya. Saat Namtaan tersadar, Ibu tampak sangat lega dan dia terus memanggil- manggil nama Namtaan. Dan Guru Pom sendiri juga tampak sangat lega melihat bahwa akhirnya Namtaan telah sadar.



Diluar ruangan UKS. Guru Pom menjelaskan tentang kondisi Namtaan yang sudah mulai membaik. Dan dia meminta kepada Ibu agar jangan menarik Namtaan dari dalam Kelas Berbakat. Tapi Ibu ragu untuk membiarkan Namtaan tetap berada di Kelas Berbakat.


Pang dan Ohm mengunjungin Namtaan di UKS. Dan dengan sikap sedih, Namtaan memberitahu bahwa kini Ibunya sedang berbicara dengan Direktur. Lalu mengerti tentang apa yang Namtaan sedang rasakan, Pang memegang bahunya untuk menguatkan.



Dan kemudian karena saking sedihnya, Namtaan mulai menangis. Dia memeluk Pang yang berada disamping nya dan menumpahkan rasa sedihnya. Sementara Ohm, dia hanya diam dan memperhatikan saja.



Pang kembali ke dalam kamarnya. Lalu saat dia melihat buku milik Namtaan yang berada di atas tempat tidurnya, Pang pun membuka serta membacanya.

Ini mungkin hari terakhir aku memiliki potensiku. Aku cuma ingin mencatatnya.

Didalam kamar. Namtaan mulai memberesi semua barang- barang miliknya yang berada didalam kamar.

Mulai besok, aku mungkin akan kembali jadi anak biasa.


Pang terus membaca isi diary milik Namtaan tersebut.

Sebagai anak yang sakit- sakitan, aku selalu bermimpi punya kekuatan super…


Namtaan berdiri diam sambil memandang ke sekeliling kamarnya untuk sesaat.

… yang bisa membuatku lebih kuat.

Lalu disaat itu, Ibu memanggil Namtaan untuk segera pergi bersamanya. Kemudian dengan berat hati, Namtaan mengikuti Ibu dan meninggalkan kamarnya.


Aku tidak mau menguasai dunia atau menjadi orang penting. Tapi aku ingin bisa melakukan banyak hal. Aku ingin membuat Ibuku bangga seperti anak- anak lain. Seumur hidupku, sejak aku kecil. Ibu bilang, hidup yang buruk adalah hidup dalam bahaya.

Saat telah selesai membaca buku tersebut. Pang mengangkat kepalanya. Dan dia menoleh ke arah dinding kamarnya, dimana disana tertempel kertas bergambar singa dan kelici serta kerta penyemangat yang pernah Namtaan tempelkan.

Lalu Pang menutup buku tersebut dan diam merenungkannya.


Aku tidak setuju. Kurasa, hidup yang buruk adalah saat kita tidak punya apa- apa untuk melanjutkan hidup. Terakhir, aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kalau aku kembali menjadi gadis biasa tanpa kekuatan super…

Pang keluar dari dalam kamarnya dengan terburu- buru sambil memakain sepatunya dengan cepat. Kemudian dia berlari sekencang yang dia bisa.

… aku harus mencari tahu soal P’Chanon malam ini.


Namtaan mengikuti Ibunya keluar dari dalam lift sambil membawa barang- barangnya. Dan didekat sana, Guru Pom telah berdiri sedari tadi menunggu mereka.

Ini mungkin tidak penting bagi orang lain. Tapi setidaknya aku bisa bangga, dalam waktu singkat. Aku memiliki kekuatan super yang kuimpikan. Aku mencapai sesuatu.

Namtaan berhenti berjalan saat melihat Guru Pom. Tapi Ibu memanggil Namtaan agar cepat, jadi dengan terpaksa Namtaan mengikuti Ibunya. Dan tidak tahu harus perbuat apa atau bicara seperti apa, maka Guru Pom pun hanya bisa diam dan membiarkan Namtaan mengikuti Ibu.



Dengan cepat Pang berlari menurunin anak tangga satu persatu. Dan untung saja, saat dia tiba lantai dasar, Namtaan dan Ibu masih berada disana. Lalu Pang pun memanggil Namtaan.

“Buku harianmu ketinggalan,” kata Pang sambil menyerahkan buku tersebut kepada Namtaan. Dan setelah itu, Pang memberanikan dirinya, lalu dengan cepat dia berbicara kepada Ibu Namtaan.

“Tolong jangan buat dia berhenti dari Kelas Berbakat. Aku tidak berharap masuk kelas ini, aku hanya mengikuti temanku. Orangtua ku setuju. Ibuku bilang, kalau aku dirumah, aku akan jadi cowok tidak berguna,” jelas Pang.

“Aku tidak kaget orang tua mu bilang begitu. Kamu anak yang sehat, sedangkan Namtaan tidak,” balas Ibu.



“Aku tidak tahu apa yang kusuka dan apa bakatku. Aku tidak bisa melakukan hal berguna. Namtaan lah yang niat belajar di Kelas Berbakat. Tekad nya besar. Rasanya tidak adil kalau aku tinggal, sedangkan dia harus pergi,” jelas Pang lagi. Dan Namtaan tersenyum senang mendengar itu.

“Kalau boleh juujur, akulah yang sakit. Namtaan benar- benar sehat,” lanjut Pang. Dan melihat wajah tersenyum Namtaan, maka Ibu tidak membalas perkataan Pang lagi.



Lalu tiba- tiba Ibu berbalik untuk pergi, jadi dengan segera Pang menarik tangannya dan menahan nya untuk pergi. Pang memohon kepada Ibu agar jangan membuat Namtaan pergi. Dan Ibu menarik nafas dengan berat.

“Aku paham ucapanmu. Ayo, nak, kita periksakan dirimu. Kalau kamu sehat, Ibu akan mengantarmu kembali,” kata Ibu. Dan dengan senang, Namtaan tersenyum lebar. Lalu Pang memberikan salam dan membiarkan mereka berdua pergi.



Guru Pom bangga kepada Pang yang telah berhasil membujuk Ibu Namtaan, padahal dia telah berusaha berbicara kepada Ibu Namtaan, tapi apapun yang dikatakannya, Ibu Namtaan tidak pernah mendengarkan.

“Itu bukan karena saya,” balas Pang.

“Kamu bukan anak yang tidak berguna. Bapak senang menjadi gurumu,” balas Guru Pom.


Hari selanjutnya. Guru Pom mengumumkan didepan kelas mengenai ketua kelas yang telah dipilih oleh Direktur. Dan orang yang terpilih menjadi ketua kelas, dia adalah Punn. Lalu mendengar itu, semua orang bertepuk tangan untuknya.



Ohm berbisik kepada Pang yang duduk disampingnya, dia mengatakan bahwa seharusnya Pang yang terpilih. Dan Namtaan yang duduk didepan, dia ikut berbisik kepada Pang, dia mengatakan bahwa pasti Pang yang telah meminta kepada Guru Pom agar namanya dihapus dari daftar kandidat.

“Kalaupun tidak, dia takkan memilihku,” kata Pang.

“Itu keputusannya. Harusnya kamu jangan mundur,” balas Namtaan.

“Siapa tahu. Dia mungkin buta sejenak terus memilihmu,” tambah Ohm dengan bercanda.

“Kalau itu terjadi, aku bakal kena masalah,” balas Pang.



“Kamu takut apa? Begitu juga dikelas ini. Harusnya kamu fokus menemukan potensimu,” kata Namtaan menasehati Pang. Dan karena sedikit malas mendengarkan itu, Pang meminta Ohm untuk membantu. Tapi Ohm tidak mau dan menertawainya.

“Kamu juga sama. Potensimu sudah ketemu. Bukannya membantu, kamu malah bermain dengannya,” kata Namtaan menasehati Ohm juga.

“Cerewet banget. Harusnya aku tidak minta Ibumu untuk membawa mu kembali,” balas Pang.

“Kamu bakal bilang begitu tiap kala berdebat denganku?” balas Namtaan sambil tersenyum.



Lalu tiba- tiba seperti teringat sesuatu, Pang memanggil Namtaan. Dia menanyakan tentang apa yang terjadi digudang dan tentang apa yang Namtaan lihat disana.

“Tidak ada. Setelah masuk gudang, aku langsung pingsan. Aku tidak lihat apa- apa,” jawab Namtaan. Dan mendengar itu, Pang menjadi merasa keheranan dan bingung.

Kemudian disaat itu, Guru Pom memanggil mereka. Dia menanyakan tentang apa yang sedang mereka obrolkan. Dan karena itu, maka Pang pun tidak jadi bertanya lebih lanjut kepada Namtaan.

“Oi, kalian mengobrol apa?” tanya Ohm yang tidak tahu apapun. Dan Pang hanya diam serta tidak menjawab pertanyaan Ohm tersebut.

Pintu bundar, tempat dimana Namtaan masuk. Pintu tersebut ditutup dan digembok oleh seorang pria yang tampak seperti penjaga sekolah.



Lalu didalam gudang. Diatas lantai. Tampak kacamata milik Chanon tergeletak disana. Gagang kacamata milik Chanon tersebut patah sebelah.

Post a Comment

Previous Post Next Post