Network : GMM One
“Namtaan!
Buka pintunya!” teriak Pang dari luar. Tapi Namtaan yang berada di dalam,
mengabaikan teriakan Pang tersebut.
Saat
Namtaan melihat ke depan, dia melihat pantulan dirinya di depan cermin. Lalu
melalui cermin tersebut, Namtaan berusaha melihat apa yang terjadi. Dan disana
dia melihat Chanon yang berada didalam gudang sambil membawa map tersebut.
Tiba-
tiba saja, Namtaan mulai merasakan pusing yang sangat dikepalanya. Tapi dia
tetap berusaha untuk fokus dan melihat. Lalu saat dia melihat kembali pada
cermin, dia melihat tiga orang pria berpakaian putih hitam menangkap Chanon dan
mendudukinya diatas kursi.
Lalu
karena kondisinya yang memang sedang tidak sehat, Namtaan jatuh terduduk sambil
terbatuk- batuk dan sesak nafasnya serta pusing yang sangat dikepalanya.
Pang
yang berada di luar. Dia terus berteriak dengan cemas, memanggil- manggil nama
Namtaan. Tapi tetap tidak ada jawaban apapun dari Namtaan.
Sambil
memegang kepalanya yang kesakitan, Namtaan berusaha keras untuk tetap melihat
apa yang terjadi. Dan melalui cermin tersebut, Namtaan melihat seorang wanita
berjalan masuk ke dalam gudang, lalu wanita tersebut mengambil map pengunduran
diri milik Chanon dan setelah itu dia membawa map tersebut pergi.
Sementara
diluar. Pang mencoba membuka pintu, namun karena saking terburu- burunya, kawat
kecil yang digunakan nya terjatuh ke lantai. Jadi dengan terpaksa Pang harus
meraba lantai dan mencarinya dulu. Dan ketika akhirnya kawat itu ketemu, Pang
mencoba lagi. Kemudian akhirnya, Pang pun berhasil membuka pintu gudang.
Saat
masuk ke dalam gudang dan melihat Namtaan yang pingsan. Dengan panik Pang
segera mendekati nya dan memanggi- manggil namanya. “Namtaan! Namtaan!” panggil
Pang sambil membuka kacamata milik P’Channon yang dipakai oleh Namtaan.
“Rahasia
sekolah… P’Chanon tidak mengundurkan diri…” gumam Namtaan dengan kesusahan.
“Apa?”
“P’Chanon
menemukan rahasia sekolah,” gumam Namtaan sekali lagi. Kemudian setelah itu
tubuh Namtaan mulai kejang- kejang dengan begitu hebat nya. Dan melihat itu,
Pang menjadi bingung serta ketakutan harus perbuat apa.
Hari
selanjutnya. Saat Namtaan tersadar, Ibu tampak sangat lega dan dia terus
memanggil- manggil nama Namtaan. Dan Guru Pom sendiri juga tampak sangat lega
melihat bahwa akhirnya Namtaan telah sadar.
Diluar
ruangan UKS. Guru Pom menjelaskan tentang kondisi Namtaan yang sudah mulai
membaik. Dan dia meminta kepada Ibu agar jangan menarik Namtaan dari dalam
Kelas Berbakat. Tapi Ibu ragu untuk membiarkan Namtaan tetap berada di Kelas
Berbakat.
Pang
dan Ohm mengunjungin Namtaan di UKS. Dan dengan sikap sedih, Namtaan
memberitahu bahwa kini Ibunya sedang berbicara dengan Direktur. Lalu mengerti
tentang apa yang Namtaan sedang rasakan, Pang memegang bahunya untuk
menguatkan.
Dan
kemudian karena saking sedihnya, Namtaan mulai menangis. Dia memeluk Pang yang
berada disamping nya dan menumpahkan rasa sedihnya. Sementara Ohm, dia hanya
diam dan memperhatikan saja.
Pang
kembali ke dalam kamarnya. Lalu saat dia melihat buku milik Namtaan yang berada
di atas tempat tidurnya, Pang pun membuka serta membacanya.
Ini mungkin hari terakhir aku memiliki potensiku. Aku cuma
ingin mencatatnya.
Didalam
kamar. Namtaan mulai memberesi semua barang- barang miliknya yang berada
didalam kamar.
Mulai besok, aku mungkin akan kembali jadi anak biasa.
Pang
terus membaca isi diary milik Namtaan tersebut.
Sebagai anak yang sakit- sakitan, aku selalu bermimpi punya
kekuatan super…
Namtaan
berdiri diam sambil memandang ke sekeliling kamarnya untuk sesaat.
… yang bisa membuatku lebih kuat.
Lalu
disaat itu, Ibu memanggil Namtaan untuk segera pergi bersamanya. Kemudian
dengan berat hati, Namtaan mengikuti Ibu dan meninggalkan kamarnya.
Aku tidak mau menguasai dunia atau menjadi orang penting.
Tapi aku ingin bisa melakukan banyak hal. Aku ingin membuat Ibuku bangga
seperti anak- anak lain. Seumur hidupku, sejak aku kecil. Ibu bilang, hidup
yang buruk adalah hidup dalam bahaya.
Saat
telah selesai membaca buku tersebut. Pang mengangkat kepalanya. Dan dia menoleh
ke arah dinding kamarnya, dimana disana tertempel kertas bergambar singa dan
kelici serta kerta penyemangat yang pernah Namtaan tempelkan.
Lalu
Pang menutup buku tersebut dan diam merenungkannya.
Aku tidak setuju. Kurasa, hidup yang buruk adalah saat kita
tidak punya apa- apa untuk melanjutkan hidup. Terakhir, aku tidak tahu apa yang
akan terjadi besok. Kalau aku kembali menjadi gadis biasa tanpa kekuatan super…
Pang
keluar dari dalam kamarnya dengan terburu- buru sambil memakain sepatunya
dengan cepat. Kemudian dia berlari sekencang yang dia bisa.
… aku harus mencari tahu soal P’Chanon malam ini.
Namtaan
mengikuti Ibunya keluar dari dalam lift sambil membawa barang- barangnya. Dan
didekat sana, Guru Pom telah berdiri sedari tadi menunggu mereka.
Ini mungkin tidak penting bagi orang lain. Tapi setidaknya
aku bisa bangga, dalam waktu singkat. Aku memiliki kekuatan super yang
kuimpikan. Aku mencapai sesuatu.
Namtaan
berhenti berjalan saat melihat Guru Pom. Tapi Ibu memanggil Namtaan agar cepat,
jadi dengan terpaksa Namtaan mengikuti Ibunya. Dan tidak tahu harus perbuat apa
atau bicara seperti apa, maka Guru Pom pun hanya bisa diam dan membiarkan
Namtaan mengikuti Ibu.
Dengan
cepat Pang berlari menurunin anak tangga satu persatu. Dan untung saja, saat
dia tiba lantai dasar, Namtaan dan Ibu masih berada disana. Lalu Pang pun
memanggil Namtaan.
“Buku
harianmu ketinggalan,” kata Pang sambil menyerahkan buku tersebut kepada
Namtaan. Dan setelah itu, Pang memberanikan dirinya, lalu dengan cepat dia
berbicara kepada Ibu Namtaan.
“Tolong
jangan buat dia berhenti dari Kelas Berbakat. Aku tidak berharap masuk kelas
ini, aku hanya mengikuti temanku. Orangtua ku setuju. Ibuku bilang, kalau aku
dirumah, aku akan jadi cowok tidak berguna,” jelas Pang.
“Aku
tidak kaget orang tua mu bilang begitu. Kamu anak yang sehat, sedangkan Namtaan
tidak,” balas Ibu.
“Aku
tidak tahu apa yang kusuka dan apa bakatku. Aku tidak bisa melakukan hal
berguna. Namtaan lah yang niat belajar di Kelas Berbakat. Tekad nya besar.
Rasanya tidak adil kalau aku tinggal, sedangkan dia harus pergi,” jelas Pang
lagi. Dan Namtaan tersenyum senang mendengar itu.
“Kalau
boleh juujur, akulah yang sakit. Namtaan benar- benar sehat,” lanjut Pang. Dan
melihat wajah tersenyum Namtaan, maka Ibu tidak membalas perkataan Pang lagi.
Lalu
tiba- tiba Ibu berbalik untuk pergi, jadi dengan segera Pang menarik tangannya
dan menahan nya untuk pergi. Pang memohon kepada Ibu agar jangan membuat
Namtaan pergi. Dan Ibu menarik nafas dengan berat.
“Aku
paham ucapanmu. Ayo, nak, kita periksakan dirimu. Kalau kamu sehat, Ibu akan
mengantarmu kembali,” kata Ibu. Dan dengan senang, Namtaan tersenyum lebar.
Lalu Pang memberikan salam dan membiarkan mereka berdua pergi.
Guru
Pom bangga kepada Pang yang telah berhasil membujuk Ibu Namtaan, padahal dia
telah berusaha berbicara kepada Ibu Namtaan, tapi apapun yang dikatakannya, Ibu
Namtaan tidak pernah mendengarkan.
“Itu
bukan karena saya,” balas Pang.
“Kamu
bukan anak yang tidak berguna. Bapak senang menjadi gurumu,” balas Guru Pom.
Hari
selanjutnya. Guru Pom mengumumkan didepan kelas mengenai ketua kelas yang telah
dipilih oleh Direktur. Dan orang yang terpilih menjadi ketua kelas, dia adalah
Punn. Lalu mendengar itu, semua orang bertepuk tangan untuknya.
Ohm
berbisik kepada Pang yang duduk disampingnya, dia mengatakan bahwa seharusnya
Pang yang terpilih. Dan Namtaan yang duduk didepan, dia ikut berbisik kepada
Pang, dia mengatakan bahwa pasti Pang yang telah meminta kepada Guru Pom agar
namanya dihapus dari daftar kandidat.
“Kalaupun
tidak, dia takkan memilihku,” kata Pang.
“Itu
keputusannya. Harusnya kamu jangan mundur,” balas Namtaan.
“Siapa
tahu. Dia mungkin buta sejenak terus memilihmu,” tambah Ohm dengan bercanda.
“Kalau
itu terjadi, aku bakal kena masalah,” balas Pang.
“Kamu
takut apa? Begitu juga dikelas ini. Harusnya kamu fokus menemukan potensimu,”
kata Namtaan menasehati Pang. Dan karena sedikit malas mendengarkan itu, Pang
meminta Ohm untuk membantu. Tapi Ohm tidak mau dan menertawainya.
“Kamu
juga sama. Potensimu sudah ketemu. Bukannya membantu, kamu malah bermain
dengannya,” kata Namtaan menasehati Ohm juga.
“Cerewet
banget. Harusnya aku tidak minta Ibumu untuk membawa mu kembali,” balas Pang.
“Kamu
bakal bilang begitu tiap kala berdebat denganku?” balas Namtaan sambil
tersenyum.
Lalu
tiba- tiba seperti teringat sesuatu, Pang memanggil Namtaan. Dia menanyakan
tentang apa yang terjadi digudang dan tentang apa yang Namtaan lihat disana.
“Tidak
ada. Setelah masuk gudang, aku langsung pingsan. Aku tidak lihat apa- apa,”
jawab Namtaan. Dan mendengar itu, Pang menjadi merasa keheranan dan bingung.
Kemudian
disaat itu, Guru Pom memanggil mereka. Dia menanyakan tentang apa yang sedang
mereka obrolkan. Dan karena itu, maka Pang pun tidak jadi bertanya lebih lanjut
kepada Namtaan.
“Oi,
kalian mengobrol apa?” tanya Ohm yang tidak tahu apapun. Dan Pang hanya diam
serta tidak menjawab pertanyaan Ohm tersebut.
Pintu
bundar, tempat dimana Namtaan masuk. Pintu tersebut ditutup dan digembok oleh
seorang pria yang tampak seperti penjaga sekolah.
Lalu
didalam gudang. Diatas lantai. Tampak kacamata milik Chanon tergeletak disana.
Gagang kacamata milik Chanon tersebut patah sebelah.
Tags:
The Gifted