Network : GMM One
Di
UKS. Guru Pom menasehati Namtaan, dia mengatakan bahwa dia memberikan barang
Chanon untuk melatih kekuatan Namtaan, tapi dia juga mengingatkan Namtaan untuk
tidak memaksa kan diri.
Tapi
Namtaan mengabaikan perkataan Guru Pom tersebut. Dia mengambil kertas formulir
pengunduran diri Chanon yang ditemukannya dan menunjukan itu kepada Guru Pom.
Dia menjelaskan bahwa dia tidak percaya kalau orang dengan mimpi besar bisa
menyerah begitu mudah.
“Tapi
Bapak ingat. Di hari terakhir, Chanon mengajak Bapak ke gudang untuk
berkonsultasi. Dia sudah tidak tahan lagi. Bapak ingat,” kata Guru Pom dengan
tegas. Tapi tiba- tiba saja dia terdiam, seperti mengingat sesuatu. Sehingga
melihat itu, Namtaan menjadi heran ada apa.
“Harusnya,
Bapak tidak memberitahumu,” kata Guru Pom dengan ragu.
Tepat
disaat itu, Ibu Namtaan datang. Jadi pembicaraan mereka terhenti. Ibu Namtaan
menanyai kenapa Namtaan bisa berada disini. Dan Namtaan pun membalas bahwa dia
hanya pingsan saja. Lalu Ibu Namtaan pun mulai mengomel, dia mengatakan bahwa
mau berbakat seperti apapun, tapi kalau gagal untuk hidup, semuanya tidak ada
guna nya.
“Bu,
kalau sudah waktunya, kita akan mati. Lihat saja Ayah, dia sangat sehat, tapi
terlibat kecelakaan,” balas Namtaan.
“Jangan
membantah. Kamu tidak lihat, Ibu khawatir?”
“Aku
tahu Ibu khawatir. Makanya Ibu mengurungku. Melarangku melakukan apapun. Apa
Ibu akan memperlakukanku seperti pesakitan dan mengurungku selamanya?” tanya
Namtaan.
Mendengar
itu, Guru Pom mengatakan bahwa kali ini dia setuju dengan Ibu Namtaan. Dia
tidak ingin Namtaan terlalu memaksakan diri. Dan dia ingin Namtaan beristirahat
dari Kelas Berbakat selama seminggu untuk memulihkan diri. Lalu karena Ibunya
juga ikut berbicara, maka Namtaan pun tidak bisa berkata apapun lagi.
Setelah
Ibu keluar dari dalam UKS. Namtaan menanyakan, apa saat dia keluar dari Kelas
Berbakat, potensinya akan hilang. Dan Guru Pom menjawab bahwa selama di kelas,
Namtaan bisa mengembangkan kemampuannya sampai maksimal, tapi untuk sekarang,
dia ingin Namtan beristirahat dulu. Lalu Guru Pom keluar dari UKS.
Pada
malam hari. Pang menemui Namtaan yang telah menunggunya di depan sebuah pintu
bundar. Dan dengan heran, Pang bertanya mengapa Namtaan memanggilnya dan apa
Namtaan melarikan diri dari klinik. Namun Namtaan mengabaikan pertanyaan Pang
dan membahas tentang Chanon.
“Ini
tempat P’Chanon bertemu Guru Pom untuk terakhir kali,” jelas Namtaan.
“Jadi?”
“Ada
yang aneh dengan formulir pengunduran dirinya. Kamu ingat tanda tangannya? Itu
ditanda tanganin dengan pulpen Guru Pom. Pulpen yang selalu berada didekatnya.”
“Maksudmu,
Guru Pom menyembunyikan sesuatu?” tanya Pang. Dan Namtaan mengiyakan.
Lalu
dengan sedikit heran, Pang pun menanyakan, jadi apa alasan Namtaan memanggilnya
ke sini. Dan ternyata itu adalah karena Namtaan ingin Pang membantunya untuk
membuka kunci pintu tersebut. Karena dia ingin menyelidiki ruangan itu dengan
kekuatannya.
“Kumohon,”
pinta Namtaan.
“Entah
aku bisa atau tidak,” balas Pang sambil mencoba. Dan ternyata Pang berhasil.
Dengan
bersemangat, Namtaan meminta Pang untuk tolong memegangkan bukunya. Dan
kemudian dia memakai jaket milik Chanon. Melihat itu, Pang pun mengingatkan
bahwa Namtan sudah terlalu banyak memakai potensi nya hari ini. Tapi dengan
sikap keras kepala, Namtaan membalas bahwa dia tidak apa- apa.
“Mana
mungkin. Wajahmu pucat dan tadi kamu pingsan. Aku mencemaskanmu. Kita lakukan
lain kali saja ya,” pinta Pang. Dan Namtaan mengoke kan.
Tapi
saat akan pergi, Namtaan berpura- pura menyebutkan nama Guru Pom dengan raut
terkejut. Sehingga perhatian Pang teralihkan. Dan disaat itu, Namtaan langsung
masuk ke dalam ruangan dan menguncinya dari dalam.
“Jangan
lakukan ini! Namtaan!” teriak Pang sambil mengendor pintu.
“Tidak
ada lain kali. Ini hari terakhirku punya kekuatan special,” balas Namtaan.
Dan
dengan buru- buru, Pang segera berlari untuk mencari jalan masuk yang lain.
Karena Namttan tidak lagi mendengarkan dia.
Didalam
tempat yang seperti gudang. Saat masuk kesana, Namtaan mulai merasakan pusing
dikepalanya, tapi dia mengabaikan hal itu dan terus berjalan serta melihat
setiap hal disana menggunakan kacamata dan jaket milik Chanon.
Lalu
disaat itu, Namtaan melihat map yang berisikan formulir pengunduran diri
Chanon. Map tersebut diletakan di atas tumpukan kursi- kursi.
Disisi
lain. Pang berlari dengan kencang ke depan pintu gudang. Lalu sesampainya
disana, dia mengedor pintu dan memanggil Namtaan. Tapi Namtaan tidak
menjawabnya, karena dia sedang fokus untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Tags:
The Gifted