Sinopsis Lakorn : The Gifted Episode 4 - part 1



Network : GMM One
Jika membaca kisah fiksi anak- anak berkekuatan super, kamu akan tahu alur ceritanya tidak jauh berbeda. Dimulai dengan seorang anak di dunia yang membosankan. Dirinya itu membosankan. Kata- katanya membosankan. Semuanya membosankan.

Claire terus memandang sinis ke arah Namtaan. Lalu dia tersenyum sendiri merendahkan Namtaan.

Kamu tidak bosan mendengar kisah cewek kutu buku yang terlalu banyak memakai kekuatan lalu pingsan? Apa itu? Apa yang terjadi? Astaga! Membosankan.

Guru Pom yang berada didepan kelas. Dia memberitahukan kepada mereka semua bahwa mereka harus bergabung dengan klub untuk mengembangkan potensi mereka, berdasarkan ketertarikan mereka.

Pertama. Namtaan mengangkat tangannya. Dia mau bergabung dengan Klub Perawat.

Kenapa kamu tidak bergabung dengan Klub Detektif? Bukannya kamu suka ikut campur urusan orang?


Kedua. Ohm mengangkat tangannya. Dia mau bergabung dengan Klub Lelucon.

Oh… ke kamar mayat saja sana. Tempat yang cocok buat leluconmu.


Ketiga. Pang mengangkat tangannya. Dia tidak mau ikut dengan klub manapun.

Boleh tidak punya kharisma? Banyak hal yang tidak kamu punya.


Kemudian selanjutnya. Claire mengangkat tangannya. Dan dengan sikap yang angkuh, dia berdiri dan mengatakan dengan percaya diri bahwa dia mau masuk ke dalam grup drama. Sesudah mengatakan itu, Claire mengedipkan sebelah matanya.

Sudah cukup kalian melihat penjahat membosankan. Waktunya mengikuti pelajaran siswa Berbakat paling berani. Tring… mainkan musiknya.


Didalam aula. Klub drama melakukan pemilihan anggota. Satu persatu peserta naik untuk berakting di depan para senior yang menilai mereka. Dan karena belum gilirannya, maka Claire duduk dan memperhatikan orang yang berada di atas panggung.

Semua pemeran utama punya mimpi. Mimpiku, berakting. Meski aku harus memakai potensiku sebagik mungkin. Dan potensiku adalah… melihat perasaan semua orang.



Aku melihat perasaan orang lain dalam bentuk warna. Kuning berarti percaya diri. Oranye berarti kebahagiaan.



Akhirnya adalah pemilihan untuk pemeran putri. Dan menggunakan kekuatannya, Claire melihat perasaan peserta yang berdiri didepannya.

Ungu berarti ketakutan. Kekuatanku memungkinkan ku memahami perasaan orang lain.

“Kalau kamu ketakutan, lebih baik pulang saja dan menangis seperti bayi,” bisik Claire kepada peserta di depannya. Dan karena memang takut, maka si peserta mulai menangis dan dia turun dari atas panggung. Lalu dengan percaya diri, Claire melangkah maju.

Dan memanfaatkannya untuk menghancurkan lawanku dengan efektif. Tidak ada yang bisa menghalangin jalanku.



Claire menjadi tokoh pembicaraan yang heboh di acara berita sekolah. Dia disebut bintang yang bersinar dari Kelas Berbakat.

Diatas panggung, Claire melakukan aktingnya sebagai seorang putri pemeran utama. Tapi kata- katanya ada yang salah, jadi dia di nasehati. Sementara seorang murid lain yang bertugas membuat kostum, selagi Claire sedang bicara, dia mengukur badan Claire.


“Eh…  Cha-em. Kalau kamu tidak bisa berakting, seengaknya yang becus bikin kostumnya,” omel Claire kepada si Murid. Dan dengan sedikit nada kesal, si Murid tersebut mengiyakan.

Seperti semua dongeng, kalau ada putri, pasti ada monster mata hijau. Hijau berarti cemburu.



Melihat sinar hijau pada Cha-em. Maka Claire pun bertanya kepada Pangrum, dia menanyai apa Pangrum temannya dan Pangrum mengangguk. Dan Claire menyebutkan semua kebaikan yang telah dilakukannya untuk Pangrum, dia mengajak Pangrum duduk bersama saat makan siang dan meminta kepada sutradar agar menjadikan Pangrum menjadi peran pendukung. Kemudian setelah mengatakan semua itu, dia meminta Pangrum untuk jujur siapa saja yang benci kepadanya. Dan Pangrum menjawab tidak ada.


Namun tidak percaya dengan hal itu, Claire menggunakan kekuatannya. Dia memejamkan matanya sesaat, lalu membukanya kembali. Dan disaat itu dia melihat, warna kehijauan yang sangat pada setiap orang didalam aula.

Tidak ada apanya. Ini hijau. Yang itu juga hijau. Oke. Kalau itu mau kalian.



Saat malam. Claire bersembunyi dibelakang tembok, dia memperhatikan salah satu anggota didalam Klub Dramanya yang sedang bersama seorang siswa pria. Dan mereka berdua memunculkan warna merah muda, tanda cinta.

Aku tahu dengan menjadi siswa Berbakat. Dan mendapat peran utama, aku bakal jadi objek kebencian. Solusinya adalah…



Kemudian saat temannya yang perempuan ini pergi. Claire melihat seorang siswa perempuan lainnya mendekati si siswa pria tersebut. Dan lagi- lagi, Claire melihat warna merah muda pada mereka berdua.

Solusinya sangat mudah.



Didalam kamarnya. Claire menempelkan foto teman- temannya di papan yang tergantung di didinding kamarnya. Lalu menggunakan seutas benang, Claire menyambungkan siapa suka siapa. Dan lalu Claire menuliskan itu di buku diary nya.

Dengan potensiku, dalam satu minggu, aku mengumpulkan informasi soal perasaan semua anak satu sama lain.



Didalam aula. Claire duduk dilantai paling atas sendirian dan memperhatikan semua temannya yang sedang sibuk membaca naskah dan melakukan berbagai hal. Kemudian saat lonceng jam berbunyi tepat jam 12 malam. Claire melemparkan data yang telah dibuatnya.

Cara para penguasa mengurus rakyat dibawah mereka. Buat mereka saling membenci.


Saat semua anak melihat kertas- kertas yang berjatuhan tersebut. Mereka mulai bertengkar satu sama lain. Sementara diatas, Claire tersenyum memperhatikan hal tersebut. Berbagai warna terlihat olehnya pada diri setiap orang.

Saat semua orang sibuk bertengkar. Singgasana Kota Putih berada di bawah kendaliku. Hah…


Seorang murid Kelas Berbakat juga. Si Pria berkaca mata (Korn). Saat dia masuk kedalam aula dan melihat semua keributan itu. Dia melihat ke atas dan menemukan Claire yang duduk disana. Lalu dia menggelengkan kepalanya pelan, dikarena kan dia melihat perbuatan Claire tersebut.


Didalam ruang musik. Punn bermain biola dengan hebatnya. Dan ketika dia telah selesai, Claire yang telah menunggu dan mendengarkan sedari tadi, dia bertepuk tangan untuk Punn. Lalu Punn mendekatinya dan mereka mengobrol.


Claire memperlihatkan kostumnya yang putih polos dan menurutnya itu tampak seperti kain kafan, jadi dia ingin memperbaikinya. Lalu Claire menanyakan apa Punn telah memberitahu kepada Ayanya bahwa dia menjadi Ketua Kelas. Dan Punn menjawab bahwa dia sudah mengirim kan pesan, tapi mereka belum ada bicara.



“Jangan sedih. Ayah mu tidak ahli mengekspresikan perasaannya. Tapi percayalah, dia bangga padamu. Kamu sempurna. Tidak mungkin dia tidak bangga,” kata Claire memberikan semangat.

“Kenapa kamu tahu banyak soal Ayahku?” balas Punn sambil tersenyum.

“Kamu yang cerita, aku ingat semuanya. Masa kecilmu, keluargamu, semua yang kamu ceritakan ada di dalam otak ku,” balas Claire.

Lalu sambil menatap Claire, Pun menanyakan dengan serius, kapan Claire akan gantian menceritakan tentang diri Claire sendiri. Dan Claire tidak menjawab nya.



Alasanku tidak menceritakan soal diriku pada cowok yang kutaksir? Soalnya aku tidak pernah tahu perasaannya. Dia menunjukan berbagai warna. Aku tidak pernah tahu setelah mendengar ceritaku, warna apa yang muncul.



Didalam kamar. Claire duduk diatas tempat tidur sambil meminum secangkir teh dan memakai masker. Dan sambil melakukan semua itu, Claire berbicara kepada temannya melalui telpon, dia ingin kostumnya diubah. Tapi temannya tidak bisa, karena pertunjukan nya sebentar lagi dan kostum yang lain juga penting.


“Entahlah. Kalau kostumnya jelek, aku tidak mau pakai. Dan berhenti bertanya. Kalau bicara terus, masker ku bakal rusak. Sudah dulu, ya,” kata Claire dengan angkuh, lalu dia mematikan telponnya.

Kendengarannya berlebihan. Tapi bagi pemeran utama, citra cantik adalah yang terpenting. Gadis sepertiku tidak boleh ternoda.



Claire melihat- lihat postingan setiap orang yang ada di medsos nya. Lalu tiba- tiba saja disaat itu, dia mendapatkan pesan dari Atas nama bulan. Dan pesan itu menunjukan foto seorang gadis berkaca mata yang tampak kurang cantik.

Melihat foto gadis tersebut. Claire tampak sangat terkejut sekali. Hingga masker yang digunakannya pun retak.


Dan disinilah semua kisah dimulai.

Post a Comment

Previous Post Next Post