Sinopsis Lakorn : Piang Chai Kon Nee Mai Chai Poo Wised Episode 2 - part 3



Broadcast Network: Channel 3

Nuth mendekati Chaya. Dengan penuh perhatian, Nuth meminta agar Chaya jangan menyalahkan diri sendiri. Dan Chaya membalas bahwa jika bukan karena berita bodoh itu, maka Pol tidak akan menjadi seperti ini.

“Tapi berita itu kan tidak benar. Aku juga tidak peduli tentang itu. Pada saat seperti ini, kita harus saling menyemangati satu sama lain,” kata Nuth. Dan Chaya mengangguk, mengiyakan.



Disaat itu. Akhirnya Wat keluar dari dalam ruang UGD. Dia menjelaskan bahwa pasien selamat, mereka berhasil menghentikan pendarahannya. Dan mendengar itu, semua orang menjadi lega dan senang.

“Tapi bagaimanapun, kami harus mengecek darahnya dan mengawasi kondisinya. Dan aku perlu untuk melanjutkan pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien mengalami gagal ginjal akut atau penyakit ginjal kronis,” jelas Wat.


Mengetahui itu, dengan sikap cemas, Tante kedua menanyakan apa berarti itu Pol tidak akan sembuh. Dan Wat membalas bahwa dia belum bisa menjawab, tapi hal terbaik untuk saat ini adalah mengawasi kondisi Pol, sehingga itu tidak akan lebih memburuk daripada ini. Lalu Wat masuk dan kembali masuk ke dalam ruang UGD.

Sementara Nuth, dia terdiam dan tampak sangat sedih mengetahui tentang kondisi Ayahnya yang saat ini belum terlalu pasti.





Saat akan pulang, Wat melihat Nuth yang berada di kantin rumah sakit. Disana dia melihat betapa cemas dan khawatirnya Nuth. Lalu dia pun mengambil kartu namanya dan ingin memberikan itu kepada Nuth. Tapi sebelum dia mendekat ke arah Nuth, tiba- tiba saja dia melihat Chaya datang mendekati Nuth. Jadi Wat pun tidak jadi mendekat dan pergi.



Dikantor. Saat mendengar kabar mengenai kondisi Pol, Mirantee sangat terkejut dan merasa bersalah sekali, karena hal itu terjadi setelah dia membuat berita tentang hubungan Chaya, Nuth, dan Soam di artikelnya.

Lalu pas disaat itu. Seseorang menelpon nya, jadi Mirantee pun mengangkatnya. Dan ternyata orang yang menelponnya itu adalah Soam.


Soam mengatakan bahwa dia ingin mengklarifikasi berita yang Mirantee tulis. Itu bukanlah cinta segitiga. Karena saat ini dia sudah memiliki pacar baru. Dan sebagai pembuktian akan perkataannya, Soam mengundang Mirantee untuk hadir dipestanya malam ini.

“Aku akan secara resmi menunjukan pacar baru ku. Jam 8 malam,” kata Soam. Lalu dia mematikan telponnya dan tersenyum.


Wat mengajar dikelas. Dia menjelaskan dengan begitu baik tentang materi nya kepada setiap murid yang berada dikelas nya. Lalu tanpa sengaja, saat Wat mau menampilkan gambar slide yang berada dilaptopnya, foto Soammika muncul. Dan melihat itu semua murid tertawa.

“Ooh...” kata Wat dengan canggung dan kaget juga, karena ada foto Soam didalam laporan yang dibuatnya.

Tepat disaat itu, Soam menghubungin nya. Dan Wat pun mengangkat telpon itu sambil berjalan keluar dari dalam kelas. Lalu tanpa berbasa- basi, Wat menanyakan apa yang sedang Soam mainkan.

Ternyata orang yang mengubah laporan itu adalah Soam. Dan dengan kesal, Wat menanyakan kenapa Soam mengacaukan barangnya. Namun tanpa rasa bersalah, Soam membalas bahwa Wat begitu serius.


“Aku telah menyimpan file milikmu dengan aman. Jika aku tidak melakukan ini, akan kah kita bisa bertemu lagi?” tanya Soam sambil mengeluarkan flashdisk nya dari dalam lemari.

Wat menjelaskan dengan kesal kepada Soam bahwa dia sedang bekerja. Dan Soam mengerti, tapi dia mau Wat datang menemuinya jam 8 malam ini, lalu setelah itu dia akan mengembalikan semua file milik Wat. Kemudian setelah mengatakan itu, Soam mematikan telponnya.

Dan dengan capek, Wat pun menghela nafas berat.


Ketika perawat telah selesai memeriksa Ayahnya. Nuth mendekatinya dan menanyakan kapan dia bisa mengetahui kapan kondisi Ayahnya akan stabil. Lalu si perawat menjawab bahwa itu harus menunggu hasil dari Dokter. Dan Nuth pun lalu menanyakan dimana Dokternya.

“Dokter Satawat sudah pergi. Kamu harus menunggu besok pagi,” jelas si Perawat. Dan mengetahui hal itu, Nuth pun mengeluh kan tentang Wat.



Dibar. Wat memberitahu perawatnya bahwa setelah urusannya selesai, dia secepatnya akan segera kembali ke rumah sakit. Lalu setelah itu, Wat mulai melihat ke sekeliling untuk mencari dimana Soam berada.

Tapi tanpa perlu repot- repot mencari, orang suruhan Soam mendekati Wat dan menuntun Wat untuk menemui Soam. Dan Wat pun mengikutinya. Lalu tepat disaat itu Mirantee dan teman wartawannya tiba di bar.

Orang tersebut menyuruh Wat untuk duduk sebentar dan menunggu. Dan Wat pun mengiyakan, tapi dia meminta agar orang tersebut memberitahu Soam untuk cepat, karena dia tidak punya banyak waktu. Lalu setelah itu, orang tersebut pergi ke dekat panggung.

“Berapa lama lagi aku harus menunggu?” tanya Wat yang sudah tidak sabaran.

“Ah, sabar ya,” pinta orang tersebut.
  
Diatas panggung. Soam mulai menari dengan begitu lincah dan seksinya. Dan setiap orang bersorang untuknya. Lalu tiba- tiba saja Soam menghilang dari panggung, sehingga seluruh penonton menjadi heran.




Saat Wat yang menunggu sedang sibuk melihat kearah lain. Soam tiba- tiba mucul dihadapannya dan menarik tangannya untuk masuk ke dalam panggung. Dan dengan perasaan bingung, Wat ingin segera pergi dari sana. Tapi Soam menahannya.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Wat kepada Soam yang menyentuh wajahnya.
  
“Hanya duduk saja. Segala nya akan menjadi baik- baik saja,” kata Soam. Lalu dengan pose mesra dan nakal, Soam duduk diatas pangkuan Wat. Dan membiarkan orang memotret mereka. Dilanjutkan dengan pose berikutnya yang tidak kalah mesra.

Karena kedua tangannya ditahan ditiang oleh kedua penari latar, maka Wat tidak bisa pergi dari sana dan tidak bisa berbuat apapun.



“Tolong beri tepuk tangan untuk Dokter Wat, pacar baruku!” seru Soam. Dan setiap orang bertepuk tangan serta bersorak untuk Soam. Sementara Wat sendiri, dia merasa sangat marah dan kesal dengan jebakan Soam ini.

Wat kembali ke belakang panggung. Disana dia memarahi Orang suruhan Soam yang telah menipunya. Dan lalu Soam datang, dia mengatakan dengan begitu percaya diri bahwa dia ingin mereka semua tahu kalau Wat adalah pacar nya.



“Kamu menjebak ku lagi, kan?” tanya Wat dengan kesal.

“Apa yang salah dengan saling membantu sama lain untuk hidup?” balas Soam tanpa rasa bersalah ataupun rasa malu.

“Penari tiang adalah pekerjaanmu? Dan barusan apa yang kamu katakan?” tanya Wat dengan lebih kesal lagi, karena sikap Soam.



“Baiklah,” kata Soam. Lalu dia menyerahkan flashdisk yang dijanjikannya sebagai bayaran karena Wat telah datang. Dan dengan tegas, Wat mengatakan bahwa ini akan menjadi terakhir kalinya. Setelah itu, Wat melepaskan Soam yang memegangnya dan pergi.

“Kamu tidak bisa melarikan diri dariku,” teriak Soam sambil tertawa gembira.


Saat Wat keluar dari belakang panggung, Mirantee yang melihatnya segera memanggilnya. Tapi Wat yang tidak mendengar panggilan Mirantee, dia berjalan lurus dan keluar dari dalam bar. Dan melihat itu, Mirantee menjadi heran, karena raut wajah Wat yang tampak seperti sedang marah.



Mirantee menemui Soam di ruang ganti. Disana Soam menanyai apa Mirantee mengikutinya. Dan Mirantee pun mengingatkan Soam bahwa Soam sendirilah yang telah mengundangnya untuk datang.

“Oh... kalau begitu pergilah dan umumkan kemanapun bahwa aku memiliki pria baru sekarang,” kata Soam dengan bangga.


“Pria yang kamu ikuti ke pulau dan pria yang sama yang bertengkar dengan Khun Chayakorn itu kan,” balas Mirantee. Dan Soam mengiyakan, lalu dia menawarkan jika Mirantee ingin mengetahui tentang profile Wat, maka Mirantee bisa bertanya padanya. Lalu dengan sikap angkuh Soam duduk disofa.


Mirantee diam berdiri. Dia mengingat saat dipulau. Seingatnya dulu saat disana, Orso dan Mariam pernah menunjukan foto Nuth dan Wat kepadanya. Lalu Mirantee mengingat lagi tentang video pertengkaran dijalan. Kemudian Mirantee tersenyum dan duduk.



“Aku punya pengetahuan yang dalam, tapi itu tidak terlalu rahasia untuk diberitahukan padamu,” kata Mirantee. Tapi Soam bersikap cuek, tidak tertarik. Namun saat Mirantee menyebutkan nama Nuth, Soam pun langsung menjadi tertarik.

“Apa yang kamu katakan?!” tanya Soam dengan marah.



Dengan nada menyindir, Mirantee mengatakan bahwa beberapa hari ini tidak ada terlalu banyak pria. Dan betapa manisnya Soam yang membantu mendaur ulang pria yang sama. Mendengar itu, Soam langsung berdiri dan marah.

‘Aku mengingatkan mu karena berniat baik. Kamu suka mengambil sisa milik Anuysaniya begitu sering. Berhati- hatilah, dia akan datang dan mengambilnya kembali,” kata Mirantee sambil tertawa.

“Itu tidak benar!” balas Soam. Dan tanpa takut, Mirantee kembali mengatai Soam, lalu dia mengambil tasnya dan pergi.



Saat Mirantee telah pergi. Soam mengingat kejadian saat direstoran. Disana tampaknya memang benar bahwa Nuth dan Wat saling mengenal. Dan mengingat itu, Soam merasa sangat kesal sekali.



Sesampainya dirumah sakit. Wat langsung melihat- lihat data pasien yang para perawat berikan padanya. Dan saat melihat bekas ciuman di leher Wat, para perawat saling senyum- senyum. Namun karena tidak tahu, Wat menjadi heran sendiri.

Tepat disaat itu, Soam menelponnya. Dan karena malas, Wat pun mematikan hape nya.


Soam membanting hape nya ke lantai dengan perasaan sangat marah, karena Wat tidak mengangkat telponnya. Lalu beberapa karyawan yang berada disana, mereka segera keluar dan meninggalkan Soam yang mulai berteriak.

“Anusaniya,” gumam Soam dengan tatapan penuh kemarahan dan kebencian.



Keesokan harinya. Saat melihat Wat berada didalam ruangannya. Nuth jadi teringat tentang gosip para perawat yang didengar nya tadi. Para perawat itu menggosipi Wat yang semalam baru kembali ke rumah sakit, setelah pergi berkencan dengan pacarnya. Bukti yang membuat mereka berpikiran seperti itu ialah bekas ciuman dileher Wat.


“Bukannya menggunakan waktu nya untuk menolong Ayahku supaya sembuh, tapi dia malah pergi berkencan dengan wanita,” pikir Nuth dengan kesal.



Ketika menyadari kedatangan Nuth, Ibu Chaya memberitahukan tentang kondisi Pol yang baru saja Wat beritahukan padanya. Pol terkena penyakit ginjal kronis, sehingga Pol harus melalukan dialisis selama hidupnya. Dan Nuth tidak bisa mempercayai itu, karena Pol selalu sehat.




Wat menjelaskan kepada Nuth tentang mengapa Pol bisa mengalami penyakit tersebut. Dan dengan nada menuduh, Nuth menanyakan apa Wat telah memeriksa dengan benar, bisakah dia mempercaya kan Ayahnya kepada Dokter seperti Wat.

“Nuth. Mengapa kamu bicara kepada Dokter sepert itu?” kata Pol, mengingatkan Nuth.

“Aku tidak melihat dia perhatian kepada tugasnya ini. Bahkan tidak tahu jika dia benar bekerja. Aku pikir kita harus pindah rumah sakit. Disana ada banyak Dokter yang lebih berbakat,” jelas Nuth sambil menatap tajam kepada Wat.

Pol tidak mengerti dengan sikap Nuth, menurutnya Wat tidak salah, melainkan dirinya sendiri. Karena selama ini dia selalu bekerja dan tidak punya waktu untuk menjaga dirinya sendiri. Lalu Ibu Chaya mendekati Wat dan menanyakan apa ada cara untuk menyembuhkan Pol.



“Sekarang semua yang kita bisa lakukan ada mencegahnya menjadi lebih buruk daripada ini. Satu-satu nya cara agar pasien kembali normal adalah operasi ginjal,” jelas Wat.

“Bisakah kamu memberi Ayahku ginjalku?” tanya Nuth, tanpa disangka Wat, sehingga dia tampak sedikit terkejut mendengar itu.


“Jangan donasikan ginjalmu atau apapun padaku. Aku tidak akan mengambilnya dari siapapun,” kata Pol dengan tegas menolak kebaikan Nuth.

Lalu karena Pol begitu bersikeras tidak mau menerima ginjalnya. Maka Nuth pun tidak tahu harus mengatakan apa. Dan saat Pol memegang tangannya, Nuth pun memegang tangan Pol balik.



Melihat itu, Wat tampak kagum dan bersimpati kepada Nuth yang begitu sayang kepada Ayahnya tersebut.


Nuth mengikuti Wat yang keluar dari dalam ruangan Ayahnya. Dia ingin membahas tentang etika kerja Wat. Dan karena begitu banyak orang disekitar mereka, maka Wat mengajak Nuth untuk mengikutinya dan berbicara berdua. Lalu Nuth pun mengikuti Wat.



Saat mereka telah berada ditempat yang lebih sepi. Nuth langsung menghentikan Wat yang masih terus berjalan. Dia memarahi Wat dan menuduh Wat yang sengaja memperpanjang waktu Ayahnya disini.

“Dan apa yang ku dapatkan dari melakukan itu?” tanya Wat tidak mengerti.

“Untuk menahan hidup Ayahhku di tangan peminjam sepertimu,” tuduh Nuth.

“Aku pikir kamu tidak beralasan,” balas Wat.

“Kamu mau balas dendam dengan membuat aku yang memohon padamu, kan?”

“Omong kosong.”

“Kemudian mengapa kamu tidak melakukan yang terbaik untuk menyembuhkan Ayahku?”




Wat sangat tidak mengerti dengan tuduhan dan kemarahan Nuth. Dan Nuth lalu menjelaskan bahwa Ayahnya masih sakit, tapi Wat malah menghadiri pesta dengan Soamika. Kemudian Wat membalas bahwa itu dilakukannya setelah jam kerja nya. Dan Nuth membalas bahwa selama jam kerja, Wat juga tidak kelihatan.

“Aku juga punya pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Wat, lalu mau pergi.

“Dan bukankah Ayahku pekerjaanmu?” balas Nuth sambil menghalangin jalan Wat.




Wat gantian menuduh Nuth. Dia mengatakan bahwa barusan Nuth membahas tentang etika kerjanya, tapi sekarang Nuth malah tampak seperti menggunakan posisi sebagai yang meminjamkan untuk memaksanya memberikan perhatian special untuk Ayahnya. Wat lalu menyuruh Nuth untuk menulis surat perjanjian, jika Nuth mau menggunakan tubuhnya untu membayar hutang.

“Aku tidak meminta apapun seperti itu,” kata Nuth.

“Kelihatannya seperti kamu ingin aku menjagamu setiap waktu,” balas Wat.



Dengan sikap yang mengintimidasi, Wat menatap lama pada Nuth. Lalu dia mengeluarkan kartu namanya dan memberikan itu kepada Nuth. Wat memberitahu bahwa jika ada apapun, Nuth bisa menelponnya. Tapi bukannya menerima, Nuth malah menunjukan wajah malas.

“Aku tidak akan meminta bayaran,” kata Wat, tapi Nuth tetap tidak menerima kartu namanya. Jadi Wat pun menyerah, dia mengatakan bahwa terserah Nuth, tapi jangan pernah Nuth menyuruh perawat untuk menghubungin nya.

“Aku tidak akan memohon padamu,” balas Nuth dengan keras kepala.



Sebelum pergi meninggalkan Nuth sendirian, Wat berbalik dan mengatakan agar Nuth berhati- hati sendirian disini. Kemudian sambil tersenyum, Wat berjalan pergi. Dan dengan heran, Nuth pun hanya diam.


Namun saat Nuth menyadari kalau tempat nya saat ini berada di dekat kamar mayat. Dia menjadi terkejut dan ketakutan sendiri, apalagi ketika tiba- tiba lampu lorong tempatnya berada berkedip. Dengan cepat Nuth pun berjalan untuk keluar.


Namun sialnya, saat Nuth akan keluar, tiba- tiba saja dia bertemu dengan beberapa perawat yang membawa seorang mayat melewati lorong tersebut. sehingga ketika tanpa sengaja, kain yang menutupi mayat tersebut terbuka, Nuth menjadi sangat terkejut dan hampir terjatuh.



Tapi untungnya, Wat berhasil menangkap Nuth sehingga Nuth tidak terjatuh.

Ketika Wat menanyai nya apa dia takut, barulah Nuth tersadar dan membuka matanya. Lalu dengan segera dia mendorong Wat dan menjauhi Wat. Dan dengan sedikit terbata- bata, Nuth beralasan bahwa dia takut, tapi hanya terkejut.



Sambil tersenyum kecil, Wat memegang tangan Nuth lalu dia menarik Nuth untuk keluar dari lorong itu. Dan dengan kebingungan, Nuth pun mengikuti Wat, lalu saat mereka telah tiba dilorong dengan orang yang lebih ramai, barulah Nuth meminta Wat melepaskan tangannya.




“Baiklah, ambil ini. Saat kamu takut pada mayat atau apapun, hanya telpon saja,” kata Wat. Dan saat Nuth masih tidak mau menerima kartu namanya. Wat memegang tangan Nuth dan menaruh kartu namanya langsung ditangan Nuth. Setelah itu dia berjalan pergi.

6 Comments

  1. Pemain nya cantik dan ganteng...di tunggu klnjutan nya

    ReplyDelete
  2. Aq suka banget...semangat y kak...

    ReplyDelete
  3. Ditunggu kelanjutannya...


    Semangat ya, 😊😊

    ReplyDelete
  4. Gak sabaran nunggu kljutan nya!semangt sist

    ReplyDelete
  5. aduuuuh gak sabar nich buat baca kelanjutanya, sampek begadang nich nungguin, tolong ya kak

    ReplyDelete
Previous Post Next Post