Sinopsis
Lakorn : Happy Birthday Episode 10-2
Images by : GMM Tv
Look
pergi ke sekolah dan menemui Pana. Dia bertanya mengenai bagaimana keadaan
sekarang? Dan Pana menjawab kalau semua normal saja, tidak ada reporter yang
datang ke sekolah, dan berita hanya menyebar melalui media sosial. Dan walaupun
jika ada reporter nantinya, pihak sekolah tidak akan membiarkannya, jadi Look
tidak perlu khawatir.
“Kita
tidak bisa melakukan banyak. Aku belum bertemu dengan Tonmai juga, tapi aku dapat
menebak apa yang harus dilaluinya. Bagaimana denganmu?”
“Aku
meminta P’Pat, mantan bos kami untuk membantu. Dia sedang mencoba menghilangkan
gosip yang menyebar.”
“Jujur
saja, aku tidak mengerti dengan Tee lagi. Aku tidak tahu apa yang di
pikirkannya. Sebelumnya, dia sangat menolak untuk bertemu dengan Tonmai. Aku selalu
mengajaknya menemui Tonmai, tapi dia selalu menolak. Dia bilang tidak ingin
mengenal ataupun melihat Tonmai. Dia menolak tahu apapun mengenai Tonmai.”
“Tapi
seseorang harus memperingatinya.”
“Aku
rasa, ini saatnya kau bicara dengannya.”
Look
terlihat ragu, karena dia merasa kalau Tee akan mengabaikannya. Pana tetap
menyuruh Look untuk mencobanya, karena bagi Tee, Look sudah seperti keluarga. Look
terlihat memikirkan hal tersebut.
--
Tee pergi menemui Chompu di kedainya. Chompu mengira kalau Tee datang untuk membeli minuman keras lagi, tetapi ternyata tidak. tee memberitahu kalau Pana sedang kerja, jadi dia datang untuk berbincang dengan Chompu. Chompu jelas merasa senang mendengarnya. Tetapi, dia kemudian menyadari kalau Tee tidak mengenakan penyamaran dan khawatir kalau orang-orang mengenali Tee. Tee memberitahunya kalau dia tidak ingin memakai penyamaran lagi, dia ingin hidup normal.
Chompu
kemudian membahas mengenai seluruh kota yang sekarang sedang membicarakan Tee
yang membawa kabur Tonmai dari sekolah. Tee kaget, karena dia baru tahu hal
itu. Chompu lebih kaget lagi karena Tee tidak tahu hal itu, bahkan hal itu
sudah menyebar di medsos. Tee menjawab kalau dia sudah tidak menggunakan ponsel
lagi.
“Tee,
kau tahu siapa Tonmai?” tanya Chompu.
Tee
mengangguk.
“Sebenarnya,
banyak hal yang ingin ku katakan padamu. Aku tahu kalau kau punya banyak
masalah dan kau terus memendamnya. Tidak peduli seberapa banyak masalahmu yang
aku ketahui, aku tidak akan memintamu untuk bercerita. Karena aku juga pernah
berada dalam posisi seperti itu. Aku menderita. Frustasi. Aku tidak tahu
bagaimana mengatasinya dan aku merasa tidak akan ada yang bisa menolongku. Untuk
membenarkan semua masalah dengan kesedihan mendalam adalah dirimu sendiri,
sangat berat bagiku. Dan aku yakin, kau juga melalui masa sulit seperti itu. Tapi,
aku lega melihatmu sekarang, Tee.”
“Ya.
Ketika aku memilikinya, awalnya, aku seperti orang gila, kau tahu? Aku sangat frustasi
ketika aku melihat wajah putriku sendiri. Kau tahu bagaimana aku bisa melalui
semua itu? Karena aku memiliki putriku di sampingku. Dia tidak pernah bertanya,
apa yang telah ku lalui. Tapi, dia membuatku melihat kalau dia akan selalu ada
di sisiku tidak peduli apapun yang terjadi.”
Tee
tersenyum mendengar cerita masa lalu Chompu. Dan untuk mengubah suasana agar
tidak terlalu serius, Chompu mulai bercanda menggoda agar Tee membantunya
mencari ayah baru untuk Noina. Tee tersenyum mendengarnya.
--
Pak
Tai pergi ke sekolah dan membuka tokonya, tetapi dia hanya membuka pintu toko
sedikit. Dia duduk dan merenung kembali.
Usai memberi makan Tharnnam, pak
Tai kembali pulang ke rumahnya. Dan ternyata, Wan bersembunyi di rumah Pak Tai.
Pak Tai memberitahu kondisi Tharnnam yang sangat sedih karena Wan sudah pergi 3
hari meninggalkannya, dan Tharnnam masih berkeras tidak ingin tinggal bersama
dengan Chet. Pak Tai meminta Wan untuk kembali pada Tharnnam.
“Aku tidak bisa menjadi ibu yang
baik. Aku tidak bisa menyekolahkannya seperti yang di inginkannya. Aku tidak
bisa memberikan makanan yang layak untuknya. Hidupku berantakan. Dan terlalu kacau
untuk menariknya jatuh ke bawah bersamaku. Aku sudah menghancurkan hidupnya
lebih dari 10 tahun, hanya karena aku membenci ayahnya. Sebenarnya, aku tahu
kalau Chet dapat menjaganya lebih baik daripadaku. Aku juga tahu, jika aku
tetap tinggal, aku tidak akan sanggup melihatnya bersama Chet.”
“Pak Tai, aku tidak akan merepotkanmu
lebih lama. Setelah Tharnnam tinggal dengan Chet, aku akan pergi.”
Pak Tai menghela nafas panjang. Dia
berada di posisi sulit dan tidak tahu harus melakukan apa. Saat itulah, dia
melihat kalau Tharnnam ternyata datang ke depan rumahnya. Pak Tai jelas kaget,
dan segera keluar.
Tharnnam menangis, dia memohon
untuk tinggal bersama dengan Pak Tai malam ini. Dia tidak mau sendirian. Pak Tai
bingung, dia melirik ke dalam rumahnya. Jika dia menerima Tharnnam, maka akan
ketahuan kalau Wan ada di rumahnya.
“Tolong, pak Tai. Biarkan aku
tinggal bersamamu. Aku tidak ingin sendirian. Tolong!” pinta Tharnnam sambil menangis
terisak.
“Tharnnam, percaya padaku. Malam ini,
pulang ke rumahmu,” ujar Pak Tai sambil mengelus kepala Tharnnam.
Tharnnam tampak kecewa dan
menatap Pak Tai dengan pandangan nanar. Akhirnya, dia mau pulang. Pak Tai
merasa kasihan melihatnya, karena itu sebelum Tharnnam pergi, dia memanggil
Tharnnam kembali dan sambil tersenyum berkata kalau besok dia akan menjemput
Tharnnam untuk tinggal bersamanya. Tharnnam tersenyum sambil menangis dan berterimakasih.
Pak Tai menjemput Tharnnam dengan
mobilnya. Tetapi, dia tidak membawa Tharnnam ke rumahnya, melainkan ke rumah
Chet.
“Kenapa Anda membawaku ke sini?”
kecewa Tharnnam. “Anda bilang akan membawaku untuk tinggal bersama Anda.”
“Aku minta maaf. Tapi, kau punya
ayah, dan lebih baik kau tinggal bersama ayahmu. Jangan marah padaku. Percaya padaku.
Hidupmu akan lebih baik. Kau akan bisa sekolah seperti anak lainnya. Percaya padaku,”
ujar Pak Tai sambil tersenyum.
Wajah Tharnnam tampak kecewa,
tetapi dia berusaha tersenyum. Dia keluar dari mobil Pak Tai, dan berdiri di
depan pintu pagar rumah Chet. Dia berbalik dengan pandangan nanar dan menatap
Pak Tai.
Tharnnam membunyikan bel rumah. Chet
dan Orn keluar dan menyambutnya dengan ramah. Saat itu, Orn sudah hamil.
“Pak Tai sudah memberitahuku. Tharnnam,
tinggal bersamaku, sayang. Aku janji akan menjagamu sebaik yang ku bisa,” ujar
Chet dan hendak memeluk Tharnnam. Tetapi, Tharnnam berjalan mundur, menghindari
pelukan Chet.
Orn mengulurkan tangannya dan
mengajak Tharnnam untuk masuk. Dengan ragu, Tharnnam menyambut uluran tangan
ini dan masuk ke dalam rumah. Sebelum masuk, dia menoleh dan tersenyum pada pak
Tai.
End
--
Noina
saat jam istirahat, kembali memeriksa toko Pak Tai bersama Tonmai. Dan dia
sangat senang melihat Pak Tai yang membuka toko walaupun terlambat. Dia kemudian
meminta tugas yang kemarin di titipkannya karena dia harus mengumpulkan tugas
itu sore ini. Pak Tai segera mengambilkannya.
Dan
agar Tharnnam tidak khawatir, Tonmai bertanya pada Pak Tai, apa dia sakit? Pak Tai
langsung menjawab kalau dia baik-baik saja. Noina kemudian pamit untuk kembali
ke kelas bersama dengan Tonmai.
Tonmai
menatap Tharnnam, dan Tharnnam mengangguk. Jadi, Tonmai memina Noina untuk
kembali duluan ke kelas, dia akan menyusul. Noina mengerti dan langsung pergi.
Pak
Tai langsung bertanya mengenai rumor yang tersebar kalau kemarin Tee memegang
tangan Tonmai dan mengajaknya bolos. Dia ingin tahu kemana Tonmai dan Tee pergi?
“Sebenarnya,
P’Tee bukan memegang tanganku. Dia memegang tangan P’Tharnnam. Aku sudah pernah
bilang sebelumnya kalau P’Tharnnam masih ada di sekitar kita. Kau ingat?”
“Aku
ingat.”
“Sekarang,
dia ada di sebelahku,” ujar Tonmai dan menatap ke sebelahnya. “Kau percaya padaku?
P’Tharnnam khawatir padamu. Dia bilang kau tidak seperti biasanya.”
Pak
Tai menghela nafas. Antara percaya dan tidak percaya. “Di hari aku mengantarmu
pergi ke rumah ayahmu, apa kau marah padaku?”
Tonmai
menatap Tharnnam. Tharnnam menangis dan menggelengkan kepala. Dia tidak pernah
marah pada pak Tai, dia hanya merasa terluka. Dan Tonmai menyampaikan jawaban
itu pada Pak Tai.
Tangis
Tharnnam semakin keras. Dan Tonmai hanya bisa menatap Pak Tai dan Tharnnam bergantian.
Tidak mengerti apa yang mereka bicarakan sebenarnya. Dan melihat Tharnnam yang
menangguk, Tonmai menyampaikan jawaban itu pada Pak Tai. Pak Tai berterimakasih
atas jawaban Tonmai.
“Tharnnam,
aku senang karena kau masih ada.”
Tharnnam
menatap tangan Tonmai. Dia ingin menggenggamnya. Dan seolah menyadari keinginan
kakaknya, Tonmai memberikan tangannya untuk di genggam oleh Tharnnam. Tharnnam merasuki
tubuh Tonmai, dan memanggil Pak Tai sambil menangis. Pak Tai terkejut melihat
sosok Tharnnam ti dalam tubuh Tonmai.
“Sekarang,
aku sangat pandai tersenyum, kau tahu?” ujar Tharnnam dan tersenyum. Dia menggenggam
tangan Tharnnam.
Pak
Tai tidak bisa menghentikan air matanya melihat senyuman Tharnnam. Dia menghapus
air mata Tharnnam dan menatapnya. “Tharnnam, ini benar-benar kamu.”
“PR
yang ku kerjakan untukmu, benar kan?”
“Tharnnam,
aku dapat menyelesaikan pendidikanku, semua karena bantuan mu mengerjakan PR
ku. Terimakasih.”
“Pak
Tai, aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu. Aku tidak pernah marah padamu. Tidak
pernah,” ujar Tharnnam dan memeluk Pak Tai.
--
Tonmai bicara dengan Tharnnam di pinggir danau. Tonmai memberitahu kalau dia tidak pernah menyangka kalau hubungan Tharnnam dan Pak Tai sangat dekat dan kuat. Tharnnam menjawah kalau selama dia hidup, Pak Tai sudah seperti ayah kedua baginya. Jika tidak ada pak Tai, hidupnya mungkin akan lebih buruk.
Noina
menghampirinya dan memberika ice cream yang telah di belinya. Noina berkomentar
kalau Tonmai beberapa hari ini penuh dengan rahasia. Tonmai tidak
memberitahunya mengenai Tee dan juga mengenai apa yang di bicarakannya dengan
Pak Tai. Apa Tonmai masih menganggapnya sebagai teman?
“Aku
sudah putus.”
Tonmai
jelas kaget. Tetapi, senang juga.
“Kenapa?”
“Karena
aku menyadari kalau aku ingin kau di hidupku lebih daripada dia,” jawab Noina. Dan
memberi harapan pada Tonmai. Tonmai sangat senang hingga tersenyum sangat
lebar.
--
Look ke rumah Tee, tetapi dia tidak berani masuk, jadi dia memutuskan pergi. Ternyata, Tee tidak ada di rumah, dia ada diluar rumah dan melihat kedatangan Look. Sepertinya, dia sudah tidak begitu marah lagi pada Look.
“Bagaimana
keadaanmu? Kau tampak lebih baik.”
“Ya.
Aku rasa hidupku saat ini adalah yang terbaik. Aku rasa aku lebih bahagia daripada
sebelumnya. Kau mencariku karena berita mengenaiku dan Tonmai, kan? Kau dapat
berpikir apapun mengenai gossip itu. Aku benar-benar tidak peduli.
Dan
Look memberitahu Tee kalau dia sudah berhenti kerja. Tee terkejut dan mengira
kalau itu karenanya. Look mengatakan kalau itu karena keinginannya bukan karena
Tee. Awalnya, dia datang untuk memperingati Tee, tetapi setelah melihat keadaan
Tee, dia rasa tidak perlu lagi. Tee berterimakasih atas perhatian Look. Look tersenyum
dan Tee mengajaknya untuk makan malam bersama dengannya. Dia tahu tempat makan
yang enak. Dan Look setuju.
--
Tonmai
dan Tharnnam sudah pulang ke rumah. Tharnnam mengingatkan Tonmai untuk ikut makan
malam bersama dengan ayah dan ibu. Tonmai menjawab ya.
Tonmai
kemudian membahas mengenai pertemuan pertama mereka. Saat itu dia mengira kalau
Tharnnam terkurung di sini karena tidak ingat alasannya bunuh diri, tetapi
ternyata Tharnnam ingat semuanya. Jadi, kenapa Tharnnam belum bisa renkrenasi?
“Apa
artinya itu kau tidak perlu renkrenasi? Seperti yang kau bilang padaku kalau kau
merasa telah terlahir lagi. Jadi, itu artinya kita bisa bersama seperti ini
selamanya?” tanya Tonmai dengan riang.
“Mungkin,
ya,” jawab Tharnnam. Tapi, dari wajahnya, tampaknya dia menyembunyikan sesuatu.
“Aku
yakin itu yang terjadi. Itu yang ku percayai.”
Bel
rumahnya berbunyi. Dan Tonmai pamit sebentar untuk membuka pintu. Tharnnam menggoda
bisa saja itu Noina. Tonmai menyuruhnya berhenti bercanda. Setelah Tonmai pergi
membuka pintu, Tharnnam terlihat memikirkan sesuatu.
Terdengar
suara Tonmai yang meminta tamu untuk menunggu sebentar karena dia akan menelpon
ayah dan ibunya. Si tamu menyuruh Tonmai untuk tidak usah menelpon, dia akan
menunggu. Tonmai mengerti dan permisi untuk menghindangkan air. Tharnnam mendengar
suara si tamu, dan merasa tidak asing dengan suara tersebut.
Dia
keluar dan melihat sosok tamu wanita itu. matanya berkaca-kaca. Itu ibunya,
Wan.
Tonmai
yang baru keluar dari dapur membawa air, jelas kaget. Pas sekali, Chet dan Orn pulang
dan melihatnya.
Bersambung
Tags:
happy birthday