Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 02 – 2


Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 02 – 2
Images : Channel 3
Kiew dalam perjalanan pulang dan ternyata Peat menunggunya. Kiew jelas kesal melihatnya, apalagi Peat memegang tangannya dengan kesal. Dia memperingati Peat untuk tidak mengira kalau dirinya takut pada Peat, walau Peat berhasil membuatnya di pecat dari pekerjaannya, tapi dia tetap tidak akan pergi dari rumah Peat.
Peat jelas semakin kesal karena Kiew masih berani bicara. Dia mendorong tubuh Kiew ke dinding dan mendekatkan wajahnya. Kiew hendak kabur, tetapi Peat menahannya dengan tangannya.
“Ini adalah peringatan terakhir!” tekan Peat.
“Anjing yang hanya tahu cara menggonggong, tidak tahu cara menggigit!” balas Kiew.
“Kau bilang aku anji**?” marah Peat dan hendak mencium Kiew dengan kesal.

Tetapi, Kiew tidak takut dan malah menantang Peat melakukannya. Dia menyebut Peat pengecut yang berani menyakiti seorang wanita yang sama seperti ibu Peat (sama-sama perempuan maksudnya). Dan mendengar itu, Peat mengurungkan niatnya, dia hanya menyuruh Kiew untuk bersiap karena telah menolak pergi dari rumahnya.
--
Peat bermain basket dengan penuh amarah. Dia teringat saat ayahnya membawa pulang Kiew dan ibunya. Dia masih tidak bisa menerima. Dan semakin mengingat dan memikirkannya, membuat emosinya semakin tersulut.

Flashback
Ibu Peat (Panee) marah pada Khun Nai karena tidak peduli padanya dan Peat. Dia marah karena Khun Nai hanya fokus bekerja setiap hari, seolah pekerjaan itu lebih penting darinya dan putranya. Khun Nai jadi kesal, bertengkar tiap hari telah membuatnya kenyang.
“Aku dan putraku tidak penting. Tidak sepenting wanita itu. Wanita yang kau…”
“Berhenti membcicarakan orang lain!” bentak Khun Nai.
“Aku tidak bisa menyentuh wanita itu kan? Kau sangat mencintainya, kan? Huh?” marah Khun Panee.
Tetapi, Khun Nai malah tidak mau menjelaskan apapun dan menyuruh Khun Panee untuk berhenti membahas hal seperti itu. khun Panee merasa kecewa karena Khun Nai seperti tidak peduli pada putra mereka. Khun Nai menjawab kalau dia peduli karena itu dia bekerja mencari uang untuk mereka lebih daripada yang orang lain lakukan.
“Cinta bukan uang. Bukan material.”
“Jadi, apa yang kau inginkan?”
“Aku yang harusnya bertanya. Apa yang kau inginkan dariku, agar kau bisa mengerti kalau aku dan putra kita perlu cinta darimu!”
Tetapi, Khun Nai malah merasa kalau dia dan Khun Panee punya cara pandang berbeda, dan tidak tahu harus melakukan apa lagi.
“Tidak peduli seberapa banyak waktu telah berlalu, kau tidak pernah membuka hatimu untukku. Aku akan mengingatnya hingga hari mati, kau tidak pernah mencintaiku! Kau tidak pernah mencintaiku!”
Dan Peat ternyata melihat pertengkaran kedua orang tuanya tersebut. Dia merasa kasihan pada ibunya, dan marah pada ayahnya.
End
Lamunan Peat mendadak terhenti karena Katha melempar bola basket ke kepalanya. Katha, Kris dan Chaya datang menemuinya. Dan Katha dan Kris mengajaknya bermain bersama, sepertinya mereka mengerti kegundahan hati Peat.
--
Kiew menemui Pa di café dan memberitahu permasalahannya hingga masalah dia sudah di pecat. Pa jelas kaget dan merasa kalau Kiew sangat sial dan bertanya langkah Kiew selanjutnya.
“Mau apa lagi, ya cari kerjaan baru,” jawab Kiew.
Dan Pa juga menyarankan Kiew untuk melapor saja pada Khun Nai agar Khun Nai yang mengajari Peat. Kiew tidak mau karena tidak ingin membuat masalah untuk Khun Nai. Pa tidak bisa berkomentar lagi selain menyuruh Kiew untuk berhati-hati, karena setelah ini, hidup Kiew pasti tidak akan damai lagi.
--
Kiew pulang ke rumah, dan melihat motor Peat yang terparkir. Dia merasa berat untuk melangkahkan masuk ke dalam rumah. Khun Nai yang baru pulang, melihat Kiew yang sepertinya berat masuk ke dalam rumah, menduga kalau itu pasti karena Peat. Kiew dengan canggung membantah hal itu. Khun Nai mengerti dan mengingatkan agar Kiew memberitahunya kalau ada masalah, terutama kalau Peat mengganggu.
Kiew dan Khun Nai masuk ke dalam rumah sambil berbincang dengan dekat. Dan Peat yang bersembunyi di sudut, melihatnya dengan kesal.
--
Khun Sa sedang membuat makan malam dengan di bantu oleh Taeng. Taeng memuji Khun Sa yang sangat pandai masak, dan Khun Sa merendah dengan bilang kalau Kiew lebih jago masak darinya. Pas sekali, Kiew masuk dan membantu masak.
Khun Sa bertanya kerjaan Kiew hari ini, dan Kiew tidak berani bilang kalau dia sudah di pecat. Jadi dia berbohong.

Kiew membantu mengangkat air panas. Tapi, sebuah bola tiba-tiba terlempar ke arahnya, membuat panci berisi air panas yang sedang di pegangnya terjatuh dan mengenai tubuhnya. Khun Sa serta Taeng jelas panik. Dan Peat dengan tenang datang mengambil bolanya dan berkata kalau tangannya kepeleset tadi.
Kiew tidak percaya karena dia yakin kalau Peat sengaja. Peat malah memperingati Kiew untuk tidak mencari masalah. Kiew dengan tegas berkata pada Peat kalau dia tidak takut pada Peat, anak pembuat masalah.
“Jika kau tidak senang, lampiaskan padaku. Jangan pada Kiew,” ujar Khun Sa.
Dan Peat langsung mengangkat bolanya untuk melemparkannya pada Khun Sa. Kiew langsung melindungi ibunya. Peat ternyata tidak melempar bola itu, dia hanya menggertak. Dan dia tersenyum sinis saat melihat Kiew dan Khun Sa ketakutan.
Khun Nai ternyata ke dapur dan melihat yang dilakukannya. Peat masih bisa berbohong kalau dia tidak melakukan apapun. Untungnya ada Taeng yang langsung memberitahu yang terjadi. Peat langsung berteriaknya menyuruhnya diam.
“Kau menyakiti Kiew dan ibunya. Dan kau masih tidak mengaku?! Kau pria atau bukan?! Jika kau berani melakukannya, kau harus berani mengaku!”
“Okay, aku sengaja. Puas?!”

Khun Nai langsung menyuruh Peat untuk meminta maaf pada Khun Sa dan Kiew. Peat menolak dan Khun Nai langsung ingin menampar Peat. Khun Sa langsung berteriak melarang dan Khun Nai tidak jadi menampar.
“Ibu bicara padamu seumur hidupnya, tapi ayah tidak pernah mendengarnya. Tapi wanita ini, kau langsung menurut! Aku berhak untuk marah mewakili ibu!” marah Peat. Benar-benar marah dan kecewa.
Peat berlari keluar rumah dengan marah. Kiew mengejarnya walau Khun Sa melarang. Dan hal ini membuat Khun Sa sedikit lemas.

Peat sudah naik ke atas motornya, tetapi Kiew muncul di depannya dan melarangnya pergi hingga Peat meminta maaf padanya dan ibunya. Tetapi Peat menolak dan menyuruh Kiew minggir. Jika tidak, dia akan menabraknya. Kiew tetap berkeras. Peat menatapnya tajam dan memainkan gas motornya dan brum…
Kiew menghindar.
“Jika kau tetap tinggal di sini, berarti kau dan aku adalah musuh!” tegas Peat dan pergi.
Kiew akhirnya kembali masuk ke dalam rumah, menemui ibunya yang tertidur di atas tempat tidur. Khun Sa tadi pingsan.

Flashback
Saat Khun Sa di rumah sakit, ternyata Kiew ada mendengar pembicaraan Khun Sa dengan dokter. Khun Sa di diagnosis dengan kanker tulang stadium akhir. Dokter menyarankan Khun Sa untuk terapi dan mungkin umur Khun Sa bisa lebih panjang dari yang di perkirakan. Khun Sa juga ingin, tetapi dia tidak punya biaya. Kiew jelas merasa sedih.
End
Khun Nai lagi-lagi minta maaf pada Kiew mewakili Peat. Dan juga minta maaf karena tidak bisa melindungi Khun Sa. Kiew berkata kalau dia tidak menyalahkan Khun Nai.
“Dan aku juga ingin kau menjamin satu hal, Nai Peat tidak akan melakukan sesuatu apapun padaku. Tapi, aku ingin meminta persetujuanmu jika dia melakukan sesuatu pada ibuku lagi, bolehkah aku tidak menolerir nya lagi?”
Khun Nai mengangguk, “Aku percaya pada penilaianmu. Dan aku juga berterimakasih banyak jika kau bisa membantuku membuat Peat sadar sekali saja kalau hal yang di lakukannya salah.”
--
Peat pergi ke tempat sepi. Wajahnya penuh kemarahan.
Flashback
Peat berada di rumah sakit menemui ibunya yang dalam kondisi kritis. Dan bahkan dalam kondisi itu, Khun Panee masih menunggu kedatangan Khun Nai. Peat bahkan berkata kalau ayahnya akan datang.
“Peat. Jika aku tidak ada lagi, kau harus menjaga ayahmu.”
Peat jelas meminta ibunya untuk tidak berkata hal seperti itu, ibunya harus bertahan dan hidup lama bersamanya. Khun Panee menangis dan memegang pipi Peat.
“Peat… aku… aku menyanyangimu, anakku. Aku menyanyangi….,” dan Khun Panee menghembuskan nafas terakhirnya.
Peat menangis histeris memanggil ibunya.
End
Air mata Peat menangis mengingat hal tersebut.
--
Kiew keluar dari kamar ibunya, dan masuk ke kamarnya. Dia juga menangis. Memohon pada dirinya sendiri untuk dapat bertahan.
Kiew dan Peat menangis di tempat berbeda. Untuk hal yang berbeda.
“Aku akan membuatmu menerima ibuku dan aku. Tunggu dan lihat saja!” tekad Kiew dan menghapus air matanya.
“Kau dan ibumu adalah musuhku,” tegas Peat.
--
Esok hari (atau beberapa hari?)
Kiew, Khun Sa dan Taeng melakukan derma dengan memberikan sumbangan dan pada biksu. Khun Nai keluar dan ikut melakukan derma.
Saat biksu sudah pergi, Khun Nai memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Kiew. Dan Kiew berterimakasih atas ucapan itu.
“Khun Kiew lahir di hari yang sama seperti Khun Peat. Sungguh kebetulan,” komentar Taeng.
“Oh! Jik kau tahu dia lahir hari ini juga, aku akan tinggal di perut ibuku sehari dua hari lagi,” komentar Kiew.
Ibu langsung mencubitnya karena asal bicara. Kiew tertawa dan berkata kalau dia hanya bercanda. Khun Nai kemudian menyarankan untuk membuat pesta ulang tahun karena ulang tahun Kiew dan Peat adalah sama.
“Biasanya, Peat merayakan ulang tahun dengan ibunya. Tapi tahun ini, ibunya sudah tidak ada lagi. Aku ingin semuanya sama seperti sebelumnya,” beritahu Khun Nai.
Dan Khun Sa mengangguk.
Saat di dalam rumah, Kiew memeluk ibunya dan mengungkapkan rasa sayangnya. Khun Sa juga mengungkapkan rasa sayangnya pada Kiew. Dan dia mengajak Kiew untuk membantunya menyiapkan kue ulang tahun untuk Peat. Kiew sedikit keberatan, tetapi Khun Sa membujuknya, dan Kiew akhirnya setuju. Membuat kue ulang tahun itu mudah.
--
Peat pergi ke depan patung malaikat dengan membawa sebuah kue ulang tahun. Dia bernyanyi lagu ulang tahun sendirian dengan mata berlinang. Dia teringat saat ibunya selalu menyanyikan lagu ulang tahun dan mengucapkan ulang tahun padanya.
“Aku juga mencintaimu, ibu.”
BERSAMBUNG

10 Comments

Previous Post Next Post