Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 10-1


 Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 10-1
Images by : GMM Tv
Ibu Tharnnam (Wan) pergi ke rumah lamanya, tempat tinggalnya dulu bersama dengan Tharnnam. Dia melihat isi dalam rumah itu dan mengingat masa lalunya dulu di rumah itu. Dia keluar dan duduk di depan pintu. Dia menghela nafas mengingat kenangannya bersama Tharnnam.

Flashback
Wan dalam keadaan lusuh, duduk di depan pintu sambil merokok dan melihat langit malam. Matanya tampak penuh dengan kesedihan. Dan dia juga minum-minum.
Tharnnam keluar dan duduk di sampingnya. Wan menyuruhnya untuk tidur duluan, tetapi Tharnnam menolak, dia ingin tidur bersama dengan Wan. Wan memarahinya untuk tidak bodoh, kalau ngantuk, ya tidur saja.
“Aku akan menunggu hingga ibu selesai merokok dan melamun. Dan kita bisa tidur bersama,” ujar Tharnnam.
Wan merasa kesal karena Tharnnam selalu menjawab perkataannya. Dan Tharnnam langsung membaringkan kepalanya di pangkuan Wan.
“Nanti kalau aku sudah dapat upah bulan ini, aku akan membawa bintang yang bisa bersinar dalam gelap dan menempelkannya di langit kamar kita. Jadi, ketika kau mau minum, kau bisa minum di kamar dan aku bisa tidur,” ujar Tharnnam.
Wan terdiam mendengar ucapan putrinya yang sangat peduli padanya. Matanya kembali menerawang dengan sedih menatap bintang-bintang di langit.
“Pernahkah kau menyesal menjadi putriku?” tanya Wan dengan sedih.
“Tidak. Aku mencintai, ibu. Kenapa ibu selalu berkata seperti itu? Aku tidak suka.”
“Aku tahu… kalau kau ingin sekolah dan kuliah. Dan punya hidup yang lebih baik,” ujar Wan.
“Tapi ini yang terbaik yang bisa ku lakukan. Aku bahkan tidak menyelesaikan pendidikanku,” lanjut Tharnnam, sudah tahu apa yang hendak di katakan Wan. “… karen aku memilikimu. Tidak peduli ibu seperti apa, aku tetap mencintai ibu.”
Wan menangis. Dia sayang pada putrinya, tapi dia tidak bisa memberikan yang terbaik untuk putrinya.
“Kau tahu, suatu hari, kau mungkin akan benci mempunyai ibu sepertiku.”
“Tidak akan.”
Episode 10 – Ibu
Wan menangis mengingat kenangan tersebut.
Usai dari rumah lamanya, Wan pergi ke rumah Pak Tai. Dan Pak Tai benar-benar terkejut melihat ibu Tharnnam kembali. Dia mengajak Wan untuk bicara di dalam rumahnya.
Pak Tai bertanya mengenai hidup Wan setelah menghilang lama. Wan memberitahu kalau dia menikah dengan seorang pria British, dan pria itu mencintainya serta tidak peduli dengan masa lalunya. Setelah itu, dia pindah ke Inggris lebih kurang 10 tahun yang lalu, dan setelah semuanya stabil, dia kembali. Dia ingin membawa Tharnnam bersamanya.
Pak Tai langsung gugup.
“Pak Tai, bagaimana keadaan Tahrnnam? Apa dia baik-baik saja tinggal bersama dengan Chet? Apa dia dapat sekolah seperti yang selalu di inginkannya?”
Pak Tai menatapnya, dia bingung harus bagaimana memberitahu Wan kalau Tharnnam sudah ‘tidak ada’.
“Kau belum mengunjungi tempat Chet?” tanya Pak Tai.
“Aku menemuimu lebih dulu. Aku sudah pergi terlalu lama, dan aku tidak yakin ketika Tharnnam melihatku, bagaimana perasaannya? Aku takut dia tidak mau ikut denganku. Dia mungkin mengira kalau aku tidak mencintainya.”
“Bagaimana jika Tharnnam tidak ingin ikut denganmu, apa yang akan kau lakukan?”
“Aku sebenarnya sudah memikirkan hal itu juga. Apapun keputusannya, aku akan mengikutinya. Tharnnam sudah dewasa. Dia sudah mandiri. Aku membuangnya, jika dia ingin membenci dan marah padaku, aku harus menerimanya. Yang aku inginkan adalah Tharnnam bisa bahagia. Pak Tai, kau belum menjawab pertanyaanku, bagaimana keadaan Tharnnam?”
“Eh… aku juga tidak bertemu Tharnnam lagi. Mengapa kau tidak pergi saja ke tempat Chet?” ujar Pak Tai. Dia tidak tega memberitahu yang sebenarnya. Dan mungkin itu sebabnya dia menyuruh Wan ke tempat Chet, agar Chet yang memberitahu.
--
Tonmai berangkat sekolah dan Tharnnam terus mengingatkannya ini itu. Tonmai menyebut Tharnnam sebagai hantu tukang perintah. Dan Orn melihat Tonmai yang bicara sendiri.

Wan pergi ke rumah Chet, dan dia melihat Tonmai keluar dari rumah Chet. Dia sedikit heran, siapa Tonmai?
--
Tharnnam membawa Tonmai ke rumah Tee sebelum menuju sekolah. Dan Tonmai mengomel karena harus masuk rumah Tee terus lewat pintu rahasia yang membuat bajunya kotor. Tharnnam mengingatkan kalau mereka masuk pintu itu agar tidak terlihat orang dan orang-orang tidak curiga. Dia menyuruh Tonmai untuk meletakkan makanan saja untuk Tee dan langsung pergi, dia merasa kalau Tee belum bangun.
Eh, ternyata Tee sudah bangun. Dan dia langsung bertanya pada Tonmai, apa Tharnnam ada bersama Tonmai? Tonmai membenarkan, dan bahkan Tharnnam yang menyuruhnya membawakan makanan untuk Tee.

Tee menerima makanan itu, dan tersenyum ke sisi kiri Tonmai sambil mengucapkan terima kasih. Tonmai dan Tharnnam langsung tertawa. Tee jelas heran, dan Tonmai memberitahu kalau Tharnnam ada di sisi kanannya.
Tee kemudian bertanya apa Tonmai buru-buru mau ke sekolah? Kalau tidak, dia ingin bicara sebentar dengan Tharnnam. Tharnnam langsung memohon pada Tonmai, dan Tonmai menyuruh Tee untuk cepat ya. Tee tersenyum dan mengajak masuk rumahnya.
Di dalam, Tee bertanya apa yang Tharnnam kenakan? Tonmai menjawab jujur mengenai baju kaos dan celana belel yang Tharnnam kenakan, tetapi Tharnnam langsung memukul kepala Tonmai. Terpaksa, Tonmai mengubah perkataannya kalau Tonmai mengenakan rok dan baju yang manis. Pokoknya sangat cantik. Tharnnam senang mendengarnya dan memuji Tonmai.
Tee lanjut bertanya lagi, kapan dia bisa bertemu dengan Tharnnam lagi? Tonmai langsung menjawab kalau dia sudah membicarakan hal itu, Tharnnam bisa meminjam tubuhnya hanya di hari sabtu. Tee langsung senang karena hari sabtu tidak lama lagi.
“Di hari itu, aku mohon padamu,” ujar Tonmai dengan malu dan menyentuh bibirnya, “Jangan melakukan sesuatu yang berlebihah. Ini masih tubuhku.”
Tee dan Tharnnam langsung senyum-senyum, menyadari kalau maksud Tonmai adalah ciuman itu.
“Jadi, untuk orang lain, dapatkah mereka melihat Tharnnam seperti yang ku lihat?” tanya Tee.
“Ketika kau dan aku berpegangan tangan, hanya orang yang ku inginkan yang bisa melihatku,” jawab Tharnnam. Dan Tonmai menyampaikan jawaban tersebut pada Tee.
--
Tee dalam perjalanan ke sekolah. Dan siswi-siswi sibuk minta foto padanya. Sementara para siswa cowok mengejeknya karena gossip dia berpacaran dengan pria. Mereka memperlakukan Tonmai seolah Tonmai adalah ga*. Tharnnam jelas marah, dan bahkan berkata kalau dia punya kekuatan, dia pasti sudah menampar siswa-siswa itu. Tonmai menyuruh Tharnnam untuk mengabaikan saja hal itu.
Noina ternyata juga menunggu Tonmai di gerbang. Dia bertanya bagaimana kencan Tonmai dan Tee? Dia penasaran dan meminta Tonmai cerita. Tonmai jelas merasa sedih dan kesal karena Noina juga salah paham seperti yang lain. Tharnnam jadi merasa bersalah, karena dia tahu kalau Tonmai menyukai Noina.
Noina heran melihat Tonmai marah, jadi dia tidak bertanya lagi. sebaliknya, dia meminta Tonmai menemaninya ke toko Pak Tai untuk mengambil tugas mereka yang dia titipkan kemarin di tempat pak Tai. Tonmai setuju.
Mereka menuju toko Pak Tai. Tapi, ternyata toko malah tutup. Noina langsung panik karena tugas mereka kan dia titipkan di toko, Tonmai menyuruh Noina untuk print ulang saja dan dia temani.
Sementara itu, Tharnnam merasa ada yang aneh, karena pak Tai tidak pernah menutup toko.
“Jangan terlalu khawatir, P’,” ujar Tonmai.
--
Pak Tai masih di rumahnya. Dia mengingat suatu kejadian di masa lalu.

Flashback
Pak Tai pergi ke rumah Tharnnam dan membawakan makanan. Dia melihat Tharnnam yang sedang duduk di pintu dengan murung. Dia memanggil Tharnnam dan menyuruhnya makan dulu.
Tharnnam ternyata sedang murung karena ibunya pergi dari rumah. Dia bertanya pada Pak Tai, apa ibunya akan kembali?
“Tharnnam, kau masih punya ayah. Kenapa kau tidak pergi dan tinggal bersama dengannya? Ketika ibumu balik, kau masih bisa kembali lagi ke sini. Percaya padaku. Tinggal sama ayahmu.”
Tharnnam menangis. “Apa aku bisa tinggal bersama mu? Aku tidak ingin tinggal dengan Pak Chet.”
“Tapi, Chet tetap adalah ayahmu. Dan aku percaya kalau dia bisa menjagamu lebih baik dariku. Percaya padaku, sayang.”
Tharnnam terus menangis. Pak Tai berusaha menghiburnya dan memintanya untuk tidak menangis. Dia yakin kalau Tharnnam adalah gadis yang kuat. Tharnnam menangis semakin keras dan memeluk Pak Tai. Dia merindukan ibunya.
Pak Tai berusaha membuat Tharnnam agar makan. Dia bahkan sampai menyuapi Tharnnam dan terus meminta Tharnnam untuk tidak menangis. Tetapi, tangisan Tharnnam tidak dapat berhenti.
End
Pak Tai menghela nafas mengingat kejadian itu.

Post a Comment

Previous Post Next Post