Sinopsis Drama Korea : SKY Castle Episode 01-2


Sinopsis Drama Korea : SKY Castle Episode 01-2
Images by : jTBC
Suh Jin bersiap pergi ke tempat yang tertera di undangan yang Myung Joo berikan. Dia mengenakan pakaian terbaiknya.
Di satu waktu sepanjang tahun ini, bank akan memberikan undangan kepada pelanggan VVIP-nya. Mungkin memang seperti pertemuan investasi, tapi sebenarnya pertemuan ini sangat penting karena mereka menghubungkan pelanggan VVIP dengan koordinator terbaik untuk ujian masuk. Jika kamu bisa bertemu pelatih yang cocok dengan anakmu, kemungkinan mereka di terima di jamin 100 persen.
Suh Jin tiba di tempat acara. Segalanya tampak sangat profesional dan berkelas. Saat masuk ke dalam acara, Suh Jin begitu terkejut melihat Seung Hye juga ada di sana. Bagaimana bisa? Padahal hanya dia yang di berikan undangan oleh Myung Joo.
Flashback
Seung Hye mendapatkan undangan itu dari suaminya. tn. Cha mencari undangan itu dengan susah payah dari para koleganya setelah mendengar Suh Jin mendapat undangan itu dari Myung Joo.
Dia mengingatkan Seung Hye untuk selalu mengiriminya pesan selama acara. Seung Hye harus mendapatkan pelatih yang mengajar Young Jae.
End
Acara di mulai. Pembawa acara memperlihatkan siluet para pelatih dan menjelaskan kemampuan para pelatih tersebut serta persentase kesuksesan yang di terima oleh klien serta jumlah murid yang berhasil masuk universitas bergengsi. Dari pelatih 1 sampai pelatih 6, persentase yang di bacakan lebih dari 90 persen.
Suh Jin teringat perkataan Myung Joo padanya, bahwa tidak penting jumlah murid yang berhasil, tapi yang penting apa orang itu punya kapalitas agar anak kita di terima.
“Pelatih Young Jae awalnya petugas penerimaan UNS. Yang terpenting, rekan kerjanya memang hebat. Seperti yang kamu tahu, nilai sekolah sangat penting. Begitu pelatih ini di tugaskan untukmu, dia akan membuat tim guru profesional yang menganalisis pertanyaan ujian dari sekolah anakmu. Mereka seperti peramal. Akurasi dari pertengahan semester hingga ujian akhir adalah 100 persen. Anak-anak tidak salah menjawab pertanyaan karena tidak tahu. Jadi, mereka akan pastikan anak-anak ini tidak akan salah. Mereka juga akan merencanakan klub dan kerja sukarela yang tepat agar anak kita di terima kampus kedokteran. Tapi tentu saja, mereka akan merencanakannya agar anakmu mendapatkan beberapa penghargaan pada kompetisi sekolah. Dan mereka bisa dengan mudah menjadikan anakmu Ketua OSIS. Yang terpenting, mereka juga yang mengatur tingkat stress anakmu sepanjang tiga tahun. Tim ini juga memiliki konselor profesional untuk remaja.”

Dan mengingat perkataan Myung Joo, Suh Jin langsung terfokus pada pelatih no. 7 yang menampilkan siluet wanita yang pernah bekerja sebagai petugas penerimaan di UNS. Tingkat penerimaan kliennya mencapai 100 persen. Selama delapan tahun ini, dia berhasil memasukkan 16 murid di Kampus Kedokteran UNS.
Salah seorang wanita langsung mengejek pelatih 7 yang hanya bisa memasukkan 2 orang murid per tahunnya, jadi percuma 100 persen keberhasilannya.
Suh Jin tersenyum penuh arti. Dia ingat perkataan Myung Joo kalau pelatih Young Jae hanya menerima 2 klien per tahunnya dan bayarannya sangat tinggi. Tapi, setiap anak yang di bimbingnya pasti berhasil masuk. Pelatih itu bahkan berani mengembalikan semua uang kita, jika dia gagal. Dan karena itu, Suh Jin sangat ingin mendapatkan pelatih itu. Myung Joo memberikan nasihat terakhir padanya, buat pelatih itu menginginkannya.
Setelah pengumuman semua pelatih, para penonton di persilahkan menulis nomor pelatih yang di inginkan di amplop yang telah di sediakan, dan nanti akan di bawa ke ruangan sang pelatih. Suh Jin tanpa ragu langsung menulis angka 7.
Sementara Seung Hye dia panik karena tidak tahu harus menulis angka berapa. Dia meminta suaminya cepat membalas semua pesan-pesannya. Saat semua sudah di giring keluar, hanya Seung Hye yang masih terus diam. Suh Jin tersenyum sinis melihatnya.
Karena terlalu lama, Seung Hye akhirnya memilih angka 1. Tepat sebelum dia menyerahkan amplopnya, tn. Cha membalas pesannya dan menyuruhnya memilih nomor lain. Seung Hye langsung menukar nomor yang di tulisnya.
--
Ada 3 orang yang memilih pelatih nomor 7, salah satunya Suh Jin. Seperti biasa, para wanita kaya itu menyombongkan kekayaan mereka. Dan tidak lama, Seung Hye masuk ke dalam ruangan itu. Dia memilih pelatih no. 7. Suh Jin sampai kaget melihatnya.
Saat sedang menunggu si pelatih, Suh Jin mendapat telepon dari Yeh Suh. Yeh Suh dengan sangat gembira memberitahu ibunya kalau dia mendapat urutan pertama di penerimaan masuk dan akan memimpin upacara penerimaan! Suh Jin sangat senang dan memuji Yeh Suh. Suh Jin kemudian memberitahu Yeh Suh kalau dia sedang menunggu pelatih Young Jae dulu. Yeh Suh tambah senang.
Selesai teleponan, Yeh Suh langsung mengomel pada si kembar Cha yang bermain-main sepeda. Dia bahkan menyombongkan dirinya yang berhasil menjadi murid terbaik. Ki Joon benar-benar kesal melihat kesombongan Yeh Suh, tapi Suh Joon melarang Ki Joon untuk bertengkar dengan Yeh Suh. Suh Joon juga mengucapkan selamat pada Yeh Suh. Tapi, Yeh Suh menanggapinya dengan kasar.
Pelatih 7 akhirnya masuk ke dalam ruangan. Dia memberi salam dan memperkenalkan dirinya sebagai Kim Joo Young. Dan dia hanya menerima 2 murid setiap tahunnya, tapi karena yang memilihnya ada 4 orang, maka 2 orang harus gugur. Semua langsung tegang.
Ny. Kim mulai mengajukan beberapa pertanyaan kepada setiap mereka. Selanjutnya giliran, Seung Hye.
“Aku mengambil gelar doktor untuk Sastra Prancis, tapi berhenti menulis tesis saat anak tertuaku masuk sekolah. Suamiku dan aku mengajari anak kami di rumah. Putri tertuaku mahasiswi Ekonomi di Harvard. Dan si kembar…”
“Anda tidak ikutkan anak-anak Anda di kelas tambahan atau sewa tutor?” tanya ny. Kim memotong penjelasan Seung Hye.
“Terkadang mereka kami ikutkan kelas tambahan, tapi suamiku mengajari mereka matematikan, Inggris dan membaca. Aku berusaha meluaskan pandangan mereka dengan berbagai pengalaman.”
“Bu, jika aku ingin mengajari anak-anak Anda, suami Anda harus berhenti mengajar mereka. Anda harus serahkan semuanya padaku. Bisa?”
Seung Hye tidak mampu menjawab pertanyaan itu.
Ny. Kim mulai bertanya pada Suh Jin.
“Aku pernah mengajar sebentar sebelum menikah, tapi aku berhenti karena mengandung. Menurutku, kurikulum Korea di buat untuk ibu yang tidak bekerja sehingga bisa selalu mendampingi anak-anaknya,” jelas Suh Jin.
“Anda mendaftarkan anak Anda yang berusia empat tahun ke sekolah anak-anak berbakat.”
“Putri tertuaku menunjukkan bakat yang menjanjikan di sekolahnya. Makin aku mengajarnya, makin dia senang belajar. Terlebih lagi, dia sangat perfeksionis. Dia sangat marah jika salah menjawab satu pertanyaan saja. Dia baru bisa tidur begitu menguasai pertanyaan itu.”
“Dia memiliki tingkat fokus tinggi dan tidak mudah menyerah. Tapi semua anak di peringkat itu rata-rata sama seperti dia,” komentar ny. Kim.
“Saat usianya lima tahun, dia kalah dari ayahnya saat bermain Omok. Jadi, agar bisa mengalahkan ayahnya yang menjadi juara tingkat nasional, dia tidak makan dan tidur selama tiga hari. Pada akhirnya, dia berhasil membuat ayahnya menyerah. Sekompetitif itulah dia.”
“Anda mengenali bakatnya sejak dini.”
“Membuat anakku sukses adalah yang terpenting dalam hidupku.”
Ny. Kim menyukai perkataan Suh Jin. Dia memilih Suh Jin dan seorang wanita lainnya. Jadi, Seung Hye tersingkir bersama seorang lagi.
--
Malam hari,
Jin Hee melihat essai yang di tulis oleh putranya, Soo Han. Di esai itu Soo Han menulis kalau dia sangat iri dengan cangkir kopi di rumahnya, karena walau cangkir kopi itu tidak bisa apa-apa, tapi ibunya merawatnya seperti benda berharga. Intinya, itu curhatan hati Soo Han mengenai ibunya yang selalu marah padanya tapi sangat menyanyangi cangkir kopi.  
Jin Hee tentu saja marah, dan Soo Han langsung kabur berlarian keluar. Dia sembunyi di dalam garasi saking takutnya. Di dalam sana juga ada Yeh Bin. Soo Han tiba-tiba saja mengajak Yeh Bin untuk kabur karena kan Yeh Bin selalu bilang mau kabur.
“Tentu. Ini adalah lingkungan terburuk di dunia.”
“Ayo, aku punya uang.”
“Bodoh,” kesal Yeh Bin. “Kamu pikir hanya uang yang kamu butuhkan? Untuk dua anak kabur usia 14 tahun, kita butuh wali usia 20 tahun. Dengan begitu kita bisa sewa kamar atau tidur di sauna. Ada cara lain.”
“Sungguh? Bagaimana?”
“Kamu mau menjadi antekku? Kalau mau, akan ku beritahu.”
Dan Soo Han setuju menjadi antek Yeh Bin. Dia akan menuruti semua perkataan Yeh Bin.
--
Esok hari,
Suh Jin menemui ibu mertuanya. Ibu mertuanya tampak tidak menyukai Suh Jin. Suh Jin datang untuk memohon uang untuk membayar pelatih Kim untuk membantu Yeh Suh bisa masuk UNS Kedokteran. Suh Jin bahkan sampai berlutut dan berjanji akan mewujudkan mimpi mertuanya itu, membuat cucunya masuk UNS. Dan akhirnya mertuanya bersedia memberikan uang yang Suh Jin inginkan.
“Ini kesempatan terakhir untuk membuatku mengakuimu. Mengerti?”
“Ya. Aku berjanji akan memasukkannya ke UNS.”
Tapi, mertuanya langsung masuk ke dalam kamarnya dan mentup pintu dengan keras.
Saat diluar rumah mertuanya, Suh Jin menatap penuh tekad pada rumah itu. Dia akan membuktikan kalau dia bisa lebih baik dari mertuanya dalam mendidik anak.
--
Pelatih Kim mulai mengumpulkan data muridnya tahun ini, salah satunya Yeh Suh. Dia di bantu oleh asistennya, guru Jo.
Setelah melihat data itu, Ny. Kim menelpon Suh Jin. Dengan semangat Suh Jin menjawab teleponnya dan memberitahu kalau dia sudah mentransfer uang mukanya kemarin dan sisanya akan dia transfer hari ini.
“Katamu Yeh Suh di terima SMA Shinhwa sebagai peringkat terbaik,” ujar Ny. Kim.
“Ya, begitulah.”
“Dia dan Hwang Woo Joo, sama-sama berada di peringkat pertama. Woo Joo dari SMP di pinggiran kota Daejeon. Jika seorang anak dengan latar belakang seperti itu memiliki nilai yang sama seperti Yeh Suh, sepertinya adil jika Woo Joo lebih pintar dari Yeh Suh, bukan?”
Ucapan ny. Kim itu membuat Suh Jin tersentak. Dia langsung menginjak rem mobilnya dengan kuat.
“Aku akan mengirim nomor telepon ibunya kepadamu. Bersikap ramah kepadanya akan membantumu. Berkompetisi akan membuat Yeh Suh belajar lebih keras.”
“Baiklah, pelatih Kim. Terimakasih.”
Setelah itu, Suh Jin langsung mencari tahu nomor ibu Woo Joo, Lee Sue Lim.
Sue Lim, ibu Woo Joo, sedang berada di pasar dan sibuk melihat darah sapi beku. Saat menerima telepon dari nomor yang tidak di kenalnya (Suh Jin), dia langsung mematikannya. Suh Jin tidak menyerah dan mengirim pesan untuk memperkenalkan diri sebagai ibu Kang Yeh Suh yang satu sekolah dengan Woo Joo. Dia mengajak Sue Lim untuk minum teh bersama. Dan Sue Lim, langsung memblokir nomor Suh Jin.
--
Suh Jin kesal karena SMS-nya tidak di balas. Jin Hee menduga kalau mungkin Sue Lim adalah wanita karir. Tapi, Suh Jin tidak merasa demikian. Mereka merasa kalau Sue Lim itu sangat aneh dan penasaran dengan Sue Lim.
Ponsel Suh Jin berbunyi, telepon dari ibu Dong Hoon, teman satu SMP Yeh Suh yang kebetulan masuk SMA yang sama dengan Yeh Suh. Ibu Dong Hoon meminta Suh Jin untuk mengikut sertakan putranya di kelompok belajar Yeh Suh. Dan dengan pandainya, Suh Jin menolak hal itu dengan alasan Yeh Suh tidak punya kelompok belajar dan sibuk mempersiapkan olimpiade KMO.
--
Semua berkumpul (tn. Cha, Yeh Suh, Suh Joon, Ki Joon, Suh Jin, Jin Hee, Soo Han, tn. Woo dan Seung Hye) di gedung untuk mengadakan pertemuan klub. Mereka akan membahas mengenai buku “The Selfish Gene”. Tn. Cha memberitahu bahwa hanya baru 4 orang yang mengumpulkan laporan buku tersebut.
Tidak lama, Yeh Bin datang terlambat. Semua langsung menatapnya karena terlambat, tapi Yeh Bin tidak peduli.
Diskusi di mulai dan Yeh Suh langsung mengajukan diri duluan untuk bicara. Dia menjelaskan dengan bahasa inggris awalnya, tapi merubah menjadi bahasa Korea karena menyadari tidak semuanya mengerti.
“Pandangan penulis terhadap manusia sangat menyentuhku. Aku selalu memikirkan semua, tapi nomor satu tidak ada artinya, dan membaca buku ini membuatku tahu bahwa aku benar. Aku juga mewarisi gen yang sangat hebat dari orang tuaku. Aku pintar, memiliki orientasi tujuan. Aku juga berkompetitif dan tidak pernah kalah. Aku akan terus mengikuti naluri genetikaku. Dengan kata lain, aku akan terus mencoba menjadi yang pertama. Aku akan selalu mengikuti naluriku untuk egois.”
tn. Cha sangat suka dengan yang di kemukakan oleh Yeh Suh.
“Tapi apa kita bisa menyimpulkan bahwa kita, manusia, menjadi egois karena gen itu egois? Maksudku, ada orang yang mati saat melindungi orang lain,” pendapat Suh Joon.
“Kamu pikir mereka memang berharap untuk mati? Mungkin saja mereka begitu agar mendapat pujian,” hina Yeh Suh yang tidak menghargai pendapat orang lain.
“Disebutkan bahwa manusia bisa menaklukan gen egois kita. Kurasa itulah inti yang ingin di sampaikan si penulis. Kamu sudah membaca semua bukunya?” tanya Ki Joon.
Yeh Suh terus berkeras dengan pendapatnya, dan Ki Joon membantah pendapat Yeh Suh. Tapi, tn. Cha malah memotong perdebatan mereka.
“Bersikaplah egois. Apa maksudnya?” tanya tn. Cha.
“Melakukan sesuatu yang membuatmu meraih tujuan kita,” jawab Yeh Suh.

Dan tn. Cha membenarkan. Dia malah menyuruh semua untuk bersikap egois untuk mencapai tujuan. Yeh Suh langsung bertepuk tangan. Dan dengan terpaksa semua ikut tepuk tangan. Hanya Seung Hye yang tampaknya tidak suka dengan pendapat tn. Cha.
--
Malam hari,
Selesai diskusi buku, Seung Hye bertanya pada tn. Cha, apa penulis buku itu menulis buku itu agar pembacanya menjadi benar-benar egois? tn. Cha langsung menyuruh anak-anak untuk masuk ke dalam kamar.

Setelah itu, tn. Cha memarahi Seung Hye karena sudah bicara sembarangan. Pokoknya, intinya tn. Cha ingin anak-anaknya bisa berhasil walaupun tanpa pelatih.
“Aku tidak akan seperti ini jika bukan karena ayahmu,” tegas tn. Cha.
Seung Hye sampai ketakutan. Dan tn. Cha langsung masuk ke dalam kamar.
--
Esok hari,
Jin Hee dan Suh Jin sedang jalan-jalan pagi. Dan mereka meliht sebuah taksi masuk ke perumahan mereka dan berhenti di depan rumah Myung Joo. Mereka langsung berteriak memanggil nama Myung Joo.
Myung Joo sudah pulang dan dia merasa lelah karena perjalanan. Dia tidak cocok untuk santai-santai, katanya. Jin Hee dan Myung Joo menyuruhnya untuk lebih lama bersantai karena ini bahkan tidak hampir sebulan, Myung Joo sudah pulang.
Jin Hee kemudian bertanya Myung Joo sudah kemana saja? Myung Joo menjawab dia sudah singgah dimana saja, sudah beberapa kali ke Eropa, Roma, Budapest, Praha dan Napoli. Dia juga membawakan hadiah untuk mereka.
Dia juga meminta mereka memberikan hadiah itu pada Seung Hye.
Jin Hee langsung membuka hadiahnya dan isinya adalah patung keramik ibu yang sedang memeluk anaknya.
Myung Joo kemudian meminta mereka untuk lanjut besok saja, karena dia harus mandi dan tidur siang. Jin Hee dan Suh Jin mengerti. Suh Jin bahkan mengajak Myung Joo untuk sarapan bersama besok di restoran Italia kesukaan Myung Joo. Myung Joo setuju dan berkata dia yang akan traktir.
Setelah Jin Hee dan Suh Jin pergi, senyum di wajah Myung Joo menghilang. Dia tampak sangat sedih.
--
Malam hari, badai salju…


Myung Joo berjalan keluar dari rumahnya tanpa mengenakan sepatu. Dia juga tidak mengenakan sarung tangan dan memegang pegangan tangga yang penuh salju. Dia juga hanya memakai sehelai baju tipis. Langkahnya terseok-seok. Dia benar-benar seperti orang linglung.
Dia terus berjalan di tengah salju menuju ke pinggir danau. Tatapannya kosong. Dan helaan nafasnya terasa sangat berat.

Dia membawa senapan laras panjang suaminya. Dia mengarahkannya, tepat di bawah dagunya. Dia menarik pelatuk! DORRR!!!!
Suh Jin terkesiap kaget dari tidurnya mendengar suara keras tembakan.
BERSAMBUNG



Post a Comment

Previous Post Next Post